You are on page 1of 30

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Tanpa makanan, semua


makhluk hidup pasti akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya.
Makanan dapat membantu kita dalam mendapatkan energi. Setiap
makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda. Makanan pasti
dimakan oleh seluruh manusia dibumi ini. Kebutuhan makanan setiap
orang berbeda-beda. Orang yang tinggal di daerah Kutub, memerlukan
banyak makanan untuk membantu menghangatkan dirinya agar suhu
tubuhnya tetap normal. Sedangkan orang yang tinggal di daerah tropis
justru membutuhkan banyak minuman dibandingkan makanan.
Kebutuhan akan makanan dan minuman merupakan kebutuhan
primer yang tidak mungkin dapat digantikan oleh kebutuhan lain dalam
kehidupan ini. Makanan diperlukan manusia, seperti juga oleh semua
makhluk hidup, untuk perolehan energi, demikian pula untuk pembentukan
dan penggantian komponen penyusun tubuh. Oleh karena itu makanan
merupakan bahan dasar untuk semua kegiatan pertukaran sel. Manusia
memerlukan bahan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.
Dengan menggunakan bahan makanan, manusia membangun sel-sel
tubuhnya dan menjaganya agar tetap sehat dan berfungsi sebagaimana
mestinya.
Makanan adalah bahan bakar yang menyebabkan dapat bekerjanya
mesin tubuh manusia. Seperti mesin, tubuh manusiapun membutuhkan
energi untuk berfungsi. Energi dibutuhkan untuk bernapas, berjalan, berdiri,
menggerakkan dan bahkan untuk berpikir. Manusia mendapatkan energi
dari makanan yang disantapnya, tubuh membakar makanan seperti mobil
membakar bensin atau mesi uap membakar batu bara. Energi yang dapat
diperoleh dari makanan menentukan banyaknya makanan yang diminta
oleh tubuh.
Di alam ini terdapat berbagai jenis bahan makanan baik yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan yang disebut pangan nabati maupun yang berasal
dari hewan yang dikenal sebagai pangan hewani. Sumber bahan makanan
nabati adalah makanan yang terdiri dari sayur-sayuran, biji-bijian, padi-
padian, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Jenis buah-buahan yang
paling populer adalah pisang, papaya, jeruk, dan jenis buah lain yang
hanya muncul pada musimnya. Sayur yang paling populer adalah dari jenis
kangkung, bayam, dan daun singkong. Makanan nabati juga bisa diperoleh
dari bumbu. Adapun bumbu yang sering dipakai adalah jahe, lengkuas,
kunyit, daun sereh, dan daun salam. Bumbu-bumbu ini bermanfaat sebagai
antioksidan. Makanan nabati sama sekali tidak mengandung unsur-unsur
yang berasal dari makhluk hidup, baik berupa daging, lemak atau minyak,
dan lain-lain.
Sumber bahan makanan hewani adalah makanan sumber protein
yang rendah serat, jadi jika dikonsumsi dalam jumah yang sedikit akan
kurang mengenyangkan. Hewani umumnya berupa daging, susu, telur, dan
ikan yang sangat kaya dengan protein. Protein ini juga mengandung asam
amino esensial yang sangat sesuai dengan kebutuhan manusia. Hasil
turunan yang berasal dari produk hewani seperti gelatin, mineral, gliserol,
lemak, emulsifier, dan lain sebagainya.
Makanan tidak lagi dipandang hanya sebagai sumber kalori, protein,
vitamin, dan mineral, tetapi lebih dari itu. Pangan menjadi penting artinya
bagi kepekaan daya pikir dan kecerdasan serta kepekaan terhadap seni,
budaya, dan keindahan. Pangan penting artinya bagi kelayakan hidup dan
keagungan manusia (human dignity) itu sendiri. Manusia yang sehat adalah
manusia yang bugar, segar, dan berjaya. Zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh tersebut dapat diperoleh dari bahan makanan yang disebut gizi.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman. Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal
sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga
bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya
pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh.
Pangan menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi manusia, karena itu
pemenuhan atas pangan menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Masalah konsumsi pangan sangat bervariasi dari
satu wilayah ke wilayah lainnya baik pada tingkat provinsi maupun tingkat
kabupaten.
Selera makanan orang di setiap negara pasti berbeda-beda sehingga
setiap negara mempunyai makanan khas sendiri. Di Amerika Serikat
misalnya, rata-rata penduduknya memakan makanan berbahan dasar yang
terbuat gandum dan tepung. Hal ini sangat bertolak belakang dengan
Indonesia yang mayoritas penduduknya mengkonsumsi nasi sebagai
makanan pokok mereka. Jadi, dapat dipastikan bahwa setiap negara
memiliki makanan khasnya masing-masing. Bangsa Indonesia, seperti
halnya bangsa yang telah tinggi kebudayaanya, hanya memiliki konsep
tersendiri mengenai seni kuliner. Seni kuliner harus mendapatkan tempat
yang layak dan penting artinya sebagai elemen dalam pembentukan
karakter suatu bangsa.
Pangan tradisional merupakan produk bercitarasa budaya tinggi yang
berupa perpaduan antara kreasi mengolah hasil sumber daya lokal dengan
selera berbumbu adat istiadat dan telah diwariskan secara turun temurun.
Indonesia memiliki jenis pangan lokal atau tradisional yang sangat
beragam, dimana hampir setiap daerah di Indonesia memiliki pangan
tradisional yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Namun, seiring
perkembangan zaman pangan tradisional ini mulai kalah bersaing dengan
pangan-pangan yang berasal dari negara lain.
Bagi masyarakat Indonesia umumnya amat diyakini khasiat aneka
pangan tradisional, seperti tempe, bawang putih, madu, kunyit, jahe,
kencur, temu lawak, asam jawa, sambiloto, daun beluntas, daun salam,
cincau, dan aneka herbal lainnya. Jamu sebagai racikan aneka herbal
berkhasiat juga sangat populer di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan pangan
mengakibatkan meningkatnya perhatian terhadap masalah ini.
Permasalahan mendasar keamanan pangan tradisional pada umumnya
terletak pada kelemahan dalam hal jaminan keamanannya terhadap
bahaya biologi atau mikrobiologi, kimia, dan fisik. Adanya bahaya atau
cemaran tersebut seringkali ditemukan karena rendahnya mutu bahan
baku, teknologi pengolahan, belum diterapkannya praktek sanitasi dan
higinitas yang memadai, dan kurangnya kesadaran pekerja maupun
produsen yang menangani pangan tradisional. Namun, terdapat pula
kendala-kendala pada makanan tradisional antara lain :
• Cita rasa kurang memenuhi selera generasi muda
• Penampilan kurang menarik karena dimasak terlalu lama
• Standar mutu dan gizi kurang
• Beberapa makanan harus disajikan panas
• Promosi dan penyebaran informasi serta upaya pengembangannya
masih terbatas
• Kurangnya investor yang tertarik untuk mengembangkan produk
makanan tradisional
• Kurangnya pengetahuan masyarakat akan arti gizi dan kesehatan
Adanya berbagai kendala diatas, tidak membuat masyarakat untuk
tidak lagi mengkonsumsi pangan tradisional, bahkan saat ini berbagai
makanan tradisional yang dimiliki oleh berbagai wilayah di tanah air sudah
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat bahkan
kebutuhan masyarakat daerah lain. Beberapa terobosan yang telah
dilakukan oleh beberapa industri pangan ternyata mampu mengangkat citra
dan cita rasa makanan tradisional, yang ternyata sangat disukai oleh
berbagai kalangan bahkan telah dieksport. Peluang bagi pengembangan 
jenis makanan tradisional unggulan sesuai dengan potensi  dan preferensi
makin terbuka dengan adanya otonomi daerah. Meningkatnya peran media
massa baik media cetak ataupun elektronik.
Dapat disimpulkan bahwa makanan merupakan sumber energi yang
penting bagi tubuh. Makanan bersumber dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Tanpa makanan, seseorang akan sulit melakukan segala
aktivitasnya karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat gizi tersebut berupa karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, air, dan mineral. Selera makan setiap orang berbeda-beda,
hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu tempat tinggal, kebiasaan makan,
usia, jenis kelamin, dan lain-lain. Orang yang tinggal di daerah gunung
akan berbeda selera makanannya dengan orang yang tinggal di daerah
dekat pantai.
Setiap negara pasti memiliki makanan khas negara masing-masing. di
negara-negara Eropa dan Amerika orang sudah terbiasa dengan makan
makanan yang terbuat dari tepung dan gandum, sedangkan di negara-
negara asia khususnya di Indonesia orang sudah tidak bisa lepas dari
makanan yang namanya nasi. Indonesia merupakan negara yang memiliki
banyak pulau dan daerah, untuk itulah Indonesia memiliki jenis pangan
lokal atau tradisional yang sangat beragam. Setiap daerah di Indonesia
memiliki pangan tradisional yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut,
misalnya saja kerak telor dan sayur asem yang menjadi makanan khas dari
daerah betawi, bajigur dari jawa barat, barongko dari mandar, otak-otak
dari makassar, sate lilit dari bali, dan masih banyak lagi.
Banyak remaja dan anak-anak yang tidak mengetahui pangan
tradisional indonesia dan mereka senang mengkonsumsi makanan dari
negara-negara lain yang masuk ke indonesia. Namun seiring
perkembangan zaman, makanan tradisional yang dimiliki oleh berbagai
wilayah di tanah air sudah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat bahkan kebutuhan masyarakat daerah lain.

I.2 Tujuan dan Kegunaan

I.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum pangan dan gizi pertanian ini


yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa dalam hal:
1. Menimbang bahan pangan dengan tepat
2. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan dengan
tepat
3. Menilai kandungan gizi bahan pangan
4. Menilai kecukupan (RDA) gizi individu dan kelompok
5. Menghitung tingkat konsumsi energi dan zat gizi.

I.2.2 Kegunaan

Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengetahui


kandungan gizi bahan pangan dan kecukupan gizi tiap individu dan
kelompok sesuai dengan berat dan tinggi badannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsumsi Pangan, Energi, dan Zat Gizi

II.1.1 Konsumsi Pangan

Pangan merupakan kebutuhan utama yang tidak dapat


digantikan oleh apapun. Tanpa mengkonsumsi pangan dalam
jumlah dan mutu yang tepat, tubuh tidak akan mampu
melaksanakan kegiatan sehari-hari, baik secara fisik maupun
mental. Makan dan minum yang sehat dan cukup gizi berarti
mengkonsumsi makanan dan minuman yang jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan dan bervariasi macamnya. Tubuh seharusnya
menerima semua zat gizi yang diperlukan melalui makanan.
Kecukupan akan karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, dan
mineral pada dasarnya dapat dipenuhi dari konsumsi sehari-hari
(Mahendradatta, 2007).
Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan,
secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau
sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya
untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk
memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis
adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera,
sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan
manusia dalam keluarga dan masyarakat. Konsumsi pangan
merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur
proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk
pertumbuhan (Suryono, 2008).
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan. Untuk tingkat
konsumsi, lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
pangan yang dikonsumsi. Kualitas pangan mencerminkan adanya
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan
pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap
gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang
baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi
(Suryono, 2008).

II.1.2 Konsumsi Energi

Tubuh menggunakan sebagian besar energi untuk beraktifitas,


akan tetapi energi juga diperlukan untuk mengangkut zat-zat gizi
yang diperoleh ke bagian tubuh untuk digunakan dan memelihara
proses tubuh. Jika balita aktif maka diperlukan makin banyak energy
dari pada jika melakukan aktifitas yang kurang aktif. Untuk hidup
sehat manusia memerlukan sejumlah zat-zat gizi, kekurangan zat
gizi khususnya energi pada awalnya akan menimbulkan rasa lapar
dan menyebabkan kurang gizi (Santoso, 2006).
Energi diperlukan manusia untuk bergerak atau melakukan
pekerjaan fisik dan juga menggerakkan proses-proses dalam tubuh
seperti misalnya sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan,
pencernaan, dan proses-proses, fisiologis lainnya. Seperti halnya
pada kompor, untuk memperoleh energi panas harus setiap kali diisi
dengan bakan bakar, demikian pula tubuh manusia harus selalu
disuplai dengan makanan sebagai sumber energi untuk
memanaskan tubuh dan untuk bekerja (Kusharto, 2003).
Makan dan minum sehat dan sarat gizi berarti mengkonsumsi
makanan dan minuman yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan
dan bervariasi macamnya. Tubuh seharusnya menerima semua zat
gizi yang diperlukan melalui makanan. Kenyataannya, kita makan
tidak hanya mencukupi kebutuhan akan zat gizi, melainkan juga
untuk suatu kepuasan, karena makanan tersebut lezat bagi kita.
Oleh karena itu, makanan yang sehat terutama yang diolah dan
disiapkan dengan benar, mempunyai citarasa lezat dan
membangkitkan selera makan (Mahendradatta, 2007).
Pembagian asupan energi sehari-hari dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Pembagian asupan energi sehari-hari
Waktu makan Persentase dari energi total
Sarapan 20-25 %
Selingan pagi 10 %
Makan siang 25-30 %
Selingan sore 10 %
Makan malam 25-30 %
Sumber : Data Primer, 2010

II.1.3 Konsumsi Zat Gizi

Zat gizi merupakan unsur yang terkandung dalam makanan


yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Masing-masing
bahan makanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gizi yang
berbeda. Zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut
berbeda-beda antara makanan yang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut dapat berupa jenis zat gizi yang terkandung
dalam makanan, maupun jumlah dari masing-masing zat gizi. Satu
jenis zat gizi tertentu kemungkinan terkadung terdapat pada jenis
bahan pangan, namun bisa dimungkinkan zat gizi tersebut tidak
terdapat pada bahan pangan yang lain (Dahlan, 2009).
Konsumsi zat gizi merupakan cara orang makan makanan
yang beraneka ragam menggunakan semua macam bahan
makanan dari semua golongan, serta bahan makanan dalam jumlah
dan kualitas yang benar dan tepat. Manusia membutuhkan 45
macam zat gizi untuk hidupnya. Zat-zat gizi ini dikelompokkan
dalam kelompok besar yaitu protein, lemak, hidrat arang, vitamin
dan mineral. Dalam mewujudkan keadaan gizi yang baik, tubuh
manusia membutuhkan macam dan jumlah zat gizi dalam ukuran
yang sebanding dengan yang dibutuhkan tubuh (Dahlan, 2009).
Berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh dapat digolongkan ke
dalam enam macam yaitu (1) karbohidrat, (2) protein, (3), lemak, (4)
vitamin, (5), mineral dan (6) air. Karbohidrat sebagai bagian penting
dari makanan yang kita konsumsi memiliki dua fungsi utama, yaitu
sebagai bahan pembangun dan bahan pembakar. Sama halnya
dengan bahan bakar lain, bila bahan pangan tersebut dioksidasi
dalam hal ini dibakar, maka akan dihasilkan suatu zat panas. Setiap
jenis makanan tidak sama nilai energinya (Winarno, 1993).
Kelompok karbohidrat dalam protein mempunyai nilai energi 4
kkal/g. sedangkan lemak dan minyak, nilainya lebih dari dua kali
lipat yaitu 9 kkal/g. air dan serat yang terdapat di dalam makanan,
tidak mempunyai nilai energi sama sekali, kalorinya nol. Karena
alasan tersebut, makanan yang tinggi kandungan lemaknya, tinggi
sekali kalorinya. Sedangkan makanan yang tinggi kandungan air
dan serat atau selulosanya, seperti halnya daun selada dan
beberapa sayuran segar lainnya, sangat rendah kalorinya
(Winarno, 1993).

II.2 Pola dan Kebiasaan Makan

Pola makan sehat merupakan suatu cara atau usaha dalam


pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan
seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya
(Peskesmas Oke, 2009).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan antara lain;
1. Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.
Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang
diinginkannya.
2. Agama atau Kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang
dikonsumsi.
3. Status sosial ekonomi. Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas
makanan turut dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi.
4. Personal preference. Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat
berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali
memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga
dewasa.
5. Rasa lapar, nafsu makan, dan rasa kenyang. Rasa lapar umumnya
merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena berhubungan
dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan merupakan
sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk
makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena
telah memenuhi keinginannya untuk makan.
6. Kesehatan. Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap
kebiasaan makan. Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat
individu memilih makanan yang lembut. Tidak jarang orang yang
kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada makan.
(Puskesmas Oke, 2009).
Kebiasaan makan pada masyarakat akan mempunyai peran yang
penting dalam pembentukan kebiasaan makan keluarga dan individu.
Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu dalam
memilih makan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh
fisiologik, sosial dan budaya. Kebiasaan makan yang ada pada masyarakat
antara satu dengan daerah lain dapat berbeda, mungkin pangan tertentu
dikonsumsi oleh suatu masyarakat, tetapi pada masyarakat yang lain bisa
saja pangan tersebut tidak dikonsumsi. Adanya kebiasaan pangan yang
berbeda-beda tersebut bisa diakibatkan dari unsur-unsur budaya yang ada
pada masyarakat itu sendiri. Pembentukan kebiasaan makan pada
masyarakat mempunyai peran penting dalam kebiasaan makan pada
keluarga dan individu (Fatimah, 2006).

II.3 Tingkat Konsumsi atau Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh banyak hal yang


berkaitan. Kecukupan energi merupakan pemenuhan semua zat-zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan hidup dan
menjalankan kegiatan hidupnya (Santoso, 2006).
Tubuh manusia memerlukan makanan dengan gizi seimbang yaitu
makanan yang mengandung semua zat gizi setiap bahan pangan memiliki
keunggulan tertentu sehingga dengan mengkonsumsi pangan yang
beragam maka kekurangan zat gizi pada salah satu jenis bahan pangan
akan tertutupi oleh bahan pangan lainnya. Hasil analisis kandungan gizi
berbagai jenis makanan menunjukkan tidak satupun jenis makanan yang
mengandung zat gizi yang lengkap yang dibutuhkan oleh manusia, kecuali,
ASI (Mahendradatta, 2007).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi:
1) Usia. Bertambahnya usia seseorang juga akan mempengaruhi asupan
makanannya. Pertambahan usia akan disertai dengan penurunan
fungsi dan metabolisme organ tubuh serta komposisi tubuh. Gejala
menurunnya fungsi organ tubuh sering baru tampak setelah seseorang
mencapai usia lanjut. Perubahan tersebut menyebabkan kebutuhan
gizi dan jumlah asupan makanan berkurang.
2) Jenis kelamin. Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-
beda hal ini tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan, dan
tinggi rendahnya tingkat aktivitas seseorang. Di samping itu angka
kecukupan gizi untuk pria dan wanita berbeda karena adanya
perbedaan dalam ukuran komposisi tubuh.
3) Pengetahuan gizi. Berbagai upaya perbaikan gizi dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan pengetahuan gizinya. Sehingga diharapkan
mereka akan mengetahui dan merubah perilaku mereka di bidang gizi.
Yaitu dengan perbaikan gizi keluarga tingkat pengetahuan mereka
akan mempengaruhi mereka dalam sikap dan perilakunya dalam
memilih makan selanjutnya akan mempengaruhi asupan makanan
sehari-hari (Santoso, 2006).
Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi lainnya sangat bervariasi
meskipun faktor-faktor seperti ukuran badan, jenis kelamin, macam
kegiatan dan faktor lainnya sudah diperhitungkan. Jumlah zat gizi yang
dibutuhkan dapat tergantung pada kualitas makanan karena efisiensi
penyerapan dan pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh
komposisi dan keadaan makanan secara keseluruhan (Kusharto, 2003).
Kecukupan energi yang di butuhkan oleh manusia yaitu :
a) Karbohidrat
Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa
organik yang tersusun hanya dari atom karbon, hidrogen, dan
oksigen. Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber
tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan. Selain itu,
karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk
hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pektin, serta lignin.
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh.
Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk
menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, berperan penting
dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel
dengan mengikat protein dan lemak.
b) Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul
tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup
dan virus. Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel
tubuh, proses kekebalan tubuh.
Kekurangan protein bisa berakibat fatal yaitu kerontokan rambut
dan yang paling buruk ialah penyakit kekurangan protein. Biasanya
pada anak-anak kecil yang menderitanya, dapat dilihat dari yang
namanya busung lapar, yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam
pembuluh darah sehingga menimbulkan odem, Kekurangan yang
terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.
c) Zat besi
Zat besi (Fe) merupakan Salah satu unsur penting dalam proses
pembentukan sel darah merah. Secara alamiah zat besi diperoleh dari
makanan. Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari
dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal
masyarakat sebagai penyakit kurang darah.Fe terdapat dalam bahan
makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.
Pemenuhan Fe oleh tubuh memang sering dialami sebab rendahnya
tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama dari sumber Fe
nabati yang hanya diserap 1-2%. Penyerapan Fe asal bahan
makanan hewani dapat mencapai 10-20%. Fe bahan makanan
hewani lebih mudah diserap daripada Fe nabati (non heme). Manfaat
lain mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya
kecukupan vitamin A. Makanan sumber zat besi umumnya
merupakan sumber vitamin A.
d) Lemak
Lemak merupakan suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi
sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh.
Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu
dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di
dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi. Fungsi lemak adalah
sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel-sel,
sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak,
menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai
pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Bambang, 2009).
Suatu kecukupan zat gizi yang dianjurkan diharapkan dapat menjamin
tercapainya status gizi yang baik. Dasar-dasar anjuran kecukupan untuk
energi berbeda dengan zat-zat gizi lainnya, meskipun mekanisme yang
terperinci untuk mengontrol intik energi belum sepenuhnya dimengerti
namun faktor yang sangat penting adalah taraf pengeluaran energi. Untuk
menetapkan kecukupan energi, usaha telah dilakukan dengan perhitungan-
perhitungan secara faktorial pengeluaran energi tiap-tiap hari dari tipe
individu tertentu dengan menambah sejumlah pengeluaran energi untuk
tidur, bekerja, dan rekreasi (Kusharto, 2003).
Menurut Kusharto (2003), kebutuhan energi pada dasarnya
tergantung dari empat faktor yang saling berkaitan, yaitu:
a. Kegiatan fisik
b. Ukuran dan komposisi tubuh
c. Umur
d. Iklim dan faktor ekologi lainnya.
III.
III. METODE PRAKTIKUM

III.1 Waktu dan Tempat

III.1.1 Waktu

Praktikum penilaian tingkat konsumsi pangan dilaksanakan


pada hari Jum’at, tanggal 24 September 2010, pukul 13.00-15.00
WITA.

III.1.2 Tempat

Praktikum penilaian tingkat konsumsi pangan dilaksanakan di


Laboratorium Pangan dan Gizi, Program Studi Agribisnis, Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum penilaian tingkat


konsumsi pangan yaitu timbangan, kompor, piring, garpu, pisau,
korek api, wajan, spatula, saringan, sendok, dan parutan keju.

III.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum penilaian tingkat


konsumsi pangan yaitu, pisang raja, kacang tanah, mentega, gula
pasir, coklat batang, dan telur.
III.3 Metode Kerja

III.3.1 Metode yang di Gunakan

Metode yang digunakan pada praktikum penilaian tingkat


konsumsi pangan yaitu metode penimbangan. Prinsip metode ini
ialah menimbang secara langsung berat setiap jenis pangan yang
dikonsumsi kemudian mencatatnya dalam tabel pengamatan.

III.3.2 Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam pembuatan “Sanggara Balanda”


adalah sebagai berikut:
1. Semua bahan ditimbang terlebih dahulu.
2. Goreng kacang tanah dengan menggunakan sedikit minyak, lalu
cincang halus.
3. Untuk isinya, campurkan kacang yang telah dicincang tersebut
dengan mentega dan gula pasir.
4. Pisang raja yang telah dikupas di celupkan kedalam ceplokan
telur, kemudian digoreng.
5. Pisang yang telah digoreng tersebut dibelah tengahnya tetapi
jangan sampai terbelah dua, lalu taruh isi (campuran kacang,
mentega, dan gula) ke belahan pisang tersebut.
6. Ulangi perlakuan tersebut sampai adonan habis.
7. Taruh pisang yang telah diisi tersebut ke dalam piring saji.
8. Parut coklat batang diatas pisang tersebut lalu hias dengan susu
kental manis.
9. Hitung nilai kandungan energi dan zat gizi bahan makanan, nilai
kandungan energi dan zat gizi makanan yang dikonsumsi, serta
kecukupan (RDA) energi dan zat gizi per hari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pangan atau Makanan Selingan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman. Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal
sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga
bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya
pertumbuhan serta memperbaiki jarring tubuh.
Makanan selingan (bisa juga disebut camilan, kudapan, atau snack)
tak kalah penting dengan makanan utama bagi anak-anak. Camilan yang
sehat bisa melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang pada makanan
pagi, siang, dan malam. Selain Itu Juga mengisi kekurangan kalori akibat
banyaknya aktivitas.

IV.1.1Sanggara Balanda

Gambar 1. Makanan Selingan “sanggara Balanda”


Sanggara balanda merupakan jenis makanan selingan yang
dapat ditemui di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di
Sulawesi. Sanggara Balanda adalah salah satu penganan wajib
muncul di acara-acara adat bugis-makasar. Seperti kue-kue khas
bugis lainnya yg manis luar biasa, sanggara belanda juga sarat
dengan gula dan telur.
Makanan ini merupakan makanan bangsawan bugis pada
jaman dahulu dan tidak sembarang orang boleh memakanan
makanan ini. Di lihat dari bahan utamanya yang memakai pisang
raja, dan mentega, jaman dulu tidak mungkin rakyat biasa bisa
mendapatkan mentega yang konon katanya hanya orang-orang
kompeni Belanda yang memiliki mentega tersebut.

IV.1.2Jenis Bahan

1. Pisang
Pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu pisang
meja (dessert banana) dan pisang olahan (plantain, cooking
banana). Pisang meja dikonsumsi dalam bentuk segar setelah
buah matang, seperti pisang ambon, susu, raja, seribu, dan
sunripe. Pisang olahan dikonsumsi setelah digoreng, direbus,
dibakar, atau dikolak. Pisang mempunyai kandungan gizi sangat
baik, antara lain menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan
dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium,
magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung
vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif
sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks
tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat
menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat.
Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat
baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.
Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi
di saat-saat istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat
membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk aktivitas
biologis. Namun, kandungan protein dan lemak pisang ternyata
kurang bagus dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dan
0,13 persen. Meski demikian, kandungan lemak dan protein
pisang masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3 persen.
Karena itu, tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi
pisang dalam jumlah banyak.

2. Kacang
Kacang merupakan tanaman polong-polongan atau legum
dari famili fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di
Indonesia. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia
tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½
kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang mengandung
banyak protein selain itu kacang juga diperkaya dengan omega
9 yang bisa mengontrol kolesterol dalam darah dan vitamin E,
yang bisa menjadi antioksidan dan bisa membantu melindungi
sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Kelebihan lain
yang terkandung dalam kacang adalah kandungan serat (fibre)
yang berfungsi membantu melancarkan buang air besar.
3. Gula pasir
Gula pasir merupakan sembilan bahan pokok kebutuhan
rumah tangga yang tak pernah lepas dari sorotan masyarakat.
Gula memiliki banyak manfaat bagi tubuh, seperti sebagai
sumbeer energi dan karbohidrat yang utama dan paling mudah
untuk diolah didalam tubuh. Tapi, jika konsumsinya berlebihan,
dia akan berbalik jadi sumber penyakit seperti penyakit diabetes
yang disebabkan oleh penumpukan gula darah di dalam sel-sel
darah, dan obesitas karena sisa metabolisme yang berlebihan
disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak. Gula merupakan
sumber karbohidrat bagi tubuh dan diolah menjadi glukosa yang
akan menjadi makanan bagi sel-sel tubuh manusia.
4. Mentega
Mentega adalah produk makanan berbentuk padat lunak
yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya, atau
tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan lain yang
diizinkan, serta minimal mengandung 80 persen lemak susu.
Nilai gizi mentega terletak pada lemak yang mudah dicerna,
kandungan vitamin A dan D. Secara komersial mentega
biasanya mengandung 80-85% lemak susu, dan 12-16% air.
5. Coklat
Coklat merupakan makanan yang digemari segala usia
mulai dari anak-anak sampai orang tua. Tidak hanya dalam
bentuk coklat batangan, cokelat juga banyak diaplikasikan
dalam beragam makanan mulai dari cake, biskuit, permen, ice
cream, minuman dan lain-lain. Selain rasanya yang enak, coklat
juga sering diasosiasikan dengan produk bernilai tinggi atau
mahal sehingga sering dijadikan sebagai hadiah. Gizi yang
terdapat pada coklat yaitu energi, protein, lemak, kalsium, fosfor,
vitamin A. Protein coklat kaya akan asam amino triptofan,

fenilalanin, dan tyrosin. Meski coklat mengandung lemak tinggi


namun relatif tidak mudah tengik karena coklat juga
mengandung polifenol (6%) yang berfungsi sebagai antioksidan
pencegah ketengikan.
6. Telur
Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab
dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber
protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan
asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain
seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dan lain-lain. Telur
mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak
orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan
bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan
sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Zat
gizi pada telur yaitu kalori, protein, lemak, vitamin A, dan
vitamin. Sumber gizi telur sebenarnya lebih banyak pada
kuning telurnya dibandingkan bagian yang berwarna putih.
Sebaliknya, zat besi dan vitamin A justru hampir seluruhnya
terkonsentrasi pada kuning telur.
Sanggara balanda ialah jenis pangan selingan yang sangat
praktis dalam pembuatannya. Hal ini dikarenakan dalam membuat
makanan selingan sanggara balanda, tidak membutuhkan banyak
jenis bahan pangan dan semua bahan pangan yang dipakai dalam
pembuatan sanggara balanda ini sangat mudah didapatkan.
Berdasarkan bahan yang telah di bahas sebelumnya, dapat dilihat
perinciannya pada tabel berikut:
Tabel 2. Jenis dan Jumlah (berat) Bahan
No Jenis Bahan Berat Bahan (gr)
1 Pisang 2500
2 Kacang 330
3 Gula pasir 350
4 Mentega 200
5 Coklat 250
6 Telur 100
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam pembuatan
makanan selingan “sanggara balanda” dapat menggunakan bahan-
bahan berupa pisang sebanyak 2500 kg, kacang sebanyak 330 kg,
gula pasir sebanyak 350 kg, mentega sebanyak 200 kg, coklat
sebanyak 250 kg, serta telur sebanyak 100 gram.

IV.1.3Kandungan Energi dan Zat Gizi Bahan Makanan

Makanan berasal dari hewan atau tumbuhan yang dimakan


oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Beberapa
orang menolak untuk memakan makanan dari hewan seperti,
daging, telur dan lain-lain, padahal makanan tersebut memiliki
kandungan protein yang stuktur dan rangkaian ikatan asam amino
yang paling mudah dicerna oleh tubuh manusia. Setiap makanan
mempunyai kandungan gizi yang berbeda meliputi karbohidrat,
protein, lemak, dan lain-lain.
Makanan berfungsi sebagai sumber energi yang diperlukan
tubuh untuk melakukan pekerjaan yang penting dan ,membantu
pertumbuhan badan dan otak. Energi juga diperlukan untuk
membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, menghasilkan susu
untuk bayi dan semua pekerjaan lain yang dilakukan tubuh.
Pekerjaan otot yang juga memerlukan energi diperlukan oleh
seseorang misalnya untuk duduk, berdiri, bekerja dan bermain.
Kandungan energi pada makanan bersumber dari karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Terkadang seseorang
dalam mengkonsumsi makanan tidak mementingkan kandungan gizi
yang terdapat di dalam bahan makanannya. Hal ini disebabkan oleh
tingkat kesadaran masyarakat akan konsumsi makanan yang baik
dan menyehatkan masih rendah. Adapun kandungan energi dan zat
gizi makanan sanggara balanda dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Kandungan Energi dan Zat Gizi Bahan Makanan
Zat
Jenis Berat Energi Protein Vit.A
No Besi Vit.C Vit.B
Bahan (g) (kal) (g) (R.E)
(mg)
1 Pisang 2500 2100 21 16625 14 175 1,75
2 Kacang 330 1844,7 88,77 0 6,27 0 0,99
3 Gula 350 1274 0 0 0,35 0 0
4 Mentega 200 1450 1 600 2,2 0 0
5 Coklat 250 1067,5 5 75 7 0 0,075
6 Telur 100 145,8 11,52 810 2,43 0 0,09

Jumlah 3730 7882 127,02 18110 32,25 175 2,914


Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Kebutuhan gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan
tinggi badan, berat badan, usia, aktifitas, jenis kelamin, dan lain-lain.
Makanan merupakan sumber energi bagi tubuh, tanpa makanan
semua organ-organ tubuh tidak akan berjalan dengan baik.
Makanan berperan sebagai energi dalam tubuh yang berfungsi
mengatur proses metabolisme. Untuk itu perlu diketahui jenis dan
jumlah pangan yang di konsumsi oleh seseorang dalam satu hari.
Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa pisang
dengan berat 2500 gram memiliki kandungan energi sebanyak 2100
kal, mengandung protein sebanyak 21 gram, vitamin A sebanyak
16625 mg, zat besi sebanyak 14 mg, vitamin C dan vitamin B yang
masing-masing sebanyak 175 dan 1,75 mg. Kacang dengan berat
330 gram mengandung energi sebanyak 1844,7 kal, protein
sebanyak 88,77 gram, zat besi sebanyak 6,72 mg, vitamin B
sebanyak 0,99 mg, namun tidak memiliki kandungan vitamin A dan
vitamin C. Gula dengan berat sebanyak 350 gram, mengandung
energi sebanyak 1274 kal dan zat besi 0,35 mg, dan tidak
mengandung protein, vitamin A, vitamin C, serta vitamin B. Mentega
dengan berat 200 gram memiliki kandungan energi sebanyak 1450
kal, protein sebanyak 1 gram, vitamin A sebanyak 600 mg, zat besi
sebanyak 2,2 mg, namun tidak memiliki kandungan vitamin C dan
vitamin B. Coklat dengan berat 250 gram memiliki kandungan energi
sebanyak 1067,5 kal, protein sebanyak 5 gram, vitamin A sebanyak
75 mg, zat besi sebanyak 7 mg, dan vitamin B sebanyak 0,075,
namun tidak terdapat kandungan vitamin C didalam coklat. Telur
dengan berat 100 gram memiliki kandungan energi sebanyak 145,8
kal, protein sebanyak 11,52 gram, vitamin A sebanyak 810 mg, zat
besi sebanyak 2,43 mg, vitamin B sebanyak 0,09 mg, namun tidak
memiliki kandungan vitamin C. Hasil tersebut diperoleh dengan
menggunakan rumus Kandungan Energi/Zat Gizi Bahan Makanan
(KGbm).
Hal ini sesuai dengan penyataan Meta Mahendratta (2007)
yang menyatakan bahwa tubuh manusia memerlukan makanan dan
gizi seimbang yang mengandung semua zat gizi setiap bahan
pangan memiliki keunggulan tertentu sehingga dengan
mengkonsumsi pangan yang beragam maka kekurangan zat gizi
pada salah satu bahan akan tertutupi oleh bahan pangan lainnya.
IV.2 Kandungan Energi dan Zat Gizi Makanan yang Di
Konsumsi/Orang/Hari

Makanan menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh manusia


dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Makanan yang dikonsumsi oleh
setiap orang haruslah sesuai dengan kebutuhan energi dan zat gizi yang
diperlukan. Untuk mengetahui energi dan zat gizi makanan yang
dikonsumsi seseorang per hari maka dilakukan perhitungan pada tabel
berikut.
Tabel 4. Kandungan Energi dan Zat Gizi Makanan yang Dianalisis oleh
Kelompok Mahasiswa (3 Orang)
Zat
Jenis Berat Energi Protein Vit.A
No Besi Vit.C Vit.B
Bahan (g) (kal) (g) (R.E)
(mg)
1 Makanan 447,6 954,84 15,24 2173,2 3,87 21 0,35
2 Nasi 2300 2333,58 27,53 0 6,55 0 0
Bandeng
3 4425 4566,6 708 5310 70,8 0 1,77
Goreng
Oseng
4 2310 3441,9 69,3 1155 231 0 4,62
Tempe
Kangkung
5 1540 312,62 32,34 67914 26,95 344,96 1,078
Tumis
6 Jeruk 3900 1263,6 22,464 11793,6 11,232 870,48 2,808

Jumlah 14922,6 12873,14 874,875 88345,8 350,4 1236,44 10,62


Rata-rata/orang 4974,2 4291,05 291,62 29448,6 116,8 412,15 3,54
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa makanan
selingan dengan berat 447,6 gram, memiliki kandungan energi sebanyak
954,84 kal, protein sebanyak 15,24 gram, vitamin A sebanyak 2173,2 mg,
zat besi sebanyak 3,87 mg, vitamin C sebanyak 21 mg, dan vitamin B
sebanyak 0,35 mg. Nasi dengan berat 2300 gram, memiliki kandungan
energi sebanyak 2333,58 kal, protein sebanyak 27,53 gram, zat besi
sebanyak 6,55 mg, namun tidak memiliki kandungan vitamin A, C, dan B.
Bandeng dengan berat 4425 gram, memiliki kandungan energi sebanyak
4566,6 kal, protein sebanyak 708 gram, vitamin A sebanyak 5310 mg, zat
besi sebanyak 70,8 mg, vitamin B sebanyak 1,77 mg, dan tidak memiliki
kandungan vitamin C. Oseng tempe dengan berat 2310 gram, memiliki
kandungan energi sebanyak 3441,9 kal, protein sebanyak 69,3 gram,
vitamin A sebanyak 1155 mg, zat besi sebanyak 231 mg, vitamin B
sebanyak 4,62 mg, dan tidak memiliki kandungan vitamin C. Kangkung
tumis dengan berat 1540 gram, memiliki kandungan energi sebanyak
312,62 kal, protein sebanyak 32,34 gram, vitamin A sebanyak 67914 mg,
zat besi sebanyak 26,95 mg, vitamin C sebanyak 344,96 mg, dan vitamin B
sebanyak 1,078 mg. Jeruk dengan berat 3900 gram, memiliki kandungan
energi sebanyak 1263,6 kal, protein sebanyak 22,464 gram, vitamin A
sebanyak 11793,6 mg, zat besi sebanyak 11,232 mg, vitamin C sebanyak
870,48 mg, dan vitamin B sebanyak 2,808 mg.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter dan Hotchkiss (1998) dalam
Meta Mahendra (2007) bahwa ada tiga kelompok utama penyusun pangan
yaitu karbohidrat, protein, dan lemak serta turunannya dari ketiganya.
Sebagai tambahan terdapat komponen anorganik dan mineral dan suatu
kelompok dari senyawaan organik dalam jumlah kecil termasuk didalam
vitamin, enzim,senyawa pengemulsi, asam, antioksidan, pigmen dan
aroma.
IV.3 Kecukupan Energi dan Zat Gizi (RDA)

Kecukupan energi merupakan pemenuhan semua zat-zat gizi yang


dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan hidup dan
menjalankan kegiatan hidupnya. Kecukupan energi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis,
kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. konsumsi energi dan protein yang
mencukupi, dapat memperbaiki status gizi kurang dan gizi buruk. Dengan
Konsumsi energi yang baik maka tubuh tidak mudah terserang penyakit
infeksi yang dapat menyebabkan kematian.
Setiap orang memerlukan zat gizi yang cukup untuk keberlangsungan
hidupnya, apabila tubuh kekurangan zat gizi, hal yang paling pertama
dirasakan ialah rasa lapar dan jika hal ini tidak ditanggapi dengan baik
maka dalam waktu tertentu tubuh akan mengalami penurunan berat badan.
Untuk itu diperlukan perhitungan kecukupan energi dan zat gizi sesuai
dengan kebutuhannya.
Kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended dietary allowances
disingkat RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus
dipenuhi dari makanan untuk mencakup hampir semua orang sehat.
Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat
dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil dan menyusukan. RDA
disebut juga sebagai angka kecukupan gizi atau AKG angka kebutuhan
maupun angka kecukupan gizi berguna untuk beberapa hal berikut:
a. Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk
berdasarkan data survei konsumsi pangan.
b. Patokan label gizi pada makanan kemasan sesuai dengan UU Pangan
No. 7 tahun 1996 bahwa setiap industri makanan wajib mencatumkan
kandungan gizi, biasanya dalam persentase zat gizi makanan tersebut
terhadap kecukupannya.
c. Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai
kelompok umur, fisiologi, dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga
sadar gizi melalui gerakan sadar pangan dan gizi.
Adapun kecukupan (RDA) energi dan zat gizi mahasiswa per hari dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Kecukupan (RDA) Energi dan Zat Gizi Mahasiswa per Hari
Kebutuhan
Nama Umur BB TB Zat
No Energi Protein Vit.A
(L/P) (th) (kg) (cm) Besi Vit.C Vit.B
(kal) (g) (R.E)
(mg)
Iis
1 Tristiana 18 42 1848000 42 504 21,84 63 0,924
Iswan (P)
Hadriyanti
2 18 40 1760000 40 480 20,8 60 0,88
Umar (P)
Ruslin
3 Chaerul 19 93 4234821 99,64 996,42 21,589 149,46 1,99
Cora (L)

Jumlah 7842821 181,64 1980,42 63,829 272,46 3,794


Rata-rata/orang 2614273,67 60,55 660,14 21,276 90,82 1,264
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa mahasiswa
yang bernama Iis Tristiana Iswan dengan umur 18 tahun, dan berat
42 kg memerlukan kebutuhan energi sebanyak 1848000 kal, protein
sebanyak 42 gram, vitamin A sebanyak 504 RE, zat besi sebanyak
21,84 mg, vitamin C sebanyak 63, dan vitamin B sebanyak 0,924.
Untuk Hadriyanti Umar yang memiliki berat badan 40 kg dan umur
18 tahun memerlukan kebutuhan energi sebanyak 1760000 kal,
protein sebanyak 40 gram, vitamin A sebanyak 480 RE, zat besi
sebanyak 20,8 mg, vitamin C sebanyak 60, dan vitamin B sebanyak
0,88. Untuk mahasiswa yang bernama Ruslin Chaerul Cora yang
memiliki berat badan 93 kg dan umur 19 tahun, memerlukan
kebutuhan energi sebanyak 4234821 kal, protein sebanyak 99,64
gram, vitamin A sebanyak 996,42 RE, zat besi sebanyak 21,589
mg, vitamin C sebanyak 149,46, dan vitamin B sebanyak 1,99.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa Ruslin Chaerul Cora
memiliki kecukupan energi dan zat gizi yang besar dibandingkan
dengan Iis Tristiana dan Hadriyanti hal ini disebabkan karena berat
badan Ruslin yang membutuhkan banyak energi.
Hal ini sesuai dengan penyataan F.G. Winarno (1993) yang
menyatakan bahwa jumlah kalori yang dianjurkan untuk konsumsi
per orang perhari sangat bergantung pada jenis kelamin, umur,
ukuran badan, dan tingkat keaktifan individu tersebut.

IV.4 Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi/Orang/Hari

Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi, dilakukan perbandingan


energi dan zat gizi yang terkandung pada makanan dengan RDA. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat konsumsi dan zat gizi yang seharusnya
dikonsumsi oleh tiap orang. Untuk mengetahui tingkat konsumsi dan zat
gizi dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi Mahasiswa per Hari
Energi Protein Vit.A Zat Besi Vit.C Vit.B
No Uraian
(kal) (g) (R.E) (mg) (gr) (gr)
1 Konsumsi 4974,2 4291,05 291,62 29448,6 116,8 412,15
2 RDA 2614273,67 60,55 660,14 21,276 90,82 1,264
Tingkat 32606,8
3 0,190 708r6,79 44,175 138412,296 128,60
Konsumsi 0
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas, tingkat konsumsi energi dan zat gizi
mahasiswa per hari ialah energi mencapai 0,190 kal, protein mencapai
7086,79 gram, vitamin A mencapai 44,175 R.E, zat besi mencapai
138412,296 mg, vitamin C mencapai 128,60 gram, dan vitamin B mencapai
32606,80 gram.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum ini ialah:
 Kandungan gizi pada pangan “sanggara balanda” ialah energi
mencapai 7882 kal, protein mencapai 127,02 gram, vitamin A mencapai
18110 R.E, zat besi mencapai 32,25 mg, vitamin C mencapai 175, dan
untuk vitamin B mencapai 2,914.
 Rata-rata tingkat kecukupan (RDA) energi dan gizi kelompok 2 yakni
energi sebanyak 2614273,67 kal, protein sebanyak 60,55 mg, vitamin A
sebanyak 660,14 R.E, zat besi sebanyak 21,276 mg, vitamin C
sebanyak 90,82, dan vitamin B sebanyak 1,264.
 Tingkat konsumsi yang dimiliki oleh kelompok 2 ialah energi mencapai
0,190 kal, protein mencapai 7086,79 gram, vitamin A mencapai 44,175
R.E, zat besi mencapai 138412,296 mg, vitamin C mencapai 128,60
gram, dan vitamin B mencapai 32606,80 gram.

V.2 Saran

Diharapkan kedepannya dalam pembuatan makanan selingan


(sanggara’ balanda) dapat dikombinasikan dengan bahan pangan lain yang
memiliki kandungan gizi yang lebih seimbang agar dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi pada tiap orang yang mengomsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan. 2009. Zat-Zat Gizi Yang Dibutuhkan Oleh Tubuh.


www.dahlanforum.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 7 Oktober 2010.
Indonesia.

Eka. 2010. Sanggara’ Balanda (Pisang Goreng Belanda).


www.ekaapoenyacerita.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 6 Oktober
2010. Indonesia.

Fatima, Siti. 2006. Hubungan Antara Kebiasaan Makan Masyarakat Betawi Dan
Kondisi Sosial Ekonomi Dengan Energi Di Kelurahan Kelapa Dua
Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta-Barat. www.digilib.unnes.ac.id. Diakses
Pada Tanggal 6 Oktober 2010. Indonesia.

Kusharto, Clara M., Suhardjo. 2003. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Kanisius.


Yogyakarta.

Mahendradatta, Meta. 2007. Pangan Aman dan Sehat. Lembaga Penerbitan


UNHAS (LEPHAS). Makassar.

Michwan, Ardiansyah. 2009. Keamanan Pangan Tradisional dan Kesehatan


Masyarakat. www.io.ppijepang.org. Diakses Pada Tanggal 6 Oktober
2010. Indonesia.

Muharam, Beni Gondana. 2008. Pengertian Gizi. www. gizigizi.blogspot.com.


Diakses Pada Tanggal 6 Oktober 2010. Indonesia.

Puskesmas Oke. 2009. Pola Makan. www.puskesmas-oke.blogspot.com.


Diakses Pada Tanggal 6 Oktober 2010. Indonesia.

Santoso, Joko Budi. 2006. Hubungan Konsumsi Energi Dan Protein Dengan
Status Gizi Anak. www.pdfdatabase.com. Diakses Pada Tanggal 7 Oktober
2010. Indonesia.

Suryono. 2008. BAB II Tinjauan Pustaka: Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi.
www.damandiri.or.id. Diakses Pada Tanggal 2 Oktober 2010. Indonesia.

Winarno, F. G. 1993. Pangan: Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

You might also like