You are on page 1of 27

ASKEP KEHAMILAN EKTROPIK

TERGANGGU, MOLA

oleh

KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO
BORROMEUS
2010

BAB II

Keperawatan Maternitas I
TINJAUAN TEORETIS

2.1 KET (Kehamilan Ektropik Terganggu)


1.Konsep KET
a) Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata
dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik
dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila
pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektropik adalah kehamilan yang terjadi diluar yang
semestinya atau tidak pada tempatnya.(kelompok 9)
Sebagian besar wanita
yang mengalami kehamilan
ektopik berumur antara 20 –
40 tahun dengan umur rata-
rata 30 tahun. Namun,
frekuensi kehamilan ektopik
yang sebenarnya sukar
ditentukan. Gejala kehamilan
ektopik terganggu yang dini
tidak selalu jelas.biasanya
kehamilan entropic ini terjadi karena seorang wanita terlambat haid,
dengan nyeri perut, tetapi nyeri lebih sering dirasakan pada bagian kiri
dan kanan,pusing bahkan terkadang pingsan dan sedikit mengeluarkan
darah pervagina.

b) Etiologi penyebab kehamilan ektropik terganggu)

Keperawatan Maternitas I
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel
telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa
studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah :
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan
pada motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-
perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat
terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i. Abortus buatan

c) Patofisiologi KET(Kehamilan ektropik terganggu)


Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik
terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju
kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak
dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.
Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini
1). Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan
jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus
tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar
dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. )Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,
sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. )Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada

Keperawatan Maternitas I
ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal.
Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-
kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan
kematian.

d) Manifestasi klinis KET (Kehamilan Ektropik Terganggu)


Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat
berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam
rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga
sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan
umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervagina merupakan
tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik
terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala
perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh
abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga
sulit untuk membuat diagnosanya.
Gejala terpenting KET (Kehamilan Ektropik Terganggu)
 Nyeri perut
Gejala ini dijumpai hampir pada semua
penderita.datang setelah mengangkat benda yang
berat ,BAB,dan terkadang sewaktu pasien sedang
beristirahat.
 Amenorrehoe
Walaupun amenorrehoe sering ditemukan dalam
anamnesa kita tidak boleh menarik kesimpulan
bahwa kehamilan tuba tidak mungkin kalau gejala
ini tidak ada.

Keperawatan Maternitas I
 Pendarahan pervagina
Dengan matinyansel telur akan mengalami
degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan
pendarahan, pendarahan ini umumnya sedikit.
 Shock , karena hipivolemia
 Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
 Nyeri pada palpasi: perut penderita biasanya tegang
dan agak kembung.
 Pembesaran uterus: karena pengaruh hormone
kehamilan.
 Tumor pada rongga panggul, disebabkan karena
kumpulan darah dituba dan sekitarnya.
 Gangguan kencing: karena perangsangan
peritoneum oleh darah didalam riongga perut.
 Perubahan darah:diduga bahwa kadar Hb turun pada
kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan
yang banyak kedalam rongga perut, bahwa turunnya
Hb disebabkan karena darah diencerkan pleh air
dari jaringan untuk mempertahankan volume darah.

e) Diagnosa kehamilan ektropik terganggu


1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Gangguan ktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi.
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
f) 2. Pemeriksaan fisis
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat

Keperawatan Maternitas I
dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu
perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
uteris kanan dan kiri.

g) 3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah
dapat meningkat.
b. USG
– Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
c.. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
apakah dalam kavum Douglas ada darah.
d.. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
e Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan
kantong gestasi di luar uterus.

f) Penanganan pada kehamilan ektropik terganggu


Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit
bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum
penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak
mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian
tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan

Keperawatan Maternitas I
terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi,
infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika
dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat
mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di
rumah sakit

g.) komplikasi kehamilan ektropik terganggu


Komplikasi yang dapat terjadi yaitu ):
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio

h.) Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Ektropik Terganggu

Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan


menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang.
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

Keperawatan Maternitas I
o Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi
ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
o Riwayat kesehatan masa lalu
o Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.
4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan
dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya.
7. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.

Pemeriksaan Fisik :

Keperawatan Maternitas I
 Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fifik, dan seterusnya.
 Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
o Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
o Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
o Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.
 Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
o Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
o Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

 Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan

Keperawatan Maternitas I
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
B. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
4.Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi.
5.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

DIAGNOSA I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
 Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
 Ekspresi wajah tenang
 TTV dalam batas normal
Intervensi :
 Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat
membantu menentukan intervensi yang tepat.
 Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan
salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
 Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman
dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga
dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.

10

Keperawatan Maternitas I
 Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri.
 Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga
nyeri tidat dapat dipersepsikan.

DIAGNOSA II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
 Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
 Klien nampak rapi dan bersih.
Intervensi :
 Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien
dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan hygienenya.
 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien
ketergantungan pada perawat.
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk
mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian
dalam memenuhi kebutuhannya.
 Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu
memenuhi kebutuhan klien.

Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi


secara mandiri.

11

Keperawatan Maternitas I
DIAGNOSA III
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu
Kriteria Hasil :
 Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.
 Konjungtiva tidak anemis.
Intervensi :
 Kaji pola tidur
Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam
menentukan intervensi selanjutnya.
 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
 Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur
Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat
merangsang untuk tidur.
 Batasi jumlah penjaga klien
Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di
ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.
 Memberlakukan jam besuk
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
 Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien
dapat tenang dan mudah tidur.

DIAGNOSA IV
Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal

12

Keperawatan Maternitas I
 Klien tidak mengalami komplikasi.
Intervensi :
 Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi,
pola demam dapat membantu diagnosa.
 Pantau suhu lingkungan
Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus
mendekati normal.
 Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.
 Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga
dapat menurunkan suhu tubuh.
 Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada
hipothalamus.

DIAGNOSA V
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
 Ekspresi wajah tenang
 Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.

Intervensi :

13

Keperawatan Maternitas I
 Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu
klien.
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga
mengurangi kecemasan.
 Mendengarkan keluhan klien dengan empati
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka
klien akan merasa diperhatikan.
 Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti
tentang penyakitnya.
 Beri dorongan spiritual/support
Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat
berkurang.

14

Keperawatan Maternitas I
2.2 MOLA HYDATINOSA
Konsep Molahydatidosa
a).Pengertian
Mola hydatidosa adalah suatu Kehamilan yang ditandai dengan
adanya villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari
beberapa macam tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma
villus. Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang2
terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.
Hamil anggur atau
Mola hidatidosa adalah
kehamilan abnormal berupa
tumor jinak yang terjadi
sebagai akibat kegagalan
pembentukan “bakal janin”,
sehingga terbentuk jaringan
permukaan membran (vili)
mirip gerombolan buah
anggur.Tumor jinak mirip
anggur tersebut asalnya dari
trofoblas, yakni sel bagian
tepi ovum atau sel telur,
yang telah dibuahi, yang
nantinya melekat di dinding
rahim dan menjadi plasenta
(tembuni) serta membran
yang memberi makan hasil
pembuahan.
Hamil anggur atau Mola hidatidosa dapat terjadi karena:
• Tidak adanya buah kehamilan (agenesis) atau adanya perubahan
(degenerasi) sistem aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia
kehamilan minggu ke 3 sampai minggu ke 4.

15

Keperawatan Maternitas I
• Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, akibatnya
terjadi peningkatan produksi cairan sel trofoblas (bagian tepi sel telur yang
telah dibuahi) .
• Kelainan substansi kromosom (kromatin) seks.

b.) Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat
dikeluarkan.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
4. Paritas tinggi .
5.Kekurangan proteinf.I
6.nfeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
(Mochtar, Rustam ,1998 : 23)

c.) Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari


penyakit trofoblast :
* Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan
peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
* Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal
dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul
gelembung.

16

Keperawatan Maternitas I
* Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-
mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya
embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang
terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan
melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (SILVIA, Wilson, 2000 :467)

d.) Manifestasi klinis


Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa
adalah:
a.Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b.Perdarahan pervaginan berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
c.Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d.Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)

e.) Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

f.) Penanganan Molahydatinosa


1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di
mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus
pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting,

17

Keperawatan Maternitas I
pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji
kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau
DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta
Sisson.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).
5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di
atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien
dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan
sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500
ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan
preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap
pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih
aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan
peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga
pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti
tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi.
Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat
lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan
masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi
MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2
minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi
hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan
fertilisasi.

g.) komplikasi Molahydatidosa


Komplikasi

18

Keperawatan Maternitas I
Komplikasi mola hidatidosa meliputi :
- Perdarahan hebat
- Anemis
- Syok
- Infeksi
- Perforasi uterus
- Keganasan (PTG)

h.) Asuhan Keperawatan pada Molahydatidosa


A. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan
ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
* Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
* Riwayat kesehatan masa lalu
* Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary,
penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

19

Keperawatan Maternitas I
5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
7. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum
dan saat sakit.

Pemeriksaan Fisik :
* Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya.
* Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
o Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

20

Keperawatan Maternitas I
o Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
o Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.

* Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
o Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
o Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak.

* Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

B. Intervensi
DIAGNOSA I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
* Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
* Ekspresi wajah tenang
* TTV dalam batas normal
Intervensi :

21

Keperawatan Maternitas I
* Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu
menentukan intervensi yang tepat.
* Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah
satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
* Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan
distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat
mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
* Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri.
* Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri
tidat dapat dipersepsikan.

DIAGNOSA II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
* Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
* Klien nampak rapi dan bersih.
Intervensi :
* Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam
merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
hygienenya.
* Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien
ketergantungan pada perawat.

22

Keperawatan Maternitas I
* Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan
kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi
kebutuhannya.
* Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu
memenuhi kebutuhan klien.
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara
mandiri.

DIAGNOSA III
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu
Kriteria Hasil :
* Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.
* Konjungtiva tidak anemis.
Intervensi :
* Kaji pola tidur
Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam
menentukan intervensi selanjutnya.
* Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
* Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur
Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang
untuk tidur.
* Batasi jumlah penjaga klien
Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di
ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.
* Memberlakukan jam besuk
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
* Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam

23

Keperawatan Maternitas I
Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat
tenang dan mudah tidur.

DIAGNOSA IV
Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas
Kriteria Hasil :
* Tanda-tanda vital dalam batas normal
* Klien tidak mengalami komplikasi.
Intervensi :
* Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis
Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola
demam dapat membantu diagnosa.
* Pantau suhu lingkungan
Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati
normal.
* Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak
Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.
* Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat
menurunkan suhu tubuh.
* Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.

DIAGNOSA V
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehata
Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
* Ekspresi wajah tenang
* Klien tidak sering bertanya tentang penyakitn
Intervensi :

24

Keperawatan Maternitas I
* Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
* Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi
kecemasan.
* Mendengarkan keluhan klien dengan empati
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan
merasa diperhatikan.
* Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti
tentang penyakitnya.
* Beri dorongan spiritual/support.
.

BAB III

25

Keperawatan Maternitas I
PENUTUP

3.1 Simpulan
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Mola hydatidosa adalah suatu Kehamilan yang ditandai dengan adanya
villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa macam
tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus. Biasanya
kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang-kadang terdapat juga di
saluran telur ataupun ovarium.
Kehamilan ektropik itu terkadi diluar yang semestinya.Kehamilan
molahydatinosa dtu terjadi karena ditandai karena adanya villi korialis yang tidak
normal.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa DIII Keperawatan tingkat II mampu mengaplikasikan
asuhan keperawatan pada ibu hamil yang mengalami gangguan ( KET dan mola
hidatinosa)

DAFTAR PUSTAKA

26

Keperawatan Maternitas I
 http://images.google.co.id/images?hl=jw&gbv=2&tbs=isch
%3A1&sa=1&q=mola+hidatidosa&btnG=Temokne
 http://images.google.co.id/images?hl=jw&gbv=2&tbs=isch
%3A1&sa=1&q=sistem+reproduksi&btnG=Temokne
 Sastrawinata, Sulaiman. Prof. R.1982.Obstetri Patologi.Bandung:
ELSTAR OFFSET
 Wikntosastro, hanifah, dr. Prof DSOG.2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Ed.
1; Cet. 5;Jakarta:Bina Pustaka

27

Keperawatan Maternitas I

You might also like