You are on page 1of 9

[Diskusi-Kepemimpinan] Bagaimana

Mengukur Rasa Cinta Kita Kepada


Pekerjaan?
dkadarusman
Sat, 12 Jan 2008 14:45:59 -0800

Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.

Kepada kita selalu dikatakan untuk mencintai pekerjaan. Sebab


katanya, jika kurang mencintai pekerjaan yang kita miliki, maka
tidak mungkin kita bisa mengoptimalkan potensi diri yang ada dalam
diri kita. Nasihat ini sungguh masuk akal. Sebab, tidaklah mungkin
bisa bersungguh-sungguh mencurahkan 100% kemampuan yang kita miliki
untuk mengerjakan sesuatu yang tidak kita cintai. Tantangannya
sekarang adalah; bagaimana mengukur rasa cinta kita kepada
perkerjaan? Tahukah anda?

Hari jum'at pekan silam saya berkunjung kekantor seorang tokoh


pengusaha sukses, sekaligus penulis buku best seller, dan trainer
terkemuka yang sangat saya hormati. Beliau membekali saya dengan
gift berupa tas yang didalamnya berisi brosur tentang salah satu
bidang usaha pengembangan sumber daya manusia yang dikelolanya.
Karena isinya cukup banyak, maka saya memutuskan untuk membaca
informasi yang ada didalamnya sedikit demi sedikit. Satu demi satu
modul dan majalah yang ada saya baca. Sampai pada akhirnya, saya
mengeluarkan satu-satunya majalah yang masih tersisa didalam tas
itu. Dan, dihadapan saya sekarang ada majalah tentang teknologi dan
perkembangan dunia komputer.

Tidak seperti buku dan majalah referensi lain dalam paket itu,
majalah komputer tersebut masih dibungkus plastik, layaknya benda
pajangan di rak toko buku. Padahal, dalam diri saya tumbuh sebuah
sistem nilai; `orang yang berhak membuka pembungkus buku adalah sang
pemiliknya saja'. Jadi kalau anda bukan pemiliknya, maka anda tidak
berhak untuk membuka plastik pembungkus majalah itu; kecuali atas
seijin pemiliknya.

Dalam obrolan kami diruang kerjanya, saya memang


mendapatkan `tambahan' majalah bertema keluarga yang diberikan
secara khusus mengingat didalamnya ada liputan tentang keluarga
beliau. Jadi, majalah itu bukanlah paket standard gift perusahaan.
Oleh karena itu, ketika saya menemukan majalah komputer tadi, maka
langsung saya bepikir; "Ya Tuhan, Beliau membeli majalah ini untuk
dibaca dan secara tidak sengaja terbawa oleh saya." Lalu, saya
bergegas ke kantor pos, dan mengirimkan majalah itu kembali dengan
sepucuk surat berisi permohonan maaf. Dua hari kemudian, saya
mendapat SMS dari beliau yang mengatakan bahwa majalah itu memang
termasuk kedalam paket yang diberikan kepada saya!
Betapa noraknya saya ini, bukan? Tetapi, kenorakan yang memalukan
itu terbayar lunas ketika saya teringat bahwa pada cover majalah
komputer itu ada sebuah poster film animasi yang fenomenal. Anda
bisa menebak film apa itu? SpongeBob. Ya, SpongeBob SquarePants.
Anda suka menonton film itu? Saya menyukai saat-saat menikmati
tayangannya bersama anak-anak.

Kembali kepada pertanyaan kita diatas; bagaimana mengukur rasa cinta


kita kepada perkerjaan? Mungkin kita bisa mempertimbangkan untuk
bertanya kepada SpongeBob. `Ayolah, jangan bercanda!" barangkali
anda berpikir begitu. Tidak. Saya tidak sedang bercanda. Saya kira
SpongeBob bisa mengajari kita tentang rasa cinta kepada pekerjaan.
Saya tahu bahwa tidak ada jaminan; SpongeBob bisa memberikan jawaban
eksak tentang cara mengukur dan alat ukurnya. Tetapi, SpongeBob bisa
menunjukkan kepada kita bagaimana semestinya kita mencintai
pekerjaan.

Ada banyak hal dalam kehidupan yang membuat SpongeBob sedih, kesal,
atau marah. Dia bisa menangis tersedu-sedu karenanya. Lalu
memelintirkan tubuhnya untuk memeras semua airmata yang dimilikinya
agar terkuras habis. Dan, setelah pori-pori spon pada tubuhnya
kehabisan air; dia segera tertawa kembali sambil menunjukkan gigi
depannya yang besar-besar dan jarang. Begitulah SpongeBob. Dia bisa
segera tertawa kembali; dan menemukan hidupnya, kembali normal.
Namun demikian, tahukah anda bahwa ada satu hal didunia ini yang
bisa membuat SpongeBob bersedih tanpa henti? Tahukah anda apa itu?
Itu adalah saat dimana Tuan Krabs memintanya untuk berhenti bekerja.
Ketika itulah SpongeBob bersedih alang kepalang, sehingga Patrick si
bintang lautpun tidak dapat menghiburnya.

Anda boleh bilang; "Ya kalau itu sih bukan cuma SpongeBob. Gue juga
bakal sedih betul kalau sampai diberhentikan dari pekerjaan!"
Mungkin sama. Mungkin juga tidak. Sama, karena kebanyakan orang yang
terkena PHK merasa bersedih. Kebanyakan: tidak semua. Sebab, ada
saja yang malah senang mendapatkan paket PHK, bukan?. Tapi, pada
umumnya orang bersedih jika di-PHK. Sponge bob juga bersedih. Jadi,
itu adalah hal yang lumrah. Tetapi tidak sepenuhnya sama, karena
kesedihan SpongeBob berbeda dengan kesedihan kita kalau kena PHK.

Kita, jika kena PHK bersedih karena memikirkan seribu tanya tak
berjawab; "Saya mau kerja apa lagi setelah ini? Cari pekerjaan kan
susah setengah mati? Anak istri saya mau dikasih makan apa?" Padahal
kan sudah jelas; ya dikasih makan nasi-lah. Masa dikasih kerikil.
Kita berputus asa. SpongeBob berbeda. Dia bukan mempertanyakan
semuanya itu. Dia bersedih karena benar-benar mencintai pekerjaannya
sebagai juru masak di restoran milik Tuan Krabs. Ukuran cinta
SpongeBob ditunjukkan dengan kegembiraannya setiap kali dia bekerja.
Tengoklah filmnya sesekali jika anda perlu membuktikan kata-kata
saya ini. Ketika bekerja, SpongeBob selalu tampil ceria. Dan dia
selalu didorong untuk membuat masakan terbaiknya hari itu. Kompor.
Kuali. Minyak goreng. Api. Adonan roti. Sebut saja apa. Semua yang
berhubungan dengan pekerjaannya dijadikan sahabat dimana dia bisa
menikmati hidupnya. Menikmati proses menjalani pekerjaannya, sehari-
hari.

Begitulah wujud sebuah cinta kepada pekerjaan adanya. Maka tidaklah


mengherankan jika restoran Tuan Krabs sangat sulit untuk ditandingi.
Bahkan, investor yang mendatangi Tuan Krabs untuk mengakuisisi
Krusty Krab dengan imbalan uang yang melimpah ruah pun tidak
berhasil menggeser kepemilikan restoran itu. Tahukah anda apa
penyebabnya? Anda tahulah, jika mahluk rakus uang seperti Eugene H.
Krabs ditawari cash yang melimpah ruah; pasti dia akan menyerah
begitu saja. Sekalipun itu berarti bahwa dia harus kehilangan
restoran miliknya. Jadi, sudah tentu bukan keengganan Tuan Krabs
penyebab kegagalan akuisisi itu. Lalu apa dong?

Jawabannya adalah; Kecintaan SpongeBob kepada pekerjaannya. Kita


semua tahu betul bahwa bekerja yang dilandasi dengan rasa cinta akan
memberikan hasil terbaik. Kualitas produk yang dibuat oleh orang-
orang yang mencintai pekerjaannya pastilah berkelas nomor satu. Dan
itulah yang terjadi pada SpongeBob. Karena cintanya pada pekerjaan,
dia dapat menghasilkan masakan yang paling enak diseluruh Bikini
Bottom. Dan itu menyebabkan semua penduduk kota menyukainya.

Ketika investor kapitalis itu datang untuk mengakuisisi restoran


Tuan Krabs. Dan dihadapannya sudah terhampar sejumlah nyaris tak
terbilang uang. Surat perjanjian jual beli siap untuk ditanda
tangani. Tiba-tiba, penduduk dunia ikan seisi kota air mendatangi
restoran itu. Mereka berdemo, untuk menghentikan transaksi itu.
Mereka tidak menginginkan akuisisi itu. Lalu, apa hak mereka?
Bukankah restoran itu milik Tuan Krabs?

Benar. Restoran itu milik Tuan Krabs. Tetapi, ada satu komponen
penting di restoran ini yang dimiliki oleh semua orang seisi kota.
Tahukah anda apa gerangan itu? SpongeBob. Ya, SpongeBob SquarePants
dengan cita rasa masakan yang dibuatnya berkat bumbu rahasia bernama
cinta kepada pekerjaan. Cinta itu melahirkan dedikasi. Dan dedikasi
memunculkan kesungguhan. Sementara, kesungguhan menghasilkan
keunggulan.

Kembali kepada pertanyaan kita diatas; bagaimana mengukur rasa cinta


kita kepada perkerjaan? Apakah sekarang anda sudah menemukan
jawabannya?

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/

Catatan Kaki:
Tidak perlu menunggu terkena PHK terlebih dahulu untuk mulai
mencintai pekerjaan yang kita miliki. Karena jika demikian, maka
semuanya sudah teramat sangat terlambat.

Buku "Belajar Sukses Kepada Alam" klik disini:


http://www.dadangkadarusman.com/books/belajar-sukses-kepada-alam/

Untuk Update Artikel Terbaru Dari Dadang Kadarusman Melalui Email,


klik disini: http://www.dadangkadarusman.com/contact-us/email-alert/
Mengukur Peran Pemimpin Perempuan Dalam Politik

Dalam rangka mensinergikan komunikasi antar tokoh perempuan, Bidang Kewanitaan


Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera menggelar Talkshow yang bertema
Peran Kepemimpinan Politik Perempuan, Jum'at (30/11), pukul 13.00 – 15.30 WIB.
Acara ini berlangsung di kediaman Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa
Dault, SH.

PK-Sejahtera Online: Jakarta – Salah satu kelalaian ummat Islam dalam membangun
fondasi kekuatan adalah lemahnya silaturrahim. Lahirnya konflik antar ormas Islam,
timbulnya fitnah sesama partai Islam, adalah salah satu kontribusi negatif terhadap
hancurnya citra terhadap ummat Islam. Silaturrahim merupakan sarana komunikasi yang
cukup efektif dalam rangka menyatukan gerak langkah membangun ummat berdasar Al-
Qur’an dan Hadits. Silaturrahim juga perlu dilakukan dalam rangka meniadakan salah
persepsi yang bisa melahirkan fitnah.

”Sarana komunikasi hanya sebagian kecil keberkahan dari silaturrahim. Lebih dari itu
silaturrahim akan menyatukan persepsi tentang suatu permasalahan. Contohnya adalah
peran kepemimpinan perempuan,” ucap Ledia Hanifa, M.Psi, Ketua Bidang Kewanitaan
DPP PKS.

Perempuan, lanjut Ledia Hanifa, bukan lagi sebagai warga kelas dua tapi partner dalam
kepemimpinan politik dalam rangka membangun dan menyelesaikan permasalahan
bangsa. Untuk membedah pentingnya kepemimpinan perempuan dalam politik, Bidang
Kewanitaan Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera menggelar Silaturrahim
Politik Perempuan Nasional dengan bentuk talkshow.

”Silaturrahim ini merupakan lanjutan dari komunikasi yang telah berjalan dengan baik
selama ini. Mudah-mudahan dapat memberi jalan keluar dalam meningkatkan peran
kepemimpinan politik perempuan,” Kata Ledia.

Diskusi dengan tema Peran Kepemimpinan Politik Perempuan, ini akan digelar Jum’at
(30/11) pukul 13.00 – 15.30 WIB, di rumah Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
(Mennegpora) Adhyaksa Dault, SH.

Acara ini juga mengundang sejumlah praktisi kepemimpinan diantaranya Ketua MPR RI
Dr Hidayat Nur Wahid, MA dengan materi supporting system, kultur bangsa bagi
kepemimpinan perempuan, Dr Marwah Daud Ibrahim dengan materi membangun basis
atau kompetensi ilmiah perempuan pemimpin dan mantan Menteri Pemberdayaan
Perempuan Khofifah Indar Parawangsa dengan materi membangun kepemimpinan
perempuan melalui ormas (muslimah NU).

”Kami berharap dengan acara ini, semakin disadarinya pentingnya peran kepempimpinan
politik perempuan dalam kancah perpolitikan bangsa Indonesia,” pungkasnya.
LEADER & TEAM BUILDING

by arylangga Aug 29, 2008; 09:45pm :: Rate this Message: - Use


ratings to moderate (?)

Reply | Print | View Threaded | Show Only this Message

Seringkali terjadi kondisi yang membuat seorang leader merasa sebagai


seorang SUPERMAN yang memiliki kemampuan dan kepercayaan yang
luarbiasa, mengerjakan seluruh aktifitas organisasi sendiri dan
seluruh anak buahnya hanya menggeleng kepala, terheran-heran
menyaksikan hal tersebut sehingga mereka hanya tinggal menungggu tanpa
inisiatif menghadapi persoalan yang terjadi. Atau kemudian semua orang
menciptakan lingkaran ketergantungan dan pandangan pesimis bahwa hanya
"dia" seorang yang mampu mengatasi persoalan yang terjadi.

Disisi lain seorang leader juga bisa merasa seperti LONE RANGER begitu
kesepian, kehabisan energi setelah memenangkan pertempuran mencapai
tujuan organisasi dan kemudian meninggalkan wilayah tersebut karena
merasa sudah tidak ada lagi tantangan berikutnya.

Perspektif seorang leader : Team Building

Pertanyaan tersebut kemudian mengantar kita untuk melakukan refleksi-


dalam upaya memahami kompetensi yang dibutuhkan dari seorang leader.

Secara sistematis kompetensi yang dibutuhkan seorang leader adalah:


mengevaluasi suatu team, memperlihatkan kinerja dan kemudian
mengembangkan serta memperbaiki performa team.

Fakta tersebut kemudian mengantarkan kita menemukan alat pembanding


untuk melihat apa sesungguhnya yang menjadi esensi dari sebuah team.

Linda V.Berens, Linda K.Ernst, and Melisa A.Smith, dalam buku : 16


Personality types and teams, 2004 memberikan sebuah daftar pertanyaan
menarik dalam melihat esensi sebuah team yaitu :

Terdiri dari 5 kelompok pertanyan besar yaitu :

1. Who am I? Who are you?

Pertanyaan ini merupakan bentuk identifikasi terhadap diri sendiri dan


orang lain dari sebuah team, untuk melihat karakter masing-masing dan
upaya saling mengenal dan menyesuaikan karakter sebagai langka dasar
untuk membangun type dan hubungan kerjasama..

2. Who are we together

Merupakan aspek kunci dari hubungan dan komunikasi individu dengan


kepribadian yang berbeda memiliki keunikan dari cara mereka membangun
hubungan dan ketika berhadapan dengan konflik.

3. What are we here together,

Melihat pekerjaan mereka sebagaimana cara mereka melihatnya. Dengan


menghabiskan sedikit waktu untuk memastikan bahwa semua anggota
berbagi pandangan yang sama tentang apa yang dilakukan dan akan
seperti apa hasilnya akan memberikan benefit bagi tim.

4. How are we going together

Biasanyanya orang melihat isu ini seperti siapa yang melakukan apa dan
kapan . tetapi isu ini melibatkan lebih dari itu. Isu ini melibatkan
lebih dari proses-proses dan aspek produksi untuk menyelesaikan
pekerjaan tim.

5. How we are we doing ? of how did we do

Artinya setiap tim harus memiliki beberapa pengukuran untuk hasil.


Orang-orang dengan perbedaan tipe kepribadian akan memiliki perbedaan
perspektif atas apa yang mendasari pengukuran yang baik dan memadai.

Persoalan selanjutnya adalah bagaimana agar sebuah team yang


senantiasa menunjukkan kinerja dan kualitas pekerjaan yang tinggi.
Kata kunci dari dinamika ini adalah analisa dinamika team yang ditulis
oleh : Wiliam G Dyer, W.Gogg Dyer, Jeffrey H. Dyer, 2007 dalam buku
Team Building : Proven strategis for improving team pervormance, yaitu
: Context, Composition, competencies, and change management. Dengan
menggunakan keempat kata kunci tersebut, secara ringkas dapat
digambarkan sebagai berikut :

a) Context For a Team

Secara efektif melakukan pengukuran pada upaya: membangun ukuran dan


sasaran terhadap kinerja tim yang jelas dan mengikat, memastikan bahwa
anggota team mengerti bahwa kerjasama yang efektif adalah hal yang
kritikal untuk mencapai sasaran tersebut, tersedianya reward system
yang menghargai kerja team ( melebihi kerja individu), menghilangkan
hambatan struktur organisasi yang formal dan membangun sebuah budaya
organisasi yang mendukung kerjasama tim dengan orientasi pada proses
dan prilaku .

b) Composition of the team

Merujuk pada identifikasi dan monitoring terhadap bagaimana


menempatkan orang-orang yang tepat di dalam team berdasarkan
keterampilan, pengalaman, dan motivasinya yang disesuaikan dengan
ukuran team.

c) Competencies of the Team

Pengukuran dilakukan tidak semata-mata pada atribut-atribut dari


individu di dalam tim melainkan pada kompetensi yang dikembangkan dan
dibagi di antara anggota tim. Beberapa hal yang penting yaitu
kemampuan team dalam memecahkan masalah, kemampuan dalam komunikasi,
kemampuan dalam mengambil keputusan, dan kemampuan untuk mengelolah
konflik.

d) Change manajemen of the team

Merupakan identifikasi terhadap kemampuan team dalam melakukan


perubahan agar senantiasa efektif, melalui cara mendiagnosa dan
memecahkan masalah serta menyusun program untuk membangun tim. Hal ini
merupakan model upaya monitoring dan evaluasi dari dinamika yang terjadi.

Penutup

Berbicara tentang leaders dan pembentukan team adalah sesuatu yang


sangat menarik, karena hal tersebut meletakkan titik sentral pada
keseimbangan peran dan dinamika kelompok. Apa yang biasa terjadi bahwa
anggota team hanya tinggal diam saja, atau merasa keheranan merupakan
bias yang terjadi dalam mengembangkan dinamika team. Disisi lain
kompetensi seorang leader juga merupakan kunci untuk membangun kinerja
yang lebih berkualitas bagi sebuah team.

arylangga.blogspot.com

------------------------------------

*****

Bagaimana dengan "kualitas" kepemimpinan dan kecerdasan sikap karyawan Anda ?

Apakah "sikap kerja" mereka :


- penuh semangat / optimis ?
- berperilaku produktif ?
- bermental tumbuh ?
- berkarya dengan hati ?
- beremosi cerdas (EQ) ?
- berorientasi pada tujuan ?
- bermotif prestasi ?
- berpikir kualitas ?
- bersikap positif ?

Metode S.E.R.V.O merupakan sarana "cepat" pengaktifan "kecerdasan sikap" ataupun


"kecerdasan emosional" (EQ) karyawan seperti :

- kesadaran diri
- motivasi tumbuh
- pengendalian diri
- memiliki tujuan
- berani mengambil resiko
- penuh percaya diri
- menghadapi persoalan
- kebiasaan baik
- kemampuan bertahan / sabar
- menemukan cara pemecahan
- meningkatkan kompetensi
- semangat inovasi
- menyukai prestasi
- mengelola persaingan
- kepemimpinan
- pengambilan keputusan
- jiwa kreatif
- mengelola konflik
- berinisiatif
- memiliki komitmen
- penuh intergritas
- kemampuan beradaptasi
- kemampuan berempati
- ulet menjual
- kemampuan komunikasi
- kerjasama tim
- peduli pada pelanggan
- dsb.

ALAMAT :

Servo Center
Komplek Cipondoh Makmur
Jl. Bahagia Raya, Blok B5b No. 2
Cipondoh, Tangerang - 15148

PO BOX 150 Tangerang 15000

Telpon : (021) 5574 5555, 554 6009, 554 5257

http://servocenter.wordpress.com/

You might also like