You are on page 1of 9

1

Pengantar
Dewasa ini, pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan nyata maupun
fiksi mulai mengalami interferensi dan mulai bergeser digantikan dengan pemakaian
bahasa gaul yang dekat dengan bahasa Betawi dengan beberapa perubahan kata baru
berupa kata, seperti nyokap dan bokap, serta berupa singkatan-singakatan.
Interferensi dan pergeseran ini dapat dimaklumi karena bahasa Betawi adalah bahasa
asli Jakarta yang merupakan Daerah Khusus Ibukota negara Indonesia. Dengan
memakai bahasa gaul tersebut, pemakainya akan dikatakan sebagai orang kota yang
modern dan bukan orang daerah yang kurang modern. Anggapan seperti ini jelas
salah karena bahasa gaul tersebut sangat dekat dengan bahasa Betawi yang
merupakan salah satu bahasa daerah juga di Indoensia. Antara bahasa Indonesia dan
bahasa gaul tentunya lebih modern dan lebih maju bahasa Indonesia. Hal ini karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa tingkat nasional yang berasal dari bahasa-bahasa
daerah di Indonesia dan bahasa asing. Sebaliknya, bahasa gaul hanya merupakan
bahasa tingkat daerah yang berasal dari bahasa Betawi.
Dahulu jika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda suku
dengannya, ia akan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, dewasa ini orang-
orang yang berbeda suku jika berkomunikasi satu sama lain akan mengunakan bahasa
gaul. Begitu pula dengan kasus interferensi, bahasa gaul kadang muncul dalam
penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi. Seharusnya interferensi bahasa
gaul dalam penggunaan bahasa Indonesia kita hindari karena hal itu tidak termasuk
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Dunia film nasional di Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul
ini. Tidak jarang pemakaian bahasa gaul muncul dalam pembicaraan tokoh-tokoh
dalam film nasional di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu penyebab pemakaian
bahasa gaul dalam masyarakat di Indonesia semakin luas karena para aktor dan aktris
idola masyarakat yang memainkan peran dalam film-film nasional tersebut berbahasa
gaul. Sebagian masyarakat terbukti menirukan bahasa gaul yang dipakai oleh para
tokoh dalam film nasional yang mereka tonton. Sebagai film nasional seharusnya
tidak memakai bahasa gaul dalam percakapan para tokohnya karena bahasa gaul
bukanlah bahasa nasional. Bahasa yang dipakai dalam film nasional seharusnya juga
bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia.
Peniruan bahasa gaul oleh masyarakat luas di Indonesia tentu saja berdampak
negatif terhadap pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan
2

pada masa yang akan datang. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya
pemakaian bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak lepas
dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan, para generasi muda inilah yang paling
banyak memakai bahasa gaul daripada memakai bahasa Indonesia. Untuk mengindari
pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat pada masa depan, perlu
adanya usaha pada saat ini menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman
dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional. Para orang tua, guru dan pemrintah sangat dituntut kinerja mereka dalam
menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak
Indonesia terhadap bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia
secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa depan dapat meningkat.

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya


“Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”, demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan
oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia.
Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa
persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa
Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting dikawasan republik kita (Alwi,
dkk, 2003:1). Dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, berarti
kita telah menjunjung tinggi bahasa persatuan seperti yang diikrarkan dalam sumpah
pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Akan tetapi, dengan menjunjung tinggi
bahasa Indonesia, tidak berarti kita melupakan bahasa daerah kita masing-masing.
Kita tidak harus berbahasa Indonesia secara terus-menerus sepanjang hayat kita.
Dalam berbahasa Indonesia, kita harus memperhatikan golongan penutur dan
jenis pemakaiannya. Ketika kita berada dalam situasi formal, seperti seminar
kebahasaan, kita menggunakan bahasa Indonesia secara benar (bahasa Indonesia
baku). Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap
baku itulah yang merupakan bahasa yang benar (Alwi, dkk, 2003:20). Akan tetapi,
jika kita berada di rumah atau di warung kopi yang orang-orangnya satu suku bangsa
dengan kita, kita gunakan saja bahasa daerah kita. Penggunaan bahasa daerah
merupakan usaha untuk mempertahankan bahasa daerah di tengah arus budaya
3

modern. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 36 UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”, tercantum dengan tegas, “Di daerah-
daerah yang memunyai bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-
baik, bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara” dan “Bahasa-
bahasa itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup”
Kita lebih baik baik berbahasa daerah daripada berbahasa gaul dalam situasi
yang tidak resmi. Mengapa demikian? Karena dengan berbahasa daerah, kita sudah
melestarikan bahasa daerah yang menjadi pemerkaya bahasa nasional dan sekaligus
pemerkaya bangsa Indonesia. Sebaliknya, jika kita menggunakan bahasa gaul di
daerah kita sendiri dengan orang-orang sebahasa daerah, kita tidak mencintai dan
tidak melestarikan bahasa daerah sendiri. Kebiasaan menggunakan bahasa gaul akan
membuat kita menggunakan sebagian kata bahasa gaul tersebut dalam penggunaan
bahasa Indonesia baku. Dengan kata lain terjadi interferensi (pengacauan) bahasa
gaul ke dalam pemakaian bahasa Indonesia baku. Kata yang sering muncul dari
bahasa gaul dalam pemakaian bahasa Indonesia baku adalah, seperti kata nggak atau
gak (bahasa gaul) yang seharusnya kata tidak (bahasa Indonesia). Hal ini harus kita
hindari sejauh mungkin dalam kehidupan kita.
Jelas bahwa kita sebagai bagian bangsa Indonesia sepatutnyalah
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah secara baik dan benar. Artinya,
kita menggunakan bahasa Indonesia dalam situasi formal, seperti dalam seminar
bahasa dan sastra Indonesia atau dengan penutur yang tidak menguasai bahasa daerah
kita dengan kaidah kebahasaan yang dibakukan dan kita menggunakan bahasa daerah
dalam situasi nonformal dengan orang-orang yang menguasai bahasa daerah kita atau
dalam situasi formal kedaerahan, seperti upacara adat secara benar menurut kaidah
kebahasaan yang beraku di daerah kita masing-masing.
Bagaimana kita bisa menggunakan bahasa Indonesia secara benar? Banyak
cara yang dapat kita lakukan agar kita menguasai bahasa Indonesia baku sehingga
kita bisa berbahasa Indonesia secara benar. Cara-cara itu dapat kita kelompokkan
menjadi dua, yakni melalui pendidikan formal (di sekolah dan perguruan tinggi), dan
melalui kegiatan di luar pendidikan formal. Pembelajaran bahasa Indonesia melalui
pendidikan formal di sekolah dan di perguruan tinggi harus ditambah dengan kegiatan
di luar pendidikan formal. Kegiatan di luar pendidikan formal, misalnya membaca
buku-buku kebahasaan bahasa Indonesia seperti buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia karangan Hasan Alwi, dkk terbitan Balai Pustaka, mencermati lema beserta
4

deskripsi maknanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa, praktik-praktik berbahasa Indonesia dengan teman dalam
kelompok belajar, dan juga menyimak sekaligus mengikuti tanya jawab dalam siaran
Bahasa Indonesia di radio atau di televisi.

Inteferensi Bahasa Gaul dalam Penggunaan Bahasa Indonesia


Di masyarakat pada saat ini sering kita dengar percakapan orang-orang
dengan menggunakan bahasa gaul. Bahasa gaul tidak hanya dipakai oleh para remaja,
tetapi juga digunakan oleh orang-orang dewasa. Bahasa gaul dianggap lebih modern
daripada bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Penggunanya pun akan dikatakan
sebagai orang yang modern. Hal ini dapat kita pahami karena bahasa gaul lahir dari
masyarakat perkotaan yang modern sehingga penggunanya pun akan dikatakan
sebagai orang kota yang modern. Padahal bahasa gaul sangat dekat dengan bahasa
Betawi di Ibukota Negara Indonesia yang sebenarnya merupakan bahasa daerah juga.
Bahasa gaul sangat kental dengan bahasa Betawi dengan beberapa perubahan kata
baru berupa kata, seperti nyokap dan bokap, serta berupa singkatan-singakatan.
Bahasa gaul sebenarnya bukanlah bahasa yang dilarang penggunaannya. Jika
kita kategorikan, bahasa gaul dapat kita kategorikan sebagai bahasa prokem yang
termasuk ke dalam bahasa slang yang menambah khazanah kekayaan bahasa di
Indonesia. Hal yang meyebabkan bahasa gaul dapat disebut sebagai masalah adalah
jika bahasa gaul menggeser penggunaan bahasa Indonesia (sudah dijelaskan di atas)
dan jika dipakai dalam penggunaan bahasa Indonesia atau yang sering kita sebut
dengan inteferensi bahasa gaul ke dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Alwi, 2005:438) interferensi adalah masuknya unsur serapan ke
dalam bahasa lain yang bersifat melanggar kaidah gramatika bahasa yang menyerap.
Interferensi bahasa gaul inilah yang harus kita hindari. Penyebab terjadinya
interferensi ini salah satunya adalah seringnya bahasa gaul dipakai dalam kehidupan
sehari-hari sedangkan bahasa Indonesia jarang digunakan. Kurangnya kompetensi
berbahasa Indonesia juga dapat meyebabkan terjadinya interferesi bahasa gaul ke
dalam bahasa Indonesia. Interferensi bahasa gaul ke dalam bahasa Indonesia yang
paling sering terjadi adalah interferensi pada tataran morfem.
Interferensi pada tataran morfem ini dapat terjadi pada morfem terikat dan
mofem bebas. Morfem terikat yang penulis maksud adalah seperti afiks atau imbuhan
dan yang termasuk morfem bebas berupa kata yang dapat berdiri sendiri. Interferensi
5

pada morfem terikat dapat kita lihat seperti dalam pengimbuhan sufiks –in yang
merupakan sufiks bahasa gaul pada bentuk dasar laku yang merupakan kata dasar
bahasa Indonesia sehingga menjadi kata turunan lakuin. Masuknya unsur morfem
terikat berupa sufiks –in ini merupakan bentuk interferensi bahasa gaul dalam
penggunaan bahasa Indonesia pada tataran morfem terikat. Seharusnya kata itu
menjadi melakukan dan bukan lakuin.
Pada tataran morfem bebas kata-kata bahasa gaul yang sering masuk ke dalam
penggunaan bahasa Indonesia, seperti kata nggak atau gak, bikin, dan cuman. Kata-
kata itu muncul dalam kalimat, seperti Kamu sedang bikin apa? dan Aku gak pernah
mencuri. Penggunaan bahasa gaul dalam bahasa Indonesia ini sebaiknya kita hindari
karena membuat kita tidak menggunakan bahasa Indonesia secara benar dalam situasi
resmi.

Film Nasional dan Pemakaian Bahasa Gaul di dalamnya


Usia perfilman nasional kita lebih kurang sudah 82 tahun sejak
ditayangkannya film nasional pertama berjudul Loetoeng Kasaroeng pada tahun 1926
silam. Dunia perfliman di Indonesia mengalami pasang surut di Indoensia. Pada
1970, jumlah produksi mencapai 21 judul setahun, kemudian memuncak pada 1977
menjadi 124 (J.B. Kristanto, 2004). Pada awal tahun 2000-an perfilm nasional mulai
bangkit kembali dengan berbagai tema yang membuat para penonton puas menikmati
setiap alur ceritanya. Tema-tema tersebut mulai tema cinta, horor, relegius, hingga
tema komedi dewasa yang dikemas sedemikian rupa untuk menarik minat masyarakat
menonton beramai-ramai. Film-film nasional pada tahun 2000-an itu antara lain,
Kudesak (2000), Pasir Berbisik (2001), dan Ayat-Ayat Cinta (2008). Akan tetapi,
dalam hal ini penulis tidak membahas tema-tema film nasional tersebut. Dalam film
nasional di Indonesia ada satu hal yang membuat penulis tertarik, yakni penggunaan
bahasa oleh para pelaku yang diperankan para aktris dan aktor ternama di Indonesia.
Sebagian besar para pelaku dalam film nasional di negera kita menggunakan bahasa
Indonesia yang terinterferensi dengan bahasa gaul, bahkan ada pelaku dalam film
nasional yang menggunakan bahasa gaul secara keseluruhan. Padahal bahasa dalam
film nasional seharusnya juga menggunakan bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia
secara benar. Hal ini bukan berarti bahwa bahasa gaul dilarang penggunaannya di
negara Indonesia. Bahasa gaul tetap boleh dipakai di negara kita sebagai pemerkaya
khazanah bahasa. Akan tetapi, bahasa gaul yang dapat kita katakan sebagai bentuk
6

slang itu harus dipakai dalam kelompok tertentu saja. Film nasional tidak hanya
ditonton oleh kelompok remaja gaul, tetapi ditonton oleh semua lapisan masyarakat
secara nasional. Melihat kenyataan ini, tentunya bahasa yang menjadi alat
komunikasi semua lapisan masyarakat adalah bahasa nasional, yakni bahasa
Indonesia.
Penggunaan bahasa Indoensia dalam film nasional bukanlah sebagai bentuk
pengerdilan bangsa Indonesia. Ada sebagian orang Indonesia yang beranggapan
bahwa jika hanya menggunakan bahasa Indonesia di negara kita, berarti merupakan
bentuk pengerdilan bangsa Indonesia. Anggapan ini tentulah salah. Mengapa penulis
katakan salah? Karena dengan menggunakan bahasa Indonesia, persatuan di negara
kita akan semakin kuat sehingga keutuhan negara kita tetap dapat kita jaga bersama.
Sebaliknya, jika bahasa gaul yang dipakai tentulah tidak semua warga negara
Indonesia dapat memahaminya. Dengan demikian, kerekatan persatuan di negara kita
akan berkurang. Jika sudah berkurang, suku-suku di negara Indoensia akan
melepaskan diri dari negara Indoensia. Hal inilah yang akan membuat bangsa kita
menjadi kerdil.
Pemakaian bahasa gaul dalam film nasional ini ternyata menjadi penyebab
bahasa gaul semakin banyak dipakai oleh warga negara Indonesia. Dapat kita katakan
bahwa film nasional menjadi media penyebar bahasa gaul di Indonesia. Hal ini karena
para aktor dan aktris idola masyarakat yang memainkan peran dalam film-film
nasional tersebut berbahasa gaul. Sebagian masyarakat terbukti menirukan bahasa
gaul yang dipakai oleh para tokoh dalam film nasional yang mereka tonton. Sebagai
film nasional seharusnya tidak memakai bahasa gaul dalam percakapan para
tokohnya karena bahasa gaul bukanlah bahasa nasional. Hal itu bukanlah sesuatu
yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia karena dengan semakin luasnya
penggunaan bahasa gaul tersebut, penggunaan bahasa Indonesia mengalami
interferensi dari bahasa gaul dan pergeseran. Pergeseran yang penulis maksud adalah
warga Indonesia bergeser dari penggunaan bahasa Indonesia ke penggunaan bahasa
gaul. Padahal yang menjadi bahasa nasional di negara kita adalah bahasa Indonesia
dan bukanlah bahasa gaul.
Dewasa ini pemakaian bahasa gaul dalam film nasional seakan-akan menjadi
bahasa nasional di negara kita. Tentunya sebagai warga negara Indonesia yang baik,
kita seharusnya tidak meniru penggunaan bahasa gaul tersebut dalam pergaulan kita
7

di masyarakat, seperti di mal-mal yang kita kunjungi. Bahasa Indonesia haruslah kita
utamakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Generasi Bangsa Indonesia


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan sedang dalam proses
pembangunan. Sebagai sebuah bangsa besar yang sedang membangun, Indonesia
tentulah memerlukan generasi-generasi penerus yang andal di berbagai bidang untuk
dapat mewujudkan masyarakat adil, makamur, dan merata. Untuk menjadikan
generasi penerus bangsa ini sebagai sumber daya manusia yang andal dan tangguh
diperlukan pendidikan bermutu di setiap daerah. Dalam hal pendidikan di Indonesia,
kita lebih banyak mendapatkan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu dengan
bahasa Indonesia baku atau benar. Bahasa Indonesia baku bagi sebagian besar orang
Indonesia merupakan bahasa kedua setelah menguasai bahasa pertama atau bahasa
ibu. Walaupun sebagai bahasa kedua, bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar
dalam dunia pendidikan. Karena itu, para generasi bangsa kita harus mengusai bahasa
Indonesia agar dapat memiliki banyak pengetahuan sehingga menjadi sumber daya
manusia yang andal dan dapat membangun bangsa ini secara optimal. Mendapatkan
pengetahuan tentulah bukan hanya dari jalur pendidikan di sekolah atau di perguruan
tinggi, tetapi juga di masyarakat luas.
Dewasa ini begitu banyak informasi yang beredar di sekitar kita dari segala
penjuru dunia yang sebagian besar dikemas dalam bahasa Indonesia baku. Mulai dari
buku-buku pelajaran, surat kabar, hingga berita-berita di televisi, informasi tersebar di
sekeliling kita. Jangan heran, jika kita tidak mengikuti perkembangan informasi, kita
akan menjadi orang asing di masyarakat kita sendiri! Kita akan merasa tersisihkan
dalam pergaulan jika kita tidak mau mengikuti pekembangan informasi yang tersebar
di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Penyebaran informasi,
baik yang berupa peristiwa, ilmu, maupun penemuan-penemuan terbaru disajikan
secara lisan dan tulisan. Secara lisan sering kita temui dalam media elektronik, seperti
televisi dan radio. Informasi yang disampaikan secara tertulis dapat kita jumpai di
media elektronik, seperti informasi di internet, dan juga di media cetak, seperti surat
kabar, majalah, dan buku-buku.
Kenyataan ini mengharuskan para generasi penerus bangsa Indonesia
menguasai bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia
yang benar secara kaidah kebahasaan di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa
8

bahasa Indonesia sangat penting dalam membentuk generasi bangsa yang cerdas dan
kompetitif. Dengan terbentuknya generasi cerdas dan kompetitif, bangsa Indonesia
akan mudah dalam proses pembangunan yang hingga saat ini masih digalakkan di
berbagai bidang kehidupan. Karena itulah, para generasi penerus bangsa ini harus
mendapatkan pemahaman betapa pentingnya penggunaan bahasa Indonesia terhadap
kemajuan bangsa Indonesia. Dengan pemahaman tersebut, generasi penerus bangsa
ini dengan sendiri juga akan menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia dalam
rangka mewujudkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju dan makmur secara
merata di berbagai bidang kehidupan.

Hal-Hal yang Perlu Dilakukan


Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang
digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia modern, perlu adanya tindakan nyata
dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan
bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia nyata dan fiksi yang
menyebabkan interferesi ke dalam bahasa Indonesia dan pergeseran bahasa Indonesia
tersebut di atas, ada hal-hal yang perlu dilakukan.
Pertama, menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus
bangsa ini bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus kita utamakan
penggunaannya. Dengan demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa gaul. Penyadaran ini dapat
dilakukan oleh para orang tua di rumah kepada anak-anak mereka. Dapat pula
dilakukan oleh para guru kepada para siswa mereka. Selain itu, pihak pemerintah
dapat bertindak secara bijak dalam menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan
penggunaan bahasa Indonesia di negara kita. Sebagai contoh, pemerintah
menerbitkan Undang-Undang Kebahasaan.
Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi
bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh bangsa Indonesia dengan
penggunaan bahasa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan yang dapat kita gunakan untuk merekatkan persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia. Dengan menanamkan semangat tersebut, masyarakat
Indonesia akan lebih mengutamakan bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa
gaul. Cara menanamkannya dapat dilakukan di rumah, sekolah, dan di masyarakat.
9

Ketiga, pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan bahasa


Indonesia dalam film-film produksi Indonesia. Dengan penggunaan bahasa Indonesia
secara benar oleh para pelaku dalam film nasional yang diperankan aktor dan aktris
idola masyarakat, masyarakat luas juga akan mengunakan bahasa Indonesia seperti
para idola mereka tersebut. Keempat, meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas
praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain
drama, dalam bentuk diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah, dan juga
dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek dan puisi. Dengan praktik-praktik
berbahasa Indonesia tersebut, dapat mengembangkan kreativitas berbahasa Indonesia
mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar baik dan
benar.

Penutup
Dewasa ini bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan
bahasa dalam pengantar dunia pedidikan pada sejumlah pemakaiannya mulai
terinterferensi dengan bahasa gaul. Bahkan, penggunaan bahasa Indonesia mulai
mengalami pergeseran oleh bahasa gaul yang digunakan sebagian masyarakat
Indonesia sendiri. Penggunaan bahasa gaul tidak hanya dalam kehidupan nyata, tetapi
juga dalam kehidupan fiktif seperti dalam dialog dan monolog para pelaku film
nasional di negara Indonesia. Sebagian masyarakat Indonesia yang paling gemar
berbahasa gaul adalah para generasi muda bangsa kita. Kenyataan tersebut harus
segera diatasi mengingat betapa pentingnya bahasa Indoensia bagi bangsa Indonesia.
Sebagai warga Indonesia yang baik, kita seharusnya dapat menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar. Bahasa gaul memang bukanlah bahasa yang
dilarang penggunaannya, tetapi kita harus ingat bahwa bahasa gaul dipakai dalam
kelompok tertentu saja. Kita sebaiknya tidak menggunakan bahasa gaul di luar
kapasitasnya. Dengan demikian, terciptalah penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa
gaul yang terpisah atau tidak ada interferensi bahasa gaul ke dalam bahasa Indonesia
dan tidak ada pergeseran penggunaan bahasa Indonesia oleh penggunaan bahasa gaul.

You might also like