You are on page 1of 14

Ornamen merupakan salah satu 

seni hias yang paling dekat dengan kriya apalagi jika


dikaitkan dengan berbagai hasil produknya, oleh karena itu untuk membuat dan
mengembangkan atau merintis suatu keahlian pada bidang kriya peranan ornamen menjadi
sangat penting. Disamping itu dalam hal hias-menghias, merupakan salah satu tradisi di
Indonesia yang tidak kalah pentingnya dan tidak dapat dipisahkan dengan cabang-cabang
seni rupa lainnya. Peranan ornamen sangat besar, hal ini dapat dilihat dalam penerapannya
pada berbagai hal meliputi: bidang arsitektur, alat-alat upacara, alat angkutan, benda
souvenir, perabot rumah tangga, pakaian dan sebagainya, untuk memenuhi berbagai aspek
kehidupan baik jasmaniah maupun rokhaniah.Untuk mempelajari dan menghayati bentuk
serta arti seni ornamen, terlebih sampai pada sejarah, makna simbolis, gaya, jenis, cara
pengungkapan, fungsi atau penerapannya pada suatu benda atau bangunan dan lain-lain,
diperlukan suatu pengetahuan serta kemahiran (skill) tertentu dan waktu yang panjang,
mengingat seni ornamen mempunyai berbagai aspek seperti: jenis motif, corak, perwatakan,
nilai, teknik penggambaran, dan penerapan yang berbeda-beda. Namun demikian tidak
tertutup kemungkinan untuk mempelajari, mengerti, menghayati, dan menciptakannya secara
baik dengan bertahap, bila didukung oleh kemauan dan rasa ingin tahu yang kuat.

2. PENGERTIAN ORNAMEN
Ornamen berasal dari kata “ORNARE” (bahasa Latin) yang berarti menghias. Ornamen juga
berarti “dekorasi” atau hiasan, sehingga ornamen sering disebut sebagai disain dekoratif atau
disain ragam hias.Dalam Ensiklopedia Indonesia  p. 1017 ornamen adalah setiap hiasan
bergaya geometrik atau bergaya lain, ornamen dibuat pada suatu bentuk dasar dari suatu hasil
kerajinan tangan (perabotan, pakaian dan sebagainya) termasuk arsitektur. Dari pengertian
tersebut jelas menempatkan ornamen sebagai karya seni yang dibuat untuk diabdikan atau
mendukung maksud tertentu dari suatu produk, tepatnya untuk menambah nilai estetis dari
suatu benda/produk yang akhirnya pula akan menambah nilai finansial dari benda atau
produk tersebut. Dalam hal ini ada ornamen yang bersifat pasif dan aktif. Pasif maksudnya
ornamen tersebut hanya berfungsi menghias, tidak ada kaitanya dengan hal lain seperti ikut
mendukung konstruksi atau kekuatan suatu benda. Sedangkan ornamen berfungsi aktif
maksudnya selain untuk menghias suatu benda juga mendukung hal lain pada benda tersebut
misalnya ikut menentukan kekuatanya (kaki kursi motif belalai gajah/motif kaki elang).
Pendapat lain menyebutkan bahwa : Ornamen adalah pola hias yang dibuat dengan digambar,
dipahat, dan dicetak, untuk mendukung meningkatnya kualitas dan nilai pada suatu benda
atau karya seni. Ornamen juga merupakan perihal yang akan menyertai bidang gambar
(lukisan atau jenis karya lainnya) sebagai bagian dari struktur yang ada didalam. (Susanto,
2003). Pendapat iniagak luas, ornamen tidak hanya dimanfaatkan untuk menghias suatu
benda/produk fungsional tapi juga sebagai elemen penting dalam karya seni (lukisan, patung,
grafis), sedangkan teknik visualisasinya tidak hanya digambar seperti yang kita kenal selama
ini, tapi juga dipahat, dan dicetak.
Dalam perkembangan selanjutnya, penciptaan karya seni ornamen tidak hanya dimaksudkan
untuk mendukung keindahan suatu benda, tapi dengan semangat kreativitas seniman mulai
membuat karya ornamen sebagai karya seni yang berdiri sendiri, tanpa harus menumpang
atau mengabdi pada kepentingan  lain. Karya semacam dikenal dengan seni dekoratif (lukisan
atau karya lain yang mengandalkan hiasan sebagai unsur utama).Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa: ornamen adalah salah satu karya seni dekoratif yang
biasanya dimanfaatkan untuk menambah keindahan suatu benda atau produk, atau merupakan
suatu karya seni dekoratif (seni murni) yang berdiri sendiri, tanpa terkait dengan
benda/produk fungsional sebagai tempatnya.
3. MOTIF DAN POLA PADA ORNAMEN
Motif dalam konteks ini dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam seni ornamen. Ia
merupakan bentuk dasar dalam penciptaan/perwujudan suatu karya ornamen. Motif  dalam
ornamen meliputi:

a.Motif Geometris.
Motif tertua dari ornamen adalah bentuk geometris, motif ini lebih banyak memanfaatkan
unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti garis-garis lengkung dan lurus, lingkaran, segitiga,
segiempat, bentuk meander, swastika, dan bentuk pilin, patra mesir “L/T” dan lain-lain.
Ragam hias ini pada mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti bentuk benda yang
dihias, dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan pada berbagai tempat dan berbagai
teknik, (digambar, dipahat, dicetak)

b.Motif tumbuh-tumbuhan.
Penggambaran motif tumbuh-tumbuhan dalam seni ornamen dilakukan dengan berbagai cara
baik natural maupun stilirisasi sesuai dengan keinginan senimannya, demikian juga dengan
jenis tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga berbeda tergantung dari lingkungan
(alam, sosial, dan kepercayaan pada waktu tertentu)  tempat motif tersebut diciptakan. Motif
tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis
dan bentuk tumbuhan apa sebenarnya yang digubah/distilisasi, karena telah diubah dan jauh
dari bentuk aslinya.

c.Motif binatang.
Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi,
jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali
bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang terkadang
hanya diambil pada bagian tertentu ( tidak sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif
lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain, burung, singa, ular, kera, gajah
dll.

d.Motif manusia.
Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan motif ornamen mempunyai beberapa
unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk
dalam pewayangan.

e.Motif gunung, air, awan, batu-batuan dan lain-lain.


Motif benda-benda alami seperti batu, air, awan dll, dalm penciptaannya biasanya digubah
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu motif dengan karakter tertentu sesuai dengan sifat
benda yang diekspresikan dengan pertimbangan unsur dan asas estetika. misalnya motif
bebatuan biasanya ditempatkan pada bagian bawah suatu benda atau bidang yang akan dihias
dengan motif tersebut.

f.Motif Kreasi/ khayalan yaitu bentuk-bentuk ciptaan yang tidak terdapat pada alam nyata
seperti motif makhluk ajaib, raksasa, dewa dan lain-lain.Bentuk ragam hias khayali adalah
merupakan hasil daya dan imajinasi manusia atas persepsinya, motif mengambil sumber ide
diluar dunia nyata. Contoh motif ini adalah : motif kala, motif ikan duyung, raksasa, dan
motif makhluk-makhluk gaib lainnya.
Sedangkan yang dimaksud pola adalah suatu hasil susunan atau pengorganisasian dari motif
tertentu dalam bentuk dan komposisi tertentu pula. Contohnya pola hias batik, pola hias
majapahit, jepara, bali, mataram dan lain-lain.singkatnya pola adalah penyebaran atau
penyusunan dari motif-motif.

Pola biasanya terdiri dari :


a.Motif pokok.
b.Motif pendukung/piguran.
c.Isian /pelengkap.

Penyusunan pola dilakukan dengan jalan menebarkan motif secara berulang-ulang, jalin-
menjalin, selang-seling, berderet, atau variasi satu motif dengan motif lainnya. Hal-hal yang
terkait dengan pembuatan pola adalah :

a.Simetris yaitu pola yang dibuat, antara bagian kanan dan kiri atau atas dan bawah adalah
sama. (lihat contoh dibawah ini)

b.Asimetris yaitu pola yang dibuat antara bagian-bagiannya (kanan-kiri, atas-bawah) tidak
sama. (lihat contoh)

c.Pengulangan yaitu pola yang dibuat dengan pengulangan motif-motif.

d.Bebas atau kreasi yaitu pola yang dibuat secara bebas dan bervariasi.

Pola memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu perwujudan bentuk artinya
sebagai pegangan dalam pembuatan agar tidak menyimpang dari bentuk/motif yang
dikehendaki, sehingga hasil karya sesuai dengan ide yang diungkapkan.

3. TEKNIK PERWUJUDAN/PENGGAMBARAN ORNAMEN


Beberapa cara atau gaya yang dijadikan konsep dalam pembuatan karya ornamen adalah
sebagai berikut:

a.Realis atau naturalis pembuatan motif ornamen yang berusaha mendekati atau  mengikuti 
bentuk-bentuk secara alami tanpa melalui suatu gubahan, bentuk-bentuk alami yang
dimaksud berupa bentuk binatang, tumbuhan, manusia dan benda-benda alam lainnya.

b.Stilirisasi atau gubahan yaitu pembuatan motif ornamen dengan cara melakukan gubahan
atau merubah bentuk tertentu, dengan tidak meninggalkan identitas atau ciri khas dari bentuk
yang digubah/distilirisasi, atau dengan menggayakan bentuk tertentu menjadi karya seni
ornamen. Bentuk-bentuk yang dijadikan inspirasi adalah binatang, tumbuhan, manusia, dan
benda alam lainnya.

c.Kombinasi atau kreasi yaitu motif yang dibuat dengan mengkombinasikan beberapa bentuk
atau motif, yang merupakan hasil kreasi dari senimannya. Motif yang tercipta dengan cara ini
biasanya mewakili karakter atau identitas individu penciptanya (idealisme)

4. CORAK SENI ORNAMEN


Berdasarkan periode dan ciri-ciri yang ditampilkan, karya seni ornamen memiliki beberapa
corak yaitu:

a.Ornamen Primitif, yaitu karya seni ornamen yang diciptakan pada zaman purba atau zaman
primitif. Ciri-ciri umum dari seni ornamen primitif adalah sederhana, tegas, kaku, cendrung
bermotif geometris, goresan spontan, biasanya mengandung makna simbolik tertentu.
Sedangkan komposisi yang diterapkan biasanya berderet, sepotong-sepotong, berulang,
berselang-seling, dan sering juga dijumpai penyusunan secara terpadu. Karya seni primitif
memberi gambaran kesederhanaan dan gambaran perilaku masyarakat pada zaman itu. Seni
primitif bersifat universal karena ciri-ciri umumnya adalah sama diseluruh dunia.

b.Ornamen klasik adalah hasil karya seni ornamen yang telah mencapai puncak-puncak
perkembangannya atau telah mencapai tataran estetis tertinggi, sehingga sulit dikembangkan
lebih lanjut. Ia telah mempunyai bentuk dan pakem yang standard, struktur motif dan pola
yang tetap, memiliki susunan, irama yang telah baku dan sulit untuk dirobah dalam bentuk
yang lain, dan yang terpenting telah diterima eksistensinya tanpa mengalami perubahan lagi.
Contohnya ornamen Majapahit, Pajajaran, Jepara, Bali, Surakarta, Madura, mataram dan lain-
lain. Seni klasik bersifat kedaerahan karenanya masing-masing daerah memiliki ragam hias
klasik dengan corak dan ciri-ciri tersendiri.

c.Ornamen Tradisional yaitu ragam hias yang berkembang ditengah-tengah masyarakat


secara turun-temurun, dan tetap digemari dan dilestarikan sebagai sesuatu yang dapat
memberi manfaat (keindahan) bagi kehidupan, dari masa ke masa. Ornamen tradisonal
mungkin berasal dari seni klasik atau seni primitif, namun setelah mendapat pengolahan-
pengolahan tertentu, dilestarikan kemanfaatannya demi memenuhi kebutuhan, khususnya
dalam hal kebutuhan estetis. Oleh sebab itu corak seni ornamen tradisional merupakan
pembauran dari seni klasik dan primitif. Hasil atau wujud dari pembauran tersebut tergantung
dari sumber mana yang lebih kuat yang akan memberi kesan/corak yang lebih dominan.
Misalnya motif tradisonal Majapahit, Bali, Jogyakarta, Pekalongan beberapa daerah lainnya
lebih dominan bersumber pada corak motif klasik, sedangkan motif tradisional Irian jaya,
toraja, motif suku dayak dan motif Kalimantan corak primitifnya lebih menonjol. Ornamen
tradisonal bersifat kolektif.

d.Ornamen modern atau Kontemporer yaitu karya seni ornamen yang merupakan hasil kreasi
atau ciptaan seniman yang baru dan lepas dari kaidah-kaidah tradisi, klasik atau primitif.
Ornamen ini bersifat individu. Poses dan terciptanya seni ornamen modern terkadang
bertolak atau mengambil inspirasi dari seni primitif atau tradisional atau merupakan hasil
inovasi/kreativitas seniman secara pribadi, sehingga karya yang tercipta merupakan cerminan
pribadi senimannya.
Adanya berbagai corak dalam seni ornamen bukan berarti antara corak yang satu dengan
yang lainnya mempunyai nilai estetis atau nilai kegunaan lebih tinggi atau lebih rendah,
karena masing-masing corak memiliki keunggulan karakter, ciri, dan nilai estetika tersendiri,
perbedaan corak tersebut hanya berdasarkan pada periode perkembangan, tampilan fisik, dan
sifat penciptaannya. Sedangkan menyangkut kegunaan dan nilai estetis pada dasarnya adalah
sama. Adanya anggapan bahwa suatu corak lebih baik dari corak lainnya semata-mata karena
selera individu.

5. FUNGSI ORNAMEN
Penciptaan suatu karya biasanya selalu terkait dengan fungsi tertentu,demikian pula halnya
dengan karya seni ornamen yang penciptaannya selalu terkait dengan fungsi atau kegunaan
tertentu pula. Beberapa fungsi ornamen diuraikan sebagai berikut:
a.sebagai ragam hias murni, maksudnya bentuk-bentuk ragam hias yang dibuat hanya untuk
menghias saja demi keindahan suatu bentuk (benda ) atau bangunan, dimana ornamen
tersebut ditempatkan. Penerapannya biasanya pada alat-alat rumah tangga, arsitektur, pada
pakaian (batik, bordir, kerawang)  pada alat transportasi dan sebagainya.
b.Sebagai ragam hias simbolis, maksudnya karya ornamen yang dibuat selain mempunyai
fungsi sebagai penghias suatu benda juga memiliki nilai simbolis tertentu di dalamnya,
menurut norma-norma tertentu (adat, agama, sistem sosial lainnya). Bentuk, motif dan
penempatannya sangat ditentukan oleh norma-norma tersebut terutama norma agama yang
harus ditaati, untuk menghindari timbulnya salah pengertian akan makna atau nilai simbolis
yang terkandung didalamnya, oleh sebab itu pengerjaan suatu ornamen simbolis hendaknya
menepati aturan-aturan yang ditentukan. Contoh ragam hias ini misalnya motif kaligrafi,
motif pohon hayat sebagai lambang kehidupan, motif burung phonik sebagai lambang
keabadian, motif padma, swastika,lamak dan sebagainya.

6. TEKNIK PENYELESAIAN (FINISHING)


Penyelesaian gambar ornamen bertujuan untuk membuat karya tersebut menjadi lebih indah,
dan gambar yang difinishing akan nempak lebih jelas dan menarik.
Beberapa teknik yang bisa digunakan untuk melakukan finishing adalah sebagai berikut:

a.Teknik hitam-putih yaitu penyelesaian suatu karya ornamen yang hanya memanfaatkan
tinta atau pensil hitam, penyelesaian dengan cara ini dimaksudkan untuk menimbulkan kesan
gelap-terang, penyinaran, kesan jarak, dan kesan volume. Teknik penyelesaian (finishing)
dilakukan dengan sistem :
Arsiran (searah, bebas, dusel)
Pointilis yaitu penyelesaian dengan menggunakan titik-titik.
Sungging atau gradasi yaitu dengan menggunakan tinta china atau tinta bak, finishing ini
dilakukan melalui tahapan-tahapan dari tipis ke tebal atau dari gelap ke terang sesuai dengan
keinginan.

b.Teknik warna yaitu jenis finishing yang mengunakan warna sebagai unsur pokok. Finishing
ini dilakukan dengan sistem:
Plakat yaitu menerapkan warnasecara plakat(poster) sesuai dengan warna motif
yangdiinginkan.
Gradasi (warnater susun) yaitu dengan menerapkan warna secara tersusun baik dari warna
gelap kewarna terang atau sebaliknya.
Gelap-terang yaitu menerapkan warna dari warna gelap ke warna terang dengan menebarkan
warna (bukan tersusun).
Untuk mendapat hasil yang maksimal dalam melakukan finishing dengan warna adalah
pengetahuan seseorang tentang teori warna yang menyangkut: jenis warna, teknik
pencampuran warna dan efek yang ditimbulkan, nilai warna, sifat warna, makna warna dan
lain-lain.
  TUGAS PENJASKES
                           “SEPAK BOLA & ESTAFET”

 
 
 
 
 
                 
 
                                Disusun Oleh :
                                 Aniyq Fashiyhah
                                    XI IPS 2 / 05
 

                SMA AL – ISLAM 1 SURAKARTA


2010-2011
                                       
                                     SEPAK BOLA
Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam
pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-
masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing
kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga
dinamakan kesebelasan.

Tujuan permainan

Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan
sebuah bola bundar ke gawang lawan ("mencetak gol"). Tim yang mencetak lebih
banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada
cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri). akan diadakan
pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan waktu hasilnya
masih seri akan diadakan adu penalti yang setiap timnya akan diberikan lima kali
kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik penalti yang berada di
dalam daerah kiper hingga hasilnya bisa ditentukan. Peraturan terpenting dalam
mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh
menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.

Taktik Permainan

Taktik yang biasa dipakai oleh klub-klub sepak bola adalah sebagai berikut:

4-4-2 (klasik: empat pemain belakang/skipper)

4-4-2 (dengan dua gelandang sayap)

4-4-1-1 (2 pasang gelandang sayap,satu gelandang serang dan striker tunggal)

4-2-4 (2 sayap)

4-3-2-1 (3 pemain gelandang tengah,2 gelandang serang,dan striker tunggal)

4-3-1-2 (4 bek,3 gelandang bertahan,1 penyerang lubang,2 striker)

4-5-1 (4 bek,2 sayap,3 gelandang,1 striker)

4-3-3 (4 bek,3 gelandang bertahan,2 striker sayap,1 striker tengah)

4-2-3-1 (2 bek tengah,2 bek sayap, 2 winger,1 penyerang lubang,1 striker)

4-3-3 (2 bek sayap,2 bek tengah,2 sayap,1 gelandang bertahan,3 striker tengah)

4-1-4-1 (4 bek,1 gelandang bertahan,4 gelandang,1 striker)


3-4-3 (dengan winger)

3-5-2 (dengan libero/sweeper)

3-5-2 (tanpa libero/sweeper)

3-6-1

5-4-1

Taktik yang dipakai oleh sebuah tim selalu berubah tergantung dari kondisi yang
terjadi selama permainan berlangsung. Pada intinya ada tiga taktik yang digunakan
yaitu; Bertahan, Menyerang, dan Normal.

Ofisial

Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai "wewenang


penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai Peraturan Permainan dalam suatu
pertandingan yang telah diutuskan kepadanya" (Peraturan 5), dan keputusan-
keputusan pertandingan yang dikeluarkannya dianggap sudah final. Sang wasit
dibantu oleh dua orang asisten wasit (dulu dipanggil hakim/penjaga garis). Dalam
banyak pertandingan wasit juga dibantu seorang ofisial keempat yang dapat
menggantikan seorang ofisial lainnya jika diperlukan.selain itu juga mereka
membutuhkan alat-alat untuk membantu jalannya pertandingan seperti:

papan pengganti pemain

meja dan kursi

Peraturan

Ukuran lapangan standar

Ukuran: panjang 100-110 m x lebar 64-75 m

Garis batas: garis selebar ... cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung,
dan garis melintang tengah lapangan; ... m lingkaran tengah; tak ada tembok
penghalang atau papan

Daerah penalti: busur berukuran 18 m dari setiap pos

Garis penalti: ... m dari titik tengah garis gawang

Garis penalti kedua: ... m dari titik tengah garis gawang

Zona pergantian: daerah ... m (... m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi
tribun dari pelemparan

Gawang: lebar 7 m x tinggi 2,5 m


Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif

Bola

Ukuran: 68-70 cm

Keliling:10 cm

Berat: 410-450 gram

Lambungan: 1000 cm pada pantulan pertama

Bahan: karet atau karet sintetis (buatan)

Tim

Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 11, salah satunya penjaga
gawang

Jumlah pemain maksimal keluar lapangan(tidak termasuk cedera): 4

Jumlah pemain cadangan maksimal: 12

Jumlah wasit: 1

Jumlah hakim garis: 2-4

Batas jumlah pergantian pemain: 3 kecuali pertandingan uji coba

Perlengkapan permainan

Kaos bernomor (sejak tahun 1954)

Celana pendek

Kaos kaki

Pelindung tulang kering

Alas kaki bersolkan karet

Lama permainan

Lama normal: 2x45 menit

Lama istirahat: 15 menit

Lama perpanjangan waktu: 2x15 menit (bila hasil masih imbang setelah 2 x 45 menit
waktu normal)
Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan waktu selesai.

Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan

Waktu pergantian babak: maksimal 15 menit

Wasit sebagai pengukur waktu resmi

Wasit yang memimpin pertandingan sejumlah 1 orang dan dibantu 2 orang sebagai
hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu apabila terjadi
pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu. Pada Piala Dunia 2006,
digunakan ofisial ke-lima. Penggunaan 2 wasit sempat dicoba pada copa
italia.Penggunaan 4 hakim garis kabarnya juga dicoba di piala dunia 2010,dimana 2
diantaranya berada di belakang gawang.

Percobaan penggunaan gol emas dan gol perak

Lihat: Gol perak; Gol emas.

Pada akhir 1990-an, IFAB mencoba membuat pertandingan lebih mungkin berakhir
tanpa memerlukan adu penalti, yang sering dianggap sebagai cara yang kurang tepat
untuk mengakhiri pertandingan.

Contohnya adalah sistem gol perak yang mengakhiri pertandingan jika sebuah gol
dicetak pada perpanjangan waktu pertama, dan gol emas yang mengakhiri
pertandingan jika sebuah gol dicetak pada perpanjangan waktu kedua.

Kedua sistem ini telah dihentikan oleh IFAB.

Kejuaraan internasional besar

Kejuaraan internasional terbesar di sepak bola ialah Piala Dunia yang diselenggarakan
oleh Fédération Internationale de Football Association. Piala Dunia diadakan setiap
empat tahun sekali. Lebih dari 190 timnas bertanding di turnamen kualifikasi regional
untuk sebuah tempat di babak final. Turnamen babak final yang berlangsung selama
empat minggu kini melibatkan 32 timnas (naik dari 24 pada tahun 1998).

Kejuaraan internasional yang besar di setiap benua adalah:

Eropa: Piala Eropa atau dikenal dengan nama Euro

Amerika Selatan: Copa América

Afrika: Piala Afrika

Asia: Piala Asia

Amerika Utara: Piala Emas CONCACAF

Oseania: Piala Oseania


Piala dunia mini (piala konfederasi)

Ajang tingkat klub terbesar di Eropa adalah Liga Champions, sementara di Amerika
Selatan adalah Copa Libertadores. Di Asia, Liga Champions Asia adalah turnamen
tingkat klub terbesar.

Sepak bola sudah dimainkan di Olimpiade sejak tahun 1900. (kecuali pada Olimpiade
tahun 1932 di Los Angeles). Awalnya ini hanya untuk pemain-pemain amatir saja,
namun sejak Olimpiade Los Angeles 1984 pemain profesional juga mulai ikut bermain,
disertai peraturan yang mencegah negara-negara daripada memainkan tim terkuat
mereka. Pada saat ini, turnamen Olimpiade untuk pria merupakan turnamen U-23
yang boleh ditamnbahi 3 pemain di atas umur. Akibatnya, turnamen ini tidak
mempunyai kepentingan internasional dan prestise yang sama dengan Piala Dunia,
atau bahkan dengan Euro, Copa America atau Piala Afrika.

Sebaliknya, turnamen Olimpiade untuk wanita membawa prestise yang hampir sama
seperti Piala Dunia Wanita FIFA; turnamen tersebut dimainkan oleh tim-tim
internasional yang lengkap tanpa batasan umur.

Sepak bola di Indonesia

Permainan sepak bola di Indonesia juga berkembang pesat. Ini ditandai dengan
berdirinya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1930 di
Yogyakarta yang diketuai oleh Soeratin Sosrosoegondo. Untuk menghargai jasanya,
mulai tahun 1966 diadakan kejuaraan sepak bola Piala Soeratin (Soeratin Cup) yakni
kejuaraan sepak bola tingkat taruna remaja. Pada saat ini permainan sepak bola
digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Organisasi

Fédération Internationale de Football Association (FIFA) (dunia)

UEFA (eropa)

CONMEBOL (amerika latin)

CONCACAF (amerika)

AFC (asia)

CAF (afrika)

OFC (oseania)
Lari Sambung / estafet
Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik
yang dilaksanakan secara begantian. Satu regu pelari sambung terdiri dari 4 orang
pelari. Dalam pelombaan lari sambung pelari berlari dengan kecepatan penuh dengan
memindahkan tongkat ke pelari berikutnya. Perpindahan tongkat harus berada di
dalam daerah yang disebut zona panjang 20 m. perpindahan tongkat diluar zona
tersebut regu dinyatakan gagal atau diskualifikasi.

Cara Pengoperan tongkat dilakukan dengan dua cara yaitu:>>>Tanpa melihat


(nonvisual): cara ini penerima tongkat estafet tanpa menoleh kepada si pemberi
tongkat. Cara ini digunakan untuk lari sambung 4 x 100m

>>>Dengan melihat (visual): Cara ini si penerima tongkat estafet menoleh ke belakang,
melihat kepada pemberi tongkat. Cara ini digunakan pada lari sambung jaraknya lebih
dari 100m, terutama pada 4 x 400m.

Teknik perpindahan tongkat cara nonvisual adalah:

>>>Pemberi melakukan gerakan ayunan dari arah bawah ke atas

>>>Yang menerima menjulurkan tangannya ke bawah belakang badan dengan sikap


ibu jari dan jari lainya membentuk huruf V terbalik dengan Ibu jari yang berada pada
bagian luar dari badan, sedangkan keempat jari lainya di bagian dalam.

Para pelari harus menerima dan memberikan dengan berselang-seling. Misalnya pelari
pertama memegang tongkat dengan tangan kanan, pelari kedua harus menerima
dengan tangan kiri, pelari ketiga menerima dengan tangan kanan, pelari terakhir
menerima dengan tangan kiri. Perpindahan tongkat yang terbaik bila pemindahan
tongkat berlangsung dalam keadaan pelari sudah mencapai kecepatan tertinggi. Ini
terjadi kira-kira 15 – 18m setelah garis permulaan dalam daerah pergantian.

Peratuan Lari Bersambung/ Estafet

 Semua jalur dibatasi garis-garis tiang tebalnya 5 cm sebagai tanda/ batas pelari.
 Nomor 4 x 100m, 4 x 200m selain pelari pertama dibolehkan memulai larinya di
luar zona tidak lebih dari 10m.
 Nomor 4 x 200m, 4 x 400m dilarikan dalam lintasan masing-masing kecuali:
- untuk lari 4 x 200m pelari ketiga hanya di tikungan petama saja selebihnya
sesudah menggunakan lintasan dalam
- demikian juga 4 x 400m hanya pelari pertama saja yang lari dijalurnya setelah
melewati tanda tikungan petama yang berbendera
- pegantian tongkat harus dilakukan pada zone yang telah ditentukan dengan
batas-batas garis yang jelas.
 Cek mark atau tanda, peserta boleh memasang perekat yang berukuran 5 x 40
cm dengan warna yang menyolok dengan tidak membingungkan pelari.
 Tongkat estafet, tongkat harus dibawa selama perlombaan berlangsung, jika
jatuh harus diambil oleh yang menjatuhkan. Dia boleh meninggalkan lintasanya
untuk mengambil tongkat dengan tidak mengganggu pelari lain. Tongkat harus
diberikan dari tangan ke tangan dalam zona penggantian tongkat yang
dimaksud dengan zona penggantian tongkat adalah pada saat posisi tongkat
bukan ditentukan oleh posisi badan.

1. Teknik Lari Bersambung (Lari Estafet).


Satu regu pelari estafet biasanya terdiri dari 4 orang pelari. Keberhasilan yang akan
dicapai oleh tim sangat ditentukan pada saat melakukan pergantian estafet. Suatu tim
pelari harus memiliki pelari-pelari yang tercepat dan mampu melakukan pergantian
tongkat dengan sempurna.

2. Teknik Pergantian tongkat Estafet.


Pergantian Tongkat estafet dalam lari bersambung atau lari estafet terbagi menjadi 2,
yaitu :
Pergantian Tongkat Estafet tanpa melihat (Non Visual) Yaitu cara pelari menerima
tongkat estafet tanpa melihat kepada yang memberi tongkat estafet.
Pergantian Tongkat estafet dengan melihat (Visual) yaitu cara pelari menerima tongkat
estafet dengan melihat ke belakang
(pemberi tongkat estafet).
Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat :
Dari Bawah Jika pemberi memberikan tongkat dengan tangan kanan maka penerima
menggunakan tangan kiri. Saat akan memberi tongkat, ayunkan tongkat dari belakang
ke depan melalui bawah. Sementara tangan penerima telah siap di belakang dengan
telapak tangan menghadap bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari yang
lainnya dirapatkan. Tangan penerima berada di bawah pinggang.
Dari atas Jika pemberi memberikan tongkat dengan tangan kiri maka penerima juga
menggunakan tangan kiri.
Pergantian tongkat estafet harus berlangsung di dalam daerah pergantian yang
panjangnya 20 meter. Pergantian tongkat estafet yang terjadi diluar daerah pergantian
akan terkena Diskualifikasi.

3. Cara Memegang tongkat Estafet.


Cara memegang tongkat estafet harus dilakukan dengan benar. Memegang tongkat
dapat dilakukan dengan dipegang oleh tangan kiri atau kanan. Setengah bagian dari
tongkat dipegang oleh pemberi tongkat. Dan ujungnya lagi akan dipegang oleh
penerima tongkat estafet berikutnya. Dan bagi pelari pertama, tongkat estafet harus
dipegang dibelakang garis start dan tidak menyentuh garis start.

4. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Lari Estafet :


1. Pemberian tongkat sebaiknya bersilang, yaitu pelari 1 dan 3 memegang tongkat pada
tangan kanan, sedangkan pelari 2 dan 4 menerima/memegang tongkat pada tangan
kiri.
2. Penempatan pelari hendaknya disesuaikan dengan keistimewaan dari masing-masing
pelari. Misalnya pelari 1 dan 3 dipilih yang benar-benar baik dalam lingkungan. Pelari
2 dan 4 merupakan pelari yang mempunyai daya tahan yang baik.
3. Jarak penantian pelari 2, 3, dan 4 harus benar-benar diukur dengan tepat seperti
pada waktu latihan.
4. Setelah memberikan tongkat estafet jangan segera keluar dari lintasan masing-
masing.
5. Peraturan Perlombaan
 

You might also like