You are on page 1of 70

PEDOMAN PELAKSANAAN

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)


Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah
Tahun 2010

KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
2010
KEMENTERIAN PERTANIAN Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu Telepon : 7806819
Kotak Pos 7264 & 7301/Jks. PM Telex : 82558 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Jakarta Selatan 12520 Facsimile : 7806309 Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
NOMOR : 01/HK 310/C/I/2010 Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
TENTANG 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
PEDOMAN PELAKSANAAN Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)
66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);
PADI, JAGUNG, KEDELAI, DAN KACANG TANAH
TAHUN ANGGARAN 2010 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4421);
Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus diupayakan
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
untuk menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk;
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
b. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan,
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
diupayakan melalui peningkatan produksi dan produktivitas;
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
c. bahwa peningkatan produktivitas padi, jagung, kedelai, Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126,
dan kacang tanah tahun 2010 difokuskan melalui pendekatan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
SL-PTT;
8. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran
d. bahwa dalam DIPA Satuan Kerja Dinas yang menangani Pendapatan Belanja Negara Tahun 2010 (Lembaran
Tanaman Pangan di Propinsi dan Kabupaten/Kota Tahun Negara Tahun 2009 Nomor 156, Tambahan Lembaran
Anggaran 2010 terdapat kegiatan Peningkatan Produksi Negara Nomor 5075);
dan Produktivitas Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang
Melalui Pelaksanaan SL-PTT;
Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995
e. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, agar Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3586);
pelaksanaan kegiatan tersebut di atas dapat berdaya guna 10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang
dan berhasil guna, dipandang perlu menerbitkan Pedoman
Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995
Pelaksanaan SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3616);
Tanah Tahun Anggaran 2010.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang 18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PM.2/2009
Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun tentang Standar Biaya Umum Tahun 2010;
2001 Nomor 4079; Penjelasan Atas Lembaran Negara
Tahun 2001 Nomor 14); 19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005
tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan
12. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2001 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
Alat dan Mesin Budidaya Tanaman (Lembaran Negara
Tahun 2001 Nomor 147); 20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.02/2009
13. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, juncto Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; DIPA Tahun Anggaran 2010;

14. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit 21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara 299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata
Republik Indonesia; Kerja Departemen Pertanian juncto Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 11/Permentan/OT.140/2/2007;
15. Keputusan Presiden No 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan 341/Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi
Lembaran Negara Nomor 4212) Juncto Keputusan dan Tata Kerja Departemen Pertanian juncto Peraturan
Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan /OT.140/2/2007;
2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor
23. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
4418);
720.1/Kpts/OT.140/12/2006 tentang Pedoman
16. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Administrasi Keuangan Departemen Pertanian;
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
24. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330) jis Keputusan 1629/Kpts/KU.510/11/2008 tentang Pelimpahan
Presiden Nomor 61 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun Wewenang Menteri Pertanian Kepada Sekretaris Jenderal
2004 Nomor 77), Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun Departemen Pertanian untuk Penetapan Pejabat Pengelola
2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 36), Anggaran dilingkungan Departemen Pertanian;
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005, Peraturan
25. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
Presiden Nomor 8 Tahun 2006, Peraturan Presiden No.
47/Kpts/KU.410/1/2010 tanggal 7 Januari 2010 tentang
85 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden No. 95 Tahun
Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Penguji
2007;
Tagihan/ Penandatanganan Surat Perintah Membayar
1 7. Keputusan Presiden Nomor 84/P/Tahun 2009 (SPM), Bendahara Pengeluaran, dan Bendahara Penerima
tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun
Bersatu II Periode 2009 – 2014; Anggaran 2010;
Memperhatikan : Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan
Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran
2010 Nomor : 0020/018-03.1/-/2010 tanggal 31 Desember 2009;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
KESATU : Pedoman Pelaksanaan SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang
Tanah Tahun Anggaran 2010, seperti tercantum pada Lampiran
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini.
KEDUA : Pedoman Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam diktum
KESATU merupakan acuan pelaksanaan kegiatan Peningkatan
Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang
Tanah Melalui Pelaksanaan SL-PTT Tahun Anggaran 2010.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 26 Januari 2010

DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,

SUTARTO ALIMOESO
NIP. 19490625 197603 1 001

Salinan Keputusan ini disampaikan Yth :


1. Menteri Pertanian RI;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian;
4. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia;
5. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia;
6. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V;
7. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan di seluruh
Indonesia;
8. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota yang membidangi Tanaman Pangan di
seluruh Indonesia.
Lampiran G. Peran Komponen Teknologi PTT .......................................... 28
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN H. Pemilihan Teknologi PTT ..................................................... 30
NOMOR : 01/Kpts/HK 310/C/I/2009 Tanggal 26 Januari 2010 I. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT ................................. 30
V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI, JAGUNG DAN
DAFTAR ISI KEDELAI .................................................................................. 31
Hal A. Pelaksanaan SL-PTT .......................................................... 31
DAFTAR ISI i B. Penentuan Calon Lokasi dan
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv Calon Petani /Kelompoktani SL-PTT ..................................... 38
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v C. Ketentuan Pelaksana SL-PTT ............................................... 39
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi D. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT ........................ 40
I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1 E. Jumlah Bantuan SL-PTT ...................................................... 41
A. Latar Belakang ................................................................... 1 F. Sumber Bantuan SL-PTT ..................................................... 42
B. Tujuan dan Sasaran ............................................................ 2 G. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT .......................................... 43
C. Pengertian - Pengertian Dalam SL-PTT Padi H. Pertemuan - Pertemuan Kelompok SL-PTT ........................... 46
Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah ...................................... 4 VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL
II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN SL-PTT ..................................................................................... 51
PRODUKSI TAHUN 2010 ......................................................... 9 A. Pengorganisasian SL-PTT .................................................... 51
A. Keragaan Produksi .............................................................. 9 B. Operasionalisasi SL-PTT ...................................................... 53
B. Sasaran Produksi Tahun 2010 ............................................. 11 VII. PELATIHAN PETUGAS SL-PTT ................................................ 55
C. Tantangan ......................................................................... 14 A. Pelatihan Pemandu Lapangan II .......................................... 55
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN B. Pelatihan Pemandu Lapangan III ......................................... 55
PRODUKSI TAHUN 2010 ......................................................... 17 VIII. PEMBIAYAAN MEKANISME PENCAIRAN DANA
A. Strategi ............................................................................. 17 DAN PENGADAAN ................................................................... 57
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2010 .................. 18 A. Pembiayaan ....................................................................... 57
IV. PTT PADI, JAGUNG DAN KEDELAI ......................................... 25 B. Mekanisme Penetapan Kelompoktani Penerima
A. Prinsip - prinsip PTT ........................................................... 25 Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) SL-PTT .................. 58
B. Tahapan Penerapan PTT ..................................................... 25 C. Mekanisme Pendistribusian Bantuan Langsung
C. Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi .............................. 26 Benih Unggul (BLBU) SL-PTT ............................................... 60
D. Komponen Teknologi Unggulan PTT Jagung ......................... 26 D. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana
E. Komponen Teknologi Unggulan PTT Kedelai ......................... 27 Bantuan Sosial SL-PTT ........................................................ 61
F. Komponen Teknologi Unggulan PTT Kacang Tanah ............... 28 E. Mekanisme Pengadaan BLM SL-PTT ..................................... 63

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan i ii Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


IX. BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN DAFTAR TABEL
PENDAMPINGAN ..................................................................... 65 Hal
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
X. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ......................... 67
Padi 2005-2009 (2009 adalah ARAM III) ..................................... 9
A. Monitoring ......................................................................... 67
B. Evaluasi ............................................................................. 67 Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Jagung 2005-2009 (2009 adalah ARAM III) ................................. 9
C. Pelaporan .......................................................................... 67
XI. PENUTUP ................................................................................. 69 Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
LAMPIRAN ............................................................................................. 71 Kedelai 2005-2009 (2009 adalah ARAM III) ................................. 10

Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi


Kacang Tanah 2005-2009 (2009 adalah ARAM III) ....................... 10

Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi


Tahun 2010 ............................................................................... 19

Tabel 6. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung


Tahun 2010 ............................................................................... 21

Tabel 7. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai


Tahun 2010 ............................................................................... 22

Tabel 8. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kacang Tanah


Tahun 2010 ............................................................................... 23

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan iii iv Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Hal
Gambar 1. Sasaran Produksi Padi Tahun 2010 ............................................ 11 Lampiran 1. Form Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi Penerima

Gambar 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2010 ........................................ 12 BLBU / BLBU SL-PTT / Bansos SL-PTT Tahun 2010 .................. 71
Lampiran 2. Contoh Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Gambar 3. Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2010 ........................................ 13
Kabupaten/Kota .................................................................... 72
Gambar 4. Sasaran Produksi Kacang Tanah Tahun 2010 .............................. 14 Lampiran 3. Form RUK Pelaksana SL-PTT Tahun 2010 ................................ 77

Gambar 5. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT ............................... 33 Lampiran 4. Form Surat Pernyataan .......................................................... 78
Lampiran 5. Blangko Laporan Kelompoktani Pelaksanaan SL-PTT ................ 79
Gambar 6. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Non Hibrida ......................... 33
Lampiran 6. Blangko Rencana Kebutuhan Benih Poktan BLBU TA 2010 ....... 80
Gambar 7. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Hibrida ................................ 34
Lampiran 7. Blangko Rekapitulasi Kebutuhan Benih Kelompoktani
Gambar 8. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Gogo ................................... 34 Tingkat Kecamatan BLBU TA 2010 ......................................... 81

Gambar 9. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Jagung Hibrida ............................ 35 Lampiran 8. Blangko Rekapitulasi Kebutuhan Benih Kelompoktani
Tingkat Kabupaten/Kota BLBU TA 2010 .................................. 82
Gambar 10. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Kedelai ....................................... 35
Lampiran 9. Lampiran SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tentang
Gambar 11. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Kacang Tanah ............................. 36 Penetapan Kelompoktani Sasaran BLBU TA 2010 .................... 83

Gambar 12. Kerangka Pelaksanaan LL Padi, Jagung dan Kedelai .................... 36 Lampiran 10. Lampiran Surat Persetujuan Kepala Dinas Pertanian Provinsi
tentang Sasaran Lokasi BLBU TA 2010 ................................... 84
Gambar 13. Skema Operasional SL-PTT ....................................................... 54
Lampiran 11. BAP BLBU TA 2010 (kelompoktani) ........................................ 85
Lampiran 12. BAP BLBU TA 2010 (Kabupaten/Kota) ..................................... 86
Lampiran 13. Bagan Mekanisme Pencairan Dana Bantuan SL-PTT
Pola BLM TA. 2010 ............................................................... 87
Lampiran 14. Form BAP Dana Bansos SL-PTT Tahun 2010 ............................ 88
Lampiran 15. Jadwal Tentatif Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2010 ..................... 89
Lampiran 16. Blangko Laporan Bulanan Pelaksanaan SL-PTT
Tingkat Kecamatan ............................................................... 90
Lampiran 17. Blangko Laporan Bulanan Pelaksanaan SL-PTT
Tingkat Kabupaten ................................................................ 91

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan v vi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Lampiran 18. Blangko Laporan Bulanan Pelaksanaan SL-PTT
Tingkat Provinsi .................................................................... 92
Lampiran 19. Sasaran Indikatif Produksi Padi, Jagung, Kedelai dan
Kacang Tanah Tahun 2010 .................................................... 93
Lampiran 20. Rencana Lokasi SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai dan
Kacang Tanah per Kabupaten Tahun 2010 .............................. 94

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan vii


I. PENDAHULUAN SL-PTT merupakan Sekolah Lapangan bagi petani dalam
menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan
A. Latar Belakang input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga
mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai
peningkatan produksi secara berkelanjutan.
pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri
yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui
pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami),
pangan dan pakan. Sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan
fungsinya menjadi amat penting dan strategis. (melakukan / mengalami kembali), menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik
Komoditi padi berperan untuk memenuhi kebutuhan pokok
budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi.
karbohidrat masyarakat, sedangkan jagung, kedelai, dan kacang
tanah terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola
pangan olahan dan pakan. sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana
produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan
Upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai yang usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani
terfokus pada penerapan SL-PTT tahun 2009 pada areal seluas menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan
2.241.000 hektar telah berhasil menjadi pemicu dalam usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung,
meningkatkan produksi padi 5,91 %, jagung 11,34 %, kedelai kedelai dan kacang tanah. Namun demikian wilayah diluar SL-
26,97 % dan kacang tanah 1,92% (ARAM III 2009). Berdasarkan PTT akan tetap dilakukan pembinaan peningkatan produksi
hasil penerapan SL-PTT tahun 2009, maka pada tahun 2010 sehingga produksi dan produktivitas tahun 2010 dapat meningkat.
fokus kegiatan tersebut akan dilanjutkan dan diperluas menjadi
B. Tujuan dan Sasaran
seluas 2.650.000 hektar untuk padi non hidrida, padi hibrida,
padi gogo, dan jagung hibrida. untuk areal kedelai seluas 250 1. Tujuan
ribu hektar, dan ditambah satu komoditi lainnya yaitu kacang a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung,
tanah seluas 50 ribu hektar. kedelai dan kacang tanah untuk mendukung kegiatan
peningkatan produksi tahun 2010 di provinsi dan
Pe l a k s a n a a n S L- P TT t a h u n 2 0 1 0 a k a n m e n d a p a t
kabupaten/kota.
fasilitasi/dukungan penyediaan benih padi non hibrida, padi
hibrida, padi gogo, jagung hibrida, kedelai dan kacang tanah b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan
melalui Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dari PSO seluas peningkatan produksi melalui kegiatan SL-PTT padi,
2,95 juta hektar. jagung, kedelai dan kacang tanah antara pusat, provinsi
dan kabupaten/kota.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 1 2 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


c. Mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi, kacang tanah sekitar 0,5 – 0,7 ton/hektar pada areal
jagung, kedelai dan kacang tanah oleh petani sehingga SL-PTT seluas 50 ribu ha.
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan e. Mendukung tercapainya produksi padi tahun 2010
dalam mengelola usahataninya untuk mendukung sebesar 66,68 juta ton GKG, produksi jagung sebesar
peningkatan produksi nasional. 19,80 juta ton PK, produksi kedelai sebesar 1,3 juta
ton BK, dan produksi kacang tanah sebesar 882 ribu
d. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan
ton BK.
serta kesejahteraan petani padi, jagung, kedelai dan
kacang tanah. C. Pengertian – Pengertian dalam SL-PTT

2. Sasaran 1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu


pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas
a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung, dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem /
kedelai dan kacang tanah untuk mendukung kegiatan pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis
peningkatan produksi tahun 2010 di provinsi dan antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif
kabupaten/kota. oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. Komponen teknologi
b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan peningkatan dasar PTT adalah teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan
produksi melalui kegiatan SL-PTT padi, jagung, kedelai di semua lokasi. Komponen teknologi pilihan adalah teknologi
pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan
dan kacang tanah antara pusat, provinsi dan
kemampuan.
kabupaten/kota.
2. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
c. Teradopsinya berbagai alternatif pilihan komponen
(SL-PTT) adalah suatu tempat Pendidikan non formal bagi
teknologi PTT padi, jagung, kedelai dan kacang tanah
petani untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani,
dan ketrampilan dalam mengelola usahataninya untuk mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan
mendukung peningkatan produksi nasional. menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi
d. Meningkatnya produktivitas padi non hibrida sekitar sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan
0,5 – 1,0 ton/hektar pada areal SL-PTT seluas 2 juta lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien,
berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.
hektar, padi hibrida sekitar 1,5 – 2,5 ton/hektar pada
areal SL-PTT seluas 200 ribu hektar, padi gogo sekitar 3. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan / area
0,5 – 1,0 ton/hektar pada areal SL-PTT seluas 300 ribu yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai
hektar, jagung hibrida sekitar 2,0 – 3,0 ton/hektar pada lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat
areal SL-PTT seluas 150 ribu ha, kedelai sekitar 0,5 praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan
ton/hektar pada areal SL-PTT seluas 250 ribu ha, serta bersama oleh kelompoktani / petani.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 3 4 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


4. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, 10. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian
Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT
pelatihan SL-PTT. Lingkup Badan Litbang Pertanian guna meningkatkan
5. Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi
Kebutuhan dan Peluang (KKP) adalah tahapan narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi,
pendekatan PTT yang diawali dengan kelompoktani melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demo-plot,
melakukan identifikasi masalah peningkatan hasil padi di dan supervisi penerapan teknologi.
wilayah setempat dan membahas peluang kemungkinan
mengatasi masalah tersebut. 11. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan
6. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat
penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi
melaksanakan koordinasi dalam rangka mendukung
BPTP dan secara berkala hadir di lokasi khususnya lokasi
kelancaran pelaksanaan SL-PTT, POSKO yang dimaksud
adalah POSKO yang telah ada misalnya POSKO P2BN. LL dalam rangka pemberdayaan kelompoktani sekaligus
memberikan bimbingan kepada kelompok dalam penerapan
7. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana
teknologi.
kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu periode musim
tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan 12. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT adalah
bersama dalam pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kegiatan pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka
kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan, jenis, volume, pengendalian hama terpadu.
harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk
pembelian saprodi. 13. Pengawalan dan Pendampingan oleh Pengawas Benih
Tanaman adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas
8. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
Benih dalam rangka pengawasan benih.
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari
sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk kandang, 14. Wilayah Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas
pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat yang di areal SL-PTT.
telah mengalami dekomposisi.
15. Wilayah Non-Fokus adalah lokasi peningkatan
9. Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) adalah
produktivitas di luar areal SL-PTT.
sejumlah tertentu benih varietas unggul bermutu padi non
hibrida, padi hibrida, padi gogo, jagung hibrida, kedelai 16. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun berjalan
dan kacang tanah yang disalurkan oleh pemerintah secara tetapi produksi tidak berkontribusi pada tahun tersebut,
gratis kepada petani (kelompoktani) yang ditetapkan. dan akan berkontribusi pada tahun berikutnya.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 5 6 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


17. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang tergabung
dalam satu hamparan / wilayah yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan untuk meningkatkan usaha agribisnis
dan memudahkan pengelolaan dalam proses distribusi,
baik itu benih, pestisida, sarana produksi dan lain-lain.

18. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari modal


tani sendiri.
19. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah sejumlah tertentu
benih padi, jagung, dan kedelai yang memenuhi spesifikasi
teknis, dan merupakan milik pemerintah pusat yang
pengadaannya bersumber dari dana APBN.
20. Public Service Obligation (PSO) adalah kewajiban
pelayanan umum Pemerintah untuk memberikan pelayanan
berupa barang dan jasa kepada masyarakat yang selanjutnya
Pemerintah menugaskan kepada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) untuk melaksanakan PSO dimaksud.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 7


II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN PRODUKSI Produksi kedelai dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
TAHUN 2010 6,81 %/tahun dari 808,353 ribu ton pada tahun 2005 menjadi
966.469 ribu ton pada tahun 2009 (ARAM III) sedangkan laju
peningkatan produktivitas baru mencapai 0,5 %/tahun
A. Keragaan produksi
sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
4,22 %/tahun, dari 54,15 juta ton GKG pada tahun 2005 Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai
menjadi 63,84 juta ton GKG pada tahun 2009 (ARAM III) 2005-2009 (2009 adalah ARAM III)
sedangkan laju peningkatan produktivitas baru mencapai
2,11 %/tahun sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. : Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi


Padi 2005-2009 (2009 adalah ARAM III)

Produksi kacang tanah dalam 5 tahun terakhir menurun rata-


rata 1,52 % /tahun dari 836,30 ribu ton pada tahun 2005
menjadi 785,15 ribu ton pada tahun 2009 (ARAM III) sedangkan
Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
laju peningkatan produktivitas baru mencapai 1,80 % /tahun
9,54 %/tahun dari 12.52 juta ton pada tahun 2005 menjadi
sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.
17.66 juta ton pada tahun 2009 (ARAM III) sedangkan laju
peningkatan produktivitas baru mencapai 5,15 %/tahun Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
sebagaimana terlihat dalam Tabel 2. Kacang Tanah 2005-2009 (2009 adalah ARAM III)
Tabel 2. : Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung
2005-2009 (2009 adalah ARAM III)

Dari data 5 tahun tersebut diatas menunjukkan bahwa

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 9 10 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


upaya–upaya peningkatan produksi dan produktivitas khususnya 2. Jagung
3 tahun terakhir masih belum menunjukkan laju peningkatan
Sasaran produksi jagung tahun 2010 mencapai 19,80 juta ton
seperti yang telah direncanakan, disamping itu produktivitas
PK atau meningkat 16,20 % dibanding tahun sebelumnya.
rata-rata nasional masih dibawah potensi hasil masing-masing
varietas. Dengan demikian pada tahun 2010 perlu dilakukan Sasaran tanam 4,41 juta ha, sasaran panen 4,20 juta ha,
upaya–upaya terobosan yang lebih terfokus pada persentase sasaran produktivitas 47,14 ku/ha sebagaimana terlihat dalam
peningkatan yang cukup signifikan. Gambar 2.

B. Sasaran Produksi Tahun 2010 Gambar 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2010

1. Padi

Sasaran produksi padi tahun 2010 adalah 66,80 juta ton GKG
atau meningkat 6,58 % dibanding sasaran produksi tahun
sebelumnya. Sasaran tanam 12,60 juta ha, sasaran panen 12,00
juta ha, sasaran produktivitas 55,56 ku/ha atau sebagaimana
terlihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Sasaran Produksi Padi Tahun 2010

3. Kedelai

Sasaran produksi kedelai tahun 2010 mencapai 1,3 juta ton BK


atau meningkat 18,20 % dibanding dengan sasaran produksi
tahun sebelumnya. Sasaran tanam 0,92 juta ha, sasaran panen
0,874 juta ha, sasaran produktivitas 14,9 ku/ha sebagaimana
terlihat dalam Gambar 3.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 11 12 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Gambar 3. Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2010 Gambar 4. Sasaran Produksi Kacang Tanah Tahun 2010

4. Kacang Tanah
C. Tantangan
Sasaran produksi kacang tanah tahun 2010 mencapai 882 ribu
Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman
ton atau menurun 4.65 % dibanding sasaran produksi tahun
pangan yang semakin kompleks karena berbagai perubahan
sebelumnya. Sasaran tanam 712.425 ha atau menurun 36.575 dan perkembangan lingkungan strategis diluar sektor pertanian
ha, sasaran panen 678.500 ha atau menurun 5.89 %, sasaran yang amat berpengaruh dalam peningkatan produksi pangan,
produktivitas 13,00 ku/ha atau meningkat 1,33 % sebagaimana antara lain dampak fenomena iklim (DFI), semakin berkurangnya
terlihat dalam Gambar 4. ketersedian lahan produksi untuk tanaman pangan akibat alih
fungsi lahan, berkurangnya ketersediaan air irigasi karena
sumber – sumber air yang semakin berkurang dan persaingan
penggunaan air diluar sektor pertanian (industri dan pemukiman)
serta laju pertumbuhan penduduk.

Permasalahan subsektor tanaman pangan khususnya padi,


jagung, kedelai dan kacang tanah adalah adanya kesenjangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 13 14 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


produktivitas ditingkat petani yang cukup besar, dibanding potensi
yang dapat dicapai petani. Penyebabnya antara lain penggunaan
benih unggul varietas potensi tinggi dan bersertifikat ditingkat
petani masih rendah sekitar 53 %, penggunaan pupuk yang
belum berimbang dan efisien, penggunaan pupuk organik yang
belum populer, budidaya spesifik lokasi masih belum berkembang,
pendampingan penyuluh, POPT, PBT dan peneliti belum optimal,
lemahnya akses petani terhadap sumber permodalan/ pembiayaan
usaha serta pasar dll.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 15


III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI TAHUN 2010 penyuluhan, kelompoktani (Poktan), gabungan kelompoktani
(Gapoktan), koperasi tani (Koptan), penangkar benih,
pengusaha benih, kios, KUD, pasar desa, pedagang, asosiasi
A. Strategi
petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, P3A, UPJA,
Strategi peningkatan produksi tanaman pangan tahun 2010 kelembagaan perlindungan tanaman seperti brigade proteksi
adalah sebagai berikut : dan lain-lain diupayakan diberdayakan se-optimal mungkin
untuk mendukung keberhasilan pembangunan tanaman
1. Peningkatan Produktivitas
pangan.
Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian
benih varietas unggul bermutu termasuk benih padi hibrida Pembiayaan usahatani melalui KKP-E, LM3, Kredit Untuk
dan jagung hibrida, pemupukan berimbang dan pemakaian Rakyat (KUR), PUAP serta kemitraan diupayakan meningkat
pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan dalam realisasi penyerapannya.
dan perbaikan budidaya disertai pengawalan, pemantauan,
pendampingan dan koordinasi dll. B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2010

Upaya pencapaian sasaran produksi padi, jagung, kedelai dan


2. Perluasan Areal
kacang tanah tahun 2010 secara spesifik komoditas adalah
Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan sebagai berikut :
seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan
penambahan baku lahan sawah (cetak sawah baru), disertai 1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2010
konservasi lahan yang berkelanjutan dll.
Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2010
3. Pengamanan Produksi adalah peningkatan produktivitas padi melalui SL-PTT padi
seluas 2,5 juta ha. Sedangkan diluar fokus utama melalui
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi
upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal
dampak fenomena iklim seperti kebanjiran dan kekeringan
tanam seluas 6,67 juta ha, perluasan areal tanam seluas
serta pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
130 ribu ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 5. berikut
(OPT), dan pengamanan kualitas produksi dari residu
ini :
pestisida serta mengurangi kehilangan hasil pada saat
penanganan panen dan pasca panen yang masih cukup
besar.

4. Kelembagaan dan Pembiayaan


Strategi ini dilakukan melalui penguatan kelembagaan
pertanian antara lain yang meliputi kelembagaan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 17 18 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2010 b. Upaya peningkatan produksi padi diluar wilayah fokus

Peningkatan produktivitas dan produksi dilakukan dengan


pembinaan yang terkoordinasi melalui pemanfaatan bantuan
benih, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36 / Superphos NPK
dan pupuk organik), alsintan, kemitraan dengan stakeholder
serta peningkatan luas tanam melalui swadaya, perluasan
areal tanam sawah dan lahan kering. Areal tanam yang
dikelola dengan pola ini seluas 6,80 juta ha.

Agar upaya ini dapat berhasil maka perlu dilakukan melalui


berbagai gerakan seperti :
(1) gerakan pengolahan tanah,
(2) gerakan tanam serentak,
(3) gerakan pemupukan berimbang,
(4) gerakan penerapan teknologi,
a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui (5) gerakan pengendalian OPT,
SL-PTT adalah upaya pencapaian sasasaran produksi padi (6) gerakan penanganan panen dan pasca panen serta
tahun 2010 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan gerakan lainnya dengan dukungan dana APBN maupun
produktivitas di kawasan areal tanam padi seluas 2,5 juta APBD serta dana masyarakat dan stakeholder.
ha, yang terdiri dari:
Upaya ini diharapkan mampu menyumbangkan produksi
v SL-PTT padi sawah non hibrida seluas 2 juta ha dengan pada tahun 2010 sebesar 47,06 juta ton GKG.
melibatkan 80 ribu kelompoktani/unit di 31 provinsi,
373 kabupaten/kota. 2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2010

Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun


v SL-PTT padi hibrida seluas 200 ribu ha dengan melibatkan
2010 adalah peningkatan produktivitas jagung melalui SL-
20 ribu kelompoktani/unit di 22 provinsi, 197
PTT jagung hibrida seluas 150 ribu ha. Sedangkan diluar
kabupaten/kota.
fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya
v SL-PTT padi lahan kering seluas 300 ribu ha dengan pada kawasan areal tanam seluas 3,99 juta ha, dan perluasan
melibatkan 12 ribu kelompoktani/unit di 26 provinsi, areal tanam seluas 267 ribu ha sebagaimana terlihat dalam
174 kabupaten/kota. Tabel 6. berikut ini :

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 19 20 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Tabel 6. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2010 sasaran produksi sebesar 9,37 juta ton PK diharapkan
didapat dari pertanaman seluas 2,15 jt Ha, yang berasal
dari BLBU, CBN, kemitraan dan swadaya petani.

3. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2010


Fokus utama pencapaian sasaran produksi kedelai tahun
2010 adalah peningkatan produktivitas kedelai melalui SL-
PTT kedelai seluas 250 ribu ha. Sedangkan diluar fokus
utama yaitu melalui upaya peningkatan produksi lainnya
pada kawasan areal tanam seluas 920 ribu ha sebagaimana
terlihat dalam Tabel 7. berikut ini :

Tabel 7. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2010

a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui


SL-PTT jagung hibrida adalah upaya pencapaian sasaran
produksi jagung tahun 2010 yang difokuskan pada kegiatan
peningkatan produktivitas jagung di kawasan areal tanam
seluas 150 ribu ha melalui kegiatan SL- PTT jagung hibrida.

Kegiatan peningkatan produktivitas SL-PTT jagung hibrida


melibatkan 10 ribu kelompoktani/ unit SL-PTT jagung hibrida
di 23 provinsi (181 kabupaten/kota). a. Fokus Utama peningkatan produktivitas kedelai melalui
SL-PTT kedelai adalah Upaya pencapaian sasaran
b. Upaya peningkatan produksi jagung diluar fokus produksi kedelai tahun 2010 yang difokuskan pada
utama Peningkatan produktivitas dan produksi dilakukan kegiatan peningkatan produktivitas kedelai di kawasan
dengan pembinaan yang terkoordinasi melalui pemanfaatan areal tanam seluas 250 ribu ha melalui kegiatan SL-
carry over bantuan benih 2009 seluas 2.11 juta ha. Upaya PTT kedelai.
ini diperkirakan mampu menyumbangkan produksi pada Kegiatan peningkatan produktivitas SL-PTT kedelai
tahun 2010 sebesar 9,50 juta ton PK. Sedangkan sisa dilakukan pada kawasan luas tanam 250 ribu ha dengan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 21 22 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


melibatkan 25.000 kelompoktani / unit SL-PTT kedelai a. Fokus Utama peningkatan produktivitas kacang
di 16 provinsi (137 kabupaten/kota). Dengan kegiatan tanah melalui SL-PTT kacang tanah adalah upaya
SL-PTT kedelai diperkirakan dapat meningkatkan pencapaian sasaran produksi kacang tanah di kawasan
produktivitas sebesar 5 ku/ha, sehingga mampu areal tanam seluas 50.000 ha melalui kegiatan SL-PTT
menyumbang tambahan produksi sebesar 125 ribu ton. kacang tanah.
c. Upaya peningkatan produksi kedelai diluar fokus
utama adalah upaya–upaya peningkatan produksi kedelai Kegiatan peningkatan produktivitas SL-PTT kacang tanah
yang dilakukan melalui bantuan benih CBN pada areal tanam dilakukan pada kawasan luas tanam 50.000 ha dengan
seluas 40 ribu ha, BLBU (Non SL-PTT) seluas 135 ribu ha, melibatkan 5.000 kelompoktani/unit SL-PTT kacang
BLBU APBN-P 2009 seluas 126 ribu ha, melalui optimalisasi tanah di 14 Propinsi (59 Kabupaten). Dengan kegiatan
pembinaan 219 ribu Ha, kemitraan seluas 50 ribu ha, dan SL-PTT kacang tanah diperkirakan dapat meningkatkan
upsus 100 ribu Ha. Pembinaan peningkatan produksi pada
produktivitas sebesar 17,51 ku/ha, sehingga mampu
areal tersebut mampu menyumbangkan produksi pada
tahun 2010 sebesar 670 ribu ton. produksi sebesar 84.000 ton.

4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kacang Tanah b. Upaya peningkatan produksi kacang tanah diluar
Tahun 2010 fokus utama adalah upaya-upaya peningkatan produksi
Fokus utama pencapaian sasaran produksi kacang tanah kacang tanah yang dilakukan melalui BLBU seluas 14.000
tahun 2010 adalah peningkatan produktivitas kacang tanah ha, replikasi skr 15.000 ha, kemitraan 21.000 ha dan
melalui SL-PTT kacang tanah seluas 50.000 ha. Sedangkan swadaya 612.400 ha, peningkatan produksi pada areal
diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi
tersebut mampu menyumbangkan produksi pada tahun
lainnya pada kawasan areal tanam seluas 712.400 ha
2010 sebesar 798.000 ribu ton.
sebagaimana terlihat dalam Tabel 8., berikut ini :

Tabel 8. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kacang


Tanah Tahun 2010

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 23 24 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


IV. PTT PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN KACANG TANAH 3. Langkah ketiga, penyusunan RUK berdasarkan kesepakatan
kelompok.

A. Prinsip-prinsip PTT 4. Langkah keempat, penerapan PTT.

1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber 5. Langkah kelima, pengembangan PTT ke petani lainnya.
daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik- C. Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi
baiknya secara terpadu.
(komponen teknologi dasar dan pilihan disesuaikan spesifik
2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, w i l a ya h s e t e m p a t ya n g p a l i n g t e p a t d i t e ra p k a n )
dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung
Komponen teknologi dasar:
antar komponen teknologi.
1. Varietas unggul baru, inbrida, atau hibrida
3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi
2. Benih bermutu dan berlabel
dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi
petani setempat. 3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke
sawah atau dalam bentuk kompos
4. Partisipatif : berarti petani turut berperan serta dalam
4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum
memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi
setempat dan kemampuan petani melalui proses 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status
pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan. hara tanah
6. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
B. Tahapan Penerapan PTT
dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan
Komponen teknologi pilihan:
bersama petani melakukan Pemahaman Masalah dan
Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). 1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempat 2. Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
dan membahas peluang mengatasi masalah tersebut, 3. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah
4. Pengairan secara efektif dan efisien
hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan
5. Penyiangan dengan landak atau gasrok
sosial ekonomi.
6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok
2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi
D. Komponen Teknologi Unggulan PTT Jagung
PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan
di lahan usahataninya. (komponen teknologi dasar dan pilihan disesuaikan spesifik
w i l a ya h s e t e m p a t ya n g p a l i n g t e p a t d i t e ra p k a n )

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 25 26 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Komponen teknologi dasar: 5. Pengairan
1. Va r i e t a s unggul baru, hibrida atau komposit 6. Panen dan pascapanen
2. Benih bermutu dan berlabel
F. Komponen Teknologi Unggulan PTT Kacang Tanah
3. Populasi 66.000-75.000 tanaman/ha
(komponen teknologi dasar dan pilihan disesuaikan spesifik
4. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status
w i l a ya h s e t e m p a t ya n g p a l i n g t e p a t d i t e ra p k a n )
hara tanah
Komponen teknologi pilihan: Komponen teknologi dasar:
1. Penyiapan lahan 1. Varietas unggul
2. Pemberian pupuk organik 2. Benih bermutu atau berlabel
3. Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran 3. Pembuatan saluran darinase
irigasi pada lahan sawah 4. Populasi tanaman
4. Pembumbunan 5. Pengendalian OPT
5. Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida Komponen teknologi pilihan:
kontak 1. Pengolahan tanah
6. Pengendalian hama dan penyakit 2. Pemupukan
7. Panen tepat waktu, pengeringan segera 3. Pupuk organik
E. Komponen Teknologi Unggulan PTT Kedelai 4. Amelioran
5. Pengairan
(komponen teknologi dasar dan pilihan disesuaikan spesifik
w i l a ya h s e t e m p a t ya n g p a l i n g t e p a t d i t e ra p k a n ) 6. Panen dan pasca panen

Komponen teknologi dasar: G. Peran Komponen Teknologi PTT


1. Varietas unggul baru
Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan
2. Benih bermutu dan berlabel
menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam,
3. Populasi tanaman tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman
4. Pemupukan tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit,
5. Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.
Komponen teknologi pilihan:
Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi
1. Pengolahan tanah
yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit,
2. Pupuk Hayati
menekan pertumbuhan gulma, terhindar dari kelebihan dan
3. Pemberian pupuk organik kekurangan air, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat
4. Amelioran pada lahan masam dan seragam serta hasil yang tinggi.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 27 28 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman
tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap
jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis terjaga dan tidak tercecer.
tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan
meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi. H. Pemilihan Teknologi PTT
Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani
Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai
dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT.
dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor
Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara
penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai
penelusuran setiap alternatif komponen teknologi, jumlah yang
pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman.
mempengaruhi dan yang dipengaruhi, maka antar komponen
Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda,
teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan
pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan
teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan
terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena
memaksimalkan komponen teknologi yang saling sinergis dan
kekurangan dan kelebihan air.
meminimalkan komponen teknologi yang saling antagonis
Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam
dan mengendalikan serangan OPT tanaman dengan pendekatan PTT yang spesifik lokasi.
meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi
serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya
strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Khususnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi
pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat
serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman
pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara petani di lokasi setempat. Untuk menetapkan paket teknologi
penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang SL-PTT yang akan dilaksanakan di setiap unit agar dikonsultasikan
berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di
OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan. masing–masing wilayah.

Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil I. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT
yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang
tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani
umur tanaman, kadar air dan penampakan visual hasil sesuai 2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi
dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan dengan sistem yang tepat untuk masing-masing lokasi.
kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang 3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan
cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 29 30 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN sama lainnya dan tinggal saling berdekatan sehingga bila
KACANG TANAH teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah
ditiru petani lainnya.

A. Pelaksanaan SL-PTT Pertanaman di areal SL-PTT padi non hibrida dan gogo ditargetkan
mampu menaikan produksi sebesar 0,5 – 1 ton/ha dan di areal
Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman pangan
tahun 2010 dilaksanakan melalui pendekatan kegiatan SL-PTT LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar
yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan 1 – 1,5 ton/ha, untuk areal SL-PTT padi hibrida ditargetkan
para petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar mampu menaikan produksi sebesar 2 ton/ha dan di areal LL
informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar
kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. 2,5 ton/ha, jagung hibrida ditargetkan mampu menaikan produksi
sebesar 2,5 ton/ha dan di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan
Petani SL-PTT nantinya akan mampu mengambil keputusan atas
mampu menaikan produksi sebesar 3 ton/ha, kedelai ditargetkan
dasar pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan
mampu menaikan produksi sebesar 0,5 ton/ha dan di areal
budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi
LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi 0,5
secara benar sehingga meningkatkan produksi dan
ton/ha, sedangkan pertanaman di areal SL-PTT kacang tanah
pendapatannya.
mampu menaikkan produksi 0,5 – 0,7 ton/ha dan di areal LL
Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikkan produksi sebesar
belajar dapat dilakukan di saung pertemuan petani dan tempat- 0,7 – 1 ton/Ha.
tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-
PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang Agar kegiatan SL-PTT tersebut berkontribusi nyata pada produksi
merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi tahun 2010, maka pertanaman di areal SL-PTT diharapkan harus
petani anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh sudah dilaksanakan paling lambat bulan September 2010, kecuali
tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL secara teknis maupun administratif tidak memungkinkan
kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi dilakukan pertanaman sehingga pertanaman baru dilakukan
setempat. pada musim penghujan (Oktober – Desember).

Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompoktani yang Luas satu unit SL-PTT adalah berkisar antara 10 – 25 ha, satu
sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud unit LL seluas minimal 1 ha. Areal yang digunakan sebagai unit
adalah kelompoktani yang dibentuk berdasarkan domisili atau SL-PTT mendapat bantuan benih dan areal yang digunakan
hamparan, diusahakan yang lokasi lahan usahataninya masih sebagai unit LL akan mendapat bantuan benih, pupuk Urea,
dalam satu hamparan. Hal ini perlu untuk mempermudah NPK dan pupuk Organik. sebagaimana terlihat dalam Gambar
interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu 5. s/d 12., berikut ini :

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 31 32 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Gambar 5. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT Gambar 7. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Hibrida

Gambar 6. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Non Hibrida Gambar 8. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Gogo

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 33 34 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Gambar 9. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Jagung Hibrida Gambar 11. Kerangka pelaksanaan SL-PTT Kacang Tanah

Gambar 12. Kerangka Pelaksanaan LL Padi, Jagung, Kedelai dan


Gambar 10. Kerangka pelaksanaan SL-PTT Kedelai
Kacang Tanah

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 35 36 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Mengingat bantuan pemerintah hanya berupa benih yang berasal pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan serangkaian
dari BLBU (PSO), terdiri dari padi non hibrida seluas ±25 ha, kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan, baik dipetak
padi hibrida seluas +10 ha, padi gogo seluas + 25 ha, jagung LL maupun dilahan usahataninya.
hibrida seluas ±15 ha, kedelai seluas ±10 ha dan kacang tanah
Pendampingan Kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan
seluas ±10 ha tiap kelompok SL-PTT dan saprodi untuk 1 ha (PP, POPT,PBT) dan Peneliti, Pemandu Lapangan berperan
pada LL SL-PTT, maka penyediaan saprodi lainnya agar ditanggung sebagai :
secara swadana oleh anggota kelompok atau berasal dari sumber
1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan
lainnya.
dan kekuatan yang ada di lapangan dan desa.
Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari 2. Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga menimbulkan
satu kelompoktani yang sama. Dalam setiap unit SL-PTT perlu ke t e r t a r i k a n d a n l e b i h m e n g h i d u p k a n l a t i h a n .
d i t e t a p k a n s e o ra n g ke t u a p e s e r t a ya n g b e r t u g a s 3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah
mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang tanam dan dapat membantu membangkitkan kepercayaan
sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan–kegiatan diri para peserta SL-PTT
yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara 4. Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah
yang bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam
keuangan. melaksanakan kegiatan usahataninya setelah kegiatan SL-
Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas PTT selesai.
SL-PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari B. Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani / Kelompoktani
kelompoktani sebagai motivator yang mampu memberikan SL-PTT
respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong
Pemilihan penempatan lokasi SL-PTT dengan prioritas luasan
anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang
areal memenuhi syarat, produktivitasnya masih berpotensi
sama.
untuk ditingkatkan dan petaninya responsif terhadap teknologi.
Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama–sama Pemilihan letak petak LL yang berada didalam areal SL-PTT
di petak percontohan / Laboratorium Lapangan, mendiskripsikan terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak dibagian pinggir
dan membahas temuan–temuan lapangan. Pemandu Lapangan areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal diluar
berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi SL-PTT diharapkan penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat
kelompok. dan ditiru oleh petani diluar SL-PTT. Format CP/CL sebagaimana
Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan terlihat pada Lampiran 1.
mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai 1. Penentuan Calon Lokasi
spesifik lokasi mulai dari pengolahan tanah, budidaya, a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah
penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap tahapan tadah hujan, lahan kering dan pasang surut yang

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 37 38 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


p r o d u k t i v i t a s nya m a s i h d a p a t d i t i n g k a t k a n . 4. Luas satu unit SL-PTT padi gogo adalah + 25 ha yang
didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha,
b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, namun jika keadaan tidak memungkinkan untuk SL-PTT
bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. padi gogo luasan satu unit SL 25 Ha dapat ditempatkan
c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu dalam beberapa lokasi minimal @ 5 Ha, serta unit LL
hamparan yang strategis dan mudah dijangkau petani ditempatkan pada lokasi yang paling strategis.
serta dipasang papan pelaksanaan SL/LL. 5. Luas satu unit SL-PTT jagung hibrida adalah + 15 ha yang
d. Letak Laboratorium Lapangan (LL) seluas minimal 1 ha, didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.
ditempat yang sering dilewati petani sehingga mudah 6. Luas satu unit SL-PTT Kedelai adalah + 10 ha yang
dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya. didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.
2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT 7. Luas satu unit SL-PTT kacang tanah adalah ± 10 ha yang
a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat tinggal didalamnya terdapat satu unit LL seluas 1 ha.
dalam satu wilayah yang berdekatan. 8. Luas satu unit SL-PTT diatas (poin 2 s/d 7) dapat disesuaikan
b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki pada kondisi luasan setempat, dengan ketentuan :
lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima a. Luasan setiap unit SL-PTT bisa bervariasi disesuaikan
teknologi baru. dengan kondisi setempat namun Total luasan dan unit
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT. SL-PTT tidak boleh kurang dari yang dibiayai.
d. Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan b. Total Luasan dan unit SL-PTT bisa lebih dari yang dibiayai.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan / yang Kelebihan luasan ataupun unit SL-PTT ditanggung
membidangi tanaman pangan Kabupaten / Kota, anggaran lain ataupun swadana petani.
sebagaimana contoh pada Lampiran 2.
c. Luas areal LL bisa lebih dari 1 ha apabila dananya masih
C. Ketentuan Pelaksana SL-PTT memungkinkan tetapi tidak boleh kurang dari 1 ha.
9. Peserta tiap unit SL-PTT idealnya terdiri dari 15 – 25 petani
Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut :
yang berasal dari satu kelompoktani yang sama, namun
1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan, jumlah peserta dapat disesuaikan dengan luas pemilikan
mempunyai potensi peningkatan produktivitas dan anggota lahan serta situasi dan kondisi setempat.
kelompoktaninya responsif terhadap penerapan teknologi.
10. Memiliki Pemandu Lapangan.
2. Luas satu unit SL-PTT padi non hibrida adalah + 25 ha yang
didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha. D. Persyaratan Kelompoktani pelaksana SL-PTT
3. Luas satu unit SL-PTT padi hibrida adalah + 10 ha yang 1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan
didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha. yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 39 40 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


2. Telah menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 3. 3. SL-PTT Padi Gogo sebesar 25 kg/ha
3. Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan dengan 4. SL-PTT Jagung Hibrida sebesar 15 kg/ha
Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota.
5. SL-PTT Kedelai sebesar 40 kg/ha
4. Kelompoktani peserta SL-PTT diutamakan yang belum
6. SL-PTT Kacang Tanah sebesar 120 kg polong kering/ha
pernah menerima bantuan SL-PTT tahun anggaran 2009
atau bantuan dari BLBU tahun 2009. Bantuan untuk pembelian pupuk urea, pupuk NPK, pupuk
5. Memiliki rekening yang masih berlaku / masih aktif di Bank organik dan atau yang lain-lain, diberikan kepada
Pemerintah (BUMN atau BUMD/ Bank Daerah) yang terdekat kelompoktani pelaksana SL-PTT padi nonhibrida, padi
dan bagi Kelompok Tani yang belum memiliki, harus hibrida, padi gogo, jagung hibrida, kedelai dan kacang
membuka rekening di bank. tanah di areal LL 1 ha, dosis pemupukan disesuaikan
6. Rekening bank dapat berupa rekening bank setiap dengan rekomendasi setempat dan sesuai dengan
kelompoktani ataupun rekening bank gabungan anggaran yang tersedia. Apabila rekomendasi di suatu
kelompoktani (gapoktan). Jika menggunakan rekening lokasi memerlukan dolomit/kapur pertanian maka bila
gapoktan mekanisme pengaturan antar kelompoktani dan dana mamadai dapat dibiayai dari dana saprotan.
jumlah kelompok yang digabung rekeningnya ditentukan
Disamping itu di 60% unit LL, 0,25 ha pada tiap masing-
dan disesuaikan dengan kondisi kabupaten setempat serta
masing unit LL tersebut mendapat bantuan benih 4
diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang
bersangkutan. Varietas Unggul Baru (VUB) dari Litbang melalui BPTP
setempat untuk uji adaptasi.
7. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup
menggunakan dana bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya
F. Sumber Bantuan SL-PTT
dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai
peruntukannya sebagaimana terlihat dalam Lampiran 4. 1. Bantuan benih untuk SL-PTT tahun 2010 melalui satu sumber
8. Bersedia menambah biaya pembelian benih unggul yaitu BLBU dari PSO (Public Service Obligasion)/dari PT.
bersertifikat bilamana bantuan benih yang tersedia tidak Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero)
mencukupi. 2. Kabupaten/Kota yang mendapat alokasi bantuan benih BLBU
9. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT. SL-PTT 2010 didalam DIPA TP tahun 2010, hanya dialokasikan
E. Jumlah Bantuan SL-PTT dana untuk pembelian saprodi LL diluar benih atau tidak
termasuk benih, pertemuan kelompok, dan pelatihan
Jumlah bantuan benih yang diberikan kepada petani pelaksana SL-PTT
termasuk areal LL 1 ha, sebagai berikut : pemandu lapang.
1. SL-PTT Padi Non Hibrida sebesar 25 kg/ha 3. Proses pengajuan bantuan benih BLBU mengacu pada
2. SL-PTT Padi Hibrida sebesar 15 kg/ha Pedoman Umum BLBU Tahun 2010.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 41 42 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


G. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT a. Memilih satu orang petani sebagai ketua kelas SL-PTT
yang berfungsi sebagai motivator sekaligus bertugas
1. Persiapan SL-PTT
mengkoordinasikan kegiatan dikelas SL-PTT.
a. Pertemuan persiapan dengan tokoh formal dan informal
b. Memilih satu orang petani sebagai sekretaris kelas SL-
serta petani calon peserta sebelum pelaksanaan SL-PTT
PTT yang berfungsi sebagai pencatat kegiatan - kegiatan
untuk membahas : analisis masalah, analisis tujuan,
dikelas SL-PTT.
rencana kerja peningkatan produktivitas padi / jagung
/ kedelai / kacang tanah. c. Memilih satu orang petani sebagai bendahara kelas SL-
PTT yang bertugas mengurusi masalah yang berkaitan
b. Menetapkan langkah–langkah yang menyangkut tujuan,
dengan keuangan kelompok.
hasil diharapkan dan metode pembelajaran SL-PTT yang
dilakukan bersama sebagai suatu kesepakatan. d. Mewajibkan semua peserta kelas SL-PTT untuk
mengadakan pengamatan bersama–sama dan
c. Membuat jadwal pertemuan SL-PTT minimal dua
membahas temuan Lapangan sesuai dengan topik–topik
mingguan dengan menentukan tempat, hari dan waktu
pengajaran dalam SL-PTT.
serta materi pertemuan secara bersama–sama.
d. Menentukan 1 (satu) hari sebagai “hari lapang petani” 3. Menerapkan Metode Belajar Orang Dewasa
untuk memasyarakatkan dan mendeseminasikan Kegiatan belajar dalam SL-PTT dilakukan dengan tahapan
penerapan teknologi budidaya melalui SL-PTT kepada sebagai berikut :
kelompoktani dan petani sekitarnya. a. Peserta SL-PTT memilih materi sesuai dengan kebutuhan
e. Menentukan letak petak LL yang diusahakan di tempat teknologi spesifik lokasi.
yang paling strategis yaitu dibagian pinggir areal SL- b. Memacu peserta untuk berperan aktif dalam berdiskusi
PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal diluar kelompok ataupun kegiatan lain dalam SL-PTT.
SL-PTT dan berada didekat jalan / lintasan sehingga
c. Proses belajar melalui pengalaman, dimulai dengan
penerapan teknologi mudah dilihat dan ditiru oleh petani
penghayatan langsung (pengamatan langsung), diikuti
diluar SL-PTT. dengan pengungkapan pengalaman, pengkajian hasil
f. Menyiapkan pengelolaan usahatani di petak LL secara dan pengambilan kesimpulan
bersama–sama sesuai dengan tahapan budidaya
4. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
masing–masing komoditi dengan harapan dapat
diterapkan di usahataninya masing – masing. Kegiatan suasana belajar yang menyenangkan dalam SL
PTT ditujukan untuk mengembalikan perhatian peserta
2. Mengorganisasikan Kelas SL-PTT pada proses belajar yang sedang berlangsung dalam SL-
Kegiatan pengorganisasian kelas SL-PTT dimaksudkan PTT dengan langkah–langkah antara lain :
untuk membentuk organisasi kelompoktani peserta SL- a. Meminta beberapa peserta menceritakan pengalaman–
PTT dengan langkah–langkah sbb : pengalaman yang lucu / berkesan dalam hidupnya.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 43 44 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


b. Pemandu Lapangan dapat menceritakan humor–humor e. Pertanyaan diberikan secara tertulis atau lisan kepada
segar sehingga suasana belajar menjadi hidup kembali. peserta sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.
5. Menghidupkan dinamika kelompok 7. Membuat pelaporan oleh Pemandu Lapangan
Kegiatan dinamika kelompok dalam SL-PTT ditujukan untuk Kegiatan pelaporan dalam SL-PTT ditujukan untuk
menjadikan peserta saling mengenal ciri dan sifat memberikan laporan hasil kegiatan selama pelaksanaan
masing–masing sehingga dapat akrab satu dengan yang SL-PTT dengan langkah – langkah antara lain :
lainnya dalam SL-PTT dengan langkah–langkah sbb :
a. Merekap kehadiran peserta selama pelaksanaan SL-PTT.
a. Melakukan permainan - permainan yang dapat
b. Mencatat topik–topik yang menarik perhatian peserta.
menciptakan keakraban dan memberikan pengalaman
c. Mencatat kesulitan–kesulitan dan permasalahan yang
bagi peserta dalam tampil didepan forum ataupun
dihadapi dalam pelaksanaan SL-PTT meliputi metode,
didepan banyak orang.
bahan, pengorganisasian peserta, waktu, administrasi
b. Melakukan olahraga bersama baik yang bersifat tim
dll.
ataupun individual yang mampu menciptakan suasana
d. Menilai daya serap peserta terhadap materi yang telah
kebersamaan dan kekeluargaan.
disampaikan dalam pelaksanaan SL-PTT.
6. Monitoring dan evaluasi oleh Pemandu Lapangan e. Memberikan saran perbaikan dari segi metode, bahan,
Kegiatan monitoring dan evaluasi dalam SL-PTT ditujukan pengorganisasian peserta, waktu, administrasi dll.
untuk mengikuti, mengetahui kemajuan, pencapaian tujuan f. Mencatat hasil–hasil kegiatan pelaksanaan SL-PTT
ataupun sasaran serta memberikan umpan balik khususnya dalam petak LL.
upaya–upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam
g. Mengisi form laporan sebagaimana terlihat pada
SL-PTT dengan langkah–langkah antara lain :
Lampiran 5. yang tersedia dalam buku Pedoman Pelaksanaan
a. Menilai tingkat partisipasi peserta pada setiap periode Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
maupun selama periode kegiatan dari tingkat kehadiran Terpadu (SL-PTT).
maupun pencapaian materi.
H. Pertemuan – Pertemuan Kelompok SL-PTT
b. Membandingkan ketepatan penerapan teknologi oleh
peserta antara petunjuk dengan praktek Lapangan Pertemuan–pertemuan dalam SL-PTT diharapkan 8 kali
dalam LL. pertemuan, oleh karena itu perlu dijadwalkan secara periodik
c. Membandingkan perkembangan tingkat pemahaman dengan waktu pertemuan dirundingkan bersama petani peserta
dan ketrampilan peserta sebelum dengan sesudah sehingga dapat dihadiri dan tidak mengganggu / merugikan
mengikuti kegiatan. waktu petani.
d. Menyusun pertanyaan berdasarkan pengetahuan dan Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT, tempat
ketrampilan Lapangan yang berkaitan dengan penerapan pertemuan dilokasi pelaksana SL-PTT. Peserta pertemuan
teknologi budidaya. adalah petani peserta dipandu oleh Pemandu Lapangan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 45 46 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Dalam Pertemuan kelompok ada dua hal pokok yang perlu g. Mendiskusikan pemecahan masalah yang ada serta
diperhatikan yaitu : 1). Materi pertemuan dan 2). Kegiatan langkah – langkah yang diambil selanjutnya dll.
Lapangan.
2. Kegiatan Lapangan
1. Materi pertemuan kelompok antara lain : Kegiatan lapangan didampingi oleh Pemandu Lapangan
a. Teknik pengolahan tanah yang disesuaikan dengan berdasarkan materi diatas (butir 1.) antara lain :
tipologi lahan dan komoditi yang akan ditanam. a. Kerja Lapangan
b. Penanaman dengan memilih benih atau bibit yang baik, Kelompoktani peserta SL-PTT melakukan kerja lapangan
jarak tanam yang tepat, jumlah benih/bibit per lubang di lokasi SL-PTT misalnya melakukan pengolahan tanah,
yang sesuai. penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian OPT
c. Pemupukan dengan memperhatikan daya dukung tanah, dan gulma, pemanenan dll.
keadaan tanaman, tepat jenis dan dosis yang spesifik
b. Pengamatan Agroekosistem
lokasi, tepat waktu pemberian didasarkan pada fase
Kelompoktani peserta SL-PTT melakukan pengamatan
pertumbuhan tanaman dan sifat pupuk, tepat cara yaitu
agroekosistem di lokasi SL-PTT antara lain pertumbuhan
dengan cara menyebar dan membenamkannya ke lapisan
tanaman, kecukupan air, kecukupan hara tanah, serangan
reduksi dan pemberian setelah dilakukannya penyiangan
OPT, gulma dll.
gulma.
c. Menggambar dan mempresentasikan kondisi
d. Pengelolaan air didasarkan pada kebutuhan tanaman
Agroekosistem
akan air, cara dan waktu yang tepat, ketersediaan
s u m b e r a i r d a n j u m l a h a i r ya n g t e r s e d i a . Kelompoktani peserta SL-PTT menggambar dan
e. Pengendalian OPT didasarkan pada prinsip PHT dengan mempresentasikan kondisi Agroekosistem di lokasi SL-
melakukan tindakan pencegahan dan mengembangkan PTT pada saat itu misalnya menggambar jumlah anakan
musuh alami yang terdapat dialam itu sendiri serta per rumpun, jarak tanam, gulma dan hama yang ada,
aplikasi kimiawi secara bijaksana bila serangan sudah dll.
diatas ambang pengendalian. d. Diskusi Kelompok
f. Penanganan panen dan pasca panen dilakukan dengan Diskusi dimaksudkan untuk mengkaji hasil kerja
cara yang tepat dan benar yaitu dengan lapangan, pengamatan pertanaman, gambaran
mempertimbangkan kemasakan biji (masak fisiologis), pertanaman dll sehingga dapat disimpulkan kondisi
ketepatan dalam penggunaan alat panen, pengemasan, pertanaman pada saat itu sebagai dasar untuk
pengangkutan dan penyimpanan sehingga mampu menentukan langkah pengelolaan pertanaman
mengurangi kehilangan dan kerusakan hasil. selanjutnya.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 47 48 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


e. Topik khusus
Topik khusus dalam diskusi dipilih berdasarkan
permasalahan pokok setempat yang dihadapi pada saat
itu misalnya serangan OPT mengapa dan bagaimana
mengatasinya dll.
f. Mempraktekan kegiatan SL-PTT pada lahan usahataninya
Pe s e r t a S L- P TT d i h a ra p k a n d a p a t l a n g s u n g
mempraktekkan pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh dalam mengikuti SL-PTT pada lahan
usahataninya.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 49


VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT 2. Tim Pembina Tingkat Provinsi
Tim Pembina Tingkat Provinsi keanggotaannya dapat
A. Pengorganisasian SL-PTT
melibatkan berbagai Dinas/Badan, UPT, Instansi terkait
Agar pelaksanaan SL-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari lainnya serta perguruan tinggi, LSM dan sebagainya, dengan
kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat tugas antara lain :
maka perlu dibentuk tim pembina tingkat pusat, tim pembina a. Menetapkan kabupaten/kota pelaksana.
dan tim teknis tingkat provinsi, tim pelaksana dan tim teknis b. Menyusun petunjuk pelaksanaan.
tingkat kabupaten/kota. c. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dan verifikasi ke
Tim pembina tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan kabupaten pelaksana.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat provinsi d. Melakukan pengawasan penyaluran bantuan.
dan tim teknis tingkat provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan e. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang bersangkutan. f. Melakukan pemantauan dan pengendalian serta
Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota dan tim teknis membantu pemecahan masalah di lapangan.
tingkat kabupaten/kota ditetapkan dengan Surat Keputusan g. Menyusun laporan pelaksanaan, pemantauan dan
Bupati/Walikota/Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. pengendalian serta menyampaikan ke Direktorat Jenderal
Tim pembina dan tim teknis tingkat provinsi serta tim pelaksana Tanaman Pangan.
dan tim teknis tingkat kabupaten melaksanakan kegiatan Sekretaris Tim Pembina tingkat provinsi diharapkan dari
koordinasi pelaksanaan SL-PTT di Pos Simpul Koordinasi (POSKO) BPTP setempat. Tim Pembina tingkat provinsi dalam
mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai melaksanakan tugas dibantu oleh Tim Teknis tingkat provinsi
yang diketuai oleh Kepala BPTP atau Peneliti yang ditunjuk,
tingkat provinsi.
yang anggotanya antara lain adalah PL I, Peneliti dan unsur
1. Tim Pembina Tingkat Pusat Dinas/Badan, UPT, Perguruan tinggi, Instansi terkait lainnya.
Tim Pembina Tingkat Pusat beranggotakan pejabat Eselon I terkait Tugas tim teknis provinsi ditetapkan oleh tim pembina
lingkup Departemen Pertanian dengan tugas antara lain : tingkat provinsi.
a. Penyusunan pedoman Pelaksanaan.
3. Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota
b. Sosialisasi SL-PTT.
Tim Pelaksana tingkat Kabupaten/Kota keanggotaannya
c. Pengawasan penyaluran bantuan.
dapat melibatkan berbagai Dinas/Badan, UPT, Instansi
d. Pembinaan teknis budidaya dan administrasi. terkait lainnya serta perguruan tinggi, LSM dan sebagainya,
e. Koordinasi dengan instansi terkait. dengan tugas antara lain :
f. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SL-PTT serta 1. Sosialisasi program kepada petugas dan kelompoktani.
membantu pemecahan masalah yang dihadapi. 2. Menyusun petunjuk teknis.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 51 52 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


3. Melakukan seleksi dan verifikasi terhadap kelompoktani Sub Dinas/Kepala Bidang yang membidangi produksi tanaman
beserta RUK. pangan berkedudukan di POSKO III.
4. Mengusulkan kelompoktani yang memenuhi syarat untuk Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat kecamatan
ditetapkan mendapat bantuan kepada Kepala Dinas adalah KCD sedangkan penanggung jawab teknis disetiap
Pertanian Kabupaten/Kota. kecamatan adalah koordinator penyuluh/Kepala BPP setempat
5. Melakukan pengawasan pengadaan/penyaluran bantuan. d a n d i t i n g k a t d e s a / u n i t S L- P TT a d a l a h Pe m a n d u
6. Pe m b i n a a n / b i m b i n g a n ke p a d a ke l o m p o k t a n i . Lapangan/Penyuluh Pertanian dibantu POPT dan PBT tingkat
7. Monitoring dan evaluasi. kecamatan/desa. Dalam melaksanakan kegiatan PL berkedudukan
8. Menyusun laporan pelaksanaan, pemantauan dan di POSKO IV/V (kecamatan/desa). Operasional SL-PTT dilakukan
pengendalian serta menyampaikan ke Dinas Pertanian secara lengkap sebagaimana terlihat pada Gambar 13. dibawah
Provinsi. ini :
Tim Pelaksana tingkat Kabupaten/Kota dalam melaksanakan Gambar 13. Skema Operasional SL-PTT
tugas dibantu oleh Tim Teknis tingkat Kabupaten/Kota yang
anggotanya antara lain adalah PL II dan unsur-unsur BPP,
KCD, UPT, dan Instansi terkait lainnya. Tugas Tim Teknis
tingkat kabupaten/kota ditetapkan oleh Tim Pelaksana
tingkat kabupaten/kota.

B. Operasionalisasi SL-PTT
Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT tingkat pusat adalah Direktur
Jenderal Tanaman pangan, operasional pelaksanaan tingkat nasional
SL-PTT padi dan jagung adalah Direktur Budidaya Serealia dan SL-
PTT kedelai dan kacang tanah adalah Direktur Kacang–Kacangan
dan Umbi– Umbian berkedudukan di POSKO I.
Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Provinsi adalah
Kepala Dinas Pertanian Provinsi, operasional pelaksanaan SL-
PTT ditingkat propinsi adalah Kepala Sub Dinas yang membidangi
produksi tanaman pangan berkedudukan di POSKO II.
Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Kabupaten/Kota
adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, operasional
pelaksanaan SL-PTT ditingkat kabupaten/kota adalah Kepala

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 53 54 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


VII. PELATIHAN PETUGAS SL-PTT Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT dan
dititikberatkan pada praktek lapangan.
Pelatihan petugas SL-PTT dilaksanakan di Provinsi dan Narasumber/pengajar adalah PL II, para ahli dapat berasal
Kabupaten/Kota, sebaiknya secara berurutan yang dimulai dari Dinas Pertanian Kabupaten, Dinas Pertanian Provinsi, BPTP
pelatihan Pemandu Lapangan (PL) II di Provinsi dan terakhir dan instansi terkait lainnya serta stakeholders yang
pelatihan Pemandu Lapangan (PL III) di Kabupaten/Kota. diutamakan telah mendapat pelatihan.
A. Pelatihan Pemandu Lapangan II
Pelatihan Pemandu Lapangan II diselenggarakan oleh
Provinsi, tempat pelatihan di Provinsi atau tempat lain
yang memungkinkan seperti balai latihan, UPT Departemen
Pertanian atau Daerah.
Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapangan II yaitu :
• Penyuluh Pertanian,
• Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT),
• Pengawas Benih Tanaman (PBT) ditingkat Kabupaten/Kota
Dari ketiga peserta pelatihan diatas, selanjutnya akan
menjadi pelatih dalam pelatihan Pemandu Lapangan. Materi
pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT dan di
titikberatkan pada praktek lapangan. Narasumber/pengajar
adalah PL I, para ahli dari lingkup Dinas Pertanian Provinsi,
BPTP dan pakar dari perguruan tinggi serta lembaga lainnya.
B. Pelatihan Pemandu Lapangan III
Pelatihan Pemandu Lapangan III diselenggarakan oleh
Kabupaten/Kota, tempat pelatihan di Kabupaten/Kota
pelaksana SL-PTT atau tempat lain seperti balai pelatihan
baik pusat maupun daerah.
Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapangan yaitu :
• Penyuluh Pertanian,
• Pengedali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT),
• Pengawas Benih Ta n a m a n ( P BT ) ditingkat
kecamatan/desa.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 55 56 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


VIII. PEMBIAYAAN, MEKANISME PENCAIRAN DANA 7. Bantuan pendampingan SL-PTT sebagai PL oleh PPL, POPT
DAN PENGADAAN dan PBT melalui dana BOP masing-masing Institusi.
8. Bantuan pendampingan teknologi SL-PTT oleh peneliti
A. Pembiayaan melalui dana APBN pada BPTP/Badan Litbang.
Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung, kedelai 9. Bantuan JITUT, JIDES, TAM, optimasi lahan dan cetak
dan kacang tanah berasal dari APBN dan APBD maupun dana sawah melalui dana tugas dekonsentrasi di Dinas Pertanian
dari pihak swasta / stakeholders yaitu antara lain sebagai Provinsi serta melalui dana tugas pembantuan di Dinas
berikut : Pertanian Kabupaten/Kota.
10. Bantuan alat perontok mekanis dan pengering untuk
1. Pelatihan PL II SL-PTT, melalui dana tugas dekonsentrasi menurunkan loses.
di Provinsi.
11. Rehabilitasi jaringan irigasi melalui dana APBN di Balai
2. Pelatihan PL SL-PTT, melalui dana tugas pembantuan di Pe n g e l o l a a n S u m b e r d a ya A i r w i l a ya h s u n g a i .
Kabupaten. 12. APBD maupun DAK Provinsi dan Kabupaten untuk
3. Bantuan Sosial (Bansos) dengan pola Bantuan Langsung mendukung peningkatan produksi padi, jagung, kedelai
Masyarakat (BLM) melalui dana tugas pembantuan dan kacang tanah tahun 2010.
Kabupaten tahun 2010 dalam bentuk bantuan dana 13. Kemitraan dengan perusahaan mitra yang bergerak dibidang
pembelian pupuk urea, NPK dan pupuk organik atau agribisnis tanaman pangan yang difasilitasi oleh Dinas
dolomite/kapur pertanian (bila diperlukan) sesuai alokasi Pertanian Provinsi maupun Kabupaten/Kota setempat.
untuk SL-PTT padi, jagung, kedelai dan kacang tanah serta
B. Mekanisme Penetapan Kelompoktani Penerima Bantuan
biaya pertemuan SL-PTT untuk setiap SL-PTT. Pengadaan
Langsung Benih Unggul (BLBU) SL-PTT.
Benih untuk SL-PTT 2010 seluruhnya melalui BLBU dari
PSO/subsidi APBN pusat yang pada pelaksanaannya 1. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan sosialisasi
dilakukan oleh PT. SHS (Sang Hyang Seri) dan PT. Pertani. program bantuan benih kepada Dinas Pertanian Provinsi
dan pelaksana PSO, selanjutnya Dinas Pertanian Provinsi
4. Bantuan Alat dan mesin pertanian antara lain traktor, mesin
melakukan sosialisasi kepada Dinas Pertanian
pembuat pupuk organik, dll.
Kabupaten/Kota dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
5. Bantuan pengendalian OPT melalui dana APBN pada BPTPH.
melakukan sosialisasi kepada kelompoktani.
6. Bantuan Pembinaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 2. Kelompoktani mengajukan permohonan bantuan benih
SL-PTT melalui dana tugas dekonsentrasi di Dinas Pertanian yang ditandatangani oleh Ketua/Pengurus Kelompoktani
Provinsi serta melalui dana tugas pembantuan di Dinas kepada Mantri Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD)/Petugas
Pertanian Kabupaten/Kota. Penyuluh Pertanian setempat, disertai daftar nama petani

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 57 58 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


anggota kelompok, luas lahan dan kebutuhan benih yang 8. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan monitoring
meliputi jumlah, varietas, jadwal tanam serta lokasi pengujian (checking dan uji petik) di dalam penetapan
Lampiran 6. (Format-8 pedum BLBU 2010). CPCL.
3. Permohonan bantuan benih kelompoktani selanjutnya C. Mekanisme Pendistribusian Bantuan Langsung Benih
diseleksi dan diverifikasi oleh Mantri Tani/Kepala Cabang Unggul (BLBU) SL-PTT.
Dinas (KCD)/Petugas Penyuluh Pertanian setempat. 1. Pendistribusian bantuan benih ke titik bagi di kelompoktani
4. Permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan lulus dilaksanakan oleh PT. Sang Hyang Seri (Persero) dan PT.
seleksi serta verifikasi selanjutnya oleh Mantri Tani/Kepala Pertani (Persero). Rincian dapat dilihat pada Lampiran 11.
Cabang Dinas (KCD)/Petugas Penyuluh Pertanian dilakukan 2. PT. Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero)
rekapitulasi dan ditandatangani untuk disampaikan ke melaksanakan pendistribusian benih berdasarkan CPCL
yang sudah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Lampiran 7. (Format-9
dan telah disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
pedum BLBU 2010).
3. PT. Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero)
5. Rekapitulasi dan data kelompoktani (CPCL) dari kecamatan wajib menyusun Berita Acara Penerimaan (BAP) BLBU yang
selanjutnya diseleksi, diverifikasi dan ditetapkan oleh Dinas ditandatangani oleh Ketua Kelompoktani penerima bantuan
Pertanian Kabupaten/Kota sebagai kelompoktani penerima benih, diketahui/disetujui oleh Petugas Penyuluh
bantuan dalam bentuk Keputusan Lampiran 8 dan 9. Pertanian/KCD setempat. Rincian dapat dilihat pada
(Format-10 dan Format-11 pedum BLBU 2010) dan Lampiran 11. (Format-13 pedum BLBU 2010).
selanjutnya disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi. 4. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan Verifikasi
6. Dinas Pertanian Provinsi memverifikasi dan merekapitulasi terhadap rekapitulasi BAP yang disampaikan PT. Sang
Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero).
kelompoktani penerima bantuan benih dari Kabupaten/Kota
5. Rekapitulasi BAP BLBU Kabupaten/Kota yang telah
di wilayahnya. Setelah melalui proses verifikasi tersebut
diverifikasi , disyahkan oleh Kepala Dinas Pertanian
Kepala Dinas Pertanian Provinsi menyetujui usulan dari
Kabupaten/Kota. Rincian dapat dilihat pada Lampiran 12.
Kabupaten/Kota tersebut dan selanjutnya Kepala Dinas
(Format-14 pedum BLBU 2010).
Pertanian Provinsi memberi penugasan penyaluran benih
6. Dinas Pertanian Provinsi melakukan Verifikasi terhadap
kepada PT. Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani rekapitulasi BAP yang telah disyahkan oleh Kepala Dinas
(Persero) dengan melampirkan CPCL yang telah Pertanian Kabupaten/Kota.
diverifikasi/disetujui tersebut (Format-12) Lampiran 10. 7. Rekapitulasi BAP BLBU Provinsi yang telah diverifikasi
7. Tembusan Surat Penugasan Penyaluran Benih oleh Kepala selanjutnya disyahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
Dinas Pertanian Provinsi tersebut beserta rekapitulasi CPCL 8. Rekapitulasi BAP BLBU Kabupaten/Kota dan Provinsi
yang telah diverifikasi/disetujui tersebut diatas disampaikan disampaikan kepada Direktur Perbenihan selaku Pejabat
pula kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Pembuat Komitmen.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 59 60 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


D. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan 2) Rencana Usaha Kelompok (RUK).
Sosisal SL-PTT 3) Surat Pernyataan Kelompoktani tentang kesediaan
1. Pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) SL mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.
P T T, d i l a k u k a n s e s u a i d e n g a n p e r a t u r a n c. Pejabat Penanda Tangan SPM melakukan pengujian
perundangan–undangan yang berlaku antara lain Peraturan SPP-LS meliputi pemeriksaan rinci dokumen pendukung
Menteri Keuangan atau Peraturan Direktorat Jenderal SPP sesuai peraturan perundang-undangan; ketersediaan
Perbendaharaan Departemen Keuangan, tentang tata cara pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan
Pencairan Belanja Bantuan Sosial, dan peraturan lainnya. bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran;
2. Mekanisme Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) SL-PTT, memeriksa hak tagih yang terkait meliputi pihak yang
dengan sumber dana APBN melalui Pos Belanja Bantuan ditunjuk untuk menerima pembayaran bantuan (nama
Sosial, adalah sebagai berikut : penerima bantuan SL-PTT, alamat, nomor rekening dan
a. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang nama bank), dan nilai bantuan yang harus dibayar.
membidangi Tanaman Pangan, menerbitkan Surat
d. Berdasarkan hasil pengujian SPP, Pejabat Penanda
Keputusan tentang penetapan Kelompok tani yang akan
Tangan SPM menerbitkan SPM-LS secara penuh/tanpa
menerima dana bantuan kegiatan SL-PTT, termasuk di
pemotongan pajak.
dalamnya dilengkapi data-data nama kelompok, jumlah
anggota, nama ketua kelompok, luas lahan, alamat e. Pejabat Penanda Tangan SPM mengajukan SPM-LS
kelompok, nomor rekening dan nama Bank atas nama kepada KPPN setempat dengan melampirkan :
kelompok tani sasaran, jumlah bantuan yang akan
1) Surat Pertanggung Jawaban Belanja (SPTB);
diberikan, serta data lainnya yang diperlukan.
2) Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran bahwa
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja
semua dokumen pendukung sebagaimana
setempat, mengajukan usulan pencairan dana atas
dipersyaratkan dalam Pedoman Pelaksanaan
dasar Surat Keputusan Kepala Dinas tentang penetapan
Bantuan dana SL-PTT telah diteliti kebenarannya
Kelompok Tani penerima dana SL-PTT, melalui penerbitan
dan berada pada Kuasa Pengguna Anggaran.
Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS)
kepada Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah f. KPPN setempat melakukan pengujian atas SPM-LS dan
Membayar (SPM) dengan dilampiri dokumen-dokumen menerbitkan SP2D serta menstransfer dana ke rekening
sebagai berikut : kelompok tani sasaran pada bank yang ditunjuk.

1) Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian g. Penggunaan dana langsung oleh kelompok tani dengan
Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan
berpedoman pada pedoman Pelaksanaan pelaksanaan
tentang penetapan Kelompoktani penerima bantuan.
kegiatan SL-PTT. Rincian dapat dilihat pada Lampiran 13.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 61 62 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


E. Mekanisme Pengadaan BLM SL-PTT
1. Dana yang telah dicairkan oleh Kelompoktani dipergunakan
untuk membeli saprodi sesuai dengan kebutuhan kelompok
sebagaimana yang telah tertuang pada RUK.
2. Kelompoktani dapat membeli saprodi di kios/toko saprodi
terdekat atau di Produsen Penyalur Saprodi sesuai dengan
RUK.
3. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan SL-PTT,
Kelompoktani penerima bantuan agar melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mencacat semua nomor seri label benih yang diterima.
b. Mencatat semua nomor seri karung/kantung/botol/sachet
pupuk/saprodi yang dibeli.
c. Membuat Berita Acara Penerimaan Bantuan SL-PTT
sebagaimana terlihat dalam Lampiran 14.
d. Menggunting salah satu nomor seri label/sertifikat benih
pada setiap kantong benih yang dibantukan untuk
dilampirkan pada Berita Acara Penerimaan Bantuan SL-
PTT dan diserahkan kepada PL setempat untuk
selanjutnya disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
e. Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan
baik untuk menjaga mutu.
4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung jawab
penuh terhadap penyaluran dan penggunaan BLM SL-PTT
oleh petani.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 63


IX. BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN 2. Menyediakan benih padi, jagung, dan kedelai untuk uji
adaptasi dan demo plot PTT;
Bimbingan / pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara
periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang 3. Menyediakan narasumber teknologi padi, jagung, dan
mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan serta Desa kedelai untuk membantu Dinas Pertanian Tanaman Pangan
sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada dan Penyuluh dalam diseminasi teknologi spesifik lokasi
Lampiran 15. melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan (SL-PTT);
pelaksanaan SL-PTT di Provinsi dan kabupaten sebanyak dua 4. Melakukan supervisi teknologi.
kali dalam setahun atau disesuaikan dengan ketersediaan dana Bentuk pengawalan dan pendampingan yang dilakukan
yang ada. oleh peneliti jajaran Badan Litbangtan adalah :
B. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan a. Memberikan informasi PTT
pengawalan pelaksanaan SL-PTT di kabupaten per dua bulan b. Demo-plot PTT
atau disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada. c. Uji adaptasi VUB
C. Kabupaten melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan d. Menjadi narasumber pada pelatihan
SL-PTT di tingkat Lapangan / kelompoktani pelaksana SL-PTT
e. Menghadirkan peneliti (Puslit/Balai Besar, BPTP,
setiap bulan atau disesuaikan dengan ketersediaan dana yang
Balitkomoditas, Lolit) sebagai narasumber dan supervisi
ada. Melakukan pendampingan kelompoktani pelaksana SL-PTT
penerapan teknologi pada pertemuan petani membahas
dalam menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan membantu
topik khusus
kelancaran distribusi bantuan SL-PTT dll.
D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti dilakukan oleh tim
yang terdiri dari peneliti dari Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis
di lingkup Badan Litbangtan yang terkait dengan inovasi teknologi
peningkatan produksi padi, jagung, kedelai dan kacang tanah.
Peneliti UK/UPT beoordinasi dengan BPTP untuk melakukan
pengawalan dan pendampingan di lokasi. Tugas peneliti UK/UPT
dalam Pengawalan antara lain (Surat Keputusan Ka. Badan
Litbangtan No 210 tahun 2009):
1. Melakukan koordinasi dan membantu BPTP dalam melakukan
pengawalan dan pendampingan SL-PTT padi, jagung, kedelai
di wilayah yang ditetapkan;

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 65 66 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


X. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari
persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi
dan Kabupaten sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal
pelaksanaan pada Lampiran 15. Monitoring meliputi
perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah dicapai dll.
B. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi
dan Kabupaten setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-
PTT selesai sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal
pelaksanaan pada Lampiran 15. Evaluasi meliputi 1) Komponen
kegiatan pelaksanaan SL-PTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran
areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas dilokasi SL-PTT dan
LL, 4) Penerapan komponen teknologi PTT, dll.
C. Pelaporan
Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta desa/unit SL-PTT secara
periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang
yaitu dari Pemandu Lapangan ke kabupaten/Kota, kabupaten/Kota
ke Provinsi dan Provinsi ke pusat. Laporan meliputi pelaksanaan
SL-PTT, hasil yang telah diperoleh, dll. sebagaimana terlihat
dalam Format Laporan pada Lampiran 16.,17.,18. Laporan akhir
memuat hasil evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung
lainnya dll.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 67


XI. PENUTUP

Peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui SL-PTT padi,


jagung, kedelai dan kacang tanah merupakan salah satu terobosan
yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar
pada produksi tanaman pangan mendatang. SL-PTT ini akan berhasil
meningkatkan produksi dan pendapatan petani apabila didukung
oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik hulu,
onfarm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan SL-
PTT yang sinkron dan sinergis disetiap tingkat pemerintahan mulai
dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai ke tingkat
Desa.

Jakarta, 26 Januari 2010


Direktur Jenderal Tanaman Pangan

Ir. Sutarto Alimoeso, MM


NIP. 19490625 197603 1 001

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 69


e. Topik khusus Lampiran 1 Lampiran 2.

Topik khusus dalam diskusi dipilih berdasarkan SURAT KEPUTUSAN


permasalahan pokok setempat yang dihadapi pada saat KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
itu misalnya serangan OPT mengapa dan bagaimana NOMOR : .............................................2010
TENTANG
mengatasinya dll. PENETAPAN KELOMPOKTANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL
f. Mempraktekan kegiatan SL-PTT pada lahan usahataninya (BANSOS) DAN BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) SL-PTT
............................................................)*
Pe s e r t a S L- P TT d i h a ra p k a n d a p a t l a n g s u n g TAHUN ANGGARAN 2010
mempraktekkan pengetahuan dan ketrampilan yang KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
diperoleh dalam mengikuti SL-PTT pada lahan
Menimbang : a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus
usahataninya. diupayakan melalui peningkatan produksi untuk
menjamin kecukupan pangan yang semakin
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk.
b. Bahwa Peningkatan produksi padi, jagung, kedelai
dan kacang tanah tahun 2010 difokuskan pada
peningkatan produktivitas melalui penerapan
teknologi dalam SL-PTT.
c. Bahwa pelaksanaan SL-PTT padi, jagung, kedelai
dan kacang tanah untuk peningkatan produksi,
produktivitas dan pendapatan petani perlu ditetapkan
kelompoktani penerima Bansos dan atau BLBU SL-
PTT tahun 2010.
d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b
dan c perlu ditetapkan Kelompoktani Penerima
Bantuan SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai dan kacang
Tanah Tahun Anggaran 2010.
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor .............. Tahun .............
tentang ................;
2. Surat Keputusan ....... Nomor ......... Tahun ............
tentang ................;
3. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Nomor ..............
Ta h u n . . . . . . . . . . . . . t e n t a n g . . . . . . . . . . . . . . . . ;
4. dst
Memperhatikan : 1. DIPA Dinas Pertanian Kabupaten / Kota Nomor ..............
Tanggal ............. Bulan ................ Tahun ............
2. Pedoman Umum Bantuan Langsung Benih Unggul
(BLBU) Tahun 2010.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 71 72 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


3. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung,
Kedelai dan Kacang Tanah Tahun 2010.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Penetapan Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT
....................................................*) tahun anggaran
2010 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
KEDUA : Kelompoktani sebagaimana dimaksud pada Diktum
PERTAMA berhak menerima dana bantuan SL-PTT
.....................................................*) yang dibiayai
dari dana APBN Departemen Pertanian melalui anggaran
tugas perbantuan pada DIPA**) Dinas pertanian
Kabupaten / Kota Nomor ............. Tanggal..................
bulan .............. tahun.............. dan atau PSO**)
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :...............................
Pada Tanggal : ................................
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota

..........................................
NIP. .....................................

Tembusan :
1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI di Jakarta
2. Bupati / Walikota di ..............
3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi di ................
4. dst.

*) disesuaikan dengan komoditi (SL-PTT BLBU padi non hibrida, BLBU padi
hibrida, BLBU padi gogo, BLBU jagung hibrida, BLBU kedelai, dan SL-
PTT BLBU Kacang Tanah)
**) disesuaikan dengan sumber bantuan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 73 74 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 75 76 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Lampiran 3 Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini adalah nama : ………………….. selaku


Ketua Kelompoktani .......................... Desa ……………………. Kecamatan
……………….. Kabupaten ………………… dengan ini menyatakan bahwa
dana yang kami terima akan kami gunakan :
a. Untuk pembelian saprodi SL-PTT
b. Bersedia dan sanggup untuk melaksanakan penanaman,
pemeliharaan sampai panen di areal SL-PTT dan sanggup
mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya .

............................... 2010
Mengetahui Ketua Kelompoktani
Petugas Lapangan
Materai 6.000

(.....................................) (.....................................)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 77 78 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Lampiran 5 Lampiran 6

LAPORAN KELOMPOKTANI PELAKSANA SL-PTT

I. LOKASI
1. Nama Kelompoktani :
2. Jumlah Anggota :
3. Luas Areal :
4. Desa :
5. Kecamatan :
6. Kabupaten :

II. TEKNOLOGI
1. Komoditi :
2. Varietas :
3. Komp. Teknologi PTT :
1). Benih Unggul Bermutu : ............... ha
2). Tanam Benih < 21 hari : ............... ha
3). Tanam legowo : ............... ha
4). dst.

III. HASIL

Pemandu Lapangan / Penyuluh / KCD

....................................................

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 79 80 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Lampiran 7 Lampiran 8

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 81 82 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Lampiran 9 Lampiran 10

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 83 84 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Lampiran 11 Lampiran 12

Berita Acara Berita Acara Penerimaan


Penerimaan Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2010 Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2010
No. ........................................... No. ...........................................

Pada hari ini ............. tanggal ............... di Desa .........Kecamatan Pada hari ini ............. tanggal ............... di ............., Kabupaten ..............
...........Kabupaten .............. Provinsi ................ kami yang bertanda Provinsi ................ kami yang bertanda tangan di bawah ini :
tangan di bawah ini : 1. Nama : ..............
1. Nama : .............. Jabatan : ..............
Jabatan : .............. Alamat : ..............
Alamat : .............. Yang selanjutnya disebut sebagai pihak PERTAMA
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak PERTAMA 2. Nama : ..............
2. Nama : .............. Jabatan : ..............
Jabatan : .............. Alamat : ..............
Kelompoktani : .............. Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KEDUA
Alamat : ..............
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KEDUA Sesuai dengan Perjanjian nomor ........... dan nomor .......... tanggal ............
maka pihak PERTAMA menyerahkan Bantuan Langsung Benih Unggul APBN
Sesuai dengan Perjanjian nomor ........... dan nomor ........... tanggal TA 2010 kepada kelompoktani di wilayah pihak KEDUA, sebagai berikut :
............ maka pihak PERTAMA menyerahkan kepada pihak KEDUA
bantuan benih sebagai berikut :

Demikian Berita Acara Penerimaan Bantuan Langsung Benih Unggul APBN TA


2009 ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Demikian berita acara penerimaan bantuan benih ini dibuat, kemudian
agar dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pihak KEDUA Pihak PERTAMA
Yang Menerima Yang Menyerahkan Disyahkan oleh :
Pihak KEDUA/Ketua Pihak PERTAMA Kepala Dinas Pertanian Kab/Kota Kepala Wilayah ......
Kelompoktani

(............................) (.............................) (............................) (.............................)


NIP
Mengetahui, Mengetahui/Mengesahkan,
Petugas Penyuluh Pertanian, Mantri Tani (KCD) Kepala Dinas Pertanian Provinsi

( ..........Nama............) (.........Nama..........)
NIP. NIP.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 85 86 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Lampiran 13 Lampiran 14

MEKANISME PENCAIRAN DANA BANTUAN SL-PTT


POLA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) TA. 2010

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 87 88 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Lampiran 15 Lampiran 16

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 89 90 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Lampiran 17 Lampiran 18

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 91 92 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Lampiran 19 Lampiran 20

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 93 94 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 95 96 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 97 98 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 99 100 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 101 102 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 103 104 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 105 106 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 107 108 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 109 110 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 111 112 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 113 114 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 115 116 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 117 118 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 119 120 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 121 122 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 123

You might also like