You are on page 1of 10

TINJAUAN KUAT GESER SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG

KONVENSIONAL PADA BALOK BETON BERTULANG

Basuki*, Nurul Hidayati**

ABSTRACT
Reinforced-concrete requires bending and shearing reinforcement. Bending reinforcement is used to detain
bending moment, whereas shearing reinforcement (sengkang) is used to detain shearing load. Generally, vertical
shearing reinforcement has a function to detain shearing load. Whereas horizontal shearing reinforcement is not
calculated in detaining load force occured on a beam. Vertical shearing reinforcement prevents a beam to apart due to
shear force. This research was done to find whether horizontal shearing reinforcement (alternative reinforcement) is
required in construction. The objectives of this research is to know the maximum shear load and the difference between
alternative reinforcement and conventional reinforcement in reinforced-concrete beam. This research was carried out in
5 steps, i.e., preparation of research equipment and material; inspection of research material quality; provision of test
materia; concrete strength compression test and reinforced-concrete beam shear compression test; and analysis and
discussion. The research took place at Construction Material Laboratory at Civil Engineering Department, Faculty of
Engineering UMS. The number of object test were 12 pieces, and 2 pieces of object test were used for each variation. The
space variation used were 40 mm, 80 mm and 120 mm, with reinforcement weidth 15 cm and height 20 cm, and beam
length 150 cm. According to analysis result, it is known that maximum shear force occurred in a reinforcement with
space 40 mm, i.e., 1797,7 kgs for conventional reinforcement and 1735,2 kgs for alternative reinforcement. Whereas,
maximum shear compression is 766,5 kgs for conventional reinforcement and 704 kgs for alternative reinforcement, and
the biggest difference between conventional reinforcement shear compression and alternative reinforcement shear
compression is 28,31% which occurred in a reinforcement with space 80 mm, and the difference of shear load is 8,49%.
Generally, it can be said that shear strength between conventional reinforcement and alternative reinforcement is
relatively equal.

Keywords : kuat geser, sengkang alternatif, sengkang konvensional, balok beton bertulang

PENDAHULUAN lentur yang terjadi pada balok. Penulangan geser


Beton merupakan elemen struktur bangunan (penulangan sengkang) digunakan untuk menahan
yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai pembebanan geser (gaya lintang) yang terjadi pada
saat ini. Beton banyak mengalami perkembangan, balok. Ada beberapa macam tulangan sengkang pada
baik dalam pembuatan campuran maupun dalam balok, yaitu sengkang vertikal, sengkang spiral, dan
pelaksanaan konstruksinya. Salah satu perkembangan sengkang miring. Ketiga macam tulangan ini sudah
beton yaitu pembuatan kombinasi antara material lazim diterapkan dan sangat dikenal, yang dikenal
beton dan baja tulangan menjadi satu kesatuan sebagai tulangan sengkang konvensional (Wahyudi,
konstruksi yang dikenal sebagai beton bertulang. 1997).
Beton bertulang banyak diterapkan pada bangunan- Tulangan tipe ini mempunyai konsep
bangunan seperti: gedung, jembatan, perkerasan perhitungan bahwa bagian tulangan sengkang yang
jalan, bendungan, tandon air dan berbagai konstruksi berfungsi menahan beban geser adalah bagian pada
lainnya. Beton bertulang pada bangunan gedung arah vertikal (tegak lurus terhadap sumbu batang
terdiri dari beberapa elemen struktur, misalnya balok, balok), sedangkan pada arah horisontal (di bagian
kolom, plat lantai, pondasi, sloof, ring balok, ataupun atas dan bawah) tidak diperhitungkan menahan beban
plat atap. gaya yang terjadi pada balok. Beban geser balok
Beton bertulang sebagai elemen balok harus menyebabkan terjadinya keretakan geser, yang pada
diberi penulangan yang berupa penulangan lentur umumnya dekat dengan tumpuan balok beban
(memanjang) dan penulangan geser. Penulangan gesernya besar. Kondisi ini menjalar ke arah vertikal-
lentur dipakai untuk menahan pembebanan momen horisontal menuju tengah bentang balok.

* Basuki, staf pengajar jurusan Teknik Sipil - Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani No. 1 Tromol Pos 1,
Pabelan Kartasura, Surakarta 57102. E-mail: abas742003@yahoo.com
** Nurul Hidayati, staf pengajar jurusan Teknik Sipil - Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani No. 1 Tromol
Pos1, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102. E-mail : nh_hisyam@yahoo.com

36 Tinjauan Kuat Geser Sengkang Alternatif dan Sengkang .............(Basuki, Nurul Hidayati)
Keretakan geser menyebabkan terbelahnya penyusun, serta nilai slump yang ingin dicapai.
balok menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh garis Umumnya waktu tersebut tidak kurang dari 1,50
keretakan geser tersebut, yaitu bagian bawah retak menit dimulai saat pengadukan, dan hasil adukannya
geser dan bagian atas retak geser. menunjukkan susunan warna yang merata. Nilai kuat
Keretakan ini semakin lama semakin besar, tekan beton relatif tinggi bila dibandingkan dengan
sehingga kedua bagian balok akan terbelah. kuat tariknya, sehingga beton merupakan bahan
Berdasarkan kejadian ini, bagian tulangan sengkang bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% -
pada arah vertikal adalah tulangan yang berhubungan 15% dari kuat tekannya (Neville, 1987).
langsung dengan keretakan geser tersebut. Tulangan
ini mencegah terbelahnya balok akibat adanya Kuat Beton terhadap Gaya Tekan dan Gaya
keretakan geser, karena berfungsi untuk mengikat Tarik
antara bagian balok di bawah retak geser dan bagian Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan
balok di atas retak geser. Retak geser pada balok tekan maksimum fc′ dengan satuan N/mm2 atau
tidak akan terjadi jika direncanakan dengan tepat agar MPa. Kuat tekan beton umur 28 hari nilainya
mampu menahan gaya geser tersebut (Kennet, 1997). berkisar antara kurang lebih 10 MPa - 65 MPa.
Berdasarkan uraian tersebut penelitian ini Struktur beton bertulang umumnya menggunakan
dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut tentang beton dengan kuat tekan berkisar antara 17 MPa - 30
keberadaan bagian tulangan sengkang pada arah MPa, sedangkan beton prategangan menggunakan
horisontal, apakah memang perlu ada dan dipasang, beton dengan kuat tekan lebih tinggi, berkisar antara
ataukah tidak perlu ada dan tidak perlu dipasang. 30 MPa-45 MPa. Beton ready mix sanggup mencapai
Apabila tidak perlu ada, maka penulangan sengkang nilai kuat tekan 62 MPa digunakan untuk keadaan
dengan konsep ini dapat memberikan manfaat positif, dan keperluan struktur khusus, dan untuk
berupa efisiensi bahan/biaya. Konsep penulangan memproduksi beton kuat tekan tinggi tersebut
sengkang ini diistilahkan sebagai sengkang alternatif. umumnya dilaksanakan dengan pengawasan ketat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: dalam laboratorium (Kusuma, 1997).
1) Beban geser maksimal yang dapat ditahan oleh Pasal 3.3.2 SK SNI T-15-1991-03
sengkang alternatif dan sengkang konvensional menetapkan bahwa, regangan kerja maksimum yang
pada balok beton bertulang. diperhitungkan di serat tepi beton tekan terluar adalah
2) Kuat geser sengkang alternatif dan sengkang 0,003 sebagai batas hancur. Regangan kerja
konvensional pada balok beton bertulang. maksimum 0,003 tersebut boleh jadi tidak
3) Ada tidaknya perbedaan kuat geser sengkang konservatif untuk beton kuat tinggi dengan nilai fc′
alternatif dan sengkang konvensional pada balok antara 55 MPa - 80 MPa.
beton bertulang, dan besarnya perbedaan tersebut. Nilai kuat tekan dan tarik beton tidak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbanding lurus. Setiap usaha perbaikan mutu
manfaat sebagai berikut: menambah wacana kekuatan tekan hanya disertai peningkatan kecil nilai
keilmuan khususnya tentang sengkang alternatif pada kuat tariknya. Suatu perkiraan kasar yang dapat
balok beton bertulang, dan dapat memberikan dipakai, bahwa nilai kuat tarik beton normal hanya
alternatif bentuk penulangan geser (sengkang) pada berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya. Kuat
balok beton bertulang yang dimungkinkan akan tarik beton yang tepat sulit untuk diukur. Nilai
memberikan efisiensi bahan atau biaya. pendekatan yang diperoleh Dipohusodo (1994) dari
hasil pengujian berulang kali mencapai kekuatan 0,50
f ′c , sehingga untuk beton normal
Beton
- 0,60 kali
Beton terbuat dari agregat kasar, agregat
halus, dan semen yang bereaksi dengan air sebagai digunakan nilai 0,57 f ′c .
bahan perekat, yang harus dicampur dan diaduk
dengan benar dan merata agar dapat diperoleh mutu
beton yang baik. Umumnya pengadukan bahan beton Kuat Geser Balok
dilakukan dengan menggunakan mesin, kecuali jika Balok yang terlentur pada saat bersamaan
hanya untuk mendapatkan beton mutu rendah, maka juga menahan gaya geser akibat lenturan. Kondisi
pengadukan dapat dilakukan tanpa menggunakan kritis geser akibat lentur ditunjukkan dengan
mesin pengaduk. Nilai slump digunakan sebagai timbulnya tegangan-regangan tarik tambahan di
petunjuk ketepatan jumlah pemakaian air, yang tempat tertentu pada komponen struktur terlentur.
berhubungan dengan faktor air semen yang ingin Apabila gaya geser yang bekerja pada struktur beton
dicapai. Waktu yang digunakan untuk pengadukan bertulang cukup besar hingga di luar kemampuan
beton tergantung pada kapasitas isi mesin pengaduk, beton, maka perlu dipasang baja tulangan tambahan
jumlah adukan, jenis serta susunan butir bahan untuk menahan geser tersebut.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Januari 2006 : 36 – 45 37


Tegangan geser dan lentur timbul di sebelum retak karena tarik diagonal. Terjadinya retak
sepanjang struktur yang menahan gaya geser dan tarik lenturan pada balok tanpa tulangan merupakan
momen lentur, sehingga penampang mengalami peringatan awal kerusakan geser.
tegangan di antara garis netral dan serat tepi Retak miring akibat geser di badan balok
penampang. Komposisi tegangan tersebut di suatu beton bertulang dapat terjadi tanpa disertai retak
tempat akan menyesuaikan diri secara alami dengan akibat lentur di sekitarnya, atau dapat juga sebagai
membentuk keseimbangan tegangan geser dan kelanjutan proses retak lentur yang telah
tegangan normal maksimum dalam suatu bidang mendahuluinya. Retak miring pada balok yang
yang membentuk sudut kemiringan terhadap sumbu sebelumnya tidak mengalami retak lentur dinamakan
balok (Asroni, 1997). sebagai retak geser badan. Kejadian retak geser
Lingkaran Mohr digunakan untuk badan jarang dijumpai pada balok beton bertulang
menunjukkan bahwa tegangan normal maksimum biasa dan lebih sering pada balok beton prategangan
dan minimum akan bekerja pada dua bidang yang berbentuk huruf I dengan badan tipis dan flens
saling tegak lurus satu sama lainnya. Bidang tersebut (sayap) lebar. Retak geser badan juga dapat terjadi di
dinamakan bidang utama dan tegangan yang bekerja sekitar titik balik lendutan atau di tempat terjadinya
disebut tegangan utama (Asroni, 2001) seperti dapat penghentian tulangan balok struktur bentang
dilihat pada Gambar 1. menerus. Retak miring yang terjadi sebagai proses
kelanjutan dari retak lentur yang telah timbul
sebelumnya dinamakan sebagai retak geser lentur.
Retak jenis terakhir ini dapat dijumpai baik pada
0,707 balok beton bertulang biasa maupun prategangan.
Proses terjadinya retak lentur umumnya cenderung
v =V A merambat dimulai dari tepi masuk ke dalam balok
dengan arah hampir vertikal. Proses tersebut terus
berlanjut tanpa mengakibatkan berkurangnya
v=V 0,707 V
tegangan sampai tercapainya suatu kombinasi kritis
tegangan lentur dan geser di ujung salah satu retak
1,414 l
terdalam, yang terjadi tegangan geser cukup besar
0,707 V 0,707 V dan mengakibatkan terjadinya retak miring. Tulangan
baja pada balok beton bertulangan lentur arah
T=1,414 V memanjang bertugas sepenuhnya menahan gaya tarik
A
yang timbul akibat lenturan. Apabila beban yang
v = tegangan geser bekerja terus meningkat, tegangan tarik dan geser
V = gaya geser juga akan meningkat, sedangkan tulangan baja yang
T = gaya tarik diperuntukkan menahan momen lentur di dalam
0,707 V = komponen gaya balok letaknya tidak pada tempat terjadinya tegangan
normal terhadap bidang A-A tarik diagonal, sehingga untuk itu diperlukan
tambahan tulangan baja untuk menahan tegangan
Gambar 1. Tegangan pada balok terlentur tarik diagonal tersebut di tempat yang sesuai
(Dipohusodo, 1994).
Retak miring pada balok beton bertulang
Menurut Dipohusodo (1994), tegangan tarik lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2,
dengan variasi besar dan kemiringan, baik sebagai sedangkan perilaku balok tanpa penulangan geser
akibat geser saja/gabungan dengan lentur, akan dapat dilihat pada Gambar 3.
timbul di setiap tempat sepanjang balok, yang harus
diperhitungkan dalam analisis dan perencanaan. bentang geser
Kejadian geser pada balok beton tanpa tulangan,
umumnya kerusakan terjadi di daerah sepanjang bagian gentang di mana
kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok, dan terjadi geser tinggi
dinamakan bentang geser. Retak akibat tarik diagonal
merupakan salah satu cara terjadinya kerusakan Retak miring (retak geser)
geser. Bentang geser yang lebih pendek, kerusakan
timbul sebagai kombinasi dari pergeseran, remuk dan
belah, sedangkan untuk balok beton tanpa tulangan
dengan bentang geser lebih panjang, retak akibat
tegangan tarik lentur akan terjadi terlebih dahulu Gambar 2. Retak miring pada balok beton bertulang
38 Tinjauan Kuat Geser Sengkang Alternatif dan Sengkang .............(Basuki, Nurul Hidayati)
beton untuk menahannya dilimpahkan kepada
tulangan baja geser.
Cara yang umum dilaksanakan dan lebih
sering dipakai untuk penulangan geser adalah
a) Retak lentur menggunakan sengkang, selain pelaksanaannya lebih
mudah juga menjamin ketepatan pemasangannya.
Penulangan dengan sengkang hanya memberikan
andil terhadap sebagian pertahanan geser karena
formasi/arah retak yang miring. Cara penulangan
b) Retak geser demikian terbukti mampu memberikan sumbangan
untuk peningkatan kuat geser ultimit komponen
Gambar 3. Perilaku balok tanpa penulangan geser struktur yang mengalami lenturan.
Persamaan (3.4-3) SK SNI T-15-1991-03,
untuk komponen struktur yang menahan geser dan
Menurut Dipohusodo (1994), mekanisme lentur saja, memberikan kapasitas kemampuan beton
perlawanan geser dalam komponen struktur beton (tanpa penulangan geser) untuk menahan gaya geser
bertulang adalah sebagai berikut: adalah Vc,
1) Adanya perlawanan geser beton sebelum terjadi
retak.
1
Vc = f ' c bw d (1)
2) Adanya gaya ikatan antar agregat (pelimpahan 6
geser antar permukaan butir) ke arah tangensial di atau menggunakan persamaan sebagai berikut:
sepanjang retakan, yang serupa dengan gaya gesek
akibat saling ikat antar agregat yang tidak teratur 1 Vu d
di sepanjang permukaan beton kasar. Vc = ( f ' c + 120 ρw ( ) bw d (2)
7 Mu
3) Timbulnya aksi pasak tulangan memanjang
sebagai perlawanan terhadap gaya transversal dengan Mu adalah momen terfaktor yang terjadi
yang harus ditahan. bersamaan dengan gaya geser terfaktor maksimum
4) Terjadinya perilaku pelengkung pada balok yang Vu pada penampang kritis, sedangkan batas atas
relatif lebih tinggi, di mana segera setelah terjadi faktor pengali dan Vu adalah sebagai berikut:
retak miring, beban yang dipikul oleh susunan Vu d
reaksi gaya tekan yang membentuk busur ≤ 1,0 (3)
melengkung dengan pengikatnya (tali busur) Mu
adalah gaya tarik di sepanjang tulangan
Vc ≤ (0,30 f ' c ) bw d (4)
memanjang yang ternyata memberikan cadangan
kapasitas cukup tinggi. dengan:
5) Adanya perlawanan penulangan geser yang Vc = kuat geser beton (N)
berupa sengkang vertikal ataupun miring (untuk fc′ = kuat tekan beton (N/mm2)
balok bertulangan geser). bw = lebar efektif penampang balok (mm)
Ada beberapa cara penulangan geser yang ρw = ratio luas tulangan lentur dengan luas
dapat dilakukan dengan memperhatikan pola retak penampang balok
yang terjadi, yaitu dengan cara pemasangan sengkang Mu= momen akibat beban luar yang bekerja (Nmm)
vertikal, pemasangan jaringan kawat baja las yang Kuat geser ideal beton dikenakan faktor
dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial, reduksi kekuatan φ = 0,60, sedangkan kuat geser
pemasangan sengkang miring atau diagonal, rencana Vu didapatkan dari hasil penerapan faktor
pemasangan batang tulangan miring diagonal yang beban, nilai Vu lebih mudah ditentukan dengan
dapat dilakukan dengan cara membengkokkan batang menggunakan diagram gaya geser.
tulangan pokok balok di tempat-tempat yang Meskipun secara teoritis tidak perlu
diperlukan, atau pemasangan tulangan spiral penulangan geser apabila Vu ≤ φ Vc, peraturan
(Dipohusodo, 1994). mengharuskan untuk selalu menyediakan penulangan
geser minimum pada semua bagian struktur beton
Perencanaan Penulangan Geser yang mengalami lenturan (meskipun hasil
Perencanaan geser untuk komponen struktur perhitungan tidak memerlukannya), kecuali untuk
terlentur didasarkan pada anggapan bahwa beton plat dan fondasi plat, struktur balok beton rusuk
menahan sebagian dari gaya geser, sedangkan seperti yang ditentukan dalam Pasal 3.1.11 SK SNI
kelebihannya/kekuatan geser di atas kemampuan T-15-1991-03, balok yang tinggi totalnya tidak lebih
dari 250 mm, atau 2,5 kali tebal flens, atau 1,5 kali

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Januari 2006 : 36 – 45 39


lebar badan balok, diambil yang lebih besar, dengan Tegangan geser = Vu = ( φ (Vc + Vs )) (12)
rumus: φ bwd φ ( bw .d )
Vu ≤ ½ φ Vc (dengan φ = 0,60) (5) Persamaan tersebut dapat ditulis:

Ketentuan tulangan geser minimum tersebut Tegangan geser = ( Vc ) + ( Vs ) (13)


untuk menjaga apabila timbul beban yang tak terduga bw .d bw .d
pada komponen struktur yang akan mengakibatkan
kerusakan (kegagalan) geser. Sedangkan pada tempat Vc = kapasitas tegangan geser beton,
yang memerlukan tulangan geser minimum, jumlah bw .d
luasnya ditentukan dengan Pasal 3.4-14 SK SNI T- Vs = kelebihan tegangan geser di atas kapasitas
15-1991-03 sebagai berikut: bw .d
beton yang harus didukung oleh tulangan
S baja geser pada balok.
Av = 1/3 ( bw ) (6)
fy Luas daerah tempat bekerjanya tegangan
yang harus ditahan oleh tulangan geser adalah 1,414
dengan: S bw, sehingga gaya tarik diagonal adalah:
Av = luas penampang tulangan geser total dengan
jarak spasi antar tulangan s, untuk sengkang 1,414 S bw ( Vs ) (14)
bw .d
keliling tunggal Av=2As, dengan As luas
penampang batang tulangan sengkang (mm2) komponen vertikal gaya tarik diagonal:
bw = lebar balok, untuk balok persegi = b (mm)
S = jarak pusat ke pusat batang tulangan geser ke 0,707 (1,414 s bw ) ( Vs ) = s bw ( Vs )
arah sejajar tulangan pokok memanjang (mm) bw .d bw .d
fy = kuat luluh tulangan geser (MPa) = Vs S (15)
Apabila gaya geser yang bekerja Vu lebih d
besar dari kapasitas geser beton φ Vc, maka
diperlukan penulangan geser untuk memperkuatnya. Av fy adalah kapasitas tarik ultimit sengkang. Karena
Apabila gaya geser yang bekerja di sembarang ke arah vertikal harus terjadi keseimbangan, maka:
tempat sepanjang bentang lebih besar dari ½ φ Vc,
peraturan mengharuskan memasang paling tidak Av fy = Vs S
d
tulangan geser minimum yang disyaratkan. Pasal
3.4.1 dan Pasal 3.4.2 SK SNI menyatakan dasar sehingga, Vs = Av fy d (16)
S
perencanaan tulangan geser adalah:
untuk tulangan sengkang miring sesuai dengan Pasal
Vu ≤ φ Vn (8) 3.4-18 SK SNI T-15-1991-03:
Vs = Av fy (sin α + cos α) ( d ) (17)
Vn = Vc + Vs (9) s

sehingga, Vu ≤ φ Vc + φ Vs (10) s adalah jarak spasi pusat ke pusat antar sengkang


arah horisontal sejajar tulangan pokok memanjang.
dengan: Menentukan jarak spasi tulangan sengkang
Vu = beban geser terfaktor (N) menggunakan persamaan sebagai berikut:
φ = faktor reduksi kuat geser
Vc = kuat geser beton (N) sengkang vertikal s perlu= ( Av fy d ) (18)
Vs
Vn = kuat geser ideal atau nominal (N)
Vs = kuat geser nominal yang dapat disediakan oleh
tulangan geser (N) sengkang miring s perlu = (1,414) ( Avfyd ) (19)
Vs
Nilai Vs untuk sengkang tegak (vertikal),
dapat dihitung dengan menggunakan Pasal 3.4.17 SK
SNI, yaitu: Kedua persamaan tersebut digunakan untuk
menghitung jarak maksimum antar sengkang
Vs = Av fy d (11) didasarkan pada kuat bahan yang diperlukan. Kuat
S
tulangan geser nominal yang diperlukan Vs dapat
Menggunakan konsep tegangan geser SK ditentukan dari diagram gaya geser terfaktor Vu, dan
SNI T-15-1991-03 dan dengan beberapa substitusi, Pasal 3.4-1 dan Pasal 3.4-2 yang selanjutnya
maka didapatkan: diperoleh:

40 Tinjauan Kuat Geser Sengkang Alternatif dan Sengkang .............(Basuki, Nurul Hidayati)
Vs perlu = ( Vu - φ .Vc) = (Vu ) - Vc (20) Kelompok kedua : Sampel untuk pengujian kuat
φ φ tekan beton dan kuat tarik tulangan baja.
Kelompok ketiga : Sampel untuk pengujian kuat
METODE PENELITIAN geser sengkang balok beton bertulang.
Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain: Mulai
1) Semen portland jenis I merk Gresik
2) Pasir berasal dari Muntilan, Yogyakarta
3) Kerikil berasal dari Karanganyar
Tahap I
4) Air berasal dari Laboratorium Bahan Bangunan
Persiapan bahan-bahan dan alat-alat penelitian
Teknik Sipil UMS
5) Tulangan baja berasal dari toko bahan bangunan
di Surakarta
6) Bekisting untuk cetakan balok beton bertulang Tahap II
digunakan Kayu Sengon. Pemeriksaan kualitas bahan-bahan penelitian

Peralatan
1) Alat pemeriksaan kualitas bahan-bahan penelitian. Tahap III: Penyediaan benda uji
2) Alat pembuatan campuran adukan beton. • Perencanaan mix design, pembuatan adukan
3) Alat pembuatan sampel uji kuat tekan beton. beton dan sampel pengujian kuat tekan beton.
4) Alat pembuatan sampel uji kuat geser sengkang • Pembuatan sampel balok beton bertulang untuk
balok beton bertulang. pengujian kuat geser sengkang.
5) Alat pengujian kuat tekan beton dan kuat tarik • Perawatan sampel pengujian kuat tekan beton
tulangan baja. dan kuat geser sengkang balok beton bertulang
6) Alat pengujian kuat geser sengkang balok beton
bertulang.
Tahap IV
Pengujian, meliputi: kuat tekan beton dan kuat geser
Tahapan Penelitian sengkang balok beton bertulang
Penelitian dilaksanakan dalam 5 tahap yang
dijelaskan sebagai berikut:
1) Tahap I : Persiapan bahan-bahan dan alat-alat Tahap V
penelitian. Analisis data dan pembahasan
2) Tahap II : Pemeriksaan kualitas bahan-bahan
penelitian.
3) Tahap III : Penyediaan benda uji
a) Perencanaan campuran/mix design, pembuatan Selesai
adukan beton dan sampel pengujian kuat tekan
beton.
b) Pembuatan sampel balok beton bertulang untuk Gambar 4. Bagan alir penelitian
pengujian kuat geser sengkang.
c) Perawatan sampel pengujian kuat tekan beton
dan kuat geser sengkang balok beton bertulang. Sampel pada kelompok ketiga ini, dibuat
4) Tahap IV : Pengujian, meliputi: kuat tekan beton sebagai berikut:
dan kuat geser sengkang balok beton bertulang. 1) Sampel berupa balok beton bertulang dengan
5) Tahap V : Analisis data dan pembahasan tulangan sengkang konvensional ukuran lebar 15
Tahap-tahap penelitian tersebut dijabarkan cm, tinggi 20 cm dan bentang balok 150 cm.
dalam bagan alir seperti Gambar 4. Jumlah sampel 2 buah. Spasi sengkang 40 mm.
2) Sampel berupa balok beton bertulang dengan
Pelaksanaan Penelitian tulangan sengkang alternatif berukuran lebar 15
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium cm, tinggi 20 cm dan bentang balok 150 cm.
dengan cara membuat sampel pengujian. Adapun Jumlah sampel 2 buah. Spasi sengkang 40 mm.
sampel pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai 3) Sampel berupa balok beton bertulang dengan
berikut: tulangan sengkang konvensional berukuran lebar
Kelompok pertama : Sampel untuk pemeriksaan 15 cm, tinggi 20 cm dan bentang balok 150 cm.
kualitas bahan susun beton. Jumlah sampel 2 buah. Spasi sengkang 80 mm.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Januari 2006 : 36 – 45 41


4) Sampel berupa balok beton bertulang dengan keausan agregat kasar telah memenuhi syarat yang
tulangan sengkang alternatif berukuran lebar 15 diberlakukan.
cm, tinggi 20 cm dan bentang balok 150 cm. 5) Pemeriksaan berat jenis diperoleh: BJ kerikil
Jumlah sampel 2 buah. Spasi sengkang 80 mm. 2,314 gram/cm3 dengan penyerapannya 4, 38%,
5) Sampel berupa balok beton bertulang dengan BJ agregat halus 2,405 gram/cm3 dengan
tulangan sengkang konvensional berukuran lebar penyerapan sebesar 8,21%, BJ kuat desak beton
15 cm, tinggi 20 cm dan bentang balok 150 cm. 2,12 T/m3.
Jumlah sampel 2 buah. Spasi sengkang 120 mm. 6) Hasil pengujian kuat tarik tulangan baja diperoleh
6) Sampel berupa balok beton bertulang dengan kuat luluh (fy) sebesar 252,01 MPa. Besarnya kuat
tulangan sengkang alternatif berukuran lebar 15 luluh tulangan baja yang digunakan ini relatif
cm, tinggi 20 cm dan bentang balok 150 cm. mendekati kuat luluh yang direncanakan sebesar
Jumlah sampel 2 buah. Spasi sengkang 120 mm. 240 MPa. Nilai riil kuat luluh tulangan baja dalam
Total jumlah sampel adalah sebanyak 12 buah. analisis maupun menggunakan fy sebesar 252,01
MPa.
Metode Analisis Data 7) Hasil pengujian kuat desak beton diperoleh kuat
Analisis data menggunakan bantuan Program desak beton sebesar (f‘c) 20,382 MPa. Kuat desak
MS-Excel untuk melakukan perhitungan dan beton yang direncanakan adalah sebesar 20 MPa,
pembuatan tabel, gambar serta kurva. Analisis hasil pengujian tersebut relatif sama dengan yang
meliputi perhitungan tentang pemeriksaan kualitas direncanakan. Selanjutnya dalam analisis
bahan-bahan penelitian, perhitungan kuat tekan dan dipergunakan kuat desak beton sebesar 20,382
kuat tarik tulangan baja, perhitungan kuat geser MPa.
sengkang balok beton bertulang yang semuanya
disesuaikan dengan rumus-rumus serta peraturan- Pendekatan Analisis
peraturan yang berlaku. Pembuatan tabel, grafik, Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan beton
kurva dan gambar merupakan cara untuk dan kuat tarik baja tulangan, maka secara analisis
mempermudah dalam melakukan analisis data agar dapat dijabarkan keruntuhan balok beton bertulang
dapat diketahui secara jelas bagaimana perilaku hasil sebagai berikut:
penelitian dikaitkan dengan permasalahan dalam P
P
penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN 20


Hasil Pengujian
1) Pemeriksaan kandungan bahan organik pada 15
agregat halus (Pasir dari Muntilan) diperoleh 50 cm 50 cm
warna sesuai dengan warna standart nomor 5.
2) Pemeriksaan kandungan lumpur pada pasir A B C D
diperoleh sebesar 9,61%, kandungan lumpur pada Gambar 5. Struktur balok beton dengan
pasir tersebut melebihi dari syarat yang dianjurkan pembebanannya
sebesar maksimal 5%. Agar kandungan lumpur
berkurang dan memenuhi syarat yang
diberlakukan, maka dilakukan tindakan pencucian diketahui:
dengan menyiramkan air ke material pasir tersebut Kuat tekan beton f‘c = 20,382 MPa
agar dapat melarutkan lumpur yang terkandung Kuat tarik baja tulangan fy = 252,01 MPa
dalam pasir. Berat jenis beton = 2,12 t/m3
3) Pemeriksaan gradasi pasir, diperoleh modulus sehingga diperoleh berat sendiri beton (q):
halus butir 2,53. Gradasi pasir masuk daerah I / q = berat jenis beton x (0,15 m x 0,20 m)
(II) / III / IV (kasar / agak kasar / agak halus / q = 2,12 t/m3 x 0,15 m x 0,20 m
halus). q = 0,0636 t/m
4) Pemeriksaan gradasi kerikil (dari Tawangmangu, Reaksi tumpuan:
Karanganyar), diperoleh modulus halus butir 6,77, RA = RB = P/2 + ½ q L
sedangkan keausannya diperoleh sebesar 35,64 %. = P/2 + ½ (0.0636 t/m x 1,5 m)
Syarat keausan untuk agregat kasar yang dipakai = 0,5 P + 0,0477 t
untuk bahan susun beton menurut PUBI tahun = 0,5 P + 47,7 kg
1982 maksimal sebesar 50%. Berdasarkan hasil M maksimal = Momen di tengah-tengah bentang
pengujian bahan dapat dinyatakan bahwa nilai = (RA x 0,75 m)–(1/8 q L2) – (P/2 x 0,25 m)

42 Tinjauan Kuat Geser Sengkang Alternatif dan Sengkang .............(Basuki, Nurul Hidayati)
= ((0,5 P+47,7)x0,75)–(1/8x0,0636x(1,5)2) – P sebesar 3,692 ton adalah beban yang akan
(0,125P) menyebabkan terjadinya keruntuhan lentur balok.
= 0,375 P + 35,775– 0,0179 – 0,125 P Balok dengan beban P sebesar 3,692 ton, maka besar
= 0,25 P + 35,775– 17,9 gaya geser maksimalnya adalah Vu, yaitu sebesar RA.
= 0,25 P + 17,875 Vu maks = 0,5 P + 47,7
= 0,5 x 3 692 + 47,7
= 1893,7 kg = 1,8937 ton
Tulangan pada balok beton benda uji adalah sebagai
berikut: Besarnya kekuatan beton menahan gaya geser adalah:
φ Vc = 0,6 x 1/6 x (f’c)0,5 bw d = 0,6 x 1/6 x
(20,382)0,5 x 150 x 152,28
h=20 cm = 10312,347 N = 1,0312 ton

Vu maks = 1,8937 ton


φ Vc = 1,0312 ton
b=15 cm

φ tulangan sengkang 4 mm Terlihat bahwa Vu maks > φ Vc, berarti akan


φ tulangan lentur 7,44 mm terjadi keruntuhan geser pada balok beton bertulang
Tulangan lentur atas 2 D 7,44 mm pada saat Vu maks = φ Vc. Selanjutnya sisa beban
Tulangan lentur bawah 3 D 7,44 mm geser pada Vu maks akan dilimpahkan kepada
Tebal selimut beton 40 mm tulangan sengkang yang dipasang.
d = h – 40 – 4 – ½ x 7,44 Selain itu Vu maks > φ Vc, menunjukkan
d = 200 – 40 – 4 – ½ x 7,44 bahwa tulangan lentur yang dipasang telah dapat
d = 152.28 mm menjamin terjadinya keruntuhan geser lebih dulu
ds = ds’ = 47,72 mm dibandingkan dengan keruntuhan lentur. Hal ini
terlihat bahwa untuk terjadinya keruntuhan lentur
memerlukan beban yang menyebabkan Vu maks =
Kuat tekan beton, f ‘c = 20,382 MPa 1,8937 ton, sedangkan keruntuhan geser akan terjadi
Kuat tarik baja tulangan, fy = 252,01 MPa pada saat Vu maks (beban geser) = φ Vc = 1,0312
As = 3 D 7,4 = 130,358 mm2 ton, sehingga beban P yang menyebabkan Vu maks =
As’ = 2 D 7,4 = 86,905 mm2 1,0312 ton tersebut lebih kecil dibandingkan beban P
f kap = φ .fy = 1,25 x 252,01 = 315,013 MPa yang akan menyebabkan keruntuhan lentur. Maka
a = (As – As’) f kap / (0,85 x f ‘c x b ) besarnya beban geser yang dilimpahkan (ditahan)
= 13688,259 / 2598,705 = 5,267 mm oleh tulangan geser (sengkang) adalah:
a kap = 600 β1 ds’ / (600 – f kap) φ Vs = Vu maks - φ Vc
= 600 x 0,85 x 47,72 / (600 – 315,013) = 1,8937 ton – 1,0312 ton
= 85,397 mm = 0,8625 ton = 862,5 kg
a < a kap, maka a sebenarnya adalah:
p = (600 x As’ – As x f kap) / (1,7 x f ‘c x b ) = 2,131
q = (600 x β1 ds’ x As’) / (0,85 x f’c x b ) = 813,877 Hasil analisis secara lengkap yang diperoleh
a = (p2 + q )0,5 – p = 26,476 mm dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, Gambar 6 dan
f’s = (a – 0,85 x ds’) x 600 / a = - 315,201 < 0 Gambar 7.

sehingga: Tabel 1. Nilai beban geser maksimal tulangan


M kap = 0,85 x f’c x a x b x ( d – a/2 ) sengkang
= 9409830 Nmm = 940,983 kg m Sengkang konvensional Sengkang Alternatif
Momen akibat beban P dan berat sendiri balok: Spasi Beban geser Spasi Beban geser
Momen maksimal = 0,25 P m + 17,875 kg m sengkang maksimal sengkang maksimal
Momen maksimal = Momen kapasitas (mm) rata-rata (kg) (mm) rata-rata (kg)
0,25 P + 17,875 = 940,983 40 1797,7 40 1735,2
0,25 P = 923,108 80 1472,7 80 1597,7
P = 3692,432 kg 120 1347,7 120 1397,7
P = 3,692432 ton = 3,692 ton

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Januari 2006 : 36 – 45 43


Tabel 2. Nilai kuat geser maksimal tulangan 704 kg untuk sengkang alternatif terjadi pada
sengkang sengkang dengan spasi 40 mm.
Sengkang konvensional Sengkang Alternatif Ada perbedaan kuat geser antara tulangan
Spasi Kuat geser Spasi Kuat geser sengkang konvensional dan tulangan sengkang
sengkang maksimal sengkang maksimal alternatif, yaitu selisih terbesar kuat geser maksimal
(mm) rata-rata (kg) (mm) rata-rata (kg) adalah sebesar 28,31%. Selisih kuat geser sebesar
40 766,5 40 704,0 28,31% terjadi pada sengkang dengan spasi 80 mm.
80 441,5 80 566,5 Perbedaan nilai juga terjadi pada beban geser
120 316,5 120 366,5
maksimalnya, yaitu sebesar 8,49%. Meskipun
terdapat perbedaan nilai, secara umum dikatakan
Kurva hubungan spasi sengkang dengan beban geser
bahwa kekuatan geser antara tulangan sengkang
1900
konvensional dan tulangan sengkang alternatif relatif
1800
sama.
1700
Beban geser (kg)

1600

1500

1400
KESIMPULAN DAN SARAN
1300

1200 Kesimpulan
40 80 120
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
Spasi sengkang (m m )
yang telah dilakukan, maka beberapa kesimpulan
Sengkang konvensional Sengkang Alternatif
yang dapat diperoleh dinyatakan sebagai berikut:
Gambar 6. Kurva hubungan spasi sengkang dengan 1) Beban geser maksimal terbesar terjadi pada
beban geser sengkang dengan spasi 40 mm, yaitu sebesar
1797,7 kg untuk sengkang konvensional dan
1735,2 kg untuk sengkang alternatif.
Kurva hubungan spasi sengkang dengan kuat geser 2) Kuat geser maksimal sebesar 766,5 kg untuk
900 sengkang konvensional dan 704 kg untuk
800 sengkang alternatif terjadi pada sengkang dengan
700 spasi 40 mm.
Kuat geser (kg)

600 3) Ada perbedaan kuat geser antara tulangan


500 sengkang konvensional dan tulangan sengkang
400 alternatif, yaitu selisih terbesar kuat geser
300 maksimal adalah sebesar 28,31%. Selisih kuat
200 geser sebesar 28,31% terjadi pada sengkang
40 80 120
dengan spasi 80 mm. Perbedaan nilai juga terjadi
Spasi sengkang (m m)
pada beban geser maksimalnya, yaitu sebesar
Sengkang konvensional Sengkang Alternatif
8,49%. Meskipun terdapat perbedaan nilai, secara
Gambar 7. Kurva hubungan spasi sengkang dengan umum dikatakan bahwa kekuatan geser antara
kuat geser tulangan sengkang konvensional dan tulangan
sengkang alternatif relatif sama.

Berdasarkan Gambar 6 dan Gambar 7 dapat Saran


dijelaskan bahwa semakin besar spasi sengkangnya Beberapa saran berdasarkan hasil penelitian
maka kecenderungan nilai beban geser dan kuat ini antara lain:
gesernya semakin kecil. Kondisi tersebut terjadi baik 1) Penelitian dengan topik semacam ini perlu untuk
untuk sengkang konvensional maupun sengkang ditinjau pada umur beton yang lebih lama
alternatif. Gambar tersebut juga memperlihatkan misalnya umur beton 21 hari, 28 hari atau yang
bahwa secara umum nilai beban geser dan kuat geser lebih lama lagi untuk mengetahui perilaku-
sengkang alternatif lebih besar dibanding sengkang perilaku pada kedua bentuk penulangan geser di
konvensional. atas terhadap kekuatannya.
Beban geser maksimal terbesar terjadi pada 2) Penelitian semacam ini juga dapat dikembangkan
sengkang dengan spasi 40 mm, yaitu sebesar 1797,7 pada balok tinggi yaitu balok beton yang
kg untuk sengkang konvensional dan 1735,2 kg cenderung menahan pembebanan geser yang
untuk sengkang alternatif. Kuat geser maksimal lebih dominan dibandingkan dengan beban
sebesar 766,5 kg untuk sengkang konvensional dan lentur, sehingga diperlukan tinggi penampang
yang besar dibandingkan lebar penampangnya.
44 Tinjauan Kuat Geser Sengkang Alternatif dan Sengkang .............(Basuki, Nurul Hidayati)
3) Penelitian yang telah dilakukan ini terbatas Asroni, A., 2001. Struktur Beton Lanjut, Jurusan
dengan alat pengujian geser balok dengan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas
dimensi maksimal penampang balok beton Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
sebesar 20 cm dan kapasitas alat menahan beban Dipohusodo, I., 1994. Struktur Beton Bertulang,
sebesar maksimal 10 ton. Dengan kondisi Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
semacam ini maka dapat dilakukan penelitian Kenneth, M.L.,1997. Reinforced Concrete Design,
serupa untuk balok beton dengan dimensi Mc. Graw Hill, Singapore.
penampang balok yang lebih besar dan dengan Kusuma, G., 1997. Dasar-dasar Perencanaan Beton
alat pengujian geser yang mempunyai kapasitas Bertulang, Erlangga, Jakarta.
menahan beban maksimal yang lebih besar lagi. LPMB, 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-1991-
03), Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Neville, A.M., 1987. Concrete Technology, Longman
Group UK Limited, England.
Asroni, A., 1997. Struktur Beton I (Balok dan Plat Wahyudi, L., 1997. Struktur Beton Bertulang,
Beton Bertulang), Jurusan Teknik Sipil Fakultas Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Januari 2006 : 36 – 45 45

You might also like