You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan pengajaran atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan dan pembelajaran
peserta didik adalah komponen masukan dalam proses pendidikan sebagai
suatu organisme yang hidup memerlukan bimbingan dan lingkungan yang
dapat mengarahkan mereka kepada keberhasilan dalam mereka belajar dan
menempuh pendidikan.

Guru, orang tua dan lingkungan yang baik sangat menunjang keberhasilan
mereka dalam menempuh pendidikan disekolah. Siswapun dapat menangkap
pelajaran yang disampaikan oleh guru apabila pelajara yang disampaikan
tersebut dapat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan serta sesuai dengan
kapasitas mereka dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung


secara wajar, kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang
dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang merasa amat sulit.
Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit
untuk mengadakan konsentrasi, demikian kenyataan yang sering kita jumpai
pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan
aktivitas belajar.

Setiap individu memang tidak ada yang sama perbedaan individu inilah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan peserta didik. Dalam
keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.

1
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor inteligensi yang
rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor
non inteligensi. Dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu menjamin
keberhasilan belajar.

Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada peserta
didik maka para pendidik atau konselor perlu memahami masalah-masalah
yang berhubungan dengan kesulitan belajar dan mampu mengidentifikasikan
masalah kesulitan belajar tersebut.

B. Orientasi Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Huda adalah Madrasah Ibtidaiyah
(MI/SD) yang beralamat di Jalan Raya Tunggul Pamenang Kecamatan
Adiluwih Kabupaten Pringsewu.

Sekolah ini berdiri pada tahun 1971 dengan sudah mengalami pergantian
kepala sekolah sebanyak 4 (empat) kali periode yaitu:
1. Bapak M Ridwan
2. Bapak Wagio, S.Pd
3. Bapak Drs. Poniran M Rois
4. Bapak Upriya Gusnadi Muslim, S.Pd.I (sekarang)

Dan sekolah ini merupakan sekolah swasta dibawah naungan Yayasan Al


Hidayah sebanyal 25 orang dengan 2 orang PNS dan selebihnya merupakan
guru honorer.

Sekitar pada tahun 1999-an sekolah ini pernah akan dijadikan sebagai Sekolah
Negeri/Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) tetapi dengan berbagai
pertimbangan salah satunya yaitu apabila dijadikan sekolah negeri maka
yayasan Al Hidayah akan runtuh. Jadi sampai sekarang sekolah ini masih

2
merupakan sekolah swasta dan keteangan mengenai fasilitas ataupun keadaan
kurikulum sekolah ini adalah:
1. Metode mengajar/pengajaran
Metode mengajar yang digunakan oleh guru di MI ini adalah
menggunakan metode yang menyenangkan dan disesuaikan dengan materi
yang disampaikan/sesuai mata pelajaran yang disampaikan seperti dengan
metode ceramah, pemberian tugas, metode dikte, diskusi, meragakan dan
lain-lain.
2. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan sudah menggunakan KTSP walaupun masih
belum sepenuhnya berjalan dengan baik karena dengan berbagai kendala
yaitu:
a. Terbatasnya buku paket
b. Kurang tersedianya tutor yang benar-benar paham prinsip-prinsip
maupun penerapan KTSP
c. Tidak semua guru di sekolah MI memperoleh kesempatan untuk
mengikuti penataran, loka karya dan penjelasan yang terkait dengan
pelaksanaan KTSP
3. Relasi guru dengan siswa
Untuk relasi antara guru dengan siswa di MI Miftahul Huda ini terjalin
dengan biak. Di sekolah ini guru berperan sebagai orang tua didik
memberikan bimbingan dan nasehat bukan hanya mengajar di kelas saja
walaupun ada beberapa guru yang kurang disukai siswa dengan alasan
galak yang semua ini penulis dapat berdasarkan observasi dan tanya jawab
dengan guru/wali kelas dan dengan murid langsung.
4. Relasi/hubungan antara siswa dengan siswa
Berdasarkan pengamatan dengan wawancara yang penulis lakukan di
sekolah ini hubungan antara siswa dengan siswa masih bersifat
kekeluargaan dan akrab karena memang sekolah ini terletak di desa jadi
sifat kekeluargaan masih sangat kental.

3
5. Disiplin sekolah
Berhubungan dengan disiplin di MI Mifathul Huda disiplin sekolah
berjalan dengan normal baik disiplin waktu, disiplin siswa, disiplin
guru/tenaga edukatif maupun disiplin administrasi.
6. Alat pelajaran
Alat-alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di
sekolah ini masih bersifat tradisional yaitu dengan menggunakan alat tulis
with board belum menggunakan media elektronik yang menunjang.
7. Standar pelajaran dan ekskul
Standar pelajaran kaitannya dengan materi yang diberikan masih
disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia di sekolah ini yaitu masih belum
mencapai apa yang telah distandarkan pemerintah karena kendala fasilitas
yang ada.
Dan untuk ekstra kurikuler yang ada yaitu:
a. Pramuka
b. Hadroh
c. BPI (Bimbingan Praktek Ibadah) yang dimana pelaksanaanya yaitu 1x
jam pelajaran setiap satu minggu sekali
8. Keadaan gedung
Gedung yang digunakan sebagai tempat belajar mengajar di MI Miftahul
Huda Tunggul Pamenang cukup memenuhi standar sarana dan prasarana
gedung/bangunan yang dimiliki adalah satu lantai dan memiliki:
a. 6 lokal gedung untuk belajar/ruang kelas
b. 1 ruang perpustakaan
c. 1 ruang kantor
d. Ruang kepala sekolah
e. Ruang guru
f. Ruang tata usaha
g. Ruang sirkulasi
h. Jamban
i. Tempat berolahraga

4
C. Identifikasi Siswa
Dalam studi kasus tentang identifikasi kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa SD ini penulis mengidentifikasi dua orang siswa yang bersaudara yaitu
adik dengan kakaknya (saudara kandung) yang memang menurut dewan guru
di sekolah ini siswa tersebut mengalami kesulitan belajar dalam proses belajar
di sekolah dan penulis mengidentifikasi siswa tersebut dengan alasan ingin
membandingkan kesulitan belajar yang dialami apakah sama atau tidak
walaupun dengan kondisi lingkungan yang sama dan dengan cara asuh orang
tua yang sama juga. Adapun identitas siswa yang penulis identifikasi masalah
kesulitan belajarnya yaitu:
1. Siswa pertama
- Nama : Ningsih Hanifah
- TTL : Adiluwih, 23 September 1999
- Kelas : V (Lima)
- Anak Ke : 1 (Satu) dari 2 bersaudara
- Status dalam keluarga : Anak kandung
- Agama : Islam
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Kewarganegaraan : Indonesia
- Alamat Siswa : Bangun Sari, Kecamatan Negeri Katon
Kabupaten Pesawaran

2. Siswa kedua
- Nama : Hamid Afandi Al Imadi
- TTL : Bangun Sari, 06 November 2001
- Kelas : III (Tiga)
- Anak Ke : 2 (Dua) dari 2 bersaudara
- Status dalam keluarga : Anak kandung
- Agama : Islam
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Kewarganegaraan : Indonesia

5
- Alamat Siswa : Bangun Sari, Kecamatan Negeri Katon
Kabupaten Pesawaran

3. Orang tua
Orang tua dari kedua siswa tersebut sama yaitu:
- Nama orang tua
a. Ayah : Tajudin
b. Ibu : Sugiyanti
- Pendidikan orang tua
a. Ayah : SD
b. Ibu : SMP
- Pekerjaan orang tua
a. Ayah : Tani
b. Ibu : Tani
- Alamat orang tua : Bangun Sari, Kecamatan Negeri Katon
Kabupaten Pesawaran

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identifikasi Kesulitan Belajar


1. Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam mengidentifikasi
masalah kesulitan belajar yang dialami oleh 2 siswa yang diteliti atau di
identifikasi, penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber yaitu
dengan melakukan:
a. Observasi
Langsung ke sekolah menanyakan tentang kesulitan belajar, proses
belajar dan hasil belajar yang diperoleh oleh kedua siswa tersebut dan
menanyakan kepada wali kelas siswa bagaimana perilaku siswa
tersebut dalam sekolah.
b. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen tentang identitas
siswa dan identitas tentang orang tua siswa.
c. Kunjungan rumah
Yaitu penulis dengan mengobservasi langsung/datang kerumah siswa
tersebut untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan mengenai
siswa dan melihat keadaan rumah siswa itui dengan melakukan
wawancara kepada orang tua siswa dan menanyakan beberapa hal
kepada siswa.

Dan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan diperoleh berbagai


informasi yaitu:
a. Tentang perilaku sisswa dimana kedua siswa ini memiliki dua sifat
yang berbeda walaupun merupakan saudara kandung. Dimana siswa
yang bernama Ningsih Hanifah siswa kelas V (Lima) yaitu sang kakak
lebih bersifat diam dan sering mengalah kepada adiknya, penurut,
sopan, diam serta rajin dan tekun dalam belajar. Di sekolahpun

7
menurut keterangan wali kelasnya siswa ini sopan, pendiam, dan tekun
dalam belajar. Tetapi siswa ini walaupun anaknya tekun dan rajin
belajar dia sering susah dalam menangkap pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Susah mengungkapkan apa yang ditanya oleh guru dan
susah dalam menghafal berbagai hafalan-hafalan surat-surat pendek
yang ditugaskan. Dan menurut keterangan sang ibu siswa ini apabila
disuruh sesuatu ataupun disuruh untuk berbelanja mesti di ingatkan
berulang kali untuk mengingat apa yang telah dikatakan oleh ibunya.
b. Sedangkan sang adik yang bernama Hamid Afandi Al Imadi siswa
kelas III (tiga). Siswa ini sifatnya energik, usil tidak mau diam, dan
tidak mau mengalah dari teman-temannya ataupun dengan saudara-
saudaranya. Menurut keterangan wali kelas anak ini sering bikin onar
dikelas, sering tidak masuk sekolah, tidak mau diam duduk dengan
rapi dibangku, sering berantem dan tidak pernah selesai dalam
mengerjakan tugas ataupun menulis sesuatu yang diperintahkan oleh
guru kelasnya. Siswa inipun sering tidak mengerjakan PRnya karena
malas dikelas. Siswa ini lebih cenderung suka bermain dan
mengganggu temannya dari pada menulis dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru kelas. Tetapi menurut keterangan orang tua siswa
anak ini apabila ditunggu dengan sabar dan diberi hadiah kadang ia
mau belajar dan mau mengerjakan PRnya. Hasilnya pun memuaskan
dan dia bisa mengerjakan PR itu dengan benar.
c. Informasi lain yang didapat yaitu mengenai latar belakang orang tua,
mereka merupakan hasil persilangan dua suku ayah (Sunda) ibu (Jawa)
sedangkan latar belakang pekerjaan orang tua dan lingkungan dari
kedua siswa tersebut yaitu orang tua mereka bekerja sebagai petani
dimana merekapun jarang bertemu dengan orang tuanya bila pulang
sekolah dan jarak rumah siswa ini ke sekolah tidak terlalu jauh.
Mereka berangkat sendiri dengan jala kaki ataupun naik sepeda dan
kadang diantar oleh ayahnya.

8
2. Pengolahan Data
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis karakteristik
ataupun masalah yang dihadapi siswa dalam proses belajarnya yaitu:
a. Siswa pertama (Ningsih Hanifah)
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan permasalahan yang
dihadapi oleh siswa berhubungan dengan proses belajarnya yaitu:
- Hasil yang dicapai oleh siswa ini tidak sesuai dengan usaha yang
telah dilakukan. Siswa ini tekun dalam belajar dan rajin tetapi hasil
belajar yang dicapai tidak jauh beda dengan temannya yang biasa
dan tidak pernah belajar
- Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan
selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan
- Siswa ini dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan
harus dengan usaha yang berat untuk bisa mengungkapkan dengan
jelas dan dapat dipahami
b. Siswa kedua (Hamid Afandi Al Imadi)
Permasalahan yang dihadapi oleh siswa berhubungan dengan proses
belajarnya dengan berdasar pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
- Siswa ini hasil belajar yang diperolehnya yaitu rendah dibawah
rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya dan dibawah potensi
yang dimilikinya
- Sikap yang ditunjukan oleh siswa inipun di sekolah dia sering
berantem, sering tidak berangkat sekolah, tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, mengganggu didalam ataupun diluar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran dan tidak teratur dalam kegiatan belajar
- Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, siswa ini mudah
tersinggung, pemarah, tidak menunjukkan sifat gembira, dalam
menghadapi suasana tertentu dan siswa inipun tidak ada perasaan
sedih ataupun menyesal bila mendapatkan nilai yang rendah

9
3. Diagnosis
Untuk langkah ini yaitu untuk menentukan/mendiagnosis masalah yang
paling mendasar yang dialami oleh kedua siswa tersebut yaitu:
a. Siswa pertama (Ningsih Hanifah)
Berdasar factor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya masalah
tentang proses belajar siswa dan dengan berdasar langkah pertama dan
kedua kemungkinan siswa ini mengalami kesulitan belajar ia tergolong
anak (slow learner) yaitu siswa ini lambat dalam belajar dan ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
b. Siswa kedua (Hamid Afandi Al-Imadi)
Dengan berdasar pengumpulan data dan pengelolaan data yang sudah
dilakukan anak ini dapat digolongkan mnegalami kesulitan belajar
dalam hal (learning disabilities) atau suatu ketidakmampuan belajar
yang mengacu kepada gejala dimana siswa ini tidak mampu belajar
atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar dibawah potensi
intelektualnya.
Kalau untuk menentukan ataupun menggolongkan siswa tergolong
dalam kesulitan belajar (under achiever) yaitu siswa yang
sesungguhnya memiliki tingkat potensi, intelektual yang tergolong di
atas normal tetapi prestasi belajarnya rendah penulis belum bisa
menentukan dikarenakan di sekolah MI Miftahul Huda ini belum
pernah diadakan tes IQ (Intelektual Quantion).

4. Prognosis
Langkah keempat yaitu pragnosis dimana langkah ini untuk menentukan
dan merencanakan program. Langkah atau layanan apa yang akan
diberikan kepada siswa guna untuk membantu mengatasi masalah
kesulitan belajar siswa yaitu dengan:

10
a. Siswa pertama (Ningsih Hanifah)
Layanan ataupun pendekatan konseling yang dilakukan untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya yaitu dengan teori belajar
humanristik karena disini anak kurang aktif dan membutuhkan
perhatian yang lebih dari guru. Adapun layanan yang dapat diberikan
oleh guru :
1) Guru sebagai fasilitator memberikan perhatian yang khusus
kepada anak.
2) Guru mengjarakan dengan telaten dan sabar agar anak dapat
mencapai hasil belajar yang diinginkan.
3) Guru bekerjasama dengan orang tua siswa agar dapat memberikan
fasilitas yang memadai dalam proses belajar anak serta
mendampingi belajar anaki di rumah dan memberikan latihan-
latihan serta pembiasaan yang rutin.

b. Siswa kedua (Hamid Afandi Al-Imadi)


Pendekatan/konseling yang digunakan untuk siswa ini berbeda dengan
siswa yang pertama. Anak ini mengalami gangguan dalam konsentrasi
belajarnya ataupun mengalami gangguan belajar jenis (learning
disabilities) jadi pendekatan yang tepat yaitu dengan menggunakan
teori belajar behavioristik yaitu dapat diberikan reinforsment kepada
anak baik berupa hukuman ataupun hadiah tetapi berdasarkan
pengumpulan data yang diperoleh bahwa anak ini bila diberi hukuman
justru akan semakin menentang maka dalam proses pemberian
hukuman dilakukan dengan bijaksana yaitu setelah anak diberi
hukuman dapat dijelaskan dan diberi pengertian secara perlahan bahwa
ia tidak akan dihukum bila belajar dengan baik. Ataupun dapat
dilakukan dengan modeling yaitu memberikan contoh-contoh peragaan
yang menarik seperti penggunaan media boneka jari ataupun
pemutaran film anak yang mengandung unsure pembelajaran anak
yang dapat meningkatkan motivasi anak dalam belajar.

11
5. Alih tangan kasus
Dalam penanganan masalah kesulitan belajar yang dialami oleh kedua
siswa tersebut tidak diperlukan adanya alih tangan kasus karena masalah
ini masih bisa diatasi oleh guru ataupun orang tua siswa.

6. Evaluasi/follow up
Evaluasi ataupun tindak lanjut dari layanan/konseling yang telah diberikan
dalam hal ini dilihat dari hasil/perubahan perilaku kedua siswa dapat
dikatakan belum berhasil karena kendala waktu pemberian layanan yang
cukup singkat dan untuk melihat perubahan dalam jangka panjangnya
diperlukan satu semester lagi untuk melihat apakah anak sudah
menuntaskan ketuntasan kriteria minimal yang ditentukan oleh sekolah ini.

B. Layanan yang Telah di Berikan


Layanan yang telah diberikan oleh sekolah ini, yaitu:
1. Layanan orientasi
Dimana biasa dilakukan pada awal tahun ajaran baru yaitu untuk
memberikan pemahaman dan memungkinkan penyesuaian diri siswa
terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. Ataupun orientasi
biasanya dilakukan untuk orientasi kelas baru, semester baru, kelas
terakhir dan semester-semester akhir atau UAS.
2. Layanan informasi
Layanan informasi biasa dilakukan untuk membekali siswa dengan
berbagai kebutuhan.
3. Layanan penempatan dan penyaluran
Penempatan dan penyaluran biasa dilakukan dalam penempatan didalam
kelas missal anak yang lebih kecil postur tubuh ditempatkan di posisi
duduk didepan dan biasanya disekolah inipun bila ada anak yang sering
berantem dalam sebangku dipisahkan agar tidak berkelahi lagi. Tetapi
untuk pemisahan apakah siswa yang tergolong pandai atau tidak disekolah
ini dicampur jadi satu baik dikelas maupun dalam kelompok belajarnya.

12
4. Layanan pembelajaran
Layanan pembelajaranpun sudah diterapkan yaitu dengan memberikan
motivasi-motivasi dan memberikan pemahaman tentang sikap belajar yang
baik.

5. Layanan konseling perorangan


Dalam memberikan layanan konseling perorangan biasanya anak dipanggil
oleh wali kelas di kantor untuk diberikan konseling.

6. Layanan bimbingan kelompok


Bimbingan kelompokpun sudah terlaksana walaupun belum terjadwal
secara pasti, biasanya bimbingan dapat berupa materi tentang
pembelajaran ataupun tentang kesehatan.

C. Layanan yang Belum di Berikan


Di sekolah ini layanan yang belum diberikan yaitu layanan konseling
kelompok yaitu dikarenakan dirasa siswa SD dalam perorangan masalah
belum bisa mengatasi sendiri ataupun belum bisa sharing dengan teman yang
lain jadi dalam penanganan masalah masih digunakan konseling perorangan
yang biasanya satu murid dengan satu guru (wali kelas).

Dan dalam layanan yang diberikan disekolah inipun masih sederhana dan
belum terprogram secara pasti.

D. Hasil
Berdasar dua permasalahan yang dialami oleh 2 (dua siswa) tersebut sangat
jelas sekali masalah kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pertama dengan
siswa yang kedua sangat berbeda walaupun mereka berasal dari lingkungan
yang sama. Pola asuh orang tua yang sama karena memang mereka adalah
saudara kandung (adik kakak) tetapi dalam kesulitan belajar yang dialami
berbeda yaitu si kakak (Ningsih Hanifah) mengalami slow learner dan adik
(Hamid Afandi Al Imadi) mengalami kesulitan belajar learning disabilities.

13
Sehingga dalam memberikan layanan/pendekatan konselingnyapun harus
dibedakan. Sang kakak dengan teori belajar humaristik yang lebih bersifat
perhatian yang khusus dari guru dan orang tua serta pemberian latihan-latihan
dan pembiasaan. Sedangkan untuk sang adik yaitu dengan teori belajar
behavioristik yaitu dengan pemberian reinfosmen.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan tentang mengidentifikasi
kesulitan belajar anak pada MI Miftahul Huda dapat disimpulkan bahwa
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa satu dengan yang lainnya yaitu
berbeda walaupun mungkin mereka dilahirkan dari ibu yang sama, pola asuh
yang sama dan pelayanan sekolah yang sama. Karena memang potensi yang
dimiliki oleh setiap individu (peserta didik) adalah berbeda. Jadi dalam
pemberian layanan konseling untuk mengatasi kesulitan belajarnyapun harus
dibedakan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

B. Saran
1. Saran untuk para pendidik atau konselor agar lebih memperhatikan
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dan sesegera mungkin
memberikan penanganan yang tepat.
2. Untuk para orang tua agar lebih memperhatikan kebutuhan siswa dan
dapat memberikan perhatian yang lebih dalam proses belajarnya dirumah
serta menyediakan fasilitas belajar yang memadai.
3. Bagi siswa, agar mau belajar dengan rajin baik di rumah maupun sekolah
sehingga bisa mengejar ketertinggalan belajarnya dari teman-teman yang
lain.
4. Untuk sekolah, agar mengupayakan tersedianya fasilitas/ sarana maupun
prasarana penunjang belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan lancar serta untuk meningkatkan kualitas belajar anak.

15

You might also like