Professional Documents
Culture Documents
oleh
A. PENGERTIAN
Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada
kehamilan yang berusia di atas 28 minggu.
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum
janin lahir.
Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat
implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala
III.
Solutio Plasenta adallah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya
antara minggu 22 dan lahirnya anak.
• Abrupsio Plasenta
• Ablasio Plasenta
• Accidental Haemorarrhge
B. ETIOLOGI
Sebab primer Solutio Plasenta belum jelas, tapi diduga bahwa hal-hal tersebut dapat
disebabkan karena:
7. Trauma
1. Umur lanjut
2. Multi Paritas
4. Defisiensi gizi
5. Merokok
6. Konsumsi alkohol
7. Penyalahgunaan kokain
C. PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun
tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang
oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya.
Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya
seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah
selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong
ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru
atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali
menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan
jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke
dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang
akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi
hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus,
akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karana syok dan
pembekuan intravaskuler.
Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih
dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat
fatal. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin. Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan
darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya Solutio plasenta sampai
selesai, makin hebat umumnya komplikasinya.
MANIFESTASI KLINIS
1. Perdarahan pervagina disertai rasa nyeri di perut yang terus menerus, wama darah merah
kehitaman.
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah
yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus enbois, wooden uterus).
Plasenta yang terlepas semuanya disebut Solutio Plasenta Totalis. Plasenta yang terlepas
sebagian disebut Solutio Plasenta Parsial. Plasenta yang terlepas hanya sebagian kecil pinggir
plasenta disebut Ruptura Sinus Marginalis.
Solutio Plasenta dibagi menjadi 3 (menurut tingkat keparahan Abrupsio Plasenta Tanda
Klinis yang terkait):
Plasenta Previa
• Pendarahan tanpa nyeri
• pendarahan berulang-ulang sebelum partus
• pendarahan keluar banyak
• bagian depan tinggi
• biasanya ada bunyi jantung
• teraba jaringan plasenta
• robekan selaput marginal
Solutio Plasenta
E. KOMPLIKASI
2. Hypofibrinogenaemi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
Hanya untuk Solutio plasenta derajat ringan dan janin masih belum cukup bulan, apalagi
jika janin telah meninggal.
Transfusi darah (1x24 jam) bila anemia (HB kurang dari 10,0%).
Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan Oksitosin 10 IU dalam larutan Saline 500cc,
kemudian ditunggu sampai lahir pervaginan.
Bila 1 botol tersebut belum lahir,ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai lahir.
Dengan langkah ini biasanya sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%),
sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan SC emergency.
b. Pengobatan
1). Umum
pemberian O2
pemberian antibiotik
2). Khusus
b). Untuk merangsang diurese : Mannit, Mannitol diurese yang baik lebih dari 30-40cc/jam.
Pada Solutio plasenta darah dari tempat pelepasan, mencari jalan keluar antara selaput janin
dan dinding rahim dan pada akhirnya keluar dari serviks. Terjadilah pendarahan keluar atau
pendarahan nampak. Kadang darah tidak keluar tetapi berkumpul di belakang plasenta
membentuk hematom retroplasentair.pendarahan ini disebut pendarahan kedalam atau
pendarahan tersembunyi Pendarahan juga dapat terjadi keluar tetapi sebagian masuk kedalam
ruang amion, terjadilah pendarahan keluar dan tersembunyi. Perbedaan Solutio plasenta
dengan Pendarahan tersembunyi dan pendarahan keluar :
Biasanya inkomplit
palpasi sukar
pada toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus menerus tegang
3). Obstetris Pimpin persalinan pada Solutio plasenta bertujuan untuk mempercepat
persalinan sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam.Alasan ialah:
pendarahan bertambah
a. Pemecahan ketuban Pemecahan ketuban pada Solutio plasenta tidak bermaksud untuk
menghentikan pendarahan dengan segera tetapi untuk mengurangi regangan dinding rahim
dan dengan demikian mempercepat persalinan.
kalau setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga his.
kalau anak masih hidup d. Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang
tidak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.
A. PENGKAJIAN
c. Trauma
d. Penggunaan obat-obatan yang dijual bebas seperti kokain atau crack
2. Kaji jenis dan jumlah pendarahan untuk membedakan diantara penyebab yang
mungkin
dari pendarahan.
3. Pembalut dapat ditimbang untuk mengkaji jumlah kehilangan darah, yang lebih akurat
(1 g
4. Kaji apakah nyeri pada pernyataan berikut ini : a. Nyeri ada pada kebanyakan ibu
yang
mengalami plasenta. b. Nyeri biasanya menyerang saat awitan tiba-tiba bersifat terus
menerus dan terlokalisasi pada uterus atau pada punggung bagian bawah. c. Tentukan
jika nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Apakah ada nyeri yang terjadi
diantara kontraksi? (rasakan jika uterus tetap menegang dan tidak relaksi). d.
Tentukan jika terdapat daerah yang nyeri tekan pada uterus
5. Kaji kontraksi uterus untuk frekuensi, durasi, intensitas dan jeda tonus diantara
kontraksi
6. Kaji ukuran uterus. Jika pendarahan tersembunyi, uterus bisa terisi dengan darah dan
fundus membesar.
7. Kaji kemajuan persalinan dengan menilai dilatasi serviks, penipisan dan station janin.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1). Kurangnya volume cairan b/d hipovolemia karena kehilangan darah yang
berlebihan sebelum melahirkan. Tujuan :
a)Jumlahnya
c)Tanda-tanda vital
d) Haluaran urine
R: Pemberian dukungan
2). Cemas b/d keprihatinan terhadap kesehatan individu dan keselamatan bayi
Tujuan :
R: Menjadi sumber yang membantu bila PSI siap. Kelompok sebaya yang
mengalami pengalaman serupa bertindak sebagai model peran dan memberikan
keyakinan untuk sembuh/masa depan normal
b. Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan intervasi pembedahan
dan terapi yang akan datang. Perhatikan adanya penolakan/ansietas ekstrim.
R: Pemahaman jelas akan prosedur dan apa yang terjadi meningkatkan perasaan
kontrol dan mengurangi ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius. 2001. Bagian
Obstetri dan Ginekologi, FKU Padjadjaran Bandung, Obstetri Patologi. Bandung.
Estar Offset. 1984. Patricia W Ladewig. Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir
edisi 5. Jakarta. EGC. 2005. Prof. Chrisdiono M. Achadiat, Sp. OG. Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta. EKG. 2003. Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro. Ilmu Kebidanan.
Jakarta. PT Gramedia. 1992
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan_22.html