Professional Documents
Culture Documents
Suatu hari, katakanlah kita berpikir akan membuat sebuah media massa.
Pertama-tama yang harus kita tanyakan pada diri kita adalah, apa dasar atau
alasannya. Apa pasal? Sebab, alasan adalah hal terpenting. Alasan itu
menentukan jenis media dan bentuk pengelolaan yang akan kita buat dan
terapkan.
Sebaliknya, jika kita mempercayai bahwa media adalah sesuatu yang akan
mengantarkan kita pada cita-cita besar, kita barangkali akan membuat media
macam Kompas atau Koran Tempo atau The Guardian (atau Isola Pos). Kita
akan setengah mati membuat perencanaan dan pengelolaan yang sebaik-
baiknya demi cita-cita itu. Dan satu hal yang saya percayai, media besar yang
terus hidup sekian lamanya, diawali dari cita-cita mulia. Lahir dari
keberpihakan terhadap publik dan kebenaran. Bahkan, sudah mati pun bisa
bangkit lagi; seperti yang terjadi pada Tempo, misalnya.3
Beranjak dari ihwal alasan tadi, saya asumsikan saja kita akan membuat media
yang tak hanya bertujuan profit (keuntungan) tetapi juga menjadikan media itu
lembaga milik publik. Maksud saya tentu saja bukan sahamnya go public,
walaupun bisa juga mengarah demikian. Melainkan, media sebagai lembaga
atau saluran yang dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh publik untuk
kepentingan publik. Pada bagian yang lebih partikular yakni dalam masyarakat
terbuka, media atau pers ini berperan sebagai pilar keempat demokrasi. 4 Soal
1
Disampaikan dalam Workshop Jurnalistik UPM UPI, 23 November 2008
2
Pemimpin Umum Isola Pos 2005-2006. Kegiatannya sekarang kuliah di jurusan Filsafat
Budaya Universitas Parahyangan. Bisa dikontak melalui alamat
maulida.sri.handayani@gmail.com dan nomor 085221683399.
3
Majalah Tempo dibredel pada 1994 terkait pemberitaan kapal bekas oleh Habibie,
namun Tempo terbit lagi setelah Reformasi 1998.
4
Pada Abad Pertengahan di Eropa, tiga pilar yang pertama adalah kaum bangsawan,
agamawan dan masyarakat umum. Setelah ada trias politika dari Montesquieu, tentu
saja yang tiga itu adalah badan-badan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pilar
keempatnya adalah pers.
ini pasti sudah panjang lebar dibahas dalam materi sebelumnya. Sekarang,
setelah kita memilih jenis media yang akan dibangun, mari kita tentukan visi
dan misinya.
Misalnya media kita bernama Koran Isola, media yang berbasis warga
kelurahan Isola. Kita buat visi seperti ini: Koran Isola adalah koran yang yang
mendorong terciptanya kehidupan warga Isola yang demokratis dan sejahtera.
Dari atas dapat dilihat, bahwa visi merupakan bentuk ideal atas media yang
kita bangun, sedangkan misi merupakan turunan dari visi itu, yakni tujuan
besar/penting yang kita harus lakukan dengan media itu. Selanjutnya dapat
ditentukan tujuan-tujuan dan/atau langkah yang lebih taktis, terkait
pencapaian visi dan misi tersebut.
Riset pembaca
Kita harus meneliti “pasar” pembaca mana yang dituju, sehingga isinya dapat
memenuhi kebutuhan informasi dan kepentingan khalayak pembaca tersebut.
Contohnya Koran Isola merupakan media yang ditujukan bagi warga kelurahan
Isola, maka isinya harus berkaitan dengan kebutuhan mereka. Jangan lupa juga
lihat karakteristik umum dari calon pembaca kita. Basis profesinya apakah tani,
guru, pedagang, dll (sosio dan ekonografi). Bisa juga melihat demografi dan
psikografinya, misalnya apakah calon pembaca kita umumnya berusia remaja,
usia produktif atau usia lanjut. Tentu saja, lagi-lagi isi media harus sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan mereka.
Selanjutnya, media dapat menentukan apa yang akan dilakukan dua divisi di
Pemimpin
dalamnya, yakni redaksi Umum
dan perusahaan. Biasanya skemanya seperti ini
/Direktur
Bag.
produksi
Pemimpin Pemimpin Bag.
sirkulasi/distribusi
Redaksi Perusahaan
Bag.
Redaktur iklan
Pelaksana dll
.
Redaktur
desk
Reporte
r
Merencanakan dan mengelola redaksi
1. Pemimpin Redaksi
2. Redaktur Pelaksana
3. Redaktur (desk)
4. Reporter
Bagian ini meriset kebutuhan foto, layout dan ilustrasi pada media dan
menyediakannya.
Selain perencanaan keuangan, hal lain yang harus diatur adalah perencanaan
produksi atau percetakan. Harus ada koordinasi yang baik antara bagian
redaksi dengan produksi agar kesalahan produksi dapat diminimalisasi.
Sebagai catatan tambahan, seringkali bagian produksi ini terpisah secara tegas
dengan bagia perusahaan.
***
Visi dan misi kita juga akan menentukan siapa yang boleh ikut serta dalam
manajemen. Apa jadinya bila saham media dimiliki oleh konglomerat atau
politikus bermasalah? Sekarang mari kita lihat kasus Indonesia. Seorang
bernama Aburizal Bakrie menguasai hampir semua saluran media massa. Dia
punya TVOne untuk TV, punya Jurnal Nasional untuk korannya, bahkan dia juga
punya Vivanews.com yang ada di jalur internet. Selain itu, ia pun menteri. Dan
tak tanggung-tanggung, menteri koordinator!