Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
NITA NURTAFITA
107016300115
Oleh:
Nita Nurtafita
107016300115
Menyutujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-
mudahan bantuan, bimbingan, semangat, do’a yang telah diberikan menjadi pintu
datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak.
Semoga laporan praktek kerja lapangan ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Penulis
DAFTAR GAMBAR
B. Identifikasi masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Suhu tanah berumput dan gundul dipengaruhi oleh beberapa faktor.
2. Adanya perbedaan antara suhu tanah berumput dengan gundul.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masalah lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada
perbandingan suhu tanah berumput dan gundul. Batasan-batasan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur suhu tanah
berumput dan gundul adalah termometer tanah dengan kedalaman 5 cm.
2. Data yang digunakan adalah data suhu tanah bulan Januari 2009 sebagai data
untuk musim hujan. Sedangkan data untuk musim kemarau adalah data pada
bulan Agustus 2009.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “Bagaimana perbandingan antara suhu tanah berumput
dengan suhu tanah gundul?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara suhu
tanah berumput dengan suhu tanah gundul pada musim hujan dan kemarau.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengalaman melakukan penelitian dan
wawasan tentang suhu tanah berumput dan gundul.
2. Bagi pembaca, memberikan informasi tentang suhu tanah berumput dan
gundul.
BAB II
KEADAAN UMUM STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK
BETUNG TANGERANG
4
Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya
diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga
Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik
Indonesia, kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta. Pada tahun
1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda,
Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan
Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya,
pada tahun 1950, Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi
Meteorologi Dunia (Word Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala
Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of
Indonesia with WMO. Pada tahun 1955, Jawatan Meteorologi dan Geofisika
diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah
Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi
Jawatan Meteorogi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan
Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada
tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat
Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah
Depertemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi
suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika,
tetap berada di bawah Departemen Perhubungan. Terakhir pada tahun 2002,
dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur
organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Badan Meteoroligi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun
Klimatologi Podok Betung yang beralamat di Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82
Jakarta Selatan yang berdiri dan telah melaksanakan pengamatan sejak tahun 1976
dengan wilayah kerja di Provinsi Banten dan DKI Jakarta.
B. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan keputusan Kepala Badan Meteorologi No. Kep. 005 Tahun
2004 tugas dan fungsi Stasiun Klimatologi Pondok Betung Tangerang adalah:
1. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan, keuangan,
kepegawaian, dan rumah tangga serta laporan stasiun.
2. Seksi Observasi dan Informasi mempunyai tugas melakukan koordinasi
kegiatan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran data, pengolahan,
analisis dan prakiraan serta pelayanan jasa klimatologi.
2. Kerjasama
Gambar 2.I Wilayah Kerja Staklim Pondok Betung
Tabel 2.1 Pos Kerjasama Staklim Pondok Betung dengan Pemerintah Daerah
Pos Hujan Pos Hujan
Lokasi SMPK AWS ARG
Observasi Otomatis
DKI Jakarta 24
Kab/Kota Tangerang 24 1
Kab Lebak 40 5 1 1
Kab Pandeglang 13 1
Kab Serang 24 2 1
Kab Cilegon 34 1 1
Keterangan:
SMPK : Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus
AWS : Automatic Weather Station
ARG : Automatic Rain Gauge
2. Fasilitasa
Fasilitas yang dimiliki Stasiun Klimatologi Pondok Betung antara lain:
a. 2 kantor dengan 7 ruangan
b. Sekitar 1 ha tempat pengamatan dan penelitian
c. Sarana pendukung pengamatan iklim dan cuaca, seperti:
1) Sangkar Meteorologi
2) Penakar Hujan Otomatis
3) Penakar Hujan Observatorium
4) Camble Stokes
5) Gun Bellani
6) Termometer (apung, max, min, BB, BK, min rumput, tanah)
7) Evaporigraph
8) Solarigraph
9) Evaporimeter Open Pan
10) Barograf
11) AWS
d. 2 kebun percobaan
e. 1 unit perpustakaan
G. Struktur Organisasi
BAB III
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Staklim Pondok Betung
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Pengertian Suhu
Suhu adalah besaran termodinamika yang menunjukkan besarnya energi
kinetik translasi rata-rata molekul dalam sistem gas ; suhu diukur dengan
menggunakan termometer (kamus kimia : balai putaka : 2002).
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu
suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu
menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu
benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun
benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu biasanya didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya
suatu benda atau sistem. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan
benda yang dingin memiliki suhu yang rendah. Pada hakikatnya, suhu adalah
ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul-molekul sebuah benda.
Sebagai contoh, ketika kita memanaskan sebuah besi atau alumunium
maka akan terjadi proses pemuaian pada besi tersebut. Ketika kita mendinginkan
air sampai pada suhu dibawah nol derajat maka air tersebut akan membeku. Sifat-
sifat benda yang bisa berubah akibat adanya perubahan suhu disebut sifat
termometrik. Dengan demikian, perubahan suhu sifat termometrik menunjukkan
adanya perubahan suatu benda.
Berdasarkan sifat termometrik inilah sehingga sebuah termometer dibuat.
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu dari sebuah benda.
Ada beberapa jenis termometer yang dibuat berdasarkan pada beberapa sifat
termometrik zat seperti pemuaian zat padat, pemuaian zat cair, pemuaian gas,
tekanan zat cair, tekanan udara, regangan zat padat, hambatan zat terhadap arus
listrik, dan intensitas cahaya.
Terdapat tiga macam skala yang11
biasa digunakan dalam pengukuran suhu,
yaitu skala Celcius, skala Fahrenheit, dan skala Kelvin. Skala Fahrenheit
didasarkan pada titik beku 320F dan titik didih 2120F. Skala Celcius didasarkan
pada titik beku 00C dan titik didih 1000C. Skala Kelvin berbeda dengan dua skala
yang lainnya, skala ini didasarkan pada suhu terendah yaitu -273 0C, skala Kelvin
disebut juga skala suhu mutlak (absolut) atau skala termodinamik. Satuan Kelvin
inilah yang digunakan sebagai satuan SI untuk suhu.
Disamping tiga skala suhu diatas, ada skala lain yang masih juga
digunakan, yaitu skala Reamur (0R). Pada skala ini air membeku pada suhu 0 0R
dan didih pada suhu 800R.
BAB IV
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2010 sampai 6 Agustus
2010 di Stasiun Klimatologi Pondok Betung Tangerang Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, Jalan Raya Kodam Bintaro No.82 Tangerang (12070).
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang didasarkan pada pengujian data, bilangan-
bilangan melakukan analisis prediktif dari suatu teori tertentu (Creswell,
1994:117).
C. Alat Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tanah berumput dan gundul
adalah termometer tanah dengan kedalaman 5 cm.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini bersifat komparasional karena membandingkan suhu tanah
yang berbeda. Oleh karena itu, variabel X pada penelitian ini adalah suhu tanah
berumput sedangkan variabel Y adalah suhu tanah gundul.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan untuk mengetahui suhu tanah berumput dan
gundul adalah:
1. Pengukuran Suhu Tanah Berumput dengan Menggunakan Termometer
Tanah
Pengukuran pada Temperatur tanah gundul dilakukan 3 kali dalam sehari
yaitu pada jam 07.30, 13.30 dan 17.30 WIB.
Prosedur pengamatan dilakukan 18
sebagai berikut:
5) Membaca termometer tanah berumput pada kedalaman 5 cm.
6) Dicatat di buku observasi, lalu disalin di back-up synop.
7) Untuk pengamatan berikutnya lakukan seperti hal tersebut di atas.
Dimana:
X1 = rata-rata data kelompok A (suhu tanah berumput)
X1 = rata-rata data kelompok B (suhu tanah gundul)
dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B
n1 = jumlah data kelompok A
n2 = jumlah data kelompok B
BAB V
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Waktu Musim Hujan
Dari hasil pengamatan suhu tanah berumput dan gundul dengan
menggunakan termometer tanah pada bulan Januari 2009 diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 5.1
Data Pengukuran Suhu Tanah Berumput dan Gundul bulan Januari 2009
kedalaman 5 cm
Temperatur tanah berumput dan gundul dalam oC
Pengukuran pada Pengukuran pada Pengukuran pada
Tanggal pukul 07.30 pukul 13.30 pukul 17.30
Pengukuran Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah
Berumput Gundul Berumput Gundul Berumput Gundul
1 27.2 26.8 29.8 31.0 28.8 29.0
2 27.2 26.4 31.0 35.0 30.0 32.0
3 28.0 26.8 31.0 35.2 30.4 34.6
4 27.4 26.0 31.0 36.0 30.0 35.0
5 26.8 27.0 31.2 31.6 30.6 34.4
6 27.2 27.2 28.2 29.0 29.2 29.8
7 27.0 26.2 28.8 30.0 29.6 30.2
8 27.2 26.0 30.0 31.2 30.0 30.4
9 27.4 26.6 28.6 29.2 29.2 29.4
10 26.0 26.0 29.2 31.0 28.4 29.2
11 27.2 26.2 28.8 29.8 27.8 27.6
12 27.0 25.6 27.8 28.0 25.4 26.2
13 25.2 24.4 26.4 27.0 27.0 27.2
14 25.8 25.0 27.0 28.0 28.0 28.0
15 25.4 24.8 27.2 28.2 28.4 29.8
16 26.4 25.0 28.8 30.4 29.2 29.6
21
Temperatur tanah berumput dan gundul dalam oC
Tanggal Pengukuran pada Pengukuran pada Pengukuran pada
Pengukuran pukul 07.30 pukul 13.30 pukul 17.30
Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah
Berumput Gundul Berumput Gundul Berumput Gundul
17 26.8 26.0 29.2 30.2 29.8 30.2
18 27.4 26.4 29.0 30.0 29.8 30.0
19 27.2 26.0 29.0 29.2 30.2 30.4
20 27.6 26.2 29.4 29.8 30.2 30.2
21 27.6 26.2 30.6 32.0 31.0 31.4
22 27.4 26.0 30.0 31.4 31.0 31.6
23 27.8 26.4 31.0 33.0 30.0 31.0
24 28.0 27.0 30.6 32.0 31.0 31.2
25 28.0 27.0 31.8 35.2 30.6 30.4
26 28.0 26.8 29.0 29.0 29.6 28.0
27 27.4 26.2 28.3 29.6 28.8 28.8
28 27.0 26.0 30.4 34.2 31.2 32.0
29 27.6 26.6 29.0 29.8 28.8 28.6
30 27.0 26.4 29.2 30.0 28.0 27.0
31 26.8 25.6 28.4 29.0 28.4 28.6
MEAN 27.10 26.16 29.35 30.81 29.37 30.06
SD 0.50 0.45 1.74 5.42 1.68 4.45
t 5.45 -3.08 -1.57
Ket :
Mean = Rata-rata Variabel
SD = Standard Deviasi
t = Test “t”
Gambar 5.2 Grafik data suhu tanah berumput dan gundul bulan
Januari 2009 (jam 13.30) pada kedalaman 5 cm
Gambar 5.3 Grafik data suhu tanah berumput dan gundul bulan
Januari 2009 (jam 17.30) pada kedalaman 5 cm
Ket :
Mean = Rata-rata Variabel
SD = Standard Deviasi
t = Test “t”
Data pengukuran suhu tanah berumput dan gundul dengan menggunakan
termometer tanah pada bulan Agustus 2009 dapat juga dilihat melalui grafik
dibawah ini.
Gambar 5.4 Grafik data suhu tanah berumput dan gundul bulan
Agustus 2009 (jam 07.30) pada kedalaman 5 cm
Gambar 5.5 Grafik data suhu tanah berumput dan gundul bulan Agustus
2009 (jam 13.30) pada kedalaman 5 cm
Gambar 5.6 Grafik data suhu tanah berumput dan gundul bulan
Agustus 2009 (jam 17.30) pada kedalaman 5 cm
B. Analisis Data
1. Uji hipotesis data bulan Januari (musim hujan)
Karena penelitian ini bersifat komparasional, maka pengujian hipotesis
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. Untuk menentukan nilai thitung
digunakan rumus berikut ini.
Perhitungan untuk menentukan nilai thitung suhu tanah berumput dan gundul
kedalaman 5 cm pada bulan Januari (jam 07.30) disajikan pada Lampiran 1.
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai thitung adalah 5,45. Dan
nilai ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah 2,65 sedangkan pada taraf siginfikansi
5% adalah 2,00. Berdasarkan perolehan nilai tersebut, tampak bahwa nilai thitung >
ttabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara suhu tanah
berumput dan gundul pada bulan Januari (jam 7.30).
Dan perhitungan untuk menentukan nilai thitung suhu tanah berumput dan
gundul kedalaman 5 cm pada bulan Januari (jam 13.30) disajikan pada Lampiran
2. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai thitung adalah 3,08. Nilai
ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah 2,65 sedangkan pada taraf siginfikansi 5%
adalah 2,00. Berdasarkan perolehan nilai tersebut, tampak bahwa nilai thitung > ttabel
baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu tanah berumput dan gundul
pada bulan Januari (jam 13.30).
Sedangkan perhitungan untuk menentukan nilai thitung suhu tanah berumput
dan gundul kedalaman 5 cm pada bulan Januari (jam 17.30) disajikan pada
Lampiran 3. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai thitung adalah
1,57. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah 2,65 sedangkan pada taraf
siginfikansi 5% adalah 2,00. Berdasarkan perolehan nilai tersebut, tampak bahwa
nilai thitung < ttabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu
tanah berumput dan gundul pada bulan Januari (17.30).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah pada bulan Januari (musim hujan) jam
07.30 dan jam 13.30 terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu tanah
berumput dan gundul. Sedangkan pada jam 17.30 tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara suhu tanah berumput dan gundul.
Pada bulan Agustus (musim kemarau) jam 07.30 tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara suhu tanah berumput dan gundul. Sedangkan pada jam
13.30 dan 17.30 terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu tanah berumput
dan gundul.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
1. Pada tanah gundul hendaknya harus selalau dijaga kondisinya agar tetap
gundul hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
2. Dalam pengamatan hendaknya mengikuti prosedur pengamatan dengan baik
agar mendapatkan hasil atau data yang maksimal.
3. Dilakukan pengarsipan data pengamatan dalam bentuk soft copy maupun
hard copy.
4. Agar dilakukan kalibrasi terhadap termometer tanah yang digunakan secara
berkala.
5. Perlu dilakukan penelitian yang sama terhadap termometer tanah pada
kedalaman yang lain dengan beberapa metode.
DAFTAR PUSTAKA
32
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1086/1/07002729.pdf. 24 Agustus
2010, 2.25 PM
http://www.scribd.com/doc/31837129/Agroklimatologi-Laporan-Acara-1-revisi.
15 Juli 2010, 11:05 PM
http://www.scribd.com/doc/12765583/Sejarah-Fisika-Suhu-Dan-Kalor. 26 Juli
2010, 8:25 PM
http://www.staklimkarangploso.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=34&Itemid=6. 24 Agustus 2010, 1:09
PM
Lampiran 3
Uji Hipotesis
Karena penelitian ini bersifat komparasional, maka pengujian hipotesis
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. Dengan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
X1 = rata-rata data kelompok A (suhu tanah berumput)
X1 = rata-rata data kelompok B (suhu tanah gundul)
dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B
n1 = jumlah data kelompok A
n2 = jumlah data kelompok B
Kriteria penentuan keputusan uji t adalah
a) Jika thitung > ttabel Ha diterima dan Ho ditolak
b) Jika thitung < ttabel Ho diterima dan Ha ditolak
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh.
5. Menguji hipotesis
Karena baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5% nilai t hitung > ttabel, maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
6. Memberikan interpretasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf signifikansi 5% dan 1%,
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu tanah
berumput dengan suhu tanah gundul kedalaman 5 cm pada bulan Januari 2009
(musim hujan) jam 07.30.
Lampiran 4
Langkah-langkah menentukan nilai thitung suhu tanah berumput dan gundul
kedalaman 5 cm pada bulan Januari 2009 (musim hujan) jam 13.30 adalah sebagai
berikut.
1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui.
X1 = 29,35
X2 = 30,81
S12 = 1,74
S22 = 5,42
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
Lampiran 5
Langkah-langkah menentukan nilai thitung suhu tanah berumput dan gundul
kedalaman 5 cm pada bulan Januari 2009 (musim hujan) jam 17.30 adalah sebagai
berikut.
1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui.
X1 = 29,37
X2 = 30,06
S12 = 1,68
S22 = 4,45
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.