You are on page 1of 4

Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif

Penyusun

SAMSUL ODE

D2B008071

RESENSI

Judul :

MENGGULINGKAN PENGUASA : BENTUK BARU PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM


MENGONTROL KEKUASAAN KEPALA DESA YANG ADIGANG ,ADIGUNG DAN ADIGUNA

Penulis:

BASROWI

Ulasan :

Tulisan ini berusaha menggambarkan dinamika simbol perlawanan rakyat dalam tingkat lokal,
penulis berusaha menggambarkannya dalam unit yang lebih kecil, bukan Negara melainkan desa.
Penulis menggambarkan bahwa gerakan perlawanan petani dipahami sebagai akibat terjadinya
penyimpangan dan ancaman terhadap nilai,norma tradisi atau kepercayaan yang mereka miliki.
Dengan dasar ini , pendekatan historis biasanya menggunakan tema pertarungan ideologis dan
perubahan sosial yang mengancam kelestarian pranata sosial mereka tersebut.

Secara metodologis, penulis dalam tulisan dan penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Desain kualitatif yang digunakan lebih mengarah pada pendekatan
konstruksionisme .data dikumpulkan melalui pengamatan berpartisipasi dan wawancara
mendalam di desa sikampul kabupaten purworejo, Jawa Tengah yang berlangsung sejak
September 2002 hingga maret 2003. Kesimpulan yang ingin dicapai oleh penulis dalam
tulisannya ini adalah untuk memperoleh pengetahuan pemahaman tentang: (1) berbagai
fenomena sosial yang menyebabkan terjadinya perlawanan masyarakat terhadap kekuasaan
kepala desa.( 2) berbagai bentuk tindakan atau kekerasan sehari-hari yang dilakukan kepala
desa . (3) berbagai bentuk perlawanan masyarakat dalam rangka membungkam penguasa. (4)
berbagai bentuk intervensi lembaga lembaga supra desa dalam menghambat partisipasi
masyarakat desa. (5) tatanan sosial yang diharapkan oleh masyarakat pasca – penggulingan
kekuasaan kepala desa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap era mempunyai corak dan warna tersendiri bagi
kepemimpinan lurah di desa sikampul. Pada masa orde baru ,desa sikampul dipimpin oleh lurah
Rono Miharjo. Orangnya sangat keras, meledak-ledak , terkesan otoriter , selalu serius dan
berupaya menjaga kewibawaannya di hadapan masyarakat. Tipe kepemimpinan lurah yang dapat
dikatakan otoriter, tampak dari berbagai tindakannya kepada masyarakat. Masyarakat harus
melaksanakan seluruh perintahnya dan tidak boleh membantah sepatah kata pun. Pada tahun
1990 jabatan kepala desa diganti oleh seorang masyakat biasa bernama sugiono. Pada saat
dijabat oleh sugiono otoritarian lurah sangat berkurang. Sayangnya perubahan tidak bertahan
lama. Ketika tahun 1998 lurah diganti dengan bambang yang bertemperamen kaku dan sangar.

Pada masa era reformasi, ada beberapa tindakan kekerasan yang dilakukan lurah di era
reformasi yang menyebabkan masyarakat kecewa. ada beberapa hal yang menyebabkan
masyarakat kecewa yakni pertama, lurah tidak pernah bisa ditemui baik di kantor maupun
rumahnya. Masyarakat kesulitan untuk menemuinya , sehingga seluruh surat menyurat selalu
berurusan dengan sekdes. kedua kepala desa dinilai tidak memihak rakyat dalam membuat
kebijakan pertanahan, dimana kepala desa selalu mengijinkan masyarakat luar desa membeli
tanah yang ada di desa dengan harga yang sangat tinggi, tanpa bermusyawarah terlebih dengan
masyarakat. Ketiga, kepala desa tidak pernah mengikutsertakan masyarakat umum ,LKMD, dan
BPD dalam segala urusan pembangunan desa. Keempat,kepala desa selama dua tahun
mengorupsi uang bantuan kepada desa sebanyak 20 juta. Uang tersebut diambil tanpa
sepengetahuan ketua LKMD dan Baperdes. Kelima,kepala desa juga menyunat dan JPS
kesehatan yang harus diberikan kepada masyarakat miskin tanpa adanya rembug dengan
masyarakat atau dengan para penerima JPS kesehatan. Keenam, kepala desa sering menantang
berkelahi dengan warga.ketujuh,kepala desa tidak pernah mau menghadiri rapat yang
berhubungan dengan desa. Kedelapan, sering memanfaatkan power lembaga supra desa untuk
menekan dan menakut-nakuti warga.

Atas tindakan otoriter itulah , timbul perlawanan masyarakat dalam rangka membungkam
penguasa. Ada beberapa bentuk yaitu

1. Mengadakan berbagai rapat untuk konsolidasi


2. Meminta pertanggungjawaban kepala desa

3. Mengumpulkan dana dan tanda tangan setuju lurah diberhentikan

4. Menolak LPJ kades

5. Mengajukan surat permohonan pemberhentian sementara kepada bupati.

6. Mengajukan surat kepada polisi

7. Mengajukan surat kepada pengadilan agar menghukum dengan seadil-adilnya

8. Mengajukan permohonan pemberhentian tetap kepada bupati

9. Mengadukan tindakan kepala desa ke DPRD, sekaligus mengajak dialog dengan DPRD

10. Menolak segala intervensi lembaga supra desa

Berdasarkan uraian diatas, hasil yang bisa digeneralisasi menjadi hipotesis yang bisa
diterima ialah bahwa perlawanan masyarakat paling mungkin terjadi di desa yang
terdapat konflik antar elit desa, yakni kepala desa sebagai pihak pertama dan elit
masyarakat sebagai pihak kedua. Pihak pertama mempunyai berbagai kekurangan dan
pihak kedua mampu membangkitkan kesadaran masyarakat dengan mengangkat isu
kekurangan pihak pertama. Sementara itu masyarakat sangat merindukan media yang
bisa digunakan untuk menyalurkan kekecewaannya terhadap pemerintahan desa.

Proses lahirnya kesadaran diawali dari proses menumpukkan memori historis yang
mampu merekonstruksi kesadaran kritis masyarakat. Masyarakat sampai mempunyai
kesadaran kritis bahwa mereka tidak mau lagi diperlakukan seenaknya dengan diinjak-
injak haknya.

Berdasarkan analisis data yang dikemukakan oleh penulis, dapat disimpulkan beberapa
hal yang menyoroti masalah ini. Pertama, fenomena sosial yang menyebabkan terjadinya
perlawanan masyarakat terhadap kekuasaan kepala desa dilatar belakangi oleh berbagai
fenomena sosial yang menyebabkan masyarakat kecewa baik era orde baru, menjelang
reformasi , maupun pasca reformasi. Seluruh fenomena yang menimbulkan kekecewaan
tersebut tali temali menjadi serangkaian fenomena yang mampu melahirkan perlawanan
rakyat hingga proses penggulingan kepala desa. Kedua, berbagai bentuk tindakan
/kekerasan sehari-hari yang dilakukan kepala desa. Ketiga, berbagai bentuk perlawanan
masyarakat dalam rangka membungkam penguasa antara lain salah satunya adalah
mengumpulkan tanda tangan setuju pemberhentian kepala desa. Keempat, adanya
berbagai bentuk intervensi lembaga supra desa dalam menghambat partisipasi masyarakat
desa. Kelima, tatanan sosial yang diharapkan oleh masyarakat pascapenggulingan
kekuasaan kepala desa adalah terpilihnya kepala desa yang benar-benar baik, taat
beribadah , tidak mempunyai kebiasaan main judi, berkelahi , minum minuman
keras,jujur , tidak suka korupsi , berdedikasi yang tinggi dalam memajukan desa dan
bersedia membuat kebijakan yang memihak rakyat. Keenam, euphoria rakyat untuk
mengontrol kekuasaan pemerintah desa.

Tulisan ini sangat menarik dalam hal kemampuan penulis menyelami problem
resource,serta tata bahasa yang mudah dimengerti serta analisis yang tajam dan
mendetail. Namun ada beberapa hal yang perlu dikoreksi seperti penggunaan kata lurah
dan kepala desa. Disini penulis tidak memilah penggunaan dua kata tersebut. Kepala desa
adalah sebutan bagi jabatan tertinggi di tingkat desa(kabupaten) sedangkan lurah adalah
sebutan bagi jabatan tertinggi di tingkat kelurahan (kota). Penulis lebih menitikberatkan
kepada wawancara pihak yang pro sedangakan pihak yang kontra sepertinya tidak
dilibatkan. Tulisan ini dapat membuka mata para pembaca bahwa di tingkat unit sosial
yang terendah sekalipun perubahan itu dapat diusung melalui gerakan people power.

You might also like