You are on page 1of 36

ASKEP MASA NIFAS

oleh

KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2010

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 1


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama
6 minggu. Pada beberapa jam setelah bayi dilahirkan dan plasenta di keluarkan adalah masa-
masa perhatian dimana seorang ibu perlu benar-benar dipantau keadaannya. Karena pada saat-
saat itu bisa terjadi masalah seperti adanya perdarahan dan juga infeksi akibat masuknya bakteri
atau kuman di tempat bekas jahitan akibat proses kelahiran.

B. Tujuan

Tujuan umum :
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan apa saja yang harus dilakukan pada ibu
nifas dengan perdarahan dan infeksi.

Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan mempraktekan asuhan keperawatan pada ibu nifas
dengan perdarahan dan infeksi.

C. Metode Penulisan

Makalah ini disusun dengan menggunakan metode literature, konsultasi, dan diskusi
kelompok.

D. Sistematika penulisan

Makalah ini terdiri dari 3 BAB, dimana BAB I adalah Pendahuluan, BAB II Tinjauan
Teoretis yang terdiri dari Asuhan Keperawatan Nifas dengan Perdarahan dan Infeksi. BAB III
Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran, dan daftar pustaka.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 2


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR MASA NIFAS

1. Pengertian
 Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
 Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
yang normal. (http://qittun.blogspot.com/2008/06/konsep-nifas.html )

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan,
baik secara fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak
dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan
terjadi keadaan patologis.
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis
puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian terbanyak para ibu, infeksi merupakan
penyebab kematian terbanyak nomor duaa setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para
tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada
ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkannya karena bayi tersebut tidak
akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan
mortalitas bayi pun akan meningkat.

2. Tahap masa nifas


Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote
puerperium. Perhatikan penjelasan berikut.
a. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 3


b. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan.

3. Perubahan Masa Nifas


Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang meliputi
perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
a. Perubahan fisik
 Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau
uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil.

Proses involusi terjadi karena adanya:


Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena  adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan
menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai
keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.

Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena
kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot
menjadi lebih kecil.
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan
otot uterus.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 4


Involusi pada alat kandungan meliputi: 
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi   dan  retraksi
otot-ototnya.      

 Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena
setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus
mengecil lagi dalam masa nifas.

  Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir
minggu pertama dapat dilalui oleh  1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena
retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang  sangat diregang waktu
persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum
ruggae mulai nampak kembali.

           2. Perubahan Psikologi

               Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:

a. Periode Taking In

Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi  interaksi dan kontak
yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang
tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
menciptakan hubungan yang baru.

b. Periode Taking Hold

Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab
terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada
periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau
buang air besar.

c. Periode Letting Go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap
bayi. Sedangkan stres  emosional pada ibu nifas kadang-kadang  dikarenakan kekecewaan

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 5


yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur
terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5
post partum.

II. PERDARAHAN

Definisi :

 Perdarahan Post partum (PPP) adalah perdarahan setelah bayi lahir (Kala IV) sebelum / pada
saat setelah plasenta lahir, dengan jumlah >500 cc.
(http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/12/02/perdarahan-postpartum/ )
 Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam massa 24 jam setelah
anak lahir. ( Rustam, Sinopsis obsetri hal 298)
 Perdarahan post partum adalah prdarahan yang melebihi 500 cc dalam 24 jam pertama setelah
anak lahir. (obstetri patologi, hal 231)
 Kesimpulan: Perdarahan postpartum adalah perdarahan 500 cc atau lebih setelah kala III selesai
(setelah plasenta lahir).

Jenis

a. Perdarahan postpartum dini bila terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan postpartum lambat bila terjadi setelah 24 jam pertama.

Etiologi perdarahan postpartum

1. Atonia uteri

 suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri
juga didefinisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera setelah plasenta lahir.
 Pada atonia uteri tidak mengadakan kontraksi dengan baik, dan ini merupakan sebab utama dari
perdarahan postpartum. uterus teregang (hidroamnion, kehamilan ganda atau kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narcosis predisposisi unutk terjadinya atonia
uteri.

 FAKTOR PREDISPOSISI
Dalam kasus atonia uteri penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Namun demikian ada
beberapa faktor predisposisi yang biasa dikenal. Antara lain:

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 6


 Distensi rahim yang berlebihan
Penyebab distensi uterus yang berlebihan antara lain:
a. kehamilan ganda
b. poli hidramnion
c. makrosomia janin (janin besar)
Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus
tidak mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir.

 Pemanjangan masa persalinan (partus lama) dan sulit


Pada partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga otot-otot rahim tidak mampu
melakukan kontraksi segera setelah plasenta lahir.

 Grandemulitpara (paritas 5 atau lebih)


Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali teregang. Hal ini
akan menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir.

 Kehamilan dengan mioma uterus


Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post partum adalah mioma intra mular,
dimana mioma berada di dalam miometrium sehingga akan menghalangi uterus berkontraksi.

 Persalinan buatan (SC, Forcep dan vakum ekstraksi)


Persalinan buatan mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan buah
kehamilan dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi lelah dan lemah untuk
berkontraksi.

 Persalinan lewat waktu


Peregangan yang berlebihan ada otot uterus karena besarnya kehamilan, ataupun juga terlalu
lama menahan beban janin di dalamnya menjadikan otot uterus lelah dan lemah untuk
berkontraksi.

 Infeksi intrapartum
Korioamnionitis adalah infeksi dari korion saat intrapartum yang potensial akan menjalar pada
otot uterus sehingga menjadi infeksi dan menyebabkan gangguan untuk melakukan kontraksi.

 Persalinan yang cepat

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 7


Persalainan cepat mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan buah
kehamilan dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi lelah dan lemah untuk
berkontraksi.

 Kelainan plasenta
Plasenta akreta, plasenta previa dan plasenta lepas prematur mengakibatkan gangguan uterus
untuk berkontraksi. Adanya benda asing menghalangi kontraksi yang baik untuk mencegah
terjadinya perdarahan.

 Anastesi atau analgesik yang kuat


Obat anastesi atau analgesi dapat menyebabkan otot uterus menjadi dalam kondisi relaksasi
yang berlebih, sehingga saat dibutuhkan untuk berkontraksi menjadi tertunda atau terganggu.
Demikian juga dengan magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsi/eklamsi yang berfungsi sebagai sedativa atau penenang.

 Induksi atau augmentasi persalinan

Obat-obatan uterotonika yang digunakan untuk memaksa uterus berkontraksi saat proses
persalinan mengakibatkan otot uterus menjadi lelah.

 Penyakit sekunder maternal


Anemia, endometritis, kematian janin dan koagulasi intravaskulere diseminata merupakan
penyebab gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk
berkontraksi.

TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala atonia uteri adalah:

  Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah tidak merembes.
Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini terjadi karena
tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.

  Konsistensi rahim lunak

Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan yang lainnya.

  Fundus uteri naik

Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan menggumpal

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 8


  Terdapat tanda-tanda syok

Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan
lain-lain.

PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penanganan kasus atonia uteri:

 Berikan 10 unit oksitosin IM


  Lakukan massage uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi dengan teknik
aseptik apakah plasenta utuh. Pemeriksaan menggunakan sarung tangan DTT atau steril,
usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban
yang tertinggal.
  Periksa kandung kemih ibu jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi atau gunakan teknik
aseptik untuk memasang kateter ke dalam kandung kemih (menggunakan kateter karet
steril/DTT)
  Gunakan sarung tangan DTT/steril, lakukan KBI selama maksimal 5 menit atau hingga
perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
  Anjurkan keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan
  Jika perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi baik, teruskan KBI selama 1-2
menit
  Keluarkan tangan dengan hati-hati dari vagina
  Pantau kala IV dengan seksama, termasuk sering melakukan masase, mengamati
perdarahan, tekanan darah dan nadi
  Jk perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit setelah
dimulainya KBI, ajari salah satu keluarga melakukan KBE
  Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
  Jk tidak ada tanda-tanda hipertensi pada ibu, berikan methergin 0,2 mg IM
  Mulai infus RL 500cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16/18 G)
dengan teknik aaseptik. Berikan 500cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan IV RL
+ 20 unit oksitosin kedua
  Jk uterus tetap tidak kontraksi maka ulangi KBI
  Jika berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala IV dengan
seksama
  Jk uterus tidak berkontraksi, rujuk segera
  Dampingi ibu ke tempat rujukan, teruskan infus dengan kecepatan 500cc/jam hingga ibu
mendapatkan total 1,5 liter dan kemudian turunkan hingga 125cc/jam.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 9


2. Laserasi jalan lahir

Perlukaan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak
direparasi dengan segera. Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari
perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robelan servik atau
vagina.

1. Robekan atau perlukaan serviks

Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan dan bibir belakang servik
dijepit dengan klem fenster  kemudian serviks ditariksedidikit untuk menentukan letak robekan
dan ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung untuk
menghentikan perdarahan.

Ciri-ciri perdarahan karena robekan serviks:


 kontraksi uterus kuat
 darah berwarna merah muda karena berasal dari arteri
 biasanya timbul setelah persalinan operatif

Penyebab robekan serviks


a. Partus presipitatus
b. Trauma krn pemakaian alat-alat operasi
c. Melahirkan kepala pd letak sungsang scr paksa, pembukaan blm    lengkap
d. Partus lama

2. Robekan atau perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perinium tidak seberapa sering
terdapat.Mungkin ditemukan sesudah persalinan biasa,tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat
ekstraksi dengan cunam,lebih-lebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada
dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan dengan spekulum.Perdarahan biasanya
banyak, tapi mudah diatasi dengan jahitan.
Kadang-kadang robekan bagian atas vagina terjadi sebagai akibat menjalarnya robekan
serviks.Apabila ligamentum latium terbuka dan cabang-cabang arteri terputus,timbul banyak
perdarahan yang membahayakan jiwa penderita.Apabila perdarahan demikian itu sukar dikuasai
dari bawah,terpaksa dilakukan laparatomi dan ligamentum latium dibuka untuk menghentikan

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 10


perdarahan, jika hal yang terakir ini tidak berhasil,arteri hipogaspika yang bersangkutan perlu
dilihat.

3. Robekan atau perlukaan perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengan dan bisa menjadi
luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala
janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipito bregmatika

1. Ada 4 tingkatan robekan yang dapat terjadi pada persalinan ;


- robekan tingkat I yang mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat.
- robekan tingkat II mengenai alat-alat dibawahnya.
- robekan tingkat III mengenai M.Spingter Ani.
- robekan tingkat IV mengenai mukosa rectum
2. Nilai derajat laserasi perineum
 Derajat I
-Mukosa vagina
-Kulit perineum
 Derajat II
-Mukosa vagina
-Kulit perinium
-Otot perineum
 Derajat III
-Mukosa vagina
-Kulit perinium
-Otot perinium
-Otot Spingter Ani
 Derajat IV
-Mukosa vagina
-Kulit perinium
-Otot perinium
-Otot Spinghter Ani
-Meluas hingga mukosa rektum

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 11


3. Penyebab

Yang dapat menyebabkan terjadinya ruptura perimi;


1. Partus Presipatatus
2. Kepala janin besar dan janin besar
3. Pada persentasi defleksi(dahi,muka)
4. Pada primi graviga(pora)
5. Pada letak sungsang dan after Coming Head.
6. Pimpinan persalinan yang salah
7. Pada obstetri speratif per vaginam,ekstrosi vakum,ekstresi forceps,versi dan ekstraksi
serta embriotomi.
8. Kepala anak terlalu cepat lahir
9. Arcus pubis sempit
10. Vagina sempit
11. Perinium kaku
12. Posisi Occipito posterior

3. Hematoma

Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau pada
jahitan perineum. Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan
tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang
kecil diatasi dengan es, analgesic dan pemantauan yang terus menerus.
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak
sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil
diatasi dengan es, analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat
diserap kembali secara alami.

4. Lain-lain

a. Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih ada
pembuluh darah yang tetap terbuka.
b. Ruptura uteri
 robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. 
 robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa
robeknya perioneum visceral

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 12


 ETIOLOGI
1. riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
2. induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
3. presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ).

TANDA dan GEJALA

 Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak

 Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri

 Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )

 Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun
dan nafas pendek ( sesak )

KLASIFIKASI
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :

1. Menurut waktu terjadinya


a. R. u. Gravidarum
- Waktu sedang hamil
- Sering lokasinya pada korpus
b. R. u. Durante Partum
- Waktu melahirkan anak
- Ini yang terbanyak

c. inversion uteri
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke
dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat
melahirkan plasenta.

Pembagian inversio uteri :


1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar
dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.

Penyebab inversio uteri :

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 13


1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan
intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan,
perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :
1. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
2. Tarikan tali pusat yang berlebihan.

Gejala klinis inversio uteri :


 Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang
banyak sampai syok. Apalagbila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas
dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
 Pemeriksaan dalam :
1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

3 hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan postpartum,
yaitu:

1. penghentian perdarahan
2. Jaga jangan sampai timbul syok
3. Penggantian darah yang hilang

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 14


ASUHAN KEPERAWATAN NIFAS DENGAN PERDARAHAN

1. PENGKAJIAN

AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Melaporkan kelelahan berlebihan

SIRKULASI

Kehilangan darah pada kelahiran umumnya 400-500 ml (kelahiran per vagina), 600-800 ml
(kelahiran sesaria), meskipun penelitian menunjukkan kehilangan darah sering dilecehkan.
Riwayat anemia kronis, defek koagulasi kongenital/insidental, indiopatik trombositomia purpura.

INTEGRITAS EGO

Mungkin cemas, ketakutan, khawatir.

SEKSUALITAS

Persalinan mungkin lama/ diaugmentasi atau diinduksi, mendadak/traumatik; penggunaan forsep,


anestesia umum, terapi tokolitik.

Kelahiran suulit atau manual dari plasenta.

Pemeriksaan plasenta setelah kelahiran telah mennunjukkan hilangnya fragmen-fragmen


plasenta, robekan, atau bukti terlilit pembuluh darah.

Kelahiran vagina setelah sesaria (VABC).

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Hemoragi pascapartum sebulumnya, hipertensi diinduksi oleh kehamilan (HKK), uterin atau
tumor servikal, grand multipara.

Mencerna aspirin secara terus menerus/berlebihan

HEMORAGI PASCAPARTUM AWAL (SAMPAI 24 JAM SETELAH KELAHIRAN)

SIRKULASI

Perubahan tekanan darah dan nadi ( mungkin tidak terjadi sampai kehilangan darah bermakna).

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 15


Pelambatan pengisian kapiler.

Pucat ; kulit dingin/lembab.

Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (plasenta)

Dapat mengalami perdarahan vaginal berlebihan, atau rembesan dari insisi sesaria atau
episiotomi; rembesan dari kateter intravena, sisi injeksi intramuskular, atau kateter urinarius;
perdaran gusi (tanda-tanda koagulasi intravaskular diseminata {KID} ).

Hemoragi berat atau syok diluar proporsi jumlah kehilangan darah (inversi uterus).

ELIMINASI

Kesulitan berkemih dapat menunjukkan hematoma dari porsi atas vagina.

NYERI/ KETIDAKNYAMANAN

Sensasi nyeri terbakar/robekkan (laserasi), nyeri vulva/vagina/pelvis/punggung berat


(hematoma), nyeri uterus lateral, nyeri panggul (hematoma ke dalam ligamen luas), nyeri tekan
abdominal (atoni uterin, fragmen plasenta tertahan), uterin berat dan nyeri abdominal (inversi
uterus).

KEAMANAN

Laserasi jalan lahir : darah merah terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan uterus
keras, uterus kontrasi dengan baik, robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara
vagina ke perenium, robekan luas dari episiotomi, ekstansi episiotomi ke dalam kubah vagina,
atau robekan pada serviks.

Hematoma : unilateral, penonjolan masa tegang berfluktasi pada muara vagina atau meliputi
labia mayora; keras, nyeri pada sentuhan; perubahan warna kemerahan atau kebiruan unilateral
adri kulit perinium atau bokong. (Hematoma abdominal setelah kelahiran sesaria mungkin
asimtomatik kecuali pada perubahan tanda vital).

SEKSUALITAS

Pembesaran uterus lunak dan menonjol, sulit dipalpasi; perdarahan merah terang adri vagina
(lambat atau tersembunyi), bekuan-bekuan besar dikeluarkan pada masase uterus (atoni uterus).

Uterus kuat, kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen-fragmen plaseta
yang tertahan).

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 16


Fundus uterus terinversi: mendekkat pada kontak, atau menonjol melalui, os eksterna (inversi
uterus).

Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multiple, polihidramnion,


polihramnion, makrosomia), abropsio plasentae, plasenta previa.

HEMORAGI PASCAPARTUM LAMBAT (24 JAM SAMPAI 28 HARI SETELAH KELAHIRAN)

SIRKULASI

Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba

Dapat tampak pucat, anemik.

NYERI/KETIDAKNYAMANAN

Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)

Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).

KEAMANAN

Rabas likhial bau busuk (infeksi)

Pecah ketuban dini

SEKSUALITAS

Tinggi fundus atau badan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelumnya kehamilan
(subinvolusi)

Leukorea mungkin ada.

Terus terlepasnya jaringan.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Golongan darah : menentukan Rh, golongan ABO, dan pencocokan silang.

Jumlah darah lengkap : menunujukkan penurunan hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht) dan


peningkatan jumlah sel darah putih (SDP) (perpindahan ke kiri, dan peningkatan laju sedimentasi
menunjukan infeksi).

Kultur uterus dan vaginal : mengesampingkan infeksi pascapartum

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 17


Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih.

Profil koagulasi : peningkatan degradasi kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP),
penurunan kadar fibrinogen, massa tromboplastin parsial diaktivasi, masa tromboplastin parsial
(APTT/PTT), masa protrombin memanjang pada adanya KID.

Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) b.d kehilangan


vaskular berlebihan.

TINDAKAN/INTREVENSI RASIONAL
Tinjau ulang catatan kehamilan dan Membantu dalam membuat rencana perawatan
persalinan/kelahiran, perhatikan faktor- yang tepat dan memberikan kesempatan untuk
faktor penyebab atau pemberat pada mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.
situasi hemoragi (mis : laserasi, fragmen
plasenta tertahan, sepsis).

Mulai infus 1 atau 2 I.V dari cairan Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan
isotonik atau elektrolit dengan kateter atau produk darah untuk meningkatkan volume
18G atau melalui jalur vena sentral. sirkulasi dan mencegah pembukuan.
Berikan darah lengkap atau produk darah
( mis : plasma, kriopresipitat,
trombosit)sesuai indikasi.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Meningkatkan kntraktilitas dari uterus yang
 Oksitosin, metilergononovin menonjol dan miometrium, menutup sinus vena
meleat, prostagladin F2alfa. yang terpajan, dan mengingkatkan hemoragi
pada adanya atoni.

Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena,
perdarahan, timbang dan hitung dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat
pembalut, simpan bekuan dan jaringan diagnosa banding dan menentukan kebutuhan
untuk dievaluasi oleh dokter. penggantian.

Kaji lokasi uterus dan derajat Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 18


kontraktilitas uterus. Dengan perlahan diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas
masase penonjolan uterus dengan satu miometrium dapat menurunkan kehilangan
tangan kedua tepat di atas simfisis pubis. darah. Penempatan satu tangan diatas simfisis
pubis mencegah kemungkinan inversi uterus
masase.

Perhatikan hipotensi atau takikardi, Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan


pelambatan pengisian kapiler, atau terjadi syok. Perubahan pada TD tidak dapat
sianosis dasar kuku, membran mukosa, terdeteksi sampai volume cairan telah menurun
dan bibir. sampai 30%-50%. Sianosis adalah tanda akhir
hipoksia.

Pantau parameter hemodinamik, seperti Memberikan pengukuran lebih langsung dan


tekanan vena sentral atau tekanan baji volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
arteri pulmonal, bila ada.

Lakukan tirah baring dengan kaki Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan
ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh aliran balik vena menjamin persediaan darah ke
horisontal. otak dan organ vital lainnyalebih besar.

Pantau masukan dan haluaran, Bermanfaat dalam memperkiraan luas/signifikasi


perhentikan berat jenis kehilangan cairan .

Hindari pengulanggan/gunakan Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi


kewaspadaan bila melakukan servikal, vaginal atau perineal atau hematoma
pemeriksaan vaginal dan atau rektal. terjadi.

Berikan lingkungan yang tenang dan Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas


dukungan psikologis. dan kebutuhan metabolik.

Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai Membantu dalam menentukan jumlah kehilangan


indikasi : darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb.
 Hb dan Ht

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 19


DIAGNOSA KEPERAWATAN :

2. Perfusi jaringan, perubahan b.d Hipovelemia

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah Nilai bandingan membantu menentukan beratnya
kehilangan darah. Kaji status nutrisi, kehilangan darah. Status yang ada sebelumnya
tinggi dan berat badan. dari ksehatan yang buruk meningkatkan luasnya
cidera dari kekurangan oksigen.

Pantau tanda vital : catat derajat dan Luasnya keterlibatan hipoofisis dapat
durasi episode hipo volemik. dihubungkan dengan derajat dan durasi
hipotensi.

Perhatikan tingkat kesadaran dan Perubahan sensorium adalah indikator dini dari
adanya perubahan perilaku. hipoksia.

Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ
gusi, lidah,dan perhatikan suhu kulit. vital, sirkulasi pada pembuluh darah perifer
diturunkan, yang mengakibatkan sianosis dan
suhu kulit dingin.

Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada Kerusakan atau keterlibatan hipofisis anterior
atau tidaknya laktasi dan perubahan (Sindrom Sheehan) menurunkan kadar prolaktin,
pada ukuran payudara. mengakibatkan tidak adanya produksi ASI.

Pantau GDA dan kadar pH Membantu dalam mendiagnosa derajat hipoksia


jaringan atau asidosis yang diakibatkan dari
terbentuknya asam laktat dan metabolisme
anaerobik.
Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan. Maksimalkan ketersediaan oksigen untuk
transpor sirkulasi ke jaringan.
Pasang jalan napas; penghisap sesuai Memudahkan pemberian oksigen.
indikasi.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 20


DIAGNOSA KEPERAWATAN

2. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau
kematian, transmisi/penularan antar pribadi, respon fisiologis (pelepasan katekolamin).

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

Evaluasi respon psikologis serta persepsi Membantu dalam membentuk rencana perawatan.
klien terhadap kejadian hemoragi pasca Persepsi klien tentang kejadian mungkin
partum. Klarifikasi kesalahan konsep. menyimpang, memperberat ansietasnya.

Evaluasi respons fisiologis pada hemoragi Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin
pascapartum; mis., takikardi, takipnea, karena respons fisiologis, ini dapat diperberat atau
gelisah, atau iritabilitas. dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis.

Sampaikan sikap tenang, empati dan Dapat membantu klien mempertahankan kontrol
mendukung. emosional dalam berespons terhadap perubahan
status fisiologis. Membantu dalam menurunkan
transmisi ansietas antar pribadi.

Berikan infofmasi tentang modalitas tindakan Informasi akurat dapat menurunkan ansietas dan
dan keefektivan intervensi. ketakutan yang diakibatkan oleh ketidaktahuan.

Bantu klien dalam mengidentivikasi Pengungkapan memberikan kesempatan untuk


perasaan ansietas; berikan kesempatan memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan
pada klien untuk mengungkapkan perasaan. konsep, dan meningkatkan perspektif,
memudahkan proses pemecahan masalah.

Kaji strategi koping dan implikasi jangka Ansietas berat atau lama dapat diantipasi bila
panjang dari episode hemoragi. (Rujuk pada komplikasi permanen (seperti pada nekrosis
DK : Menjadi orang tua, perubahan, risiko hiposis anterior).
tinggi terhadap).

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 21


DIAGNOSA KEPERAWATAN

3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan, penurunan HB

INTERVENSI RASIONAL
Demontrasikan mencuci tangan yang tepat Mencegah kontaminasi silang atau penyebaran
dengan teknik perawatan diri. organism infeksius

Perhatikan perubahan pada TTV Peningkatan suhu dari 38oc pada dua hari berturut-
turut, takikardi menandakan infeksi

Perhatikan gejala malaise, menggigil, Gejala-gejal ini menandakan keterlibatan sistemik,


anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri kemungkinan menimbulkan bakterimia, syok dan
pelvis. kematia bila tidak teratasi.

Panatau kecepatan involusi uterus dan Infeksi uterus memperlambat involusi dan
sifat serta jumlah rabas lokhia. memeperlambat aliran lokhia.

Kaji kadar HB atau HT. Berikan suplemen Anemia sering menyertai infeksi, memeperlambat
zat besi sesuai indikasi. pemulihan dan merusak sistem imun.

Berikan antibiotic intravena sesuai indikasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

4. Resiko tinggi terhadap nyeri b.d trauma atau distensi jaringan

INTERVENSI RASIONAL
Tentukan karakteristik, tipe, lokasi dan membantu dalam diagnose banding dan
durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan
perineal yang menetap, perasaan berkenaan dengan hematoma karena tekanan
penuh pada vagina, kontraksi uterus dari hemoragic tersembunyi ke vagina atau
atau nyeri tekan abdomen . jaringan ke perineal.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 22


Kaji kemungkinan penyebab psikologis Situasi darurat dapat mencetus rasa takut dan
dariketidak nyamanan. ansietas yang memeperberat perssepsi
ketidaknyamanan.

Instruksikan klien untuk melakukan Pendidikan dengan metode fisiologis dan


teknik relaksasi, berikan aktifitas psikologis dari control nyeri menurunkan
hiburan dengan tepat. ansietas dan peresepsi ketidaknyamanan
klien.

Berikan tindakan kenyamanan, seperti Kompres dingin meminimalkan dan


pemberian kompres es pada perineum menurunkan hematoma serta sensasi nyeri,
atau lampu pemanas pada panas meningkatkan vaso dilatasi yang
penyambung episiotomy. memudahkan resorbsi hematoma.

Berikan analgesic atau sedative sesuai Menurunkan nyeri dan ansietas dan
indikasi. meningkatkan relaksasi.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 23


III. INFEKSI

Definisi.

o
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik antara 37,2-37,8 c oleh karena
resorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi dalam hal ini disebut demam resorbs, keadaan
ini adalah normal.

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genital dalam masa nifas.
(Rustam mochtar, synopsis obstetric hal 413)

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-kuman kedalam alat
genital pada waktu persalinan dan nifas.

Infeksi puerpualis adalah infeksi luka jalan lahir post partum biasanya dari endometrium, bekas insersi
plasenta. (obstetric patologi, hal 244)

Demam nifas Morbiditas Puerperalis meliputi demam pada masa nifas oleh sebab apa pun. Menurut
Joint Committee on Maternal Welfare, AS morbiditas puerperalis ialah kenaikan C atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama post°suhu sampai 38 partum dengan mengecualikan hari pertama. Suhu
diukur dari mulut sedikit-dikitnya 4 kali sehari.

Etiologi.
Bermacam-macam

 Eksogen       : kuman datang dari luar.


 Autogen          : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
 Endogen          : dari jalan lahir sendiri.

Selain itu infeksi nifas dapat pula disebabkan oleh:

 Streptococcus haemolytieus aerobicus

merupakan sebab infeksi yang paling berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen
(dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).

 Staphylococcus aerus

Masuk secara eksogen. menyebabkan infeksi sedang, walaupun kadang-kadang menjadi infeksi
umum. Banyak ditemukan di RS dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 24


 E. coli

berasal dari kandung kemih atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva dan endometrium.

 Clostridium Welchii

Kuman bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

Cara terjadinya infeksi:

 Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau
operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain
adalah sarung tangan atau alat- alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman.
 Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari
hidung atau tenggorokan dokter atau yang membantunya. Oleh karena itu hidung dan mulut
petugas yang bertugas di kamar bersalin harus di tutup dengan masker dan penderita infeksi
sluran pernafasan di larang memasuki kamar bersalin.
 Dalam RS banyak kuman-kuman patogen yang berasal dari penderita dengan berbagai jenis
infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara ke mana-mana antara lain ke handuk,
kain-kain, alat-alat yang suci hama dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan
atau nifas.
 Coitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab yang paling penting kecuali apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.
 Infeksi intra partum. Biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah
dan beberapa kali dilakukan periksa dalam.

Faktor Predisposisi.

 Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan banyak, pre
ekslampsi, infeksi lain seperti pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
 Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.
 Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
 Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 25


Frekuensi

Secara umum frekuensi infeksi puerperalis adalah sekitar 1-3 %. secara proposional angka infeksi
menurut jenis infeksi adalah:

— infeksi jalan lahir 25-55% dari kasus infeksi


— Infeksi saluran kencimg 30-60% dari kasus infeksi
— Infeksi pada mamae 5-10% dari kasus infeksi
— Infeksi campuran 2-5% dari kasus infeksi.

Patologi.

Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm,
permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan
area yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh
wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum
merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut
atau dapat menyebar di luar luka asalnya.

Klasifikasi

Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan :

 Infeksi yang terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, vagina, seviks dan endometrium.
 Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan
melalui permukaan endometrium.

Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium

1. Vulvitis.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar membengkak, tepi luka
menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan
megeluarkan pus.

2. Vaginitis.
Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa
membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
ulkus.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 26


3. Sevicitis.
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan
langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.

4. Endometritis.

Paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam post partum dan bersifat naik turun. Kuman–
kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insertio plasenta) dalam waktu singkat dan
menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang
terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran.

Gambaran klinis:

Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat panas dan kadang-kadang perih bila kencing.
Lochia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau (lochia berbau tidak selalu
menyertai endometritis sebagai gejala) sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat
mengganggu penderita. Apabila getah radang bisa keluar, biasanya keadaanya tidak berat suhu
sekitar 38oc dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah
radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40 oc dengan kadang-kadang disertai
menggigil. Kalau infksi tidak meluas maka suhu turun dengan berangsur-angsur turun pada hari ke 7-
10.

Penyebaran melalui pembuluh darah

Merupakan infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan Infeksi
ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.

1. Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toxinnya langsung masuk ke dalam
peredaran darah umumnya dan menyebabkan infeksi umum.
2. Piemia dimulai dengan tromboplebitis vena-vena daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-
embolus kecil dibawa keperadaran darah umumnya dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-
organ tubuh yang dihinggapinya.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 27


Gambaran kllinis:

 Keduanya merupakan penyakit berat.


 Gejala septikemia lebih akut
 ibu kelihatan sakit dan lemah
 .Keadaan umum jelek
 Suhu meningkat antara 39°C – 40°C, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih. TD
turun, keadaan umum memburuk. Sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
 Piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboplebitis, setelah ada penyebaran trombus
terjadi gejala umum diatas. Suhu meningkat, lalu ibu menggigil lalu suhu turun lagi seperti pada
penyakit malaria.
 Lab: leukositosis.

3. Thromboplebitis pelvica

Biasanya terjadi dalm minggu kedua :

- demam mingigil, biasanya sebelumnya sudah memperlihatkan suhu yang tidak tenang
seperti pada endometritis.
- penyakit berlangsung antara 1-3 bulan dan angka kematian nya tinggi

Penyebaran melalui jalan limfe.

Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis Pelvika)

Peritonitis

 Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia peritonitis): demam, nyeri perut bagian bawah,
nyeri pada pemeriksaan dalam, kavum douglas menonjol karena adanya abses(kadang-kadang).
bila hal ini dijumpai maka nanah harus dikeluarkan dengan kolpotomi posterior, supaya nanah
tidak menembus rectum.
 Peritonitis umum adalah berbahaya bila disebabkan oleh kuman yang pathogen. gambaran klinis:
perut kembung, Meteorismus, Dapat terjadi paralitik ileus, suhu meningkat, nadi cepat dan kecil,
dan perut nyeri tekan, pucat, muka cekung, kulit dingin.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 28


Sellulitis Pelvika (parametritis)

Parametritis adalah infeksi jaringan ikat pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa jalan:

a. Dari servisitis atau endometritis dan tersebar melalui pembuluh limfe


b. Langsung meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai ke parametrium
c. Atau sekunder dari tromboplebitis

Pada periksa dalam dirasakan nyeri, demam tinggi menetap dari satu minggu, nadi cepat, perut nyeri,
sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selamaVT. Infiltrat
kadang menjadi abses.

Penyebaran melalui permukaan endometrium.

Salfingitis

sering disebabkan Go. biasanya terjadi pada minggu ke2. Pasien demam menggigil dan nyeri pada perut
bagian bawah biasanya. Salfingitis dapat sembuh dalam 2 minggu tapi dapat mengakibatakan strerilitas.

Prognosa:

Jika nadi tetap dibawah 100 maka prognosa baik, sebaliknya kalau nadi diatas 130 apalagi jika tidak ikut
turun dengan turunnya suhu prognosa kurang baik. demaam yang kontinu lebih buruk proknosa nya dari
demam yang remiten. demam engigil berulang-ulang, insomnia dan iktrus merupakan tanda-tanda yang
kurang baik. dan kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat tinggi
memburukkan prognosa.

Pencegahan Infeksi Nifas

a)  Selama kehamilan

 Mengurangi atau mencegah fator-faktor prediposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan
serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
 Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
 Coitus pada hamil tua hendaknya tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan pecahnya
ketuban, kalau ini terjadi infeks akan mudah masuk ke jalan lahir.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 29


b) Selama persalinan.

 Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik,
apalagi bila ketuban telah pecah.
 Hindari partus terlalu lam dan ketuban pecah lama.
 Janganlah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
 Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervagina maupun perabdominal
dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
 Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus terjaga
kesucian-hamanya.
 Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti
dengan transfuse darah.

c)      Selama nifas

 Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian
serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
 Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu sehat.
 Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

Pengobatan Infeksi Nifas

1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi dan darah, serta
uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. Berikan dosis yang cukup dan adekuat.
2. Sambil menunggu hasil laboratorium berikan antibiotika spektrum luas.
3. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang
mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang
dijumpai.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 30


ASUHAN KEPERAWATAN NIFAS DENGAN INFEKSI

I. Pengkajian data dasar klien

Aktifitas/istirahat

Malaise, letargi.

Kelelahan dan atau keletihan

II. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul adalah

1. DK : infeksi, risiko tinggi terhadap penyebaran/sepsis


Factor resiko meliputi : adanya infeksi, kerusakan kulit atau jaringan yang trauma.
Hasil yang diharapkan : - Mengungkapkan pemahaman tentang factor resiko penyebab secara
individual
- Melakukan perilaku untuk membatasi penyebaran infeksi dengan
tepat, menurunkan resiko komplikasi.
- mencapai pemulihan tepat waktu, bebas komplikasi tambahan.

Intervensi Keperawatan

 Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum


R : Mengidentifikasi factor-faktor yang menempatkan klien pada katagori resiko tinggi
terhadap terjadinya penyebaran infeksi pasca partum
 Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
R : Mencegah penyebaran mikroorganisme
 Demonstrasikan/ anjurkan pembersihan perinueum yang benar setelah berkemih dan
defekasi dan sering mengganti pembalut.
R: Pembersihan melepaskan kontaminasi urinarius/fekal. Penggantian pembalut
menghilangkan media lembab yang menguntungkan pertumbuhan bakteri.
 Pantau suhu, nadi dan pernafasan. Perhatikan adanya mengigil atau laporkan anoreksia atau
malaise.
R: Peningkatan tanda vital menyeertai infeksi, fluktuasi atau perubahan gejala, menunjukkan
perubahan pada kondisi klien.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 31


 Observasi/ catat tanda infeksi lain atau drainase yang berbau busuk, subinvolusi uterus, nyeri
tekan yang hebat atau kemerahan, edema, darinase atau pemisahan insis.
R : Memungkinkan identifikasi awal dan tindakan, meningkatkan resolusi infeksi.
 Pantau masukkan oral/parenteral, tekankan kebutuhan sedikitnya 2000ml cairan perhari.
perhatikan haluaran urine, derajat hidrasi, adanya mual, muntah atau diare.
R : Peningkatan pemasukkan mengartikan kehiolangan dan meningkatkan volume sirkulasi,
mencegah dehidrasi, dan memmbanatu dalam reduksi demam.
 Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki atau dada. Perhatikan pucat, bengkak atau kekakuan
ekstremitas bawah.
R : Tanda dan gejala ini adalah petunjuk pembentukkan thrombus septic.
 Demonstrasikan pengguan krim antibiotic perineum, sesuai kebutuhan
R : Membasmi organism infeksius local, menurunkan risiko penyebaran infeksi.

2. DK : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukkan yang tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolic ( anoreksia, mual/muntah, pembatasan medis)
Hasil yang diharapkan : - Memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibuktikkan oleh cepatnya pemulihan
luka ( Tepat waktu), tingkat enerergi tepat.
Intervensi Keperawatan
 Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila batasan oral dibatasi.
R : Protein memnbnatu menungkatkan pemulihan dan regenerasi jaringan baru. Zat besi
perlu untuk sintesis Hb, Vitamin C memudahkan absorpsi zat besi dan perlu untuk sintesis
dinding sel.
 Tingkat masukkan sedikitnya 2000 ml/hari jus, sup dan cairan nutrisi lain.
R : Memberikan kalori dan nutrient lagi untuk memenuhi kebutuhan metabolic serta
menggantikkan kehilangan cairan , karenananya meningkatkan volume cairan sirkulasi.
 Berikan cairan /nutrisi parenteral sesui indikasi.
R : Mungkin perlu untuk mengatasi dehidrasi, menggantikkan kehilangan caoran dan
memberikann nutrient yang perlu bila masukkan oral dibatasi.
 Anjurkan tidur/ istirahat adekuat.
R : Menurunkan laju metabolism, memungkinkan nutrient dan oksigen digunakan untuk
proses pemulihan.

3. DK : Nyeri ( akut) b.d respon tubuh pada agen tidak efektif, sifat infeksi.
Hasil yang diharapkan : - Mengidentifikasi / menggunakan tindakan kenyamanan yang tepat secara
individu
- Melaporkan ketidaknyamanan hilang/terkontrol

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 32


Intervensi Keperawatan

 Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamana atau nyeri


R : Membantu dalam diagnose banding keterlibatan jaringan pada proses infeksi
 Instruksikan klien dalam melakukkan teknik relaksasi, memberikan aktvitas pengalihan
seperti radio, televesi, atau membeca.
R : Memfokuskan kembali perhatian klien, meningkatkan perilaku yang positif dan
kenyamanan.
 Berikan analgesic atau antipiretik
R : Menurunkan ketidaknyamanan dari infeksi
 Berikan kompres panas local dengan menggunakkan lampu pemanas atau rendam duduk
sesui indikasi.
R : Kompres panas meningkatkan vasodilatasi, meningkatkan sirkulasi pada area yang sakit
dan meningkatkan ketidaknyaman local.

4. DK: Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua


Faktor resiko dapat meliputi : interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang
dirasakan pada kehidupan sendiri.
Hasil yang diharapkan: - Menunjukkan/ melakukkan tanggung jawab untuk perawatan fisik dan
emosional terhadap bayi baru lahir , sesuai kemampuan
- Mengekspresikkan kenyamann denagn peran menjadi orang tua.

Intervensi Keperawatan

 Berikkan kesempatan untuk kontak ibu-bayi kapan saja memungkinkan. Tempatkan gambar
bayi di samping tempat tidur klien, khususnya bila kebijakkna rumah sakit memerlukan
pemisahan bayi dari ibu selama periode demam.
R : Memfasilitasi kedekatan, mencegah klien terlibat ke dalam preokupasi-diri terhadap
pemisahannya dari bayi.
 Pantau respon emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi, seperti depresi dan
marah.
R : Harapan normal adalah periode pascapartum tidak terkomplikasi dengan unit keluarga
ynag utuh.
 Anjurkan klien untuk menyusui bayi bila mungkin dan meningkatkan partisispasinnya dalam
perawatan bayi saat infeksi teratasi.
R : Keberhasilan dalam menyelesaikkan tugas-tugas perawatan bayi meningkatkan
pandanagna dan kedekatan klien dengan bayi.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 33


 Observasi interaksi ibu-bayi
R : Memeberikkan informasi mengenai status proses perhatian dan kebutuhan-kebutuhan
klien.
 Buat rencana untuk tindak lanjut evaluasi yang tepat terhadap interaksi/ respons ibu-bayi.
R : Memberikkan sumber dan dukungan untuk klien, bermanfaat daalm mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan klien.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 34


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masa nifas atau puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan
waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Pada masa
nifas juga terjadi perubahan pada alat reproduksi yaitu pada serviks dan endometrium dan juga
pada masa ini ibu rentang terhadap perdarahan dan infeksi oleh sebab itu kita sebagai perawat
diharapkan mampu untuk bisa melakukan asuhan keperawatan pada nifas dengan perdarahan
dan febris.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dan mahasiswi mengerti dan mampu
untuk mengaplikasikan dan mempraktekan Asuhan Keperawatan Nifas dengan perdarahan dan
infeksi.

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 35


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasi Perawatan Klien Ed. 3, Cet. 1. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Ed.2, Jil.1. Jakarta : EGC.

Padjajaran, Universitas. 2000. Obstetri Patologi. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.

Sulistyowati, Ari.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ed 1. Yogyakarta: CV Andi Offset

http://bojez.blogspot.com/2007/06/robekan-jalan-lahir.html ( 17 Mei 2010, jam 13.00)

http://qittun.blogspot.com/2008/06/konsep-nifas.html (17 ( 17 Mei 2010, jam 13.00)

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/12/02/perdarahan-postpartum/ ( 17 Mei 2010, jam 13.00)

Askep Nifas dengan Perdarahan dan Febris 36

You might also like