You are on page 1of 66

CAIRAN

CAIRAN DAN
DAN
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT
Tujuan Akhir
• Mahasiswa mampu:
– Melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan cairan dan elektrolit
– Mengatur tetesan infus
– Memasang kateter intra vena, dan transfusi
darah
– Merawat kateter IV dan mengganti botol infus
PENDAHULUAN
• Cairan dan elektrolit sangat penting dalam
mempertahankan kehidupan, karena:
– Sebagai pelarut/solvent dalam tubuh
– Terdapat dalam setiap sel tubuh
• Tubuh manusia terdiri dari 60% cairan
• Pada wanita dan orang yang Obesitas lebih
sedikit karena jaringan adiposa membawa
sedikit air
KONSEP DASAR
• Distribusi cairan dalam tubuh yaitu
– Cairan intrasel (ICF/CIS)
– Cairan ekstraseluler (ECF/CES)
• Cairan ekstraseluler
– Terdiri dari cairan intertitial
– Dan cairan intravaskular (Plasma yaitu bagian
cairan limfe yang mengandung air dan tidak
berwarna, dan darah yang mengandung leukosit,
eritrosit dan trombosit)
• Cairan intrasel
– Dalam membran sel berisi zat terlarut/solut
untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta
metabolisme
Pergerakan cairan tubuh
• Difusi
• Osmosa
• Transport aktif
• Filtrasi
• Difusi
– Pergerakan cairan dari yang konsentrasi
tinggi ke larutan yang konsentrasinya
rendah sampai terjadi keseimbangan
– Kecepatannya dipengaruhi oleh
• Ukuran molekul
• Konsentrasi larutan
• temperatur
• Osmosa
– Perubahan pergerakan cairan dari larutan yang
konsentrasinya rendah ke konsentrasi tinggi
melalui selaput semipermeabel dipengaruhi
oleh: konsentrasi solut, suhu larutan, muatan
listrik solut, perbedaan tekanan osmosis.
– Tekanan osmotik larutan disebut osmolalitas
dilambangkan dalam satuan Osmol atau
miliosmol per kilogram (mOsm/kg) larutan, nilai
normal 280–295 mOsm/kg
– Satuan yang sama osmolalitasnya dengan plasma
darah disebut isotonik
– Hipotonik adalah larutan yang konsentrasi solut
lebih rendah dari plasma akan membuat air
berpindah kedalam sel
– Hipertonik adalah larutan yang konsentrasinya
lebih besar dari plasma akan membuat air
keluar dari sel
• Filtrasi
– Pergerakan cairan dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah

• Transport aktif
– Membutuhkan energi
– Untuk mempertahankan konsentrasi ion sodium
dan potasium (Na+ dan K+) pada ekstrasel dan
intrasel
– Dikenal dengan pompa sodium potasium
Keseimbangan cairan
• Adalah keseimbangan antara intake dan
output

• Intake diatur melalui mekanisme rasa haus


di dalam hipotalamus. Juga dipengaruhi
oleh keringnya membran mukosa faring dan
mulut, angiotensin II, kehilangan kalium,
dan faktor psikologis (Potter & Perry,
1995)
• Intake diperoleh dari makanan seperti
buah, sayur, daging dan oksidasi bahan
makanan selama pencernaan

• Output terutama dikeluarkan melalui ginjal


dan GI Tract
• Pengeluaran cairan pada orang dewasa
adalah 2300 ml/hari. Dari ginjal
dikeluarkan 1500 ml/hari
• Tiga cara pengeluaran cairan
– Insesible water loss (IWL) melalui kulit
6ml/kg/hari dan paru-paru 400ml/hari
– Sensible water loss (SWL) melalui
keringat, berhubungan dengan exercise,
suhu lingkungan, aktivitas metabolik
– Melalui feses 100 ml/hari
Keseimbangan elektrolit
• Elektrolit merupakan sebuah senyawa yang
jika melebur dalam air atau pelarut lain akan
pecah menjadi ion dan mampu membawa
muatan positif
• Elektron dengan muatan positif disebut
kation
• Elektron yang bermuatan negatif disebut
anion
• Diukur dalam miliekuivalen per liter (mEq/L).
• Eletrolit terbanyak dalam tubuh
adalah berupa:
– Kation
• Sodium (Na+), Potasium (K+), Kalsium,
Magnesium (Mg+)
– Anion
• Chlorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat
(PO3-)
Keseimbangan asam-basa
• Kadar keasaman dan basa cairan
digambarkan oleh konsentrasi ion
hidrogen dan ion hidroksil
• Asam adalah substansi yang berisi ion
hidrogen yang dapat dibebaskan
• Basa adalah substansi yang dapat
menerima ion hidrogen
• Satuan pengukuran yang digunakan
untuk menggambarkan keseimbangan
asam-basa adalah pH
• pH berkisar antara 1-14 netral adalah
7 yaitu air murni
• Plasma darah normal bersifat basa
ringan dengan pH 7,35 – 7,45
• Untuk mempertahankan pH normal, ion
diatur oleh:
– Sistem buffer/dapar (asam karbonat-
bikarbonat  H2CO3 – HCO3-
– Mekanisme pernafasan (CO2)
– Mekanisme renal (Ion Hidrogen dan
bikarbonat)
CO2 + H2O   H2CO3   H+ + HCO3-
Gangguan Keseimbangan Cairan,
elektrolit, asam-basa
• Gangguan cairan
– Ketidakseimbangan isotonik
• Kekurangan volume cairan
• Kelebihan volume cairan
– Sindrom ruang ketiga
• Rongga peritonium
• Rongga fleura
• Ketidakseimbangan elektrolit
– Hypo dan hipernatremia
– Hypo dan Hyperkalemia
– Hypo dan hyperkalsemia
– Hypo dan hypermagnesemia
– Hypo dan hyperpospatemia
• Ketidakseimbangan asam-basa
– Asidosis
• Repiratorik
• Metabolik
– Alkalosis
• Respiratorik
• Metabolik
Faktor Yang Mempengaruhi
keseimbangan cairan&
elektrolit
• Usia
• Ukuran tubuh
• Temperatur lingkungan
• Diet
• Stress
• Keadaan sakit
ASUHAN
KEPERAWATAN
• PENGKAJIAN
Difokuskan pada:
1. Pola Intake
2. Pola Eliminasi
3. Evaluasi status hidrasi
4. Proses penyakit
5. Riwayat pengobatan
• Pola Intake
– Gambarkan jumlah dan tipe cairan yang
biasanya dikonsumsi
• Pola Eliminasi
– Kebiasaan berkemih
– Perubahan jumlah dan frekuensi
– Karakteristik urin
– Apakah banyak mengeluarkan cairan? Bila Ya
melalui apa? (muntah, diare, keringat)
• Status hidrasi
– Adakah tanda-tanda:
• Edema
• Haus berlebihan
• Membran mukosa kering
• Proses penyakit
– Penyakit yang mengganggu keseimbangan
cairan: DM, Luka Bakar, dsb
• Riwayat pengobatan
– Steroid
– Diuretik
– Dialisis
• PEMERIKSAAN FISIK
– Parameter yang dapat mengetahui adanya
gangguan ~cairan:
• Intake dan output tidak seimbang
• Turgor kulit
• BB turun/naik tiba-tiba
• Temperatur tubuh yang tinggi
• Edema
• TTV abnormal
• Nilai Central Venus Pressure (CVP) yang abnormal
• PEMERIKSAAN LABORATORIUM
– Pemeriksaan darah lengkap
• Ht Naik : adanya dehidrasi berat & syok
• Ht Turun: Pendarahan akut, masiv, reaksi
hemolitik
• Hb Naik: Hemokonsentrasi
• Hb Turun: perdarahan hebat, reaksi
hemolitik
– Pemeriksaan serum elektrolit
• Sodium (Na)
• Potasium (K)
• Clorida (Cl)
• Ion Bicarbonat (HCO3-)
– pH dan berat jenis urin
• Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal
mengatur konsentrasi urin
– Analisa Gas Darah
• Mengetahui keadekuatan oksigenasi,
ventilasi dan asam-basa
• Yang digunakan adalah darah arteri
• Yang diperiksa: pH, PO2, HCO3-, PCO2, dan
saturasi O2
• Saturasi O2: perbandingan oksigen dalam
darah dengan jumlah oksigen yang dapat
dibawa darah
Diagnosa Keperawatan
• Resiko kekurangan volume cairan b.d
– Kehilangan plasma berkaitan luka bakar
– Muntah
– Kegagalan mekanis pengaturan
• Kekurangan volume cairan b.d
– Retensi natrium
– Gangguan mekanis pengaturan
• Kerusakan integritas jaringan b.d edema
Perencanaan/Planning
• Tujuan Klien akan
– Mempertahankan keseimbangan intake dan
output cairan
– Mempertahankan berat jenis urin dalam batas
normal
– Menunjukkan perilaku yang dapat meningkatkan
keseimbangan cairan, elektrolit, asam-basa
– Mempertahankan intake cairan dan elektrolit
yang adekuat
Intervensi
• Mengkoreksi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
– Catat intake makanan dan cairan klien
– Observasi dan catat rasa haus yang berlebih
– Pantau terhadap kehilangan cairan tubuh yang berlebih
seperti muntah, diare, urin dan keringat berlebih
– Perhatikan program pengobatan yang dapat
mempengaruhi
– Ajarkan observasi serta melaporkan gejala
ketidakseimbangan cairan seperti; kenaikan dan
penurunan BB yang cepat, kelemahan otot, perubahan
sensasi kulit
• Monitoring Intake dan output cairan
– Ditujukan pada klien:
• Post OP
• TPN dan terapi intravena
• Terpasang kateter urin
• Pembatasan intake cairan
• Kehilangan cairan berlebih dan mendapat
intake tambahan
• Mendapat terapi diuretik
– Pencatatan dilakukan pershift
– Pencatatan berupa balance cairan
• Pemberian cairan dan elektrolit
peroral
– Pada klien DHF, dehidrasi ringan
– Biasanya diatas 3000 cc perhari
– Melalui makanan dan minuman
– Peran perawat membantu memberikan
daftar makanan yang mengandung banyak
elektrolit
• Pemberian therapy intravena
(IVFD/infus)
– Merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan ektrasel secara
langsung
– Dikolaborasikan dengan dokter
– Tanggung jawab perawat adalah
mensukseskan terapi tersebut
• Tujuan terapi IVFD
– Memenuhi kebutuhan cairan pd klien yang tidak
mampu mengkonsumsi secara oral
– Memberikan masukan cairan dan elektrolit
untuk menjaga keseimbangan
– Menyediakan glukosa untuk energi dalam proses
metabolisme
– Memberikan vitamin yg larut dalam air
– Membuat saluran/aliran dalam memasukkan
obat melalui vena
Jenis cairan intravena
• Nutrient
– Berisi beberapa karbohidrat dan air misal
dextrose dan glukosa
– Yang umum digunakan
• D5W (5% Dextrose dalam air)
• Glukosa dalam saline (3,3% glukosa dlm 0,3% NaCl)
• 5% Glukosa dlm 0,45% NaCl
– 1 liter dextrose 5% mengandung kalori 170-
200kal
– Berisi asam amino: amigen, aminosol,
– Lemak: Lipomul, lyposyn
• Cairan elektrolit
– Antara lain saline, baik isotonik maupun
hipo atau hipertonik
– Yang terbanyak digunakan adalah saline
normal (isotonik) NaCl 0,9%
– Ringer’s : Na, K, Cl, Ca2+
– Ringer Lactate: Na, K, Cl, Ca, HCO3-
– Butler: Na, K, Mg2+, Cl+, HCO3-
• Cairan asam-basa
– Sodium lactate dan sodium bicarbonat
– Lactate adalah garam yang dapat
mengikat ion H dari cairan sehingga
mengurangi keasaman
• Blood Volume Expanders
– Berfungsi meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma misal saat
hemorage, luka bakar yang berat
– Yang sering digunakan: Dextran, Plasma,
serum albumin
– Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah
• Tempat Pemasangan Infus
– Orang dewasa dan anak
• Permukaan dorsal tangan
• Lengan bagian dalam
• Permukaan dorsal kaki
– Bayi
• Daerah kepala
– Untuk pemasangan infus dalam waktu lama yang
harus digunakan pertama adalah bagian distal
• Mengatur tetesan infus
– Cek dahulu infus set yang digunakan
misal 1cc = 20 tetes, dsb yang disebut
faktor tetes
– Cek ulang program yang diberikan
• Rumus

Jumlah cairan X Faktor tetes = Tetes/mnt


Waktu X 60 menit
Intervensi Pada Pasien
terpasang Infus
• Pertahankan infus intravena
– Terhadap klien melalui pendidikan kesehatan
– Terhadap daerah pemasangan
• Penuhi rasa nyaman dan bantuan aktifitas
– Personal Hygiene
– Mobilitas:
• Turun dari tempat tidur
• Berjalan, dsb
• Observasi komplikasi yang mungkin terjadi
– Infiltrat (masuknya cairan kesubkutan)
gejala bengkak, dingin, nyeri tetesan lambat
– Plebitis (trauma mekanik pada vena/iritasi
bahan kimia)
Gejala nyeri, panas, kemerahan pada vena
tempat pemasangan
– Kelebihan intake (akibat tetesan yang terlalu
cepat)
Risks of intravenous
therapy
• Infection
• Any break in the skin carries a risk of infection. Although IV
insertion is a aseptic procedure, skin-dwelling organisms such as
Coagulase-negative staphylococcus or Candida albicans may enter
through the insertion site around the catheter, or bacteria may be
accidentally introduced inside the catheter from contaminated
equipment. Moisture introduced to unprotected IV sites through
washing or bathing substantially increases the infection risks.
• Infection of IV sites is usually local, causing easily visible swelling,
redness, and fever. If bacteria do not remain in one area but
spread through the bloodstream, the infection is called septicemia
and can be rapid and life-threatening. An infected central IV
poses a higher risk of septicemia, as it can deliver bacteria
directly into the central circulation.
• Phlebitis
• Phlebitis is irritation of a vein that may be caused by
infection, the mere presence of a foreign body (the IV
catheter) or the fluids or medication being given. Symptoms
are warmth, swelling, pain, and redness around the vein. The
IV device must be removed and if necessary re-inserted
into another extremity.
• Due to frequent injections and recurring phlebitis, scar
tissue can build up along the vein. The peripheral veins of
intravenous drug addicts, and of cancer patients undergoing
chemotherapy, become sclerotic and difficult to access
over time, sometimes forming a hard “venous cord”.
• nfiltration
• Infiltration occurs when an IV fluid accidentally
enters the surrounding tissue rather than the vein. It
is characterized by coolness and pallor to the skin as
well as localized swelling or edema. It is usually not
painful. It is treated by removing the intravenous
access device and elevating the affected limb so that
the collected fluids can drain away. Infiltration is one
of the most common adverse effects of IV therapy
and is usually not serious unless the infiltrated fluid is
a medication damaging to the surrounding tissue, in
which case the incident is known as extravasation.
• Fluid overload
• This occurs when fluids are given at a higher rate or in
a larger volume than the system can absorb or
excrete. Possible consequences include hypertension,
heart failure, and pulmonary edema.
• Electrolyte imbalance
• Administering a too-dilute or too-concentrated
solution can disrupt the patient's balance of sodium,
potassium, magnesium, and other electrolytes. Hospital
patients usually receive blood tests to monitor these
levels.
• Embolism
• A blood clot or other solid mass, as well as an air bubble, can be delivered into the
circulation through an IV and end up blocking a vessel; this is called embolism. Peripheral
IVs have a low risk of embolism, since large solid masses cannot travel through a narrow
catheter, and it is nearly impossible to inject air through a peripheral IV at a dangerous
rate. The risk is greater with a central IV.
• Air bubbles of less than 30 milliliters are thought to dissolve into the circulation
harmlessly. Small volumes do not result in readily detectable symptoms, but ongoing studies
hypothesize that these "micro-bubbles" may have some adverse effects. A larger amount
of air, if delivered all at once, can cause life-threatening damage to pulmonary circulation,
or, if extremely large (3-8 milliliters per kilogram of body weight), can stop the heart.
• One reason veins are preferred over arteries for intravascular administration is because
the flow will pass through the lungs before passing through the body. Air bubbles can leave
the blood through the lungs. A patient with a heart defect causing a right-to-left shunt is
vulnerable to embolism from smaller amounts of air. Fatality by air embolism is vanishingly
rare, in part because it is also difficult to diagnose.
• Extravasation
• Extravasation is the accidental administration
of IV infused medicinal drugs into the
surrounding tissue which are caustic to these
tissues, either by leakage (e.g. because of
brittle veins in very elderly patients), or
directly (e.g. because the needle has punctured
the vein and the infusion goes directly into the
arm tissue). This occurs more frequently with
chemotherapeutic agents and people who have
tuberculosis.
• Mengatur tetes infus
– Dilakukan setiap 30 menit sampai 1 jam
– Tetesan cepat menyebabkan masalah pada paru
dan jantung
– Tetesan lambat menyebabkan intake tidak adekuat
– Faktor yang berpengaruh:
• Posisi pemasangan
• Posisi dan patency tube
• Tinggi botol infus
• Kemungkinan adanya infiltrat
• Mengganti botol infus
– Jika cairan sudah berada dileher botol
dan tetesan masih berjalan
– Tidak boleh lebih dari 24 jam
• Prosedur
– Siapkan botol baru
– Klem selang
– Tarik jarum segera tusukkan pada botol baru
– Gantungkan botol
– Buka klem dan hitung kembali tetesan
– Pasang label
– Catat tindakan yang dilakukan
• Mengganti selang Infus
– Minimal 3 X 24 Jam
– CDC merekomend tidak lebih dari 2 x 24
jam
• Prosedur
– Siapkan botol set infus yang baru termasuk
botol
– Masukan cairan sepanjang selang dan
gantungkan botol serta tutup klem
– Pegang poros jarum dan tangan yang lain
melepas selang
– Tusukan tube yang baru ke poros jarum
– Langkah berikutnya sama seperti memasang
infus baru
• Menghentikan infus
– Bila program telah selesai atau bila akan mengganti
lokasi tusukan baru
– Prosedur
• Tutup klem infus
• Buka plester tusukan
• Tarik jarum secepatnya dan beri kapas daerah bekas
penusukan dengan kapas alkohol untuk mencegah perdarahan
• Tutup daerah bekas tusukan dengan kasa steril
• Catat waktu menghentikan infus dan jumlah cairan yang
masuk dan tersisa dalam botol
Tranfusi darah
• Memasukkan darah lengkap atau komponen
darah ke dalam sirkulasi vena
• Tujuan:
– Mengembalikan jumlah darah setelah
perdarahan
– Mengembalikan SDM: pada anemia
– Memberikan faktor plasma seperti anti
hemolitik
• Reaksi yang terjadi
– Hemolitik
• Apabila aglutinogen dengan antiaglutinin dengan tipe
sama bertemu
– Febris
• Adanya kontaminasi pada darah atau sensitivitas
SDP
– Alergi
• Jarang, karena antibodi pada plasma donor
EVALUASI
• Output urine klien seimbang dengan
intake cairan
• Karakteristik urin menunjukkan
fungsi ginjal baik
• Klien akan mengkonsumsi cairan
sesuai dengan program (oral,
intravena, atau TPN)
PROSEDUR PEMASANGAN
KATETER INTRAVENA
• Prinsip
– Steril
– Lakukan pemasangan di bagian yang lebih distal terlebih dahulu
• Alat
– Standar infus
– Set infus dengan cairan sesuai terapi
– Kanul IV
– Kapas alkohol
– Manset/tourniquet
– Kasa steril
– Sarung tangan karet bersih
– Pengalas
– Plester
– Povidine-iodine (salep atau solution)
– Bengkok/piala ginjal
Prosedur
• Perawat berdo’a
• Validasi perlunya prosedur pada status medis atau rencana keperawatan
• Perhatikan prinsip tindakan, konsep terkait prosedur, dan jaga keamanan dan
keselamatan klien dan diri
• Berikan salam terapeutik dan jelaskan prosedur
• Siapkan alat
• Lakukan prinsip 5 benar (dosis, obat, cara, waktu, orang)
• Tusukkan infus set ke botol cairan dan gantung di standar infus. Isi selang infus
set dengan cairan infus dan alirkan cairan sampai keujung selang, klem dan
pertahankan teknik steril
• Kaji jangan sampai ada udara diselang infus dan tutup ujung set
• Pasang sarung tangan
• Pilih dan kaji kondisi vena pastikan vena yang dipilih tidak rusak. Pasang pengalas
dibawah area vena yang tidak dipilih
• Lakukan pembendungan pada lengan di atas vena, anjurkan klien untuk membuka
dan menutup tangannya, atau tepuk-tepuk vena tersebut.
• Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol
• Buka jarum, pegang dengan tangan dominan, tusukkan jarum dengan
sudut 15-450 dan bevel ke atas. Tahan vena yang akan ditusuk dengan
tangan non dominan, pegang 2-3 cm dibawah tempat penusukan, atau
tahan vena bagian atas dan bawah untuk orang tua. Pertahankan teknik
steril
• Bila jarum sudah masuk vena, tarik jarum sampai darah terlihat di
kanula, tangan non dominan menahan ujung kanula. Masukkan sisa kanula
secara perlahan sampai pangkalnya.
• Lepaskan manset
• Tekan ujung kanula yang berada didalam vena. Lalu lepaskan jarum dari
kanula intravena
• Sambung infus set dengan kanula intravena dan buka klem selang infus
• Alirkan cairan, pastikan cairan infus dapat menetes dengan baik
• Fiksasi kateter infus dengan metode H atau silang
• Desinfeksi daerah penusukan dan tutup dengan kasa steril
• Atur tetesan infus sesuai program pengobatan
• Rapikan alat
• Cuci tangan
• Dokumentasi tindakan
• Terminasi tindakan (evaluasi dan tanggapi respon klien, dan kontrak
yang akan datang)
TUGAS
• Jelaskan fungsi elektrolit yang terdapat dalam
tubuh
• Jelaskan gangguan keseimbangan cairan tubuh:
– Ketidak seimbangan isotonik
– Sindrom ruang ketiga
• Jelaskan tanda dan gejala Hipo dan hiper: natremi,
kalsemi, kalemi, magnesemia, pospatemia
• Jelaskan asidosis dan alkalosis
• Jelaskan faktor yang mempengaruhi cairan tubuh
• Nilai laboratorium pada keseimbangan cairan dan
elektrolit dan asam-basa

You might also like