Professional Documents
Culture Documents
PADA PEMBELAJARAN
Oktober 23, 2008 — Wahidin
A. Pengertian
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar
yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan
peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang
dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan
memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa
mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya
menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup.
Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh
yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya
seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur…? Atau mungkin
guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan
2. Keterampilan Mengklasifikasi
dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set
yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi
merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau
bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing-
kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan
dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema
klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organisme- organisme dari carta
yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan
3. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang,
luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu
cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah
secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat-
alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan
pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu
objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau
dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya,
menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam
pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai
satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan dimensi
linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan centi
meter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat
4. Keterampilan Mengkomunikasikan
pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler
dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari
grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi
informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan
keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci.
Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil
( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut
5. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu
benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa
kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan
menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa
akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi.
Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
6. Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi yang
akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan
yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi
menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang
berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik
untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution, 2007 :
1.55)
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian
mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih
kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan
tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang
ditelungkupkan.
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi
keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau
keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan
menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan
gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu beserta
perubahan waktu.
Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu- ruang, seorang
guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua
dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh sisiwa menjelaskan
posisinya terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada
Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi kegaitan
menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk membuat
merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007: 1.61- 1.62).
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan nilai pi
dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi
penambahan dan perkalian. Latihan- latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan
membandingkan benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk
mengembangkan keterampilan ini. contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti
tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan
dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100 C ke – 200 C ? ”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
B. SARAN
sekolah dasar, terkadang membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang bersifat
modern, seperti audio visual dan alat peraga atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal,
sehingga semua sekolah dasar tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan menghambat
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD
Ditulis dalam Makalah Belajar Dan Pembelajaran, Makalah Bimbingan Konseling, Makalah
Evaluasi Pembelajaran, Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran, Makalah Media Pembelajaran,
Makalah Pedagogik, Makalah Pengelolaan Pendidikan, Makalah ilmu Pendidikan. 10 Komentar
- komentar »
Pembelajaran biologi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan
inkuiri, keterampilan proses, konstruktivistik, dan sains teknologi masyarakat. Kesemua
pendekatan tersebut bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting dalam kecakapan hidup. Oleh karena itu,
pemberian pengalaman belajar menekankan pada penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.
Pengembangan keterampilan proses siswa dapat dilatihkan melalui suatu kegiatan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-
fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap
ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan
ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak
bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan
efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian, Pendekatan
Keterampilan Proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan
pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan
perolehannya. Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan
olah pikir (psikis) atau kemampuan olah perbuatan (fisik).
Penilaian dalam keterampilan proses dilakukan selama proses pembelajaran (penilaian proses)
dengan menggunakan indikator dan kata operasional:
Penilaian dalam pembelajaran yang menggunakan keterampilan proses dapat dilakukan secara
tes dan nontes. Penilaian secara tes dapat dilakukan melalui ujian tertulis dan lembar kerja.
Sedangkan tes perbuatan dapat dilakukan melalui observasi dan tes perbuatan. Namun demikian,
secara spesifik penilaian sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan serta
kreativitas dan kemampuan guru.
Entri ini dituliskan pada November 5, 2009 pada 8:27 am dan disimpan dalam Pembelajaran.
Bertanda: Keterampilan Proses, Pendekatan Keterampilan Proses, Penilaian Keterampilan
Proses. Anda bisa mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda
bisa tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri.
Ninis Rodeyah
Abstrak
ABSTRAK
Rodeyah, N. 2009. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA
Siswa Kelas IV SDN Sumberagung 1 Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Jurusan
Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah. Progam Studi S1 PGSD. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang. Pembimbing:
(I) Dr. Musa Sukardi, M.Pd, (II) Drs. Heru Agus Triwidjaja, M.Pd.
Sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas,
wahana dan sarana yang paling strategis adalah pendidikan. Pembelajaran IPA, selain untuk
menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, penguasaan
keterampilan proses diperlukan pula dalam rangka menyelidiki alam sekitar. Kenyataannya, penerapan
PKP masih jarang dilakukan. Sebagian besar guru masih beranggapan bahwa suatu pengetahuan atau
informasi dapat dipindah ke dalam otak siswa secara utuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas
IV SDN Sumberagung I melalui pendekatan keterampilan proses, (2) kemampuan guru kelas IV SDN
Sumberagung 1 dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses, (3) aktivitas siswa
kelas IV SDN Sumberagung 1 dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses, (4)
tanggapan guru kelas IV SDN Sumberagung 1 terhadap penerapan pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran IPA, (5) tanggapan siswa kelas IV SDN Sumberagung 1 terhadap penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA.
Penelitian ini menggunakan rancangan PTK. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV
sebanyak 36 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi,
wawancara, angket, dan tes. Teknik analisis data yang dipakai adalah rata-rata dan persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Sumberagung I. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-
rata nilai siswa pada pratindakan (57,4), siklus I (67,0), dan siklus II (86,1). Rata-rata aktivitas siswa juga
meningkat pada siklus I (40,8%), dan siklus II (70,7%). Tanggapan guru dan siswa sangat mendukung pada
pembelajaran IPA denan menerapkan PKP.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (2) kemampuan guru dalam
menerapkan PKP mengalami peningkatan dari siklus I ke sikus II. (3) jumlah siswa dalam aktivitas belajar
dengan pendekatan keterampilan proses mengalami peningkatan, (4) tanggapan guru dan siswa dengan
PKP dalam pembelajaran sangat mendukung.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan: (1) kepala sekolah hendaknya meningkatkan layanan
fasilitas pembelajaran di SD, (2) guru hendaknya menggunakan PKP iuntuk meningkatkan pemahaman
konsep materi pelajaran IPA, (3) mengingat pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada satu sekolah
saja, maka peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan pada beberapa sekolah lain untuk mendapatkan
temuan yang lebih signifikan.
A. Pengertian
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar
yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan
peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang
dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan
memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa
mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya
menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup.
Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh
yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya
seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur…? Atau mungkin
guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan
2. Keterampilan Mengklasifikasi
dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set
yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi
merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau
bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing-
kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan
dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema
klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organisme- organisme dari carta
yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan
3. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang,
luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu
cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah
secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat-
alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan
pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu
objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau
dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya,
menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam
pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai
satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan dimensi
linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan centi
meter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat
4. Keterampilan Mengkomunikasikan
pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler
dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari
grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi
informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan
keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci.
Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil
( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut
5. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu
benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa
kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan
menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa
akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi.
Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
6. Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi yang
akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan
yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi
menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang
berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik
untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution, 2007 :
1.55)
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian
mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih
kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan
tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang
ditelungkupkan.
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi
keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau
keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan
menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan
gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu beserta
perubahan waktu.
Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu- ruang, seorang
guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua
dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh sisiwa menjelaskan
posisinya terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada
Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi kegaitan
menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk membuat
merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007: 1.61- 1.62).
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan nilai pi
dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi
penambahan dan perkalian. Latihan- latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan
membandingkan benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk
mengembangkan keterampilan ini. contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti
tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan
dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100 C ke – 200 C ? ”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam
memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
B. SARAN
sekolah dasar, terkadang membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang bersifat
modern, seperti audio visual dan alat peraga atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal,
sehingga semua sekolah dasar tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan menghambat
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD
Ditulis dalam Makalah Jurusan IPA, Makalah Perencanaan Pembelajaran, Makalah ilmu
Pendidikan. 8 Komenta
BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Meskipun pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah berlangsung mulai tahun
2006 namun ternyata masih banyak pendidik dan masyarakat yang kurang memahami tentang
KTSP maupun implementasinya di sekolah, khususnya dalam pengembangan model
pembelajaran yang efektif dalam suatu satuan pendidikan.
2. Penerapan pendekatan tematik tidak hanya menyatukan beberapa indikator dalam satu tema,
tetapi juga merancang semua aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas IID SD X dituntut menguasai salah satu standar
kompetensi yaitu menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah melalui pendekatan pembelajaran tematik yang memperhatikan semua aspek dari siswa
dan dilakukan secara berkesinambungan dan berkala.
4. Hasil tes kemampuan awal diperoleh data 8 siswa dari 24 siswa kelas IID SD X belum
mencapai KKM.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dikaji
dalam penelitian ini difokuskan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di Sekolah Dasar?
2. Bagaimanakah penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi
belajar di Sekolah Dasar?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran tematik di Kelas II SD X.
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam meningkatkan
prestasi belajar di Sekolah Dasar.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis maupun segi praktis.
Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Toeritis
a. Membantu guru menghasilkan pengetahuan yang baru dan sahih serta relevan sebagai upaya
untuk memperbaiki cara mengajar di Sekolah Dasar.
b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai acuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Sekolah Dasar.
b. Sebagai masukan guna memperbaiki proses pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan daya serap akhir pembelajaran.
c. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar.
d. Mengetahui kekurangan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar sehingga dapat memperbaiki
kekurangan tersebut dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajarannya.
36
Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi secara global telah mengalami berbagai perkembangan.
Hal ini dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi dilingkungan kita.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan alam atau sering kita dengar SAINS bertujuan untuk
menyiapkan peserta didik agar tanggap menghadapi lingkunganya, karena dengan belajar sains
siswa dapat belajar memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi dilingkunganya.
Belajar IPA bukan hanya sekedar menghafalkan konsep dan prinsip IPA melainkan, dengan
pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang berguna bagi
dirinya dalam mengalami perubahan yang terjadi dilingkunganya.
Seorang guru hendaknya memandang pembelajaran IPA tidak hanya menekan pada hasil saja,
melainkan juga menekankan pada proses untuk memahami proses dan konsep tersebut, sehingga
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. Jika guru dalam mengajarkan konsep IPA lebih menekankan pada proses dimana siswa
mengkonstruksikan pengetahuanya sendiri untuk memahami masalah atau objek yang diamati,
dapat membawa dampak yang positif bagi kemajuan belajar siswa yang berorientasi pada
peningkatan hasil dan prestasi belajar siswa.
Guru perlu merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa
mengkonstruksikan pemikiranya sendiri untuk menemukan konsep dan prinsip IPA tersebut serta
mengetahui untuk aa konsep tersebut dipelajari. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa
mengkonstruksikan pemikiranya sendiri, siswa dapat belajar lebih aktif, kreatif, menumbuhkan
ksan bermakna dan menarik bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diharapkan dalam
pembelajaran IPA dapat tercapai.
Pendekatan pembelajaran IPA yang dapat digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa
serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami konsep dan prinsip IPA di
sekolah dasar adalah menggunakan “PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES”.
Sebagaimana Semiawan (1992) mengemukakan bahwa pada hakikatnya Pendekatan
Keterampilan Proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada
pelibatan siswa secara aktif dan kreatif alam proses pemerolehan hasil belajar. Oleh karena itu
kita sebagai guru yang muda harus dapat menerapkan pendekatan ketermpilan proses IPA di
sekolah dasar demi meningkatkan hasil belajar siswa dan mutu pendidikan khususnya pada
mapel IPA.