You are on page 1of 19

A.

Judul Penelitian
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (Studi Kasus Tentang Strategi Dinas
Perhubungan Kota Surakarta Dalam Implementasi Manajemen Rekayasa Lalu
Lintas)

B. Latar Belakang Masalah


Otonomi daerah menurut UU Nomor 32 tahun 2004 memberi kewenangan
seluas-seluasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban kepada
pemerintah daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan
sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan kewenangan yang
diberikan oleh UU Nomor 32 tahun 2004 tersebut maka pemerintah daerah
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan daerah. Untuk mencapai tujuan pembangunan daerah,
transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis.
Transportasi menjadi sangat penting karena transportasi merupakan sektor
vital dalam proses pembangunan sebuah kota dan berpengaruh besar pada
sektor-sektor lainnya. Apabila transportasi di sebuah kota bagus dan tertata rapi
maka pembangunan di kota tersebut akan bisa berjalan dengan lancar, begitu
pula sektor lain seperti ekonomi, pariwisata, misalnya akan dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pentingnya transportasi tercermin pada semakin
meningkatnya kebutuhan mobilitas ke seluruh sektor dan wilayah. Transportasi
juga berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan
daerah dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-
hasilnya (Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan).
Laju pertumbuhan penduduk yang pesat, tingkat pertumbuhan ekonomi,
berkembangnya perusahaan otomotif untuk memenuhi kebutuhan penduduk
akan transportasi, dan sebagainya menuntut tersedianya fasilitas jalan yang
memadai. Menyadari pentingnya peranan transportasi, maka pemerintah daerah
harus menata lalu lintas dan angkutan jalan menuju terciptanya ketertiban lalu
lintas jalan.
Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perencanaan wilayah dan kota. Perencanaan kota tanpa mempertimbangkan
keadaan dan pola transportasi yang akan terjadi sebagai akibat dari
perencanaan itu sendiri, akan menimbulkan keruwetan lalu lintas di kemudian
hari, yang dapat berakibat dengan meningkatnya kemacetan lalu lintas, dan
akhirnya meningkatnya pencemaran udara.
Sementara itu, sistem jaringan jalan di Kota Surakarta terlihat masih
bias/kabur sehingga perlu dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi sistem
jaringan jalan seperti pola jaringan jalan, klasifikasi fungsi jalan, kondisi jalan,
dan bangunan pelengkap jalan yang ada. Pola jaringan jalan yang ada di Kota
Surakarta menyerupai papan petak catur (grid iron pattern) yaitu adanya
jaringan jalan utama yang membentuk papan petak catur tempat bermuaranya
jalan-jalan kecil. Pola tersebut menyebabkan jaringan jalan utama menampung
arus yang cukup besar, sehingga sering menyebabkan kemacetan dan
kesemrawutan lalu lintas.
Adapun klasifikasi berdasarkan fungsi jaringan jalan di wilayah kota
Surakarta dibedakan atas jalan arteri, kolektor, dan lokal. Berdasarkan status
pembinaan jalan di Kota Surakarta memiliki panjang : (1) jalan nasional :
13,15 km; (2) jalan propinsi : 16,33 km; (3) jalan kota : 204,32 km; dan (4)
jalan lingkungan : 471, 54 km. Kondisi fisik jalan di wilayah Kota Surakarta
sebagian besar telah mencapai umur rencana dan tidak mantap di dalam
melayani arus lalu lintas. Konstruksi jalan berupa jalan aspal sepanjang 512,20
km atau sebesar 66,83 % dari seluruh jalan yang ada dan jalan dalam kondisi
baik sepanjang 420,85 km atau 59,65 % dari seluruh jalan yang ada. Jalan
arteri/utama dengan lebar di atas 12 meter masih sedikit, yang terbanyak adalah
jalan dengan lebar 5–10 meter serta untuk jalan lingkungan dengan lebar rata-
rata 3–5 meter. Sementara pertumbuhan kendaraan setiap tahun yang mencapai
sekitar 5-7% tidak seimbang dengan pertumbuhan lebar jalan dan prasarana
yang ada, membuat lebar jalan untuk lalu lintas cenderung semakin
menyempit.
Bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan yang ada di Kota Surakarta
adalah berupa rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, lampu lalu lintas, halte,
trotoar, dan parkir. Rambu-rambu lalu lintas terdapat sepanjang jalan utama.
Marka jalan dan lampu lalu lintas yang ada di Kota Surakarta belum optimal
dalam mendukung mobilitas penduduk dalam melakukan aktivitas. Halte
terdapat pada sepanjang jalan utama atau tempat-tempat tertentu dekat dengan
pusat kegiatan perkotaan, tetapi penempatannya kurang merata. Trotoar yang
ada belum berfungsi dengan baik dan masih banyak digunakan oleh Pedagang
Kaki Lima. Keberadaan trotoar di Kota Surakarta masih belum merata di setiap
jaringan jalan. Fasilitas parkir yang tersedia sebagian besar menggunakan bahu
jalan untuk parkir. Hal ini menyebabkan lebar manfaat jalan menjadi berkurang
dan menurunkan kapasitas jalan. Kondisi ini dapat dilihat pada jaringan jalan-
jalan utama seperti jalan Slamet Riyadi, Kolonel Sutarto, Urip Sumoharjo, Ir.
Sutami, dan Kolonel Sugiono, dan ruas jalan lainnya (Propeda Kota Surakarta
Tahun 2002 – 2005).
Dinas Perhubungan (Dishub) kota Surakarta sebagai unsur pelaksana
pemerintah daerah di bidang angkutan jalan Kota Surakarta harus segera
mencari solusi alternatif, setidaknya untuk meminimalisir masalah-masalah
yang menjadi pemicu munculnya masalah transportasi di kota Surakarta,
karena Dishub dibentuk untuk memberikan pelayanan masyarakat berkaitan
dengan perkembangan kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang semakin
meningkat berdasarkan kewenangan yang ada di bidang lalu lintas dan
angkutan jalan. Dalam menghadapi perubahan lingkungan, Dishub Kota
Surakarta mempunyai sebuah media atau alat untuk merespon dinamika
perubahan tersebut, yaitu dengan menggunakan sebuah strategi dalam
melakukan implementasi manajemen rekayasa lalu lintas. Manfaat
menggunakan strategi ini adalah Dishub Kota Surakarta akan dengan mudah
merespon segala kondisi lingkungannya terutama mengenai permasalahan
transportasi yang ada di Kota Surakarta. Strategi digunakan Dishub Kota
Surakarta untuk menentukan posisinya dalam menghadapi perubahan
lingkungan serta mengarahkan apa yang harus segera dilakukan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Mengapa
manajemen rekayasa lalu lintas yang dilakukan Dinas Perhubungan belum
dapat diimplementasikan secara optimal ?”

D. Tujuan penelitian
Mengkaji efektivitas implementasi manajemen rekayasa lalu lintas sebagai
dasar penyusunan rekomendasi kebijakan tentang strategi baru dalam
mengatasi masalah lalu lintas di Kota Surakarta yang belum terpecahkan.

E. Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui implementasi manajemen rekayasa lalu lintas di Kota
Surakarta, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Memberikan rekomendasi bagi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam
pelaksanaan manajemen rekayasa lalu lintas di Kota Surakarta.
2. Memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan manajemen rekayasa lalu lintas di Kota Surakarta.
3. Sebagai sarana pelatihan penyusunan skripsi bagi peneliti.

F. Landasan Teori
1. Manajemen
Manajemen berasal dari kata “manage” yang berarti
mengemudikan atau mengendalikan. Manage berasal dari bahasa Perancis
“manege” yang berarti mengendalikan seekor kuda. Dalam kenyataannya,
ada kesamaan antara mengurus sebuah lembaga atau organisasi dengan
mengendalikan seekor kuda. Dalam mengendalikan seekor kuda,
seseorang harus mengawasi arahnya. Dalam mengendalikan organisasi,
arah disini dapat ditafsirkan sebagai tujuan kantor yang harus menjadi
perhatian (Moekijat).
Dann N. Suganda mengartikan manajemen sebagai pengendalian
daripada sumber-sumber untuk secara berdaya guna dan berhasil guna
diarahkan untuk mencapai tujuan. Sedangkan Mary Parker Follet
mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain.
Lain lagi dengan Stoner yang mengatakan bahwa manajemen itu
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Intinya, manajemen merupakan penetapan usaha untuk mencapai
sasaran-sasaran.
2. Rekayasa
Rekayasa dalam hal ini berarti membangun atau mengadakan
sesuatu yang baru, misal pengadaan rambu-rammbu lalu lintas di tempat-
tempat yang belum ada rambu-rambunya, serta memperbaiki, dan
mengadakan pembaharuan terhadap rambu-rambu lalu lintas di tempat-
tempat tertentu.
3. Lalu Lintas
Pengertian lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, adalah
gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.
Wikipedia menyebutkan ada tiga komponen terjadinya lalu lintas
yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling
berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan
kelaikan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu
lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan
geometrik.
Komponen tersebut meliputi :
a. Manusia sebagai pengguna
Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau
pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai kemampuan dan
kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi, konsentrasi dan lain-
lain). Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan
fisik dan psikologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh
luar seperti cuaca, penerangan/lampu jalan dan tata ruang.
b. Kendaraan
Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik yang
berkaitan dengan kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan
muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas yang secukupnya untuk
bisa bermanuver dalam lalu lintas.
c. Jalan
Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui kendaraan
bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki.
Jalan tersebut direncanakan untuk mampu mengalirkan aliran lalu
lintas dengan lancar dan mampu mendukung beban muatan sumbu
kendaraan serta aman, sehingga dapat meredam angka kecelakaan
lalu-lintas.

4. Rekayasa Lalu Lintas


Dasar hukum Rekayasa Lalu Lintas adalah Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 6 Tahun 2005 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Di Kota Surakarta. Rekayasa lalu lintas meliputi perencanaan;
pembangunan; pengadaan; pemasangan; dan pemeliharaan rambu-rambu,
marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta alat pengendali dan
pengaman pemakai jalan.
5. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Pengertian Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas menurut
Undang-Undang No 22 Tahun 2009 adalah serangkaian usaha dan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan,
dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam rangka mewujudkan,
mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran Lalu Lintas.
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk
mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas
dalam rangka menjamin Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilakukan dengan:
a. Penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan
lajur atau jalur atau jalan khusus;
b. Pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan
Kaki;
c. Pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
d. Pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu Lintas
berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;
e. Pemaduan berbagai moda angkutan;
f. Pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;
g. Pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan; dan/atau
h. Perlindungan terhadap lingkungan.

Kegiatan perencanaan lalu lintas menurut Perda Surakarta No 6


Tahun 2005, meliputi :
a. Inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan;
b. Penetapan tingkat pelayanan ruas jalan;
c. Perumusan pemecahan permasalahan lalu lintas.
d. Penyusunan rencana dan program pelaksanaannya.

Pengaturan lalu lintas menurut Perda Surakarta No 6 Tahun 2005,


meliputi:
a. Penetapan jaringan transportasi jalan daerah;
b. Penetapan kinerja jaringan jalan daerah untuk jaringan jalan yang
baru dibangun dan peningkatan pelayanan jalan yang telah ada;
c. Penetapan jaringan trayek angkutan penumpang umum;
d. Penetapan rencana angkutan dalam berbagai moda;
e. Penetapan jaringan lintas angkutan jalan;
f. Penetapan rencana kebutuhan terminal penumpang dan terminal
barang;
g. Penetapan lokasi terminal lokal;
h. Penetapan kecepatan maksimum pada jalan tertentu;
i. Penetapan rambu, papan tambahan, marka jalan, alat pemberi isyarat
lalu lintas, serta alat pengendali dan pengaman pemakai jalan;
j. Penetapan lokasi dan pengelolaan tempat penyeberangan;
k. Penetapan lokasi pemberhentian (halte) bagi angkutan umum;
l. Penetapan pengaturan sirkulasi lalu lintas dalam wilayah kota;
m. Penetapan pembatasan lalu lintas pada jalan-jalan tertentu;
n. Penetapan pangkalan taksi;
o. Mengusulkan rencana lokasi untuk jaringan jalan negara dan jalan
propinsi serta jaringan trayek Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) /
Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) kepada Menteri dan Gubernur;
p. Mengusulkan penunjukan lokasi terminal kepada Menteri dan
Gubernur untuk ditetapkan sebagai terminal tertunjuk AKAP dan
terminal tertunjuk AKDP.

Pengawasan dan pengendalian lalu lintas menurut Perda Surakarta


No 6 Tahun 2005, dilakukan dengan cara :
a. Pemberian rekomendasi penggunaan jalan untuk keperluan
tertentu selain untuk kepentingan lalu lintas;
b. Pemberian rekomendasi pembangunan atau pengembangan
suatu kawasan kegiatan yang menimbulkan tarikan dan bangkitan
perjalanan;
c. Pemberian rekomendasi bagi kendaraan angkutan
penumpang maupun angkutan barang yang beroperasi melalui jalan
yang tidak sesuai peruntukkannya maupun batas erat muatannya;
d. Kegiatan pengawasan laik jalan di jalan dan di terminal;
e. Pemantauan dan penilaian pelaksanaan kebijakan lalu
lintas;
f. Tindakan korektif atas pelaksanaan kebijakan terhadap
kegiatan pengaturan lalu lintas;
g. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan
kebijakan terhadap kegiatan pengaturan lalu lintas;
h. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan
kebijakan lalu lintas.

e. Dinas Perhubungan Kota Surakarta


Pengertian dinas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
adalah bagian kantor pemerintah yang mengurus pekerjaan tertentu atau
segala sesuatu yang berkaitan dengan jawatan (pemerintah), bukan swasta.
(KBBI, 2002: 265) Selanjutnya, menurut J.S. Badudu (1990), dinas
diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan
jawatan pemerintah.
Dinas Perhubungan merupakan instansi pemerintah yang
mempunyai kewenangan sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di
bidang lalu lintas angkutan jalan berkaitan dengan perkembangan kegiatan
lalu lintas dan angkutan jalan yang semakin meningkat berdasarkan
kewenangan yang ada di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Dinas
Perhubungan Kota Surakarta dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah Kota Surakarta yaitu
Walikota.
Visi Dinas Perhubungan adalah terwujudnya budaya lalu lintas dan
angkuta jalan yang tertib, lancar, aman, nyaman serta efisien sebagai
pendorong, penggerak dan penunjang pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya.
Sedangkan misi dari Dinas Perhubungan antara lain :
• Menyelenggarakan manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta
memberikan keselamatan dan ketertiban lalu lintas.
• Meningkatakan kesadaran masyarakat dalam menjaga sarana dan
prasarana transportasi serta melaksanakan usaha tertib lalu lintas.
• Menyelenggarakan pelayanan pengujian kendaraan bermotor dan
perbengkelan.
• Menyelenggarakan pelayanan angkutan umum yang nyaman dan
terjangkau oleh daya beli masyarakat.
• Menyelenggarakan pelayanan moda angkutan umum, penumpang,
sarana dan prasarana terminal tirtonadi.
• Menyelenggarakan pelayanan aktivitas, sarana dan prasarana
perparkiran.
• Menggali potensi serta meningkatkan pendapatan asli daerah.
• Menyelenggarakan administrasi keuangan, sdm, sarana dan
prasarana perkantoran.

f. Strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam Manajeman


Rekayasa Lalu Lintas
Strategi Dinas Perhubungan dalam Manajeman Rekayasa Lalu
Lintas merupakan strategi yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan untuk
memecahkan atau meminimalisir masalah-masalah yang menjadi pemicu
munculnya masalah transportasi di kota Surakarta, karena Dinas dibentuk
untuk memberikan pelayanan masyarakat berkaitan dengan
perkembangan kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang semakin
meningkat berdasarkan kewenangan yang ada di bidang lalu lintas dan
angkutan jalan.

G. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Perhubungan Kota Surakarta yang
tepatnya berada di Jalan Menteri Supeno No. 7 Kota Surakarta, Provinsi
Jawa Tengah. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut dengan
pertimbangan sebagai berikut.
a. Dinas Perhubungan merupakan instansi pemerintah yang mempunyai
kewenangan sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang lalu
lintas angkutan jalan berkaitan dengan perkembangan kegiatan lalu
lintas dan angkutan jalan yang semakin meningkat berdasarkan
kewenangan yang ada di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
b. Memungkinkan peneliti mendapatkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini.
c. Ada izin dari Dinas Perhubungan untuk mengadakan penelitian di lokasi
tersebut.
2. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini kami menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
jenis data kualitatif, dengan tujuan untuk menjelaskan suatu fakta atau
realita fenomena sosial tertentu sebagaimana adanya dan memberikan
gambaran secara objektif tentang keadaan atau permasalahan yang mungkin
dihadapi. Hal ini sesuai dengan jenis penelitian yang dimaksudkan yaitu
untuk memberikan gambaran strategi yang digunakan oleh Dinas
Perhubungan Kota Surakarta dalam Manajemen Rekayasa Lalu Lintas.
3. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
•Data Primer
Data Primer merupakan data atau informasi yang diperoleh secara
langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang
akan dikaji dan bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan
(informan). Data atau informasi tersebut diperoleh melalui wawancara
terhadap pihak-pihak yang terkait dengan strategi Dishub Kota
Surakarta dalam melakukan manajemen rekayasa lalu lintas.
Wawancara dilakukan kepada Kepala Dinas Perhubungan, Kepala
Bagian Sub Dinas Lalu Lintas dan bagian Unit Pelaksana Teknis Dinas.
Wawancara dilakukan kepada Kepala Dinas Perhubungan, Kepala
Bagian Sub Dinas Lalu Lintas dan bagian Unit Pelaksana Teknis Dinas.
•Data sekunder
Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari
sumber-sumber lain selain data primer yang terdiri dari catatan-catatan,
arsip, agenda, hasil rapat, dan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan penelitian. Data yang digunakan adalah Rencana Strategis
Dinas Perhubungan, Dokumen tentang implementasi manajemen
rekayasa lalu lintas dan data-data lain yang menunjang.

4. Teknik Pengumpulan Data


a) Wawancara mendalam
Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik
wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan
dalam bentuk wawancara mendalam dengan cara mengajukan
pertanyaan langsung kepada informan. Wawancara mendalam terhadap
pihak-pihak yang terkait dengan strategi Dinas Perhubungan Kota
Surakarta dalam melakukan manajemen rekayasa lalu lintas. Adapun
pihak-pihak tersebut adalah Kepala Dinas Perhubungan Kota Surakarta
dan Bagian Sub Dinas Lalu Lintas.
b) Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dari sumber data yang
berupa tulisan, angka, gambar, atau grafik serta rekaman gambar yang
dilakukan melalui pengamatan langsung di lokasi selama penelitian.
Obervasi dilakukan dengan teknik observasi berperan pasif dimana
observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap kondisi/keadaan jalan di beberapa titik keramaian.
c) Studi dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara mencatat data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian yang
diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan penelitian.
Dokumentasi ini diperoleh dari dokumen-dokumen administratif,
keputusan dan ketetapan resmi, dan kesimpulan rapat, seperti
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 20 tahun 2001, Peraturan
Daerah Nomor 6 tahun 2001, Undang-undang Nomor 14 tahun 1992,
dan data-data dan informasi lain yang menunjang.

5. Teknik analisis data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
interaktif dari Miles dan Huberman (dalam H.B. Sutopo, 2002: 91-93) dengan
tiga komponen, yaitu :
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan bagian dari analisis data yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat
dilakukan.
2. Sajian data
Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam
bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat
dilakukan. Sajian data merupakan rakitan kalimat yang disusun secara
logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami
berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat
sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya
tersebut.
3. Penarikan simpulan dan Verifikasi
Dari sajian data yang telah disusun kemudian dapat dilakukan
penarikan simpulan, yaitu kegiatan merumuskan kesimpulan yang dapat
diverifikasikan selama penelitian berlangsung sehingga data dapat diuji
validitasnya dan kesimpulan yang diambil lebih kokoh dan lebih bisa
dipercaya.

Untuk lebih jelasnya proses analisa data interaktif dapat dilihat pada
bagan berikut ini :

Gambar 1. Bagan Proses Analisa Data Interaktif

Pengumpulan
Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Simpulan/
Verifikasi

Sumber : H.B. Sutopo, 2002: 96

Dari model analisa tersebut, menunjukkan bahwa pengumpulan


data dibuat, lalu melakukan proses reduksi data dan melakukan proses
sajian data dengan maksud semua data yang dikumpulkan dapat dipahami
secara mendalam kemudian disusun secara sistematis. Bila pengumpulan
data sudah berakhir, maka dilakukan penarikan simpulan berdasarkan pada
semua hal yang terdapat pada reduksi data dan sajian data. Jika simpulan /
verifikasi yang dihasilkan dirasa tidak / kurang mantap karena kurangnya
rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti wajib
melakukan kegiatan pengumpulan data untuk mencari pendukung
simpulan yang ada.
H. Jadwal Pelaksanaan

Pekan ke-
Aktivitas
No Output
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan

• Penyusunan proposal
penelitian • Proposal
• Penyusunan isntrumen penelitian
penelitian
• Surat izin
• Pengurusan izin penelitian
penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian:

• Pengumpulan data
primer dan sekunder

 Wawancara Data
 Observasi
 Studi
dokumentasi
3. Analisis data

• Merancang
rekomendasi strategi

• Penyusunan draft Hasil analisis


laporan penelitian data

4. Penyusunan laporan
penelitian

• Penyusunan artikel
ilmiah
• Laporan
• Seminar hasil penelitian
penelitian dan
• Artikel
rekomendasi kebijakan
ilmiah

I. Rincian Biaya Kegiatan


Jenis Belanja Rincian Biaya Jml
Anggaran
Volume Frekuensi Harga
(Rp)

Biaya Langsung

Pembuatan proposal 1 unit 1 kali 150.000,- 150.000,-


penelitian

Rapat koordinasi 6 orang 3 kali 110.000,- 1.980.000,-

Transportasi dan 6 orang 2 bulan 210.000,- 2.520.000,-


akomodasi selama
penelitian

Laporan penelitian 1 unit 1 kali 200.000,- 200.000,-

ATK 1 paket 1 kali 150.000,- 150.000,-

Jumlah Biaya 5.000.000,-

Terbilang (Lima juta rupiah)


DAFTAR PUSTAKA

H.B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya
Dalam Penelitian. Surakarta: Pusat Penelitian Universitas Sebelas Maret.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2005 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan Di Kota Surakarta
Propeda Kota Surakarta Tahun 2002 – 2005
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah
http://dishub-surakarta.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Lalu_lintas
PROPOSAL PENELITIAN
MANAJEMEN REKAYASA LALU LINTAS
(Studi kasus tentang Strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta Dalam
Implementasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas)

Ditujukan untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Metode Penelitian Administrasi
Pengampu: Dr. Ismi Dwi Astuti N, M.Si

Disusun Oleh:
Salikah (D0107017)
Aditya Agus DP (D0107025)
Dyah Listiawati (D0107047)
Gunawan Prihatmoko (D0107059)
Nurul Indriani (D0107083)
Satrio Putro N (D0107091)
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

You might also like