You are on page 1of 13

PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA SERTA KEBUDAYAAN HINDU-

BUDHA DI INDONESIA

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat:


1. menjelaskan proses masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia; dan
2. menguraikan wujud akulturasi kebudayaan Hindu - Budha dengan kebudayaan
Indonesia.

Adapun pokok-pokok materi yang dapat Anda pelajari pada bagian modul ini meliputi:
1. Proses masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia.
2. Wujud akulturasi kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia.

Bagaimana dengan persiapan Anda untuk mempelajari modul ini? Mudah-mudahan


Anda benar-benar siap, agar kesuksesan dapat Anda raih.

Seperti yang telah Anda ketahui melalui pendahuluan, bahwa agama Hindu- Budha
berasal dari India, kemudian menyebar ke Asia Timur. Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Timbul suatu pertanyaan bagaimana proses masuknya agama Hindu-Budha
ke Indonesia? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap kebudayaan Indonesia? Untuk
mengetahui jawaban tersebut, silakan Anda pelajari uraian materi berikut ini!
Proses Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara
dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang
merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.

Untuk lebih jelasnya, silahkan Anda amati gambar peta jaringan perdagangan laut Asia
Tenggara berikut ini:

Gambar 1. Peta jalur perdagangan laut Asia Tenggara

Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi
beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India
melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan
tersebut.

Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia


dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab
masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia.

Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha ke


Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan
pendapat
tentang proses masuknya agama Hindu - Budha atau kebudayaan India ke Indonesia.
Untuk penyiaran Agama Hindu ke Indonesia, terdapat beberapa pendapat/hipotesa
yaitu antara lain:
1. Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang
membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria atau golongan prajurit,
karena adanya kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yang
kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan
kerajaan di Indonesia.
2.Hipotesis Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu
masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang ke
Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.

3.Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama


Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum
Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan
Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku di
Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya
penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari
penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara
keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.

4. Hipotesis Sudra

Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian
meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar,
diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke
Nusantara.

Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia
yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan
organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka
kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.

Pada dasarnya keempat teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan
ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta
adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan
Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu
kolot tidak boleh menyebrangi laut.

Disamping pendapat / hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih


menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri, untuk lebih jelasnya simak uraian
berikut ini.

Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan peranan
bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di
Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para
cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya
melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut:

* Pertama, proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para
biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur
dagang, sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-
orang Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India.
Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan
menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif
penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Indonesia
yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia yang
sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri Indonesia.
* Kedua, proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama
aliran Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki
golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai
dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan
oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk
menghindukan seseorang
Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut
Hindu - Budha ke Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya
pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap
di dukung oleh proses perdagangan.

AGAMA HINDU

Agama Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu
terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau
“himpunan” yaitu:

1. Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.


2. Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
3. Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
4. Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.

Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:

1. Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.


2. Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.

Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti


atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:

1. Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.


2. Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
3. Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.

Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa
hujan yang sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk
memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat
dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Caturwarna yaitu:

1. Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.


2. Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
3. Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
4. Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.

Selain 4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar
kasta yang telah melanggar aturan-aturan kasta.

Orang-orang Hindu memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares sebagai
tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya dapat
mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa mencapai puncak nirwana.

AGAMA BUDDHA

Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM.
Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya
orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.

Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan
bahasa Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:

1. Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan


oleh umat Buddha.
2. Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
3. Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.

Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:

1. Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.


2. Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
3. Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.

Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan
kebenaran atau Astavidha yaitu:

1. Pandangan yang benar.


2. Niat yang benar.
3. Perkataan yang benar.
4. Perbuatan yang benar.
5. Penghidupan yang benar.
6. Usaha yang benar.
7. Perhatian yang benar.
8. Bersemedi yang benar.

Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan


dua aliran dalam agama Buddha yaitu:

1. Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya
sendiri.
2. Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama
dan saling membantu.

Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu :

1. Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.


2. Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
3. Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama
kali.
4. Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.

Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan
Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal
ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu
diberbagai daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit
Siguntang (Sumsel). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati
(India Selatan) dari abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca
perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).
Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia

Apakah Anda sebelumnya pernah mendengar atau mengetahui pengertian Akulturasi?


Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang akulturasi, antara lain menurut
pendapat Harsoyo.

Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia
yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak
secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam
pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak
budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu
menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat
kebudayaan aslinya.

Dengan adanya penjelasan tentang pengertian akulturasi, apakah Anda sekarang


sudah memahami istilah akulturasi? Jika Anda sudah paham, silakan Anda simak uraian
materinya. Seperti telah dijelaskan pada materi sebelumnya, dengan adanya kontak
dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya
atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak
melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri. Harus Anda pahami masuknya pengaruh
Hindu dan Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap
didukung oleh proses perdagangan.

Hal ini berarti kebudayaan Hindu - Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima
seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki
penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli
Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu - Budha.

Wujud akulturasi tersebut dapat Anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya
berikut ini:
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.

Untuk mengukur tingkat pemahaman Anda, silakan tulis 5 kata bahasa Indonesia yang
berasal dari bahasa Sansekerta, selanjutnya Anda simak uraian materi selanjutnya.

Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu
bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti
Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk
perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno
seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M. Untuk
aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang
menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat
dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
Demikianlah uraian tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang bahasa, untuk
selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
2. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha
masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan
Dinamisme. Anda masih ingat pengertian Animisme dan Dinamisme? Bila Anda lupa,
baca kembali modul ke-2 Anda!

Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai


menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme
dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Tentu Anda bertanya apa
yang dimaksud dengan Sinkritisme? Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi,
yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama
Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu -
Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat Anda
lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di
Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara
tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
Demikianlah penjelasan tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang
religi/kepercayaan. Selanjutnya simak uraian materi berikutnya.

3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan


Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat
dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia
setelah masuknya pengaruh India.

Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang
berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja
secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap
keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini
dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti
Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan
sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).

Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di
India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah
diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang
terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud
akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.

Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan
Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan
pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).

Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi
tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar
diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian,
karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

Demikianlah contoh wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan


untuk selanjutnya kalau Anda sudah memahaminya, Anda dapat melanjutkan pada
uraian materi wujud akulturasi berikutnya.

4. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut
perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan
tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun
masehinya 654 + 78 = 732 M
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? kalau Anda sudah paham,
silahkan Anda isi tabel 1.2 dengan tahun saka prasasti peninggalan Sriwijaya berikut ini
Tabel 1.2
No.

Nama Prasasti Tahun Masehi Tahun Saka

Kedukan Bukit 683 M

Ligor 775 M

Untuk mengetahui kebenaran perhitungan Anda, nanti akan Anda temukan pada uraian
materi kegiatan belajar 2 dalam modul ini.

Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan


tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Apakah Anda sebelumnya pernah
mendengar istilah Candrasangkala? Candrasangkala adalah susunan kalimat atau
gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam
prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah
satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0,
ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang
sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun
runtuhnya Majapahit .

Dari uraian di atas, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak kembali
wujud akulturasi berikutnya!

5. Peralatan Hidup dan Teknologi


Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni
bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya
India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang
ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya
melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab
pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan
bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan.
Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang
merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai
dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang
merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan
bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-
orang terkemuka.

Di samping itu, dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang
dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah
melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang
disimpan dalam Pripih.

Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh
nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat
dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk
tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota
Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.

Untuk memperjelas pemahaman Anda, silahkan Anda simak gambar 2 candi Hindu
berikut ini.

Gambar 2. Candi Jago, Malang, Jawa Timur

Gambar 2. adalah gambar candi juga salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang
merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 -
1268.

Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak
dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi,
di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah
raja Wisnuwardhana).

Dari penjelasan tersebut di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah
paham, simaklah urutan materi berikutnya.

Untuk candi yang bercorak Budha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja
Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa, maka untuk memperjelas
pemahaman Anda simak gambar 1.3. candi Budha berikut ini .
Gambar 3. Candi Borobudur, Jawa Tengah

Gambar 3. candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar sehingga merupakan
salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan
Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani
Budha.Patung-patung Dyani Budha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Budha.
Di samping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa.

Untuk candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa
merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan demikian
seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya
mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya
tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.

Demikianlah uraian materi tentang wujud akulturasi dalam peralatan hidup dan teknologi
yang terlihat pada bangunan candi, kalau Anda sudah paham simak uraian akulturasi
berikutnya.

6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni
pertunjukan . Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief
dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak
menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu
ataupun Budha. Contoh dapat Anda amati gambar 4.

Gambar 4. Relief Candi Borobudur

Gambar di atas adalah relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang
digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang. Relief ini mengisahkan riwayat
hidup Sang Budha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara. Demikian pula
halnya dengan candi-candi Hindu. Relief-reliefnya yang juga mengambil kisah yang
terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana yang digambarkan melalui
relief candi Prambanan ataupun candi Panataran.
Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil
kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief
tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia.
Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India,
tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.

Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu
ceritera/ kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana
yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab
tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di
Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali
oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan, tokoh-tokoh
cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar,
Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab
Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan
menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.

Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu
ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang.
Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak
zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh
masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari
pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari
budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami
perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-
tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita
aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku
baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka
menghasut.

Demikian penjelasan tentang wujud akulturasi dalam bidang kesenian. Dan yang perlu
Anda pahami dari seluruh uraian tentang wujud akulturasi tersebut bahwa unsur budaya
India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya
Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.

Untuk memudahkan Anda dalam memahami uraian materi wujud akulturasi


Kebudayaan Indonesia dengan Kebudayaan India, maka simaklah ikhtisar dari wujud
akulturisasi tersebut seperti pada tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3. Ikhtisar wujud kulturasi kebudayaan Indonesia dengan India.
 Candi yang bersifat Hindu
• Candi Gunung Wukir, terletak di sebelah selatan Muntilan
• Kelompok Candi Dieng, terletak di Kabupaten Wonosobo. Dikelompok
candi ini trdapat beberapa candi yang oleh penduduk setempat diberi nama
tokoh wayang, misalnya : Bima, Gatotkaca, Puntadewa, Arjuna, Semar, dan
lain-lain
• Candi Selogriyo, terletak di kaki Gunung Sumbing
• Candi Pringapus, terletak di timur Gunung Sundoro
• Kelompok Candi Gedong Songo, terletak di lereng Gunung Ungaran
• Candi Perot, terletak di lereng Gunung Sumbing
• Candi Argopuro, terletak di lereng Gunung Sumbing
• Candi Ijo, terletak di dekat Prambanan
• Candi Gebang, terletak di dekat Yogyakarta
• Candi Sambisari, terletak di dekat Yogyakarta
• Kelompok Candi Lorojonggrang ( Prambanan ), terletak di perbatasan
Yogyakarta-Klaten.Di kelompok ini ada 3 candi induk, Candi Syiwa, Candi
Brahma, dan Candi Wisnu.
 Candi yang bersifat Budha, bercorak budha, bermitologi budha, bernuansa
arsitektur budha dan ajaran budha :
• Candi Borobudur, terletak di Kabupaten Magelang
• Candi Kalasan, terletak di kabupaten sleman. Dibangun oleh Raja
Panangkaran.
• Candi Sari, terletak di dekat Candi Kalasan.
• Candi Banyunibo, terletak di dekat Prambanan.
• Candi Sajiwan, terletak didekat Prambanan. Candi ini untuk menghormat
Awalokiteswara.
• Candi Plaosan, terletak di dekat prambanan. Dibangun pada masa Raja
Pikatan
• Candi Sewu, terletak didekat Prambanan
• Candi Bubrah, terletak didekat Prambanan
• Candi Lumbung, terletak didekat Prambanan
• Candi Asu, terletak didekat Candi Sewu
• Candi Ngawen, terletak di dekat Muntilan. Candi ini dibuat oleh raja yang
beragama Hindu, dan diperuntukan untuk umat yang beragama Budha
• Candi Mendut, terletak di kabupaten Magelang. Di dalamnya terdapat
PAtung Padmapani dan Wajrapani
• Candi Pawon (Bajranalan), terletak di kabupaten Magelang. Di bangun
oleh Pramodhawardhani.

2) Candi Peninggalan Kerajaan Medang (Dinasti Isyana)

• Candi Lor (Anjuk Ladang),terletak di Brebek, Nganjuk.


• Candi Gunung Gangsir, terletak di di Bangil.
• Candi Songgoroti, terletak di Batu Malang
• Candi Sumber Nanas, terletak di Blitar
• Candi Belahan, dibangun oleh Raja Airlingga
• Pertapaan Pucangan, terletak di Gunung Penanggungan

3) Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

• Kelompok Candi Muara Takus, terletak di Bangkinang, Tampar, Riau


• Kelompok CAndi Gunung Tua, terletak di padang sidempuan, Tapanuli,
Sumatra Utara.
• Di kelompok ini ada 1 candi yang bentuknya khas, yaitu Candi Biaro Bahal

4) Candi Peninggalan Kerajaan Singasari

• Candi Kidal, terletak di Malang


• Candi Jawi, terletak di dekat Pringen
• Candi Singasari, terletak di Malang
• Candi Jago, terletak di Malang

5) Candi Peninggalan kerajaan Majapahit

• Candi Simping
• Candi Rimbi, terletak di Mojokerto
• Candi Panggih
• Candi Surawana, terletak di Kediri
• Candi Tigawangi, terletak di Pare
• Candi Kalicilik, terletak di Blitar
• Candi Jabung, terletak di Kraksaan, Probolinggo
• Candi Pari, terletak di Porong
• Candi Tikus, terletak di Mojokerto
• Candi Brahu, terletak di Mojokerto
• Candi Panataran, terletak di Blitar
• Candi Sukuh, terletak di Karanganyar. Candi ini menunjukan unsure Jawa
asli
• Candi Samentar, terletak di Blitar

6) Candi Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan

• Candi Badut, terletak di Malang

7) Candi Peninggalan Kerajaan Bali

• Kompleks Candi Gunung Kawi, terletak di Tampaksiring

b. Berupa Prasasti
- Yupa (batu bertulis) Peniggalan Kerajaan Kutai
- Prasasti Canggal (732 M), Prasasti Kalasa (778 M), Prasasti Karang Tengah
(824 M), Prasasti Argapura (963 M), Merupakan Sumber Sejarah yang
mengungkapkan Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno.
- Tujuh Prasasti Peninggalan Kerajan Taruma Negara, 5 ditemukan di Bogor, 1
di Cilincing, dan 1 di Lebak Banten, yaitu Prasasti Ciaterun, Prasasti Kebon
Kopi, Prasasti Cianten, dan Prasasti Lebak.
- Prasasti Anjuk Ladang beramngka tahun 937 M sumber
Sejarah yang mengungkapkn kebetradaan Mpu Sindok (rajapertama Medang
dan pendiri Dinasti Isyana )
Prasasti-prasasti sebagai sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya di Sumatra ,
Berangka pada tahun 684-775 M , Antara lain P. Kedudukan Bulat , P. Talang
Tuwo , P. Telayu Batu Kecil , P. Kota , P.Karang Berahi .

c. Pertirtaan
Pertirtaan merupakan pemandian suci untuk raja dan para bangsawan.
Contoh petirtaan yang penting adalah :

• Petirtaan Jalatunda, terletak di lereng barat Gunung Pananggungan.


Dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga
• Pertirtaan Belahan, terletak di lereng timur Gunung Pananggungan.
Dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga
• Pertirtaan di Candi Tikus, terletak di Trowulan, Mojokerto
• Petirtaan Gua Gajah, terletak di Gianyar, Bali
• Petirtaan Tirta Empul. Terletak di desa Manukaya, Tampaksiring, Bali.

d. Benteng
Istana kerajaan umumnya dibangun di balik benteng yang kuat
Benteng ada 2 macam, yaitu :

• Benteng Buatan, dibangun dengan sengaja berwujud tembok, parit yang


dalam dan ebar
• Benteng alam, yamg berwujud sungai atau pegunungan. Contoh benteng
alam adalah benteng yang terdapat di Bukit Ratu Boko yang dikenal dengan
nama Candi Ratu Boko. Candi ini dibangun oleh Balaputradewa.

e. Gapura

Ada 2 macam bentuk gapura :

• Kori Agung, yaitu berupa bangunan seperti candi yang di tengahnya


terdapat pintu untuk keluar masuk. Contoh Kori Agung, antara lain : Candi
Jedong, Candi Plumbangan, dan Candi Bajang Ratu

2. SENI RUPA
Berupa Relief. Relief adalah hasil seni pahat sebagai pengisi bidang pada
dinding candi
1. Relief Candi Borobudur
a. karmawibbhangga, padakaki candi, sebab akibat perbuatan baik / buruk
manusia
b. jatakamala-awadana, dinding lorong 1,2 perbuatan sang budha,
bodhisatva
c. gandawyudha-badhracari, dinding 2-4, usaha sudana mencara ilmu yang
tinggi sampai ia bersumpah mengikuti bodhisatva, samantharbhadra
2. Relief Candi Lorojonggrang
a. Cerita ramayana, pada dinding serambi atas candi sywa dan candi
brahmana.
b. Carita kresnayana, pada pagar candi wisnu.
c. Relief candi jajaghu, mamuat cerita kresnayana, partayajna, kunjarakarna.
1 kali kita jumpai punokawan.
d. Relief candi surowono, memuat cerita arjuna wiwaha, adegan sritanjung
yang dibunuh olehsidapaksa.
e. Relief candi panataran, memuat cerita ramayana, kresnayana.

3. SENI PATUNG
1. Peninggalan Bercorak Hindu.
a. Patung Dewa-Dewi : trimurti (dalam wujud maha guru, mahakala,
mahabirawa), durga
b. Patung Airlangga, dalam wujud dewa wisnu menunggang garuda
c. Patung Kendedes, wujud dewi prajnaparamita
d. Patung Kertanegara, wujud joko dolok dan amonghapasa
e. Patung Kertajasa, wujud dewa sywa
f. Patung Dwarapala, wujud raksasa menggenggam gada
2. Peninggalan Patung Budha
1. Arca Aksobhya, sikap bumi sparcamudra / tangan sentuh bumi sebagai
saksi, hadap timur
2. Arca Ratnasambhawa, sikap waramudra/memberi anugerah, selatan.
3. Arca Amitaba, sikap dayana mudra / bersemedi, barat.
4. Arca Amogasidhi, sikap abaya mudra / tangan menentramkan,utara.
5. Arca Wairicana, sikap darmacakara mudra / tangan memutar roda
darma,di dalam stup
4. SENI SASTRA
1. Masa Kerajaan Kediri
a. kitab kakawin baratayudha : mpu sedah,panuluh
b. kitab kakawin hariwangsa,gatotkacasraya : mpu panuluh
c. kitab smaradhana : mpu dharmaja
d. kitab lubdaka,wratasancaya : mpu tanakung
e. kitab kresnayana : mpu triguna
2. Masa Kerajaan Majapahit
a. kitab negara kertagama : mpu prapanca
b. kitab sutasoma : mpu tantular
c. kitab pararaton : riwayat raja-raja singhasari,majapahit
d. kitab sundayana : peristiwa bubat
e. kitab ranggalawe,pemberontakan ranggalawa
f. kitab sorandoka : pemberontakan sora
g. kitab usana jawa : penakhlukan bali oleh gajahmada dan arya dama

You might also like