Professional Documents
Culture Documents
JUDUL PENELITIAN
IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA BERBAHAYA (RHODAMIN B)
PADA BUAH KOLANG-KALING DI PASAR KECAMATAN
MEJOBO KABUPATEN KUDUS
Warna dari suatu produk makanan atau minuman merupakan salah satu
ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan
kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan
kimia dalam makanan, seperti pencoklatan
Zat warna alami mengandung pigmen yang secara umum berasal dari
tumbuh-tumbuhan, tetapi beberapa zat warna alami tidak menguntungkan, tidak
stabil selama proses dan penyimpanan. Kestabilan zat warna alami tergantung
pada beberapa faktor antara lain cahaya, oksigen, logam berat, oksidasi,
temperatur, keadaan air, dan pH, sehingga penggunaan zat warna sintetik pun
semakin meluas. Keunggulan zat warna sintetik antara lain lebih murah, lebih
mudah untuk digunakan, lebih stabil, lebih tahan terhadap berbagai kondisi
lingkungan, daya mewarnainya lebih kuat, dan memiliki rentang warna yang lebih
luas.
Beberapa zat warna sintetis ada yang membahayakan kesehatan sehingga
tidak diijinkan penggunaannya. Beberapa produsen makanan dan minuman masih
menggunakan zat warna sintetis yang dilarang tersebut untuk produknya dengan
alasan zat warna tersebut memiliki warna yang cerah, praktis digunakan,
harganya relatif murah, serta tersedia dalam kemasan kecil di pasaran sehingga
memungkinkan masyarakat tingkat bawah untuk membelinya.
Penambahan zat warna (rhodamin B) dalam makanan, minuma seperti
buah kolang-kaling sebagai pelengkap minuman es buah mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap selera dan daya tarik konsumen.
Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai
pewarna tekstil. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28,Tahun 2004, rhodamin
B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-
produk pangan
Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit,
iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati.
Zat warna rhodamin B walaupun telah dilarang penggunaanya ternyata masih ada
produsen yang sengaja menambahkan zat warna rhodamin B untuk buah kolang-
kaling sebagai pewarna merah dengan alasan warnanya sangat bagus, mudah
didapat, dan murah harganya.
Sampel diambil dari pedagang buah kolang-kaling yang beredar di pasar
Kecamatan Mejobo kabupaten kudus. Pasar yang merupakan tempat masyarakat
laweyan berjual beli sebanyak 6 pasar, yaitu Pasar Brayung, Pasar Mrapat,
PasarJepang, Pasar Ndoro, Pasar Wergu, Pasar bareng,. Penetapan lokasi ini
karena di pasar Kecamatan Mejobo Kabupaten kudus penjualan buah kolang-
kaling relatif besar. Dalam sehari pedagang mampu menjual rata-rata 20kg buah
kolang-kaling setiap hari,
Hal ini membuktikan bahwa kolang-kaling banyak dikonsumsi
masyarakat sebagai minuman eh buah. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
mengetahui apakah zat warna rhodamin B masih digunakan sebagai pewarna pada
buah kolang-kaling yang beredar di pasar Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus .
3. RUMUSAN MASALAH
4. TUJUAN
5. LUARAN PENELITIAN
Luaran dari penelitian ini adalah wawasan masyarakat semakin bertambah
mengenai pewarna berbahaya bagi kesehatan.
6. KONTRIBUSI PENELITIAN
Kegunaan dari program ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya yaitu :
a. Bagi Masyarakat
Hasil program penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah
pengetahuan masyarakat tentang pewarna berbahaya terutama Rhodamin B.
b. Bagi peneliti lain
Hasil program penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain
sebagai bahan rujukan dalam pengembangan penelitian lebih lanjut.
c. Bagi Kesehatan Sosial
Hasil program penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mencegah terkena
penyakit akibat pewarna berbahaya pada makanan dan minuman.
7. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pewarna makanan terdiri dari dua jenis yaitu yang alami dan
sintetik berikut disamping hanya yang sintetik saja. Bahan pewarna sintetik yang
telah dihasilkan para ahli kimia berasal dari Coal Tar, yang jumlahnya ratusan.
Pewarna sintetik yang juga disebut pewarna buatan, banyak disenangi oleh
industri pangan maupun non pangan (tekstil, kulit dan kertas).
8 Deskripsi
9 479,02
C28 H31N203Cl
Berat 81-88-9
molekul 0848
Rumus 1650C
molekul
8. METODE PENELITIAN
Cara kerja analisa ini adalah melarutkan suatu zat pewarna yang
dicurigai ke dalam air destilata, sehingga didapat konsentrasi 1,0 mg/ml atau 1
g/l, kemudian larutan tersebut diteteskan (spot) pada +2 cm dari ujung kertas
saring yang berukuran 20x20 cm. Selanjutnya kertas saring tersebut
dimasukkan ke dalam gelas yang telah diisi air secukupnya (diletakkan 1-1,5
cm dari basar gelas). Air akan terhisap secara kapiler atau merembes ke atas,
dan air dibirkan merembes sampai 3/4 tinggi gelas. Kertas saring diangkat dan
dikeringkan di udara. Setelah kering, kertas dilipat dua dan dilipat lagi
menjadi tiga seperti telihat pada Gambar 1, sehingga terdapat 8 bagian antara
spot asli dan batas pelarut. Seluruh analisis ini dapat selesai kurang dari 1,5
jam. Hasilnya zat pewarna tekstil praktis tidak bergerak pada tempatnya.
9. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
c. Anggota Pelaksana II
Nama Lengkap :
NIM :
Fakultas/ Program Studi :
Perguruan Tinggi :
Waktu untuk kegiatan : 16 jam/ minggu
2) Peralatan penunjang
a. Glass Beker 6 @ Rp. 50.000,00 Rp. 300.000,00
b. Kertas Saring Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00
4) Lain-lain
a. Pengurusan perijinan Rp. 250.000,00
b. Dokumentasi Rp. 100.000,00
c. Penyusunan laporan akhir dan artikel ilmiah Rp. 100.000,00
Jumlah Rp. 450.000,00
13. LAMPIRAN
a. Daftar Pustaka