You are on page 1of 51

Konsep Dasar Mekanika Untuk

Analisis Kestabilan Lereng


Tegangan Efektif

Tegangan efektif merupakan konsep yang sangat


penting dalam bidang rekayasa geoteknik. Konsep
tegangan efektif ini ditemukan oleh Karl Terzaghi
pada tahun 1920. Tegangan efektif didefinisikan
sebagai berikut:
’ =  - u
dimana:
’ = tegangan normal efektif
 = tegangan normal total
u = tekanan air pori
Persamaan Mohr-Coulomb

Persamaan Mohr-Coulomb dalam bentuk tegangan


efektif adalah sebagai berikut:

 = c + ’ tan 

dimana:
 = tegangan geser
c = kohesi
’ = tegangan normal
efektif
 = sudut geser
Faktor keamanan

Faktor keamanan (F) didefinisikan sebagai


perbandingan dari kekuatan geser yang diperlukan
agar setimbang terhadap kekuatan geser material
yang tersedia.
F = a / m
dimana:  a = kekuatan geser material yang tersedia
m = kekuatan geser material yang diperlukan agar
tepat setimbang.

Kekuatan geser material yang tersedia (a) dihitung


dengan menggunakan Persamaan Mohr-Coulomb,
sedangkan kekuatan geser yang diperlukan agar
tepat setimbang (m) dihitung dengan menggunakan
persamaan kesetimbangan.
Kesetimbangan Batas

Komponen gaya berat yang searah bidang runtuh akan


menyebabkan blok menggelincir ke arah bawah,
besarnya gaya ini adalah

WT = W sin
Tegangan normal yang bekerja pada bidang miring yaitu
 = W cos  / A
dimana A adalah luas dasar blok. Sedangkan tegangan geser
yang menyebabkan gelinciran yaitu:
 = W sin  / A
Dengan mensubstitusikan persamaan  ke persamaan Mohr-
Coulomb, diperoleh besarnya kekuatan geser yang tersedia
untuk menahan gelinciran sebagai berikut:

a = c + ( W cos  / A) tan 

Kondisi kesetimbangan batas yaitu kondisi dimana blok dalam


keadaan tepat setimbang. Kekuatan geser yang diperlukan agar
kondisi tepat setimbang (m) adalah sebagai berikut:
m = a
F
dimana F adalah faktor keamanan dan ta merupakan kekuatan
geser yang dimiliki oleh material.
Dengan mengunakan persamaan kesetimbangan
didapat bahwa besarnya m sama dengan .
Sehingga dengan menggunakan ketiga persamaan
tadi dihasilkan persamaan berikut ini:
W sin  = 1 c+W cos  tan 
A F A

F = c A + W cos  tan 
W sin 
Dari persamaan di atas terlihat bahwa kondisi
kesetimbangan batas adalah suatu kondisi dimana
faktor keamanan lereng sama dengan satu (F = 1).
Apabila nilai F lebih besar dari satu (F > 1) maka
secara teoritis blok berada dalam kondisi stabil dan
apabila nilai F lebih kecil dari satu (F < 1) maka blok
akan mengelincir ke bawah.
Data-Data Untuk Analisis Kestabilan Lereng

Secara umum data yang diperlukan untuk analisis kestabilan


lereng yaitu:
• Topografi
• Geologi
• Sifat geoteknis material
• Kondisi air tanah
• Pembebanan pada lereng

Topografi.
Supaya penyelidikan lapangan dapat dilakukan dengan baik
harus terdapat peta yang cukup akurat yang menunjukkan
letak dari lubang-lubang bor untuk penyelidikan, daerah
pemetaan struktur geologi serta lokasi dari penampang
melintang yangdianalisis.
Geologi
Beberapa kondisi geologi yang diperlukan dalam
analisis kestabilan lereng, yaitu: tipe mineral
pembentuk material lereng, bidang-bidang
diskontinuitas dan perlapisan, tingkat intensitas
pelapukan, kedalaman pelapukan, sejarah dari
keruntuhan sebelumnya dan keadaan tegangan di
tempat.

Tipe longsoran yang mungkin terjadi sangat


dipengaruhi oleh kondisi dari bidang-bidang
takmenerus pada daerah yang distudi. Berikut ini
adalah sketsa dari beberapa bentuk tipe longsoran
dan kondisi bidang-bidang takmenerus yang
mempengaruhinya.
Keruntuhan rotasional

Keruntuhan planar

Keruntuhan baji/irisan

Keruntuhan puncak
Sifat material
Sifat material yang diperlukan dalam analisis
kestabilan lereng yaitu parameter kekuatan geser
dan berat satuan material. Parameter kekuatan
geser merupakan sifat material terpenting karena
faktor keamanan dinyatakan dalam bentuk
perbandingan kekuatan geser yang tersedia dan
kekuatan geser yang diperlukan, sehingga
penentuan parameter kekuatan geser harus
seakurat mungkin. Parameter kekuatan geser
terdiri dari komponen yaitu kohesi dan sudut geser.
Untuk analisis lereng yang telahmengalami
longsoran harus diperhatikan tentang kekuatan
geser sisa.
• Air tanah
Kondisi air tanah merupakan salah satu parameter
terpenting dalam analisis kestabilan lereng, karena
seringkali terjadi longsoran yang diakibatkan oleh
kenaikan tegangan air pori yang berlebih. Tekanan
air pori tidak diperlukan apabila dilakukan analisis
kestabilan dengan tegangan total. Gaya hidrostatik
pada permukaan lereng yang diakibatkan oleh air
yang menggenangi permukaan lereng juga harus
dimasukkan dalam perhitungan kestabilan lereng,
karena gaya ini mempunyai efek perkuatan pada
lereng.
Pembebanan pada lereng
Data lain yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng
yaitu gaya-gaya luar yang bekerja pada permukaan lereng,
seperti beban dinamik dari lalu-lintas, beban statik dari
bangunan atau timbuna di atas lereng, peledakan. Gaya-
gaya luar ini harus dimasukkan dalam perhitungan karena
dapat mempunyai efek mengurangi kondisi kestabilan lereng.

Geometri Lereng
Data geometri lereng yang diperlukan yaitu data mengenai
sudut kemiringan dan tinggi lereng. Geometri lereng alami
dapat ditentukan dengan membuat penampang vertikal
berdasarkan peta topografi. Sedangkan untuk lereng buatan,
geometri lereng ditentukan dari desain lereng yang akan
dibuat.
Efek Tiga Dimensi

Pada umumnya kestabilan lereng dianggap sebagai


persoalan dua dimensi dengan mengasumsikan
bahwa lereng berada dalam kondisi regangan bidang,
sehingga bidang gelinciran dianggap mempunyai
lebar yang takterhingga. Analisis dua dimensi pada
umumnya akan menghasilkan faktor keamanan yang
relatif lebih kecil dibanding apabila analisis dilakukan
dengan metode tiga dimensi. Hal ini disebabkan
karena pada analisis dua dimensi, pengaruh dari sisi-
sisi pinggir bidang runtuh tidak dimasukkan dalam
perhitungan faktor keamanan. Secara umum analisis
kestabilan lereng menggunakan pendekatan dua
dimensi cukup memadai untuk perancangan lereng
karena memberikan faktor keamanan yang
konservatif. Analisis kestabilan lereng dengan
menggunakan pendekatan tiga dimensi disarankan
dipergunakan dalam analisis balik dari lereng yang
mengalami longsoran.
Analisis Balik

Longsoran merupakan hal yang sering terjadi


dalam kegiatan operasional penambangan maupun
konstruksi sipil. Apabila hal tersebut terjadi maka
seringkali dilakukan analisis balik untuk
memperkirakan kekuatan geser material pada saat
terjadinya longsoran. Hasil yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan hasil pengujian
kekuatan geser di laboratorium untuk mendapatkan
parameter kekuatan geser yang dapat dipercaya
dapat perhitungan analisis kestabilan lereng
selanjutnya.
Permodelan Geoteknik Dalam Analisis
Kestabilan Lereng
Beberapa pertimbangan khusus harus diberikan dalam
penerapan permodelan numerik dalam rekayasa geoteknik.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
 Material tanah dan batuan mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan material teknik lainnya, seperti baja, beton.
 Persoalan kestabilan lereng merupakan persoalan yang
rumit karena terdapat kompleksitas dalam hubungan antara
penyebab dan efek yang dapat terjadi dimana kedua hal
tersebut dihubungkan oleh beberapa mekanisme pemicu
keruntuhan yang mungkin, serta kemungkinan adanya
penyebab ganda, misalnya hidro-mekanikal.
 Secara umum analisis kestabilan lereng harus dilakukan
dengan sejumlah keterbatasan yang ada, antara lain yaitu
data yang tidak mencukupi, pemahaman yang kurang
mengenai sifat dan karakteristik dari massa batuan/tanah,
deformasi, geologi dan hidrogeologi.
Skema dari hubungan penyebab dan efek terhadap
keruntuhan lereng.
Penggolongan Tipe Lereng

Lereng dapat digolongkan ke dalam 2 tipe, yaitu:


1. Lereng tak terbatas
2. Lereng terbatas

Lereng Tak terbatas


L

dd
aa


F

Na W
F
H Ta
Tr cc
 b

Nr
R
W = . L. H
Berat tanah dibagi atas 2 komponen
a. Gaya tegak lurus bidang AB:
Na = W cos = . L. H. cos 
a. Gaya sejajar bidang AB:
Ta = W sin  = . L. H. sin 
Tegangan normal dan tegangan geser dasar lereng:
 = Na = . L. H. cos  = . H. cos2 
A
dasar L / cos 
 = Ta = . L. H. sin  = . H. sin  .cos 
A dasar L / cos 
Reaksi Gaya-gaya:
Berat tanah W = R dengan arah berlawanan
Gaya normal Na = Nr dan gaya tangensial Ta = Tr

Sehingga :
Nr = R cos  = W cos 
Tr = R sin  = W sin 

Faktor keamanan:
Fk = f / d
f = tegangan geser rata-rata tanah
d = tegangan geser rata-rata tanah tekanan longsor
sepanjang permukaan
Sehingga : Fk = c + tan 
cd + tan d

d = cd +  tan d
 = Na = . L. H. cos  = . H. cos2 
A dasar L / cos 
Menjadi d = cd + . H. cos2  tan d
Jadi  = d
. H. sin  .cos  = cd + . H. cos2  tan d
atau
Cd = sin  .cos  - cos2  tan d
. H
= cos2  ( tan  - tan d )
Faktor keamanan yang berhubungan dengan
kekuatan diperoleh:

tan d = tan  dan cd = c


Fk Fk
dengan mensubsitusi persamaan di atas ke dalam
persamaan sebelumnya, maka diperoleh :

Fk = c + tan 
. H. cos2  tan  tan 

Kedalaman kritis dapat ditentukan dengan rumus:

H kr = c
. cos2  (tan  - tan  )
Kemantapan lereng tak terbatas dengan
rembesan
L

d
a

 Arah rembesan

Na W
H
Ta
Tr c
 b

Nr
R

f = c + ’ tan d
W = sat. L. H
Komponen gaya-gaya normal dan tangensial:

Na = W cos = sat. L. H. cos  dan


Ta = W sin  = sat. L. H. sin 

Reaksi terhadap berat tanah: W= R, jadi:


Nr = R cos = sat. L. H. cos  dan
Tr = R sin  = sat. L. H. sin 

Tegangan normal total dan geser total dasar elemen:


 = Nr =  sat. H. cos2 
L / cos 
 = Tr =  sat. H. sin  .cos 
L / cos 
Tegangan geser pada saat terjadi kelongsoran :

d = cd + ’ tan d = cd + ( - u) tan d
u = w. H. cos2 
Sehingga diperoleh:
d = cd + (sat. H. cos2  - w. H. cos2 ) tan d
= cd + ’. H. cos2  tan d.
Persamaan :  = d
sat. H. sin  .cos  = cd + ’. H. cos2  tan d.
Cd = cos2  (tan  - ’. tan d)
sat. H sat
Subsitusi tan d = tan/Fk dan Cd = c/Fk diperoleh :
Fk = c + ’. tan 
sat . cos2  tan  sat tan 
Lereng terbatas
Jika Hkr mendekati H maka dianggap lereng terbatas. Garis
bidang longsornya ada 2 macam:
 Bidang longsor berbentuk datar
 Bidang longsor berbentuk lingkaran
Bidang Longsor Berbentuk Datar
Metode yang digunakan adalah metode Culmann
(1875)
B C

W
Na Ta

H
 Tr
R Nr

A
Berat tanah tiap satuan lebar tegak lurus gambar:
W = luas segitiga ABC x  x (1)
W = 0,5. (H) (BC) () (1)
W = 0,5  H (H cot  - H cot )
W = 0,5  H2 sin (- )
sin  sin 

Tegangan normal dan tangensial yang berhubungan dengan


W adalah sebagai berikut:
Na = W cos  = 0,5  H2 sin (- ) cos 
sin  sin 

Ta = W sin  =0,5  H2 sin (- ) sin 


sin  sin 
Tegangan normal rata-rata:
 = Na = Na = Na
A (AC) (1) H/sin 
dasar

= 0,5.H. sin (- ) sin cos 


sin sin

Tegangan geser rata-rata :


 = Ta = Ta = Ta
A (AC) (1) H/sin 
dasar

= 0,5.H. sin (- ) sin2


sin sin
Tegangan geser pada saat longsor sepanjang bidang
AC :
d = cd + ’ tan d
d = cd + 0,5.H. sin (- ) sin cos tand
sin sin
Persamaan  = d
0,5.H. sin (- ) sin2 = cd + 0,5.H. sin (- ) sin cos tand
sin sin sin sin
atau:
Cd = 0,5 .H sin (- ) (sin - cos . tan d)
sin 
Cd mencapai harga ekstrim, jika:
∂cd = 0
∂
Karena: , H tetap, maka:
∂ [sin (- ) . sin (- ) (sin - cos . tan d)] = 0
∂
Penyelesaian persamaan di atas memberikan
harga  kritis:
kr = ( + d) / 2, subsitusi ke pers cd, menjadi:
Cd = .H 1 – cos ( - d)
4 sin cos d
Dengan memasukkan nilai cd=c dan d=  maka
diperoleh H kritis sebesar:

H kr = 4 C sin cos 
 1 - cos ( - )
Bidang longsor berbentuk lingkaran

Kelongsoran muka lereng

Df = (D+H)/H

Kelongsoran dasar lereng

Kelongsoran ujung kaki lereng


METODE ANALISA

1. Metode Lengkung Swedia


Ditinjau 2 kondisi yaitu:
a. Analisis pada tanah kohesif (analisis u =0)
b. Analisis pada tanah kohesi dan geseran ( analisis
c-  =common soil)

Analisis u =0
Menggunakan beberapa lengkung longsor dan
setiap lengkung dihitung SFnya. SF terkecil adalah
yang menentukan sebagai lengkung longsor kritis.
Momen penggerak : MD = W. x
Momen penahan : MR = Cu. L .R L = . R
MR = Cu. . R.R = Cu. .R2
Faktor keamanan : Fk = MR = Cu. .R2
MD W. x
Apabila lereng terdiri dari berlapis-lapis jenis tanah
yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda, maka:

Fk = R. Cu. L
W. x
Analisis c- 

Momen pendorong:
MD = (W sin ).R

Momen penahan:
MR =  (C.L+ W cos  tan ).R

Faktor keamanan : Fk = MR =  (C.L+ W cos  tan )


MD (W sin )
Lereng Tanah berlempung homogen dengan  =0
(kondisi undrained)

Berat tanah : W = W1 + W2
W1 = (luas FCDEF) ()
W2 = (luas ABFEA) ()
Momen penggerak/pendorong:
MD = W1 I1 – W2 I2
I1 dan I2 = lengan momen

Momen penahan:
MR = Cd (AED) (1) R = Cd. r2. 
Keseimbangan gaya-gaya : MD = MR, sehingga:
Cd. r2.  = W1 I1 – W2 I2
Cd = W1 I1 – W2 I2
r2. 
Faktor keamanan : Fk = f = Cu
Cd Cd
Lereng Tanah homogen dengan  > 0
Keseimbangan gaya-gaya:
 Cd- resultante gaya kohesif sepanjang busur AC,
dapat dihitung dengan rumus:
Cd = cd (AC)
Cd sejajar dengan busur AC dan jarak a dari pusat
lingkran O menghasilkan gaya sbb:
Cd (a) = cd (AC). r
a = cd. (AC). r = AC r
Cd AC
 F- resultante gaya normal dan geser sepanjang
permukaan bid longsor.
Asumsi: geseran sepenuhnya dimobilisasi (d = 
atau F = 1)
Garis kerja F memmbentuk sudut  dengan normal
pada busur yang menyinggung lingkaran yang dibuat
dengan pusat O dengan jari-jari=r sin .Ini disebut
linggkaran geser. Karena arah W, Cd, dan F diketahui
dan besar W jg diketahui, maka poligon dapat dibut spt
pd gbr. Besar Cd dpt ditentukan dari gaya poligon.
Dengan demikian dapat dihitung:
cd = Cd / AC
Kohesi pengembangan maksimum (cd) sepanjang
permukaan kritis dinyatakan sebagai fungsi:
cd = . H [ f(, , , )]
Pada kesetimbangan kritis : Fc = F = Fk = 1, kita dpt
subsitusi H = Hkr dan cd = c ke dalam persamaan di
atas, diperoleh :
c = f (, , , ) = Ns
. Hkr
Angka Stabilitas Taylor
Gaya kohesi total = c. L, menahan longsor dlm
keadaan seimbang. GAya ini sebanding dgn harga
kohesi (c) dan tinggi lereng =(H)
Gaya yg menyebabkan tdk mantapnya lereng adalah
berat tanah : W = g A = g.H2 (tiap satuan lebar
lereng tegak lurus arah gambar)
Faktor keamanan yg berhungan dgn kohesi = Fc

Dengan data-data di atas, maka angka stabilitas


Taylor dapat ditentukan dengan pers:
Ns = c. H Ns = c
Fc . H2 Fc . H
Jika cm = kohesi yg diperlukan untuk tercapainya
keseimbangan dalam suatu tinggi lereng =H, maka:
cm = c/ Fc, sehingga
Ns = c = cm
Fc . H . H

Jika Hkr = tinggi kritis, Fk yg berhubungan dengan


tinggi= Fk yg berhubungan dgn kohesi.

Jadi:
Fc = Hkr
H
Ns = c = cm = cm
Fc . H . Hkr . H
Letak titik pusat lingkaran kritis untuk kelongsoran ujung
kaki dengan sudut lereng  < 53o
Letak titik pusat lingkaran kritis untuk kelongsoran ujung
kaki dengan sudut lereng  > 53o
Contoh soal
Suatu galian sedalam 8 m dengan sudut
kemiringan = 30o direncanakan untuk jalan raya.
Pada permukaan atas galian terjadi keretakan
tetapi diabaikan.
Jika tanah mempunyai data-data sebagai berikut:
- Berat isi tanah  = 2,10 t/m3
- Kohesi tanah c = 0,30 kg/cm2
- sudut geser dalam tanah  = 5o
Tentukan faktor keamanannya !

Penyelesaian:
L = /360o. 2. R
L = 80o/360o. (2). (3,14). (13,60) = 18,98 m

You might also like