You are on page 1of 9

MODEL-MODEL KOMUNIKASI

Posted on September 24, 2008 by imron rosyidi

Menurut Effendy (2003) teori dan model komunikasi yang tampil pada tahun awal sekitar
dekade 1940-an dan 1950-an adalah sebagi berikut :

1. Lasswell’s Model (Model Lasswell)

Teori komunikasi yang dianggap paling awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara
yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Siapa
mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa. Sehingga Lasswell
menemukan unsur-unsur proses komunikasi yaitu komunikator, pesan, Media,
komunikan/penerima, dan efek. Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah
sebagai berikut : pengamatan terhadap lingkungan, Korelasi kelompok-kelompok dalam
masyarakat ketika menanggapi lingkungan, transmisi warisan sosial dari generasi yang
satu ke generasi yang lain.

2. S-O-R Theory (Teori S-O-R)

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semua berasal dari


psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia
yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan
konasi. Menurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;

Pesan (stimulus, S) Komunikan (organism, O) Efek (Response, R)

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus
yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan
Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel
penting yaitu : (a) perhatian, (b) pengertian, dan (c) penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau
mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.
Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan
proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap.

3. S-M-C-R model (Model S-M-C-R)

Rumus S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah : S singkatan dari Source yang
berarti sumber atau komunikator ; M singkatan dari Message yang berarti pesan ; C
singkatan dari Channel yang berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan dari
Receiver yang berarti penerima atau komunikan. Khusus mengenai istilah Channel yang
disingkat C pada rumus S-M-C-R itu yang berarti saluran atau media, komponen tersebut
menurut Edward Sappir mengandung dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Media
sebagai saluran primer adalah lambang, misalnya bahasa, gesture, gambar atau warna,
yaitu lambang-lambang yang dieprgunakan khusus dalam komunikasi tatap muka face-
to-face communication), sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud, baik
media massa, misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media nir-massa,
misalnya, surat, telepon atau poster. Jadi, komunikator pada komunikasi tatap muka
hanya menggunakan satu media saja, misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi
bemedia seorang komunikator, misalnya wartawan, penyiar atau reporter menggunakan
dua media, yakni media primer dan media sekunder, jelasnya bahasa dan sarana yang ia
operasikan.

4. The Mathematical Theory of Communication (Teori Matematika Komuikasi)

Teori matematikal ini acapkali disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena teori
komunikasi manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan
Claude E. Shannon dan Warren Eaver. Shannon pada tahun 1948 mengetengahkan teori
matematik dalam komunikasi permesinan (engineering communication), yang kemudian
bersama Warren pada tahun 1949 diterapkan pada proses komunikasi manusia (human
communication). Sumber informasi (information source) memproduksi sebuah (message)
untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan,
musik, gambar, dan lain-lain. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat
(signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah
media yang menyalurkan isyarat dari pemancara kepada penerima (receiver). Dalam
percakapan sumber informasi adalah benak (brain) pemancar adalah mekanisme suara
yang menghasilkan isyarat, saluran (channel) adalah udara.

5. The Osgood and Schramm Circular Model (Model sirkular Osgood dan
Schramm)

Jika model Shannon dan Weaver merupakan proses linier, model Osggod dan Schramm
dinilai sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi. Perbedaan lainnya adalah apabila
Shannon dan Weaver menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang
menghubungkan pengirim (sender) dan penerima (receiver) atau dengan perkataan lain
komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood menitikberatkan pembahasannya
pad perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi. Shannon dan Weaver
membedakan source dengan transmitter dan antara receiver dengan distination. Dengan
kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman (transmiting) dan pada sisi
penerimaan (receiving ) dari proses. Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan fungsinya
yang hampir sama. Digambarkannya dua pihak berperilaku sama, yaitu encoding atau
menjadi, decoding atau menjadi balik, dan interpreting atau menafsirkan.

6. Dance’Helical Model (Model Helical Dance)

Model komunkasi helical ini dapat dikaji sebagai pengembangan dari model sirkular dari
Osggod dan Schramm. Ketika membandingkan model komunikasi linier dan sirkular,
Dance mengatakan bahwa dewasa ini kebanyakan orang menganggap bahwa pendekatan
sirkular adalah paling tepat dalam menjelaskan proses komunikasi. Heliks (helix), yakni
suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan perhatian kepada suatu
fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang dikomunikasikan kini akan
mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang datang menyusul. Dance
menggarisbawahi sifat dinamik dari komunikasi Proses komunikasi, seperti halnya semua
proses sosial, terdiri dari unsur-unsur, hubungan-hubungan dan lingkungan-lingkungan
yang terus menerus berubah. Heliks menggambarkan bagaimana aspek-aspek dri proses
berubah dari waktu ke waktu. Dalam percakapan ,misalnya bidang kognitif secara tetap
membesar pada mereka yang terlibat. Para aktor komunikasi secara sinambung
memperoleh informasi mengenai topik termasa tentang pandangan orang lain,
pengetahuan dan sebagainya.

7. Newcomb’ABX Model (Model ABX Newcomb)

Pendekatan komunikasi yang berdasarkan pada pendekatan seorang pakar psikolog sosial
berkaitan dengan interaksi manusia. Dalam bentuk yang paling sederhana dari kegiatan
komunikasi seseorang A menyampaikan informasi kepada orang lain B mengenai sesuatu
X. Model ini menyatakan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X adalah
saling bergantung dan ketiganya membentuk sistem yang meliputi empat orientasi.

Seperti dikutip Effendy (2003) menurut Severin dan Tankard (1992) pada model
newcomb ini komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif dimana orang-orang
mengorientasikan dirinya terhadap lingkungannya.

8. The Theory of Cognitive Dissonance (Teori Disonansi Kognitif)

Istilah disonansi kognitif dari teori yang ditampilkan Festinger ini berarti ketidaksesuain
antara kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang.
Orang yang mengalami disonansi akan beruapaya mencari dalih untuk mengurangi
disonansinya. Pada umunya orang berperilaku ajeg atau konsisten dengan apa yang
diketahuinya. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sering pula seseorang berperilaku
tidak konsisten seperti itu. Jika seseorang mempunyai informasi atau opini yang tidak
menuju ke arah menjadi perilaku, maka informasi atau opini itu akan menimbulkan
disonansi dengan perilaku.

9. Innoculation Theory (Teori Inokulasi)


Teori inokulasi atau teori suntikan yang pada mulanya ditampilkan oleh Mcguire ini
mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang terserang penyakit cacar, polio
disuntik. Diberi vaksin untuk merangsang mekanisme daya tahan tubuhnya. Demikian
pula halnya dengan orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak
menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau
dibujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah
”menyuntiknya” dengan argumentasi balasan (counterarguments).

10. The Bullet Theory of Communication (Teori Peluru)

Teori peluru ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para
teoritis komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory yang dapat
diterjemahkan sebagai teori jarum suntik.

•Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis;

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” dengan


bibir kalau lisan, atau dengan tangan kalau tulisan.

Penangkapan pesan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau
indera-indera lainnya. Adakalanya komunikasi tersebar dalam jumlah relatif banyak,
sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, dalam situasi ini
dinamakan komunikasi massa.

Teori Komunikasi Relasional

Gregory Bateson melalui Teori Komunikasi Relasional menyebutkan bahwa komunikasi


sebagai interaksi menciptakan struktur suatu hubungan.9 Komunikasi berfungsi
mengukuhkan, mempertahankan, atau mengubah hubungan-hubungan. Bateson
mengemukan dua proposisi yang mendasari teorinya. Yang pertama adalah pesan
mendua. Setiap komunikasi yang bersifat relasional membawa dua pesan, yakni pesan
“report” dan pesan “command”. Pesan “report” menyangkut substansi atau isi
komunikasi, sedangkan pesan “command” menyangkut pernyataan mengenai hubungan.
Sebuah perintah menyerbu pasukan musuh adalah “report” bagi lawan, sedangkan
pernyataan untuk segera menyerang adalah “pesan command”.

Proposisi kedua Bateson adalah hubungan-hubungan yang dicirikan oleh komplementaris


atau simetris. Dalam hubungan komplementer, satu bentuk perilaku diikuti bentuk
anonimnya. Misalnya perilaku dominan dijawab dengan kepatuhan. Sedangkan dalam
hubungan simetri, perilaku seseorang diikuti perilaku sama. Dominan dengan dominant,
patuh dengan patuh, marah dengan marah, dan lain-lain. Sikap menentang merupakan
contoh perilaku simetris .

Biologi komunikasi dalam pembelajaran

Ilmu Biologi mempelajari fenomena hayati alam (organisme hidup) semesta. Manusia
merupakan salah satu ragam organisme hidup yang ada di alam semesta. Cabang ilmu
biologi yang mempelajari bagian-bagian tubuh manusia antara lain: fisiologi, neurologi,
neurofisiologi, dan lain-lain. Jadi, manusia adalah salah satu bidang obyek yang dipelajari
oleh biologi. Pada sudut pandang ilmu komunikasi, pendekatan biologi mencoba
mengangkat faktor-faktor biologis pada diri manusia komunikan untuk mempelajari
perilaku komunikasinya. Dari penjelasan dua bidang pendekatan ini, jelas bahwa
keduanya menjadikan manusia komunikan sebagai fokus mendekatan dalam sudut
pandang ilmu komunikasi. Dengan demikian, masih menurut penjelasan dua bidang di
atas, kita dapat menyusun elemen-elemen pembeda antara pendekatan biologi dan
psikologi dalam ilmu komunikasi. Pendekatan biologi ilmu komunikasi memulai studinya
aspek-aspek hayati pada diri manusia misalnya, kondisi otak, telinga, mata, dan mulut
(lida dan bibir untuk komunikasi verbal). Sedangkan pendekatan psikologi memulai
dengan studi terhadap perilaku individu manusia.

SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Posted on September 20, 2008 by imron rosyidi

Menurut Egan ada Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang
dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik , yaitu :
1. Berhadapan. Maksud dari posisi ini adalah kita sudah siap melakukan sesuatu
untuk klien.
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan
atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi, sebuah sikap menerima kehadiran orang lain
dalam komunikasi.
5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

Selain hal-hal di atas sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui perilaku
non verbal. Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan ada lima kategori komunikasi
non verbal, yaitu :

1. Isyarat vokal, yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara non
verbal misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan kecepatan
bicara.
2. Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan sikap
tubuh.
3. Isyarat obyek, yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh
seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
4. Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang. Hal ini
didasarkan pada norma-norma social budaya yang dimiliki.
5. Sentuhan, yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non verbal
yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat dipengaruhi
oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin, usia dan
harapan.

Teknik Komunikasi Terapeutik.

Ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi yang efektif (Stuart dan Sundeen, 1998)
yaitu :
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu
sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.

Stuart dan Sundeen, (1998) mengidentifikasi teknik komunikasi terapeutik sebagai


berikut :

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian. Dalam hal ini perawat berusaha mengerti
klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Mendengar
merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat
mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk
berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2. Menunjukkan penerimaan.Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti
bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
ketidaksetujuan.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.Tujuan perawat bertanya adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.
4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.Melalui
pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa
perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
5. Mengklasifikasi. Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan
dalam kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
6. Memfokuskan.Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan
sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
7. Menyatakan hasil observasi.Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang
ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.
8. Menawarkan informasi.Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk
mengambil keputusan.
9. Diam.Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya
sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
10. Meringkas.Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat.
11. Memberi penghargaan.Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien
dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi
untuk mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya.
12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.Memberi
kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.Teknik ini memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
14. Menempatkan kejadian secara berurutan.Mengurutkan kejadian secara teratur
akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya,Apabila
perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari
perspektif klien.
16. Refleksi.Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan
dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

SUMBER:

Cangara, Hafid. (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Ellis,R.,Gates, R, & Kenworthy,N. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam


Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta,EGC.

Keliat, B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, S 1997, Ilmu Perilaku dan komunikasi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Purwanto, H. (1998). Komunikasi untuk Perawat. EGC, Jakarta.

Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta.

Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.(1998) . Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa: Achir


Yani S. Hamid. ed ke-3. Jakarta, EGC

Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktek. Jakarta, EGC.

You might also like