You are on page 1of 8

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Burung adalah hewan yang dikenal masyarakat luas karena memiliki bulu yang indah,
suaranya yang merdu, dan tingkah lakunya yang menarik. Hai itu telah menyebabkan
manusia ingin memilikinya untuk dipelihara dalam sangkar atau kandang. Disamping itu
ada pula sebagian penduduk yang secara mistik menganggap jenis burung tertentu sebagai
pembawa keberuntungan atau sebaliknya dianggap pembawa malapetaka. Kegemaran
memelihara burung merupakan sikap budaya bangsa sejak dahulu kala, akan tetapi
kebiasaan untuk mengenal, meneliti jenis-jenis burung yang hidup di alam bebas belum
banyak dilakukan orang. Dengan demikian, sedikit demi sedikit minat mahasiswa untuk
meneliti burung yang ada di alam mulai dapat dilakukan. (Iskandar, 1989).
Menurut penelitian jenis-jenis burung di Indonesia ini sangat luar biasa, terdapat
1531 jenis burung, 381 jenis diantaranya adalah endemik. Indonesia merupakan urutan ke
empat di dunia dalam keanekaragamn burung setelah Colombia, Peru dimana Sumatra
merupakan salah satu pulau yang sangat kaya dengan jenis burung setelah Irian Jaya. Di
Sumatra terdapat 464 jenis burung, 138 jenis diantaranya juga dijumpai di kawasan Sunda,
16 jenis burung hanya ditenui di Pulau Jawa dan Sumatra, dan 11 jenis di Kalimantan dan
Sumatra. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa burung memiliki kekayaan jenis yang
tinggi. Untuk itu penting bagi kita mempelajari cara mengamati dan mengidentifikasi
burung. (Iskandar, 1989).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikm ini adaah untuk mengetahui karakteristik atau ciri-ciri morfologi dari
beberapa jenis aves dan mampu untuk mengidentifikasinya juga dapat membuat kunci
determinasinya.

1.3 Tinjauan Pustaka


Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki bulu dan
sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi
untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, punya
kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi
karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk
dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai
sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industri bulunya
dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya. (Mukayat, 1990).
Aves adalah hewan paling dikenal orang karena dapat dilihat dimana-mana, aktif
pada siang hari, dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Dengan bulu itu
tubuh dapat mengatur suhunya dan berfungsi juga untuk terbang. Dengan kemampuan
terbang itu aves mendiami semua tempat. Warna dan suara dari beberapa aves merupakan
daya tarik dan mempunyai nilai ekonomi. Beberapa jenis aves merupakan bahan makanan
sebagai sumber protein. Ilmu yang mempelajari burung disebut Ornithologi. (Jasin, 1992).
Burung atau aves adalah salah satu kelompok yang paling banyak dan paling
terkenal di dunia. Mereka berdarah panas seperti mamalia tetapi lebih dekat
kekerabatannya dengan reptil, mereka berkembang sejak 135 juta tahun yang lalu. Semua
burung lebih dulu bernenek moyang dari fosil burung pertama, yaitu Archaeopteryx. (Mac
Kinnon, 1991).
Aves adalah vertebrata yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : adanya bulu yang
menutupi tubhnya, anggota gerak depan sudah termodifikasi menjadi sayap, anggota gerak
belakang teradaptasi untuk berjalan, berenan dan bertengger, pada tungkai terdapat sisik,
rahang bawah tidak mempunyai gigi, mulut termodifikasi menjadi paruh, jantung terdiri
dari empat ruang, mempunyai kantong udara atau kantong hawa (air sac) yang berperan
dalam membantu sistem pernapasan terutama pada saat terbang, berkembang biak dengan
bertelur (oviparous). (Novarino dan Jarulis, 2009).
Begitu banyak ciri-ciri dari kelas aves ini. Dasar penting untuk mengidentifikasi di
lapangan ada beberapa cara yaitu : (1) Menentukan ukuran dapat dilakukn dengan
membandingkan ukuran burung yang telah dikenal umumya, (2) Bentuk burung tersebut
gemuk, langsing, mempunyai ekor, dan leher pendek atau panjang, sayap pendek dan
membulat atau panjang dan meruncing, (3) Susunan warna ada perbedaan yang nyata pada
susunan warna atau tidak, punya garis mata atau tidak, punya garis pada sayap atau tidak,
dan ada atau tidaknya bintik pada badan, (4) Berbentuk kerucut paruhnya, langsing, bulat,
pendek, panjang, lurus atau melengkung, (5) Kaki pendek, sedang, atau panjang,
berselaput atau tidak, berlobus atau tidak, (6) Cara yang tidak kalah pentingnya dalam
mengidentifikasi burung adalah dengan mengenali suaranya. (Priyono dan Subiondono,
1991)
Suara sebagian besar burung adalah seistimewa penampilannya. Apalagi pada
beberapa spesies, seperti burung yang suka mengoceh, suara mungkin menjadi satu-
satunya karakter diagnosa lapangan. Seorang pengamat burung, berjalan melintasi hutan
biasanya akan mendengar jauh lebih banyak suara burung atau dari pada melihatnya.
Ornithologiist yang hebat mengabaikan informasi yang benar-benar penting jika tidak
mendengar untuk mengenal suara burung-burung yang berbeda. (Mac Kinnon, 1991).
Aves hidup di darat. Kelompok ini dibedakan menjadi dua berdasarkan
kemampuan terbangnya, yaitu karinata dan ratita. Burung yang tergolong karinata
memiliki taju dada (carina). Taju dada berfungsi menyokong otot dadanya yang besar.Otot
dada memberikan kekuatan terbang. Pada pinguin contohnya pinguin gentoo (Pygoscelis
papua), yang merupakan karinata yang tidak terbang, otot dadanya digunakan untuk
berenang di laut mencari makanan. Hampir 60% spesies burung karinata tercakup dalam
ordo passeriformes atau burung bertengger. Burung bertengger memiliki jari kaki yang
dapat mencengkeram dahan pohon, contoh burung ini adalah burung merpati (Columbia
livia), burung pipit (Anthus sp.) dan berbagai burung pengicau lainnya. Ayam (gallus
gallus domesticus) juga tergolong karinata. Burung yang tergolong ratita otot dadanya
tidak sebesar burung karinata. Burung unta (Struthio camelus), kiwi (Apteryx australis),
dan emu (Dromaius novaehollandiae) adalah contoh burung ratita. (Anynomous a, 2009)
II. PROSEDUR KERJA

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 26 April 2010 di Laboratorium Taksonomi
Hewan, Jurusan Biologi, Fakulta Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah vernier caliper, Penggaris dan alat tulis,
sedangkan bahan yang digunakan adalah Strepthopelia chinensis, Passer montanus,
Melopsittacus undulatus.

2.3 Cara Kerja


Pada praktikum ini objek tidak dibius tetapi tetap dibiarkan hidup. Untuk burung sebelum
diamati dan diukur parameter tubuhnya, burung tersebut dipegang dengan tangan dimana
posisi kepala berada diantara jari telunjuk dan jari tengah dan posisi kaki diantara jari
manis dan kelingking, ibu jari digunakan untuk menahan badan burung dan sayapnya.
Perlakuan ini untuk mencegah agar burung tidak banyak bergerak, tidak mudah terbang
dan memberi kenyamanan pada burung tersebut. Setelah itu diamati bentuk morfologinya
dan diukur parameternya seperti panjang paruh, panjang tarsus, diameter tarsus, panjang
sayap, panjang ekor, panjang total, tipe kaki, tipe paruh, tipe ekor dan diamati juga warna
bulunya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
3.1 Strepthopelia chinensis
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
SubFilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Sterpthopelia
Spesies : Strepthopelia chinensis
Vern.name : Burung Balam
Sumber :
Hewan ini memiliki Panjang total 28,8 cm, Panjang sayap 14 cm, Panjang ekor
13,7 cm, panjang paruh 2 cm, panjang tarsus 2,8 cm, diameter tarsus 0,48 cm, Skor bulu
sayap 09, skor bulu ekor 012. Warna paruh hewan ini adalah hitam, tipe paruh fulmar, warna
kepala coklat keabu-abuan, bulu leher ada bercak-bercak putih kecoklatan, warna
punggung coklat, warna dada coklat muda, warna ventral coklat susu sampai krem,
tarsusnya berwarna merah, tipe ekornya rounded, warna ekornya coklat dan ada juga yang
berwarna hitam putih, jumlah jari kakinya empat. Burung balam ini biasanya merupakan
hewan pemakan biji-bijian dan buah-buahan atau disebut juga dengan frugivorous. Habitat
burung ini biasanya di pohon.
Strepthopelia chinensis ini merupakan hewan seksual monomorfisme yang
tidak dapat dibedakan antara jantan dan betinanya. Sehingga pada pengukuran ini hanya
dibuat dua pengukuran yang tidak jelas jantan dan betinanya.
Hewan ini juga memiliki panjang total 25 cm, Panjang sayap 13 cm, Panjang
ekor 12 cm, panjang paruh 2 cm, panjang tarsus 2,5 cm, diameter tarsus 0,48 cm, Skor bulu
sayap 09, skor bulu ekor 012. Warna paruh hewan ini adalah hitam, tipe paruh fulmar, warna
kepala coklat keabu-abuan, bulu leher ada bercak-bercak putih kecoklatan, warna
punggung coklat, warna dada coklat muda, warna ventral coklat susu sampai krem,
tarsusnya berwarna merah, tipe ekornya rounded, warna ekornya coklat dan ada juga yang
berwarna hitam putih, jumlah jari kakinya empat. Burung balam ini biasanya merupakan
hewan pemakan biji-bijian dan buah-buahan atau disebut juga dengan frugivorous. Habitat
burung ini biasanya di pohon.

3.2 Passer montanus


Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
SubFilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Passseriformes
Famili : Estrildidae
Genus : Passer
Spesies : Passer montanus (Linnaeus, 1758)
Vern.name : Burung gereja
Sumber :
Hewan ini memiliki panjang total 11,7 cm, panjang sayap 7,4 cm, Panjang ekor
4,9 cm, panjang paruh 1,1 cm, panjang tarsus 1,6 cm, Skor bulu sayap 34, skor bulu ekor 0.
Secara morfologi dapat diamati warna kepala, punggung, paruh coklat, warna dada dan
kaki crem, warna tungging crem kecoklatan, warna tunggir merah. Tipe paruh seed
cracking, tipe ekor square, tipe cakar padding.
Hewan ini juga merupakan hewan monomorfisme yang tidak dapat dibedakan
antara burung kelamin jantan dan burung kelamin betina, sehingga data yang didapatkan
adalah dua data yang belum jelas yang mana burung jantan dan burung betina.
Hewan ini memiliki panjang total 12,5 cm, Panjang sayap 7 cm, Panjang ekor
5,2 cm, panjang paruh 1 cm, panjang tarsus 1,8 cm. Secara morfologi dapat diamati warna
kepala, punggung, paruh coklat, warna dada dan kaki crem, warna tungging crem
kecoklatan, warna tunggir merah. Tipe paruh seed cracking, tipe ekor square, tipe cakar
padding.
Tubuh berukuran sedang sekitar 14 cm. Mahkota warna coklat berangan. Dagu,
tenggorokan, bercak pipi dan setrip mata warna hitam. Tubuh bagian bawah kuning tua
keabu-abuan. Tubuh bagian atas berbintik coklat dengan tanda hitam dan putih. Remaja:
berwarna lebih pucat dengan tanda khas yang kurang jelas. Iris coklat, paruh abu-abu, kaki
coklat. Hidup berkelompok. Mencari makan di tanah. Makanan: biji-bijian, buah kecil,
serangga. Sarang berbentuk kubah tidak rapih, dari jalinan rumpur kering, dilapisi bulu di
bagian dalam, pada vegetasi lebat, lubang pohon, sudut bangunan. Telur berwarna putih,
berbintik halus coklat abu-abu, jumlah 3-6 butir. Berbiak sepanjang tahun. Habitnya
berasosiasi dekat dengan manusia. Lahan pertanian, kebun, tegalan, sawah, pedesaan,
perkotaan. Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl. Penyebarannya Dijumpai hampir di
semua lokasi. Kawasan lahan basah, sampai dekat pantai. Kebun, tegalan, daerah suburban
dan pemukiman urban (Anonymous b, 2009).

3.3 Melopsittacus undulatus


Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
SubFilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famili : Psittacidae
Genus : Melopsittacus
Spesies : Melopsittacus undulatus
Vern.name : Burung Parkit
Sumber :
Hewan ini meiliki panjang total 16,5 cm, Panjang sayap 9,2 cm, Panjang ekor
8,5 cm, panjang paruh 1 cm, panjang tarsus 3 cm. Secara morfologi burung parkit betina
berwarna hijau.
Hewan ini merupakan hewan seksual dimorfisme yang dapat dibedakan antara
jantna dan betinanya sehingga daa yang didapatkan juga berebda antara jantan dan betina
nya.
Hewan jantannya memiliki panjang total 17,2 cm, Panjang sayap 8,3 cm,
Panjang ekor 6,9 cm, panjang paruh 1 cm, panjang tarsus 3 cm. Burung parkit jantan ini
memiliki warna yang lebih menarik yaitu warna kuning terang dan sedikit ada bercak hijau
pada bagian ekor.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous a. 2009. http://books.google.co.id/books?id

Anonymous b. 2009. http://iptek-chordata.blogspot.com/2009

Iskandar, J. 1989. Jenis Burung yang Umum di Indonesia. Djambatan Anggota IKAPI :
Jakarta

Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Sinar Wijaya : Suarabaya

Mac Kinnon, J. 1991. Field Guide to The Birds of Jawa and Bali. Gajah Mada University
Press : Yogyakarya

Mukayat, D.B. 1990. Zoology Dasar. Erlangga. Jakarta

Novarino, W, Jarulis. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata.


Universitas Andalas : Padang

Priyono, S.1991 .Identification of live Mammals Live abirds and Reptiles. In proceduring T
he Cities Plants and Animals Seminar for the Asia and Ocean Region : Jakarta

You might also like