You are on page 1of 12

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MASYARAKAT MADANI

Oleh

1. Elisnawati
2. Nurul Badriah
3. Sri Hartati
4. Tiara Adelina

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Jurusan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya
Masyarakat Madani

1. Pendahuluan

Salah satu upaya gerakan tarbiyah yang menekanka kepada pendidikan Iindividu,
keluarga dan masyarakat adalah terciptanya masyarakat madani. Tarbiyah yang
komponennya antara lain menyemarakkan membaca dan mengkaji Al Quran, tazkiyatun
nafs atau pembersihan jiwa dan kemudian menyebarkan serta mendakwahkan apa yang
telah dipelajari dalam Islam.

Sedangkan masyarakat madani merupakan pola yang diterapkan semasa Rasulullah


SAW di Madinah dimana komunitas Islam hidup dalam damai dengan komunitas
lainnya seperti Yahudi dan Nasrani. Masyarakat Madani ini yang mayoritas Muslim
mengatur tata masyarakat yang berlandaskan kepada keluhuran Islam. Perangkat ajaran
Islam inilah yang kemudian melahirkan masyarakat ideal dimana saat itu Rasulullah
menjadi panutan dan pimpinan umat.

2. Masyarakat Madani
2.1. Konsep Masyarakat Madani

Dalam mendefenisikan tema masyarakat madani sangat bergantung pada kondisi


sosio kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep masyarakat madani
merupakan bangunan konsep yang lahir dari sejarah pergaulan bangsa Eropa Barat.

Zbiqniew Ran mendefenisikan masyarakat madani, dengan latar belakang


kaitannya pada kawasan Eropa Timur dan Uni Soviet, ia mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan masyarakat madani adalah merupakan suatu masyarakat yang
berkembang dari sejarah, yang mengendalikan ruang dimana individu dan perkumpulan
tempat mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai – nilai yang
mereka yakini. Ruang ini timbul diantara hubungan – hubungan yang merupakan hasil
komitmen keluarga dan hubungan – hubungan yang menyangkut kewajiban mereka
terhadap negara. Oleh karenanya, maka yang dimaksud masyarakat madani adalah
sebuah ruang yang bebas dari pengaruh keluarga dan kekuasaan negara, dan pengaruh
kekuasaan keluarga dan negara dalam masyarakat madani ini diekspresikan dalam
gambar ciri – cirinya, yakni individualisme, pasar (market) dan pluralisme. Batasan
yang dikemukakan oleh RAU ini menekankan pada adanya ruang hidup dalma
kehidupan sehari – hari serta memberikan integrasi sistem nilai yang harus ada dalam
masyarakat madani, yakni individualisme pasar (market) dan pluralisme.

Konsep yang dikemukakan oleh Kim Sunhuhyuk dalam konteks Korea Selatan,
ia menyatakan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah suatu satuan
yang terdiri dari kelompok – kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan
gerakan – gerakan dalam masyarakat yang secara relatif otonom dari negara, yang
merupakan satuan – satuan dasar dari (re) produksi dan masyarakat politik yang mampu
melakukan kegiatan politik dalam suatu ruang publik, guna menyatakan kepedulian
mereka dan memajukan kepentingan – kepentingan mereka menurut prinsip – prinsip
pluralisme dan pengelolaan yang mandiri.

Pada makna diatas menggambarkan adanya organisasi masyarakat yang secara


tidak langsung mempunyai polusi yang otonom dari pengaruh dan kekuasaan negara.
Eksistensi, organisasi – organisasi ini mengisyaratkan adanya ruang publik (publik
sphere) yang memungkinkan untuk menuangkan kepentingan – kepentingan tertentu
dengan maksud – maksud tertentu pula.

Di Indonesia, terma masayarakat madani di terjemahkan secara berbeda-beda


seperti masyarakat madani sendiri, masyarkat sipil, masyarakat kewargaan, masyarakat
warga dan civil sosiety (tanpa diterjemahkan).
Masyarakat madani, sebagai terjemahan istilah civil society, pertama kali
digunakna oleh Pato Seri Anwar Ibrahim dalam Ceramahnya pada Simposium National
dalam rangka forum Ilmiah pada acara festifal Isiqlal, 26 September 1995 di Jakara.
Konsep ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat memiliki peradaban maju.

Upaya untuk mengaktualisasikan demokrasi dan masyarakat madani di


Indonesia melalui pendidikan kelihatannya masih harus menempuh jalan panjang.
Pendidikan haruslah melakukan reorientasi dan berusaha menerapkan paradigma baru
pendidikan nasional, yang tujuan akhirnya adalah pembentukan masyarakat Indonesia
yang demokratis dan berpegang teguh pada nilai – nilai civilitty (Keadaan).

Apabila ingin membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis maka


setiap warga negara haruslah melalui karakter atau jiwa yang demokratis pula. Sebagai
warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat terhadap sesama warga
negara terutama dalam konteks adanya Pluralitas masyarakat Indonesia yang terdiri dari
berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan ideologi politik. Selain itu, sebagai
warga negara yang demokrat, seorang warga negara juga dituntut untuk turut
bertanggungjawab menjaga keharmonisan hubungan antar etnis serta keteraturan dan
keertiban negara yang berdiri diatas pluralitas tersebut. Setiap warga negara yang
demokrat harus bersikap kritis terhadap kenyataan membuka diskusi dan dialog,
bersikap terbuka, rasional, adil dan jujur. Dalam paham civil society, rakyat bukanlah
subordinat negara melainkan partner yang setara masyarakat mempunyai peranan yang
dalam segala hal.

Dalam konsep islam masyarakat madani adalah masyarakat yang dicontohkan


pada zaman Rasulullah SAW. Pembahasan tentang masyarakat madani dalam islam ini
akan dibahas lebih lengkap pada prisip masyarakat madani.
2.2. Karakteristik Masyarakat Madani

Adapun karakteristiknya pertama, Free Public Sphere adalah adanya ruang


publik yang bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat. Pada ruang publik
yang bebaslah individu dalam posisinya yang setara mampu melakukan transaksi –
transaksi wacana dan praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kehawatiran.
Persyarat ini dikemukakan oleh Arendit dan Habermal lebih lanjut dikatakan bahwa
ruang publik secara teoritis bisa diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai
warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik. Warga negara
berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat berserikat,
berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.

Kedua, Demokrasi merupakan satu entitas yang menajdi penegak wacana


masyarakat madani, diaman dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki
kebebasan penuh untuk meyakinkan aktifitas kesehariannya, termasuk berinteraksi
dengan lingkungannya. Demokrasi berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola
hubungan berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan
suku, ras, dan agama. Prasarat demokratis ini banyak di kemukakan oleh para pakar
yang mengkaji fenomena masyarakat madani. Bahkan demokrasi merupakan salah satu
syarat mutlak bagi penegakan masyarakat madani.

Ketiga, toleransi meupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani


untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang
dikemukakan orang lain. Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing –
masing individu untuk menghargai dan menghormati pendapat serta aktifitas yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat yang lain berbeda. Toleransi menurut Nurcholish
Madjid merupakan persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika
toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang “enak” anatra berbagai
kelompok yang berbeda – beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai “hikmah” atau
“manfaat” dari pelaksanaan ajaran yang benar.
Azyumardi Azra pun menyebutkan bahwa masyarakat madani (civil society)
lebih dari sekedar gerakan – gerakan pro demokrasi. Masyarakat madani juga mengacu
ke hidupan yang berkualitas dan tamaadun (civil). Civilitas meniscayakan ideransi,
yakni kesediaan individu – individu untuk menerasi pandangan – pandangan politik dan
sikap sosial yang berbeda.

Empat, Pluralisme merupakan satuan prasarat penegakan masyarakat madani,


maka pluralisme harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatacara
kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan
sehari – hari pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan
menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai dengan sikap yang
tulus untuk menerima kenyataan pluralisme itu sebagai bernilai positifdan merupakan
rahmat Tuhan.

Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini merupakan prasyarat bagi


tegaknya masyarakat madani. Pluralisme menurutnya adalah pertalian sejati
kebhinekaan dalam ikatan – ikatan keadaan. Bahkan pluralisme adalah juga suatu
keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui mekanisme pengawasan
dan pengembangan. Lebih lanjut Nurcholish mengatakan bahwa sikap penuh pengertian
kepada orang lain itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat
yang tidak menolitik.

Kelima, keadilan sosial merupakan keadilan yang menyebutkan kesimbangan


dan pembagian yang proposional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang
mencakup seluruh aspek kehidupan.

Dalam pemikiran mengenai format bernegara menuju Indonesia Baru Pasca


Orde Baru (era reformasi ) teridentifikasi konsep masyarakat madani yang telah
berkembang sebagai alternatif pendekatan, karena masyarakat madani berisikan nilai –
nilai dan konsep – konsep dasar tetentu yang berguna dalam rangka pemberdayaan
masyarakat atau lebih menyeimbangkan posisi dan peran penentuan yang tetap terasa
pada perwujudan cita – cita berbangsa dan bernegara sebagaimana di amanatkan UUD
1945.

Adapun nilai – nilai dasar masyarakat madani antara lain adalah kebutuhan,
kemerdekaan, hak asasi dan martabat manusia, kebangsaan, demokrasi, kemajemukan,
kebersamaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan, keadilan dan supermasi hukum,
dan sebagainya.

Menciptakan masyarakat madani merupakan peluang bagi agama. Menurut


Ayatullah Khomuni, ada keterkaitan erat antara agama dan politik. Masyarakat madani
dapat juga dikatakan sebagai sebuah “revolusi”.

Dalam rangka memberdayakan masyarakat untuk memikul tanggung jawab


pembangunan, peran pemerintah dapat ditingkatkan antara melalui :

1. Pengurangan hambatan dan landasan – landasan bagi kreatifikasi dan partisipasi


masyarakat.

2. Perluasan akses, pelayanan untuk menunjang berbagai kegiatan sosial dan


ekonomi masyarakat.

3. Penghargaan program untuk lebih meningkatkan kemampuan dan memberikan


kesempatan kepada masyarakat berperan aktif dalam memanfaatkan dan
mendayagunakan sumber daya produktif yang tersedia sehingga memiliki nilai
tambah tinggi, guna meningkatkan kesejahteraan mereka.

Dalam buku ajar matakuliah Pendidikan Agama Islam Universitas Sriwijaya


karakteristik masyarakat madani ini dibagi menjadi tujuh karakteristik, yaitu:

1. Bertuhan, artinya masyarakat madani haruslah masyarkat yang beragama,


mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hokum Tuhan sebagai landasan di
dalam kehidupan.
2. Damai, maksudnya di dalam kehidupan bermasyarakat masing-masing dapat
menjaga keindividuan, tidak ada masyarakat mayoritas yang menindas
masyarakat minoritas.

3. Tolong menolong tanpa memandang kelompok dan agama.

4. Toleransi, artinya setiap penduduk mempunyai privacytidak bisa diganggu oleh


siapapun, dan tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain karena Allah telah
memberikan kebebasan kepada manusia.

5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam semua aspek kehidupan.

6. Berperadaban tinggi, masyakat madani adalah masyarakat yang mencintai ilmu


pengetahuan. Di dalam islam ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting
dalam kehidupan manusia. Selain diwajibkan untuk menuntut ilmu dan
mengembangkannya, di dalam Al Qur’an menjanjikan bahwa orang-orang yang
berilmu akan ditinggikan derajatnya.

7. Berakhlak mulia, artinya masyarakat madani mengaplikasikan nilai-nilai


ketuhanan sehingga akhlak mereka tetap terjaga.

2.3. Prinsip Masyarakat Madani

Menurut al-Umari (1995), ada beberapa prinsip dasar yang dapat diidentifikasi
dalam pembentukan masyarakat madani, di antaranya adalah 1) adanaya sistem
muakhkhah (persaudaraan), 2) ikatan iman, 3) ikatan cinta, 4) persamaan si kaya dan si
miskin, dan 5) toleransi umat beragama.

Pertama, sistem muakhkhah. Muakhkhah berarti persaudaraan. Islam


memandang orang-orang muslim sebagai saudara (Q.S al-Hujurat (49):10). Membangun
suatu hubungan persaudaraan yang akrab dan tolong-menolong dalam kebaikan adalah
kewajiban bagi setiap muslim. Sistem persaudaraan ini dibangun Nabi saw. sejak beliau
masih berdomisili di Mekah atas dasar kesetiaan terhadap kebenaran dan saling
menolong. Setelah nabi saw. di Madinah, sistem ini terus dimantapkan sebagai modal
untuk membangun negara yang kuat. Persaudaraan antara kaum Muhajirin (pendatang
dari Mekah) dan Ansar (penduduk asli Madinah) segera dijalin oleh nabi saw. Sistem
Muakhkhah ini dirumuskan dalam perundang-undangan resmi. Perundang-undangan ini
menghasilkan hak-hak khusus di antara kedua belah pihak (Muhajirin dan Ansar) yang
menjadi saudara, sampai-sampai ada yang saling mewarisi meskipun tidak ada
hubungan kekerabatan.

Kedua, ikatan iman. Islam menjadikan ikatan iman sebagai dasar paling kuat
yang dapat mengikat masyarakat dalam keharmonisan, meskipun tetap membolehkan,
bahkan mendorong bentuk-bentuk ikatan lain, seperti kekeluargaan sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip agama. Masyarakat Madinah dibangun oleh Nabi saw. di
atas keimanan dan keteguhan terhadap Islam yang mengakui persaudaraan dan
perlindungan sebagai suatu yang datang dari Allah, Rasul-Nya dan kaum muslimin
semuanya.

Ketiga, ikatan cinta. Nabi saw. membangun masyarakat Madinah atas dasar
cinta dan tolong-menolong. Hubungan antara sesama mukmin berpijak atas dasar saling
menghormati. Orang kaya tidak memandang rendah orang miskin, tidak juga pemimpin
terhadap rakyatnya, atau yang kuat terhadap yang lemah. Fondasi cinta ini dapat
diperkukuh dengan saling memberikan hadiah dan kenang-kenangan. Dengan cinta
inilah masyarakat Madinah dapat membangun masyarakat yang kuat.

Keempat, persamaan si kaya dan si miskin. Dalam masyarakat Madinah si kaya


dan si miskin mulai berjuang bersama atas dasar persamaan Islam dan mencegah
munculnya kesenjangan kelas dalam masyarakat.

Kelima, toleransi umat beragama. Toleransi yang dilaksanakan pada masyarakat


Madinah antara sesama agama (Islam), seperti yang dilakukan antara kaum Muhajirin
dan kaum Ansar, dan adakalanya antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi yang
berbeda agama. Toleransi ini diikat oleh aturan-aturan yang kemudian terdokumentasi
dalam Piagam Madinah.

Itulah lima prinsip dasar yang dibuat oleh Nabi saw. untuk mengatur masyarakat
Madinah yang tertuang dalam suatu piagam yang kemudian dikenal dengan nama
Piagam Madinah. Masyarakat pendukung piagam ini memperlihatkan karakter
masyarakat majemuk, baik ditinjau dari segi etnis, budaya, dan agama. Di dalamnya
terdapat etnis Arab Muslim, Yahudi, dan Arab Non Muslim.

2.4. Peranan Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Allah memberikan kelebihan kepada umat islam yaitu umat yang baik atau
sebaik-baiknya umat. Bila ditinjau dari kehidupan, umat islam adalah umat yang
mempunyai aturan hidup yang sempurna diantara umat lainnya. Al Qur’an dan as-
Sunnah yang dipakai sebagai sumber hokum tentu saja memberikan aturan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan.

Umat islam dapat mewujudkan masyarakat madani apabila mau menjadikan


hukum Allah sebagai landasan dalam kehidupannya. Bila merujuk pada masyarakat
yang telah ada dalam sejarah yaitu masyarakat yang dipimpin oleh Rasulullah SAW
tentu saja islam bukan sekedar simbo-simbol semata tetapi benar-benar diaplikasikan di
dalam kehidupan. Mereka mampu menegakkan islam sebagai substansi di dalam setiap
gerak kehidupan mereka.

Contoh teladan masyarakat madani inilah yang kemudian melahirkan generasi


cemerlang sampai berakhirnya Khalifah Utsmani tahun 1924. Sebelum kekhalifahan ini
terkubur generasi umat Islam salafusaleh telah melahirkan karya-karya gemilang baik
dalam segi akhlak, keimanan, keluarga, masyarakat sampai kepada ilmu dan teknologi
yang sampai sekarang masih digunakan. Melalui perangkat tarbiyah dengan pembinaan
pribadi, keluarga dan masyarakat ini diharapkan Masyarakat Madani tercipta lagi.
3. Penutup

Masyarakat madani adalah merupakan suatu masyarakat yang berkembang dari


sejarah, yang mengendalikan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka
bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai – nilai yang mereka yakini.
Adapun karakteristik masyarakat madani itu di antaranya: Free Public Sphere,
Demokrasi, toleransi, Pluralisme, dan keadilan social.

Prinsip-prinsip masyarakat madani antara lain: system persaudaraan, , ikatan


iman, ikatan cinta, persamaan si kaya dan si miskin, dan toleransi umat beragama.
Sedangkan dalam pembentukan masyarakat madani peran umat islam akan telihat jika
umat islam itu sendiri menjadikan hukum Allah sebagai landasan kehidupannya.

Daftar pustaka

Aida Imtihana, dkk. 2009. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Palembang. Unsri.

http://azai82.multiply.com/journal/item/9/Masyarakat_Madani_dalam_Konteks_Pemiki
ran_Hukum_Islam (tanggal akses 17 Maret 2010)

http://fahmifathullah.ngeblogs.com/2009/11/22/prinsip-masyarakat-madani-menurut-islam
(tanggal akses 17 Maret 2010)

http://jariksumut.wordpress.com/2007/08/31/membentuk-masyarakat-madani-yang-
demokratis-harmonis-dan-partisifatif (tanggal akses 17 maret 2010)

You might also like