You are on page 1of 20

RAGAM OLAHAN BUAH

A. MANGGA
1. Sari Mangga Instan
Bahan-bahan : Buah Mangga 1 kg; Gula pasir 2 kg; Asam Sitrun 2 gram.
Cara pembuatan :
 Mangga dikupas, diambil dagingnya dicuci bersih lalu diblender hingga menjadi bubur
mangga.
 Bubur mangga disaring dengan menggunakan kain yang halus hingga menjadi sari
mangga.
 Campurkan sari mangga dengan gula, dan asam sitrun lalu dimasak dengan api yang
sedang sampai membentuk kristal.
 Kristal-kristal tersebut digiling sampai halus, sari mangga siap untuk dikemas.

2. Minyak Biji Mangga


Bahan : 3 kg biji mangga
Cara pembuatan :
 Biji mangga dikupas hingga diperoleh keping biji mangga.
 Keping-keping biji mangga dipotong kecil-kecil, lalu dikeringkan pada suhu 50-60 ºC
selama 20 jam atau dijemur diterik matahari selama 7 hari.
 Untuk memperoleh minyaknya dapat dilakukan dengan cara pengepresan atau dilarutkan
kedalam heksana.
 Jika menggunakan heksana maka setelah terbentuk minyak lalu dipanaskan pada
temperatur 50 ºC untuk menghilangkan (heksana) pelarutnya.

3. Sabun Transparan
Bahan-bahan : Minyak biji mangga 100 ml; Na OH 40 gr; Gliserin 200 gr;
Sukrosa 50 gr; Trietanolamin 50 gr; Alkohol 50 gr.
Cara pembuatan :
 Campurkan minyak biji mangga dengan larutan NaOH sedikit demi sedikit diatas pemanas
pada temperatur ± 60 ºC sambil terus diaduk.
 Setelah larutan mengental dan berwarna keruh menjadi sabun dasar, pengadukan
dihentikan kemudian didinginkan.
 Setelah sabun dasar mengeras lalu dipotong kecil-kecil kemudian dilelehkan, setelah
meleleh tambahkan secara perlahan bahan glaserin, sukrosa, trietanolamin dan alkohol.
 Saat pencampuran suhu antara 95 – 100 ºC, selanjutnya didinginkan dan sabun siap
dicetak.
 Penambahan warna dan pewangi dapat dilakukan sesuai dengan selera.

B. KELAPA
1. Kecap Air Kelapa
Bahan-Bahan : Air kelapa, Pekak, Wijen, Keluwak, Kemiri, Gula merah, Bawang putih,
(kedelai bubuk/Tepung tempe/kepala ikan), Serai, Laos, Vetsin (penyedap rasa), Natrium
Benzoat (pengawet).
Cara Pembuatan :
 Bumbu pekak & wijen disangrai kemudian digiling halus menggunakan cobek.
 Keluwak dan kemiri dihaluskan.
 Air kelapa disaring kedalam wajan yang telah disiapkan masukkan gula merah dan
bawang putih yang sudah diulek, kedelai bubuk (hasil proses penjamuran), keluwak,
kemiri, pekak dan wijen yang telah dihaluskan kemudian dimasak hingga warnanya
berubah menjadi kekuning-kuningan dan mulai kental;
 Untuk meningkatkan kandungan protein, masukkan bahan tambahan (bubuk kedelai hasil
penjamuran atau tepung tempe atau tepung kepala ikanan) tergantung selera.
 Serai dan Laos dipipihkan, daun salam serta vetsin dimasukkan kedalam wajan, panaskan
terus diatas kompor dengan api yang kecil sambil diaduk selama ± 2 jam hingga warna
larutan berubah menjadi hitam kental. Setelah itu diangkat dari kompor dan dinginkan.
 Agar kecapnya tahan alama (awet) ditambahkan Natrium Benzoat.
 Selanjutnya disaring dan dimasukkan kedalam botol yang bersih dan steril. Setelah ditutup
dan disegel botol beserta isinya dikukus selama ± 2 jam.
C. LIMBAH PISANG
Tepung Kulit Pisang
Kulit pisang yang dipilih untuk diolah adalah kulit pisang raja karena mengandung kalsium
(Ca) sebesar 10 mg. Selain itu kulit pisang raja lebih tebal dari kulit pisang lain (Sulfahri,
2008). Sehingga memiliki potensi pati yang cukup besar untuk diolah menjadi substituen
tepung terigu. Cara membuat tepung pisang mudah dan sederhana. Berikut ini cara membuat
tepung pisang:
Bahan:
 Pisang raja
 Natrium tiosulfat (dapat dibeli di toko bahan kimia)
Alat:
 Pisau
 Perajang
 Alat pengering
 Alat penghancur atau penggiling
 Ayakan atau saringan
Fungsi masing-masing peralatan:
 Penggiling ukuran kecil untuk kapasitas satu kwintal atau lebih sesuai yang diinginkan.
Penggilingan digunakan untuk menghancurkan potongan pisang menjadi tepung.
 Pisau digunakan untuk memotong pisang menjadi ukuran kecil-kecil sebelum dilarutkan
kedalam bahan natrium tiosulfat
 Saringan/ayakan sebagai alat untuk menyaring/mengayak hasil tepung, guna mendapatkan
tepung yang baik dan halus serta berkualitas.
 Plastik yang lebar dan bersih sebagai alat untuk menaruh tepung pisang ketika dijemur agar
supaya kering untuk memudahkan dalam proses penggilingannya.
 Sinar matahari sangat diperlukan dalam proses pembuatan tepung pisang dalam proses
pengeringan.
 Plastik kemasan untuk membungkus tepung pisang telah jadi.
 Plastik sealer, alat menutup kantong plastik.
Cara membuatnya:
 Pisang yang telah tua dikupas kulitnya, dipisahkan daging buahnya.
 Kemudian dipotong kecil-kecil berukuran kurang lebih 1cm x 0,5 cm dengan pisau atau
alat pengiris.
 Kemudian pisang direndam dalam larutan natrium tiosulfat, setelah itu ditiriskan.
 Kemudian potongan pisang harus dikeringkan. Jika pengeringan dengan sinar matahari
perlu waktu kurang lebih dua hari. Jika menggunakan alat pengering gabah (dengan suhu
60 derajat celsius) proses pengeringan lebih cepat. Untuk mengeringkan dua kwintal
pisang segar hanya perlu waktu 1 jam 20 menit.
 Setelah kering atau kadar air kurang lebih 14 %, potongan pisang dapat
digiling/dihancurkan dengan menggunakan hammer mill atau ditumbuk.
 Hasil penggilingan kemudian diayak.
 Tepung pisang yang lolos dari ayakan dikemas dalam kantong plastik.
(Buletin Teknopro Hortikultura Edisi 72, Juli 2004, yang diterbitkan oleh Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura)
Penggunaan zat kimia Natrium tiosulfat bertujuan untuk menghambat terjadinya proses
oksidasi pada kulit pisang, sehingga dapat mencegah timbulnya pencoklatan kulit
pisang.Sehingga tepung yang dihasilkan akan lebih bersih.

 Kulit Pisang Ambon Bisa Digunakan Untuk Pengobatan. `


Pisang ambon sangat bermanfaat bagi tubuh kita. Selain mengandung vitamin C, pisang ambon
juga mengandung serat tinggi yang berfungsi melancarkan saluran pencernaaan, sehingga buang
air besar pun jadi lancar. Ternyata, selain buahnya, kulit pisang ambon pun berguna untuk
mengobati bercak-bercak hitam agak kasar ( misalnya bekas cacar) pada kulit. Caranya,
gosokkan kulit pisang ambon bagian dalam pada kulit yang terdapat bekas cacar. Biarkan
beberapa saat, setelah itu cuci dengan air hangat. Lakukan cara ini secara rutin dan penuh
kesabaran. Hasilnya, kulit akan kembali mulus seperti sediakala
Bonggol pisang untuk obat dan makanan
Air bonggol pisang kepok dan klutuk juga diketahui dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan
penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan
menghitamkan rambut. Sedangkan untuk makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi
penganan, seperti urap dan lalapan
 Cuka Kulit Pisang
Mula-mula kumpulkan kulit pisang sebanyak 100 kg dan lakukan proses produksi selama 4-5
minggu. Kebutuhan bahan-bahan lain mencakup: 20 kg gula pasir, 120 gr ammonium sulfit
(NH4)2S03, 0,5 kg ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dan 25 liter induk cuka (Acetobacter
aceti).
Cara rnembuatnya, kulit pisang dipotong-potong atau dicacah, lalu direbus dengan air sebanyak
150 liter. Saring dengan kain dalam stoples. Berdasarkan uji lapangan, bahan awal kulit pisang
yang direbus itu akan menghasilkan cairan kulit pisang kira-kira 135 liter, bagian yang hilang 7,5
kg, dan sisa bahan padat sekitar 112,5 kg. Setelah disaring ke stoples, cairan kulit pisang ini
perlu ditambah ammonium sulfit dan gula pasir.
Langkah berikut, didinginkan dan tambahkan ragi roti. Biarkan fermentasi berlangsung satu
minggu. Hasilnya disaring lagi. Dari 135 liter cairan kulit pisang setelah difermentasi dan
disaring menjadi 130 liter larutan beralkohol, dan lima liter produk yang tidak terpakai. Pada
larutan beralkohol itu ditambahkan induk cuka, dan biarkan fermentasi berlangsung selama tiga
minggu.
Selanjutnya, hasil fermentasi larutan beralkohol dididihkan. Nah, dalam kondisi masih panas,
cuka pisang dimasukkan ke dalam botol plastik. Lalu segera ditutup dan disimpan dalam
temperatur kamar. Biasanya pemasaran cuka pisang dikemas dalam plastik berukuran 40 ml, 60
ml, atau 80 ml. Jika dihitung, dari 100 kg kulit pisang akan diperoleh sekitar 120 liter cuka
pisang.

 Nata dari Kulit Pisang

Proses pembuatan nata kulit pisang yang pertama adalah mengerok kulit bagian dalam buah
pisang. Hasil kerokan itu kemudian diblender dan dicampur air bersih dengan perbandingan 1 :
2, lalu disaring guna mendapatkan air perasan. Setelah itu ditambahkan asam cuka biasa dengan
ukuran 4-5 persen dari volume air perasan. Jika menggunakan asam cuka absolut maka cukup
0,8 persen. Ditambahkan juga pupuk ZA sebanyak 0,8 persen dari larutan, dan gula pasir
sebanyak 10 persen. Bahan-bahan tersebut dicampurkan untuk kemudian dipanaskan sampai
mendidih.

“Asam cuka dan pupuk ZA berfungsi untuk media hidup bagi bakteri Acetobacter xylinum.
Bakteri ini membutuhkan nitrogen dari pupuk ZA dan keasaman dari cuka. Acetobacter xylinum
inilah yang nanti akan membentuk nata,” ujar Das.

Setelah mendidih lalu dituangkan dalam cetakan-cetakan. Dengan ketinggian cairan adonan lebih
kurang 2-3 cm di setiap cetakan. Setelah dingin, dimasukkan bakteri Acetobacter xylinum-yang
bisa dibeli dalam bentuk cairan-sebanyak 10 persen dari campuran. Sebelum memasukkan
bakteri, adonan harus benar-benar dingin, sebab kalau masih panas bakteri akan mati. Setelah itu,
cetakan ditutup dengan kertas koran. Ini supaya udara tetap bisa masuk melalui pori-pori kertas.
Setelah dua minggu, cetakan baru boleh dibuka. Adonan pun akan berubah menjadi berbentuk
gel.

Nata lalu diiris-iris, dicuci, dan diperas sampai kering. Untuk selanjutnya direbus lagi dengan air
lebih kurang dua kali rebusan. Ini berfungsi untuk menghilangkan aroma asam cuka. Setelah
selesai, nata bisa dicampur dengan sirop atau gula sesuai selera. Campuran rasa diperlukan
karena nata berasa tawar. Nata dari kulit pisang pun siap disajikan untuk minuman, maupun
makanan kecil lain. Diketahui dari 100 gram nata kulit pisang mengandung protein sebanyak 12
mg. Das Salirawati mengungkapkan, penelitian itu akan dilanjutkan untuk mencari ketebalan
nata yang paling optimal. Dari percobaan awal, diketahui dari ketebalan cairan adonan dua cm
diperoleh nata lebih kurang 1,5 cm. Masyarakat dipersilakan jika ingin mencoba membuat nata
dari kulit pisang. “Ini bisa untuk usaha alternatif skala kecil,”
 Keripik Bonggol Pisang
Kebutuhan bahan untuk membuat keripik bonggol pisang terdiri atas bonggol pisang, natrium
bisulfit, garam, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, merica, dan air. Sedangkan piranti
yang mesti disiapkan adalah pisau, baskom, wajan, ember, kompor, talenan, dan alat penunjang
lainnya.
Cara membuatnya, ambil bonggol pisang, lalu kupas kulit luarnya, dan dicuci dengan air bersih.
Bonggol diiris menjadi irisan-irisan tipis sekitar 0,5 cm. Irisan bonggol direndam dalam larutan
natrium bisulfit satu persen selama 2-3 menit (Pedomannya: 1 gram natrium bisulfit dicairkan ke
dalam 1 liter air). Setelah direndam, irisan bonggol ditiriskan.
Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk sampai halus, lalu dimasukkan ke dalam baskom dan
tambahkan sedikit air. Rendam irisan bonggol dalam baskom yang berisi bumbu, lalu diaduk
sampai rata, dan biarkan sekitar 5-10 menit agar bumbunya meresap.
Irisan bonggol yang telah dibumbui itu digoreng, sambil dibolak-balik hingga kematangan
merata. Angkat dan tiriskan. Akhirnya, jadilah keripik bonggol pisang yang dikemas dalam
kantong plastik.

 Dendeng Jantung Pisang

Untuk membuat dendeng jantung pisang perlu disiapkan sejumlah bahan, meliputi empat buah
jantung pisang, satu sendok makan ketumbar, 50 gr ikan teri, 10 siung bawang merah, dan empat
siung bawang putih. Sedangkan kebutuhan peralatan terdiri atas pisau, kukusan, penumbuk, dan
tampah.

Cara membuatnya, ambil jantung pisang yang masih segar. Buang kelopak bagian luar hingga
tampak kelopak dalamnya berwarna putih kemerah-merahan. Jantung pisang tersebut direbus
sampai lunak. Lalu ditumbuk sampai halus.

Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk lalu dimasak dalam wajan. Setelah itu, tumbukan jantung
pisang dimasukkan ke dalam wajan berisi bumbu. Diaduk-aduk sampai merata, lalu tambahkan
gula merah. Jika sudah masak, silakan diangkat dan segera dicetak di atas tampah. Jadilah
dendeng jantung pisang yang telah dicetak. Dendeng tersebut dijemur selama 2-3 hari hingga
kering. Lantas, digoreng hingga masak, dan akhirnya dikemas dalam kantong plastik.

 Keripik Bonggol Pisang

Kebutuhan bahan untuk membuat keripik bonggol pisang terdiri atas bonggol pisang, natrium
bisulfit, garam, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, merica, dan air. Sedangkan piranti
yang mesti disiapkan adalah pisau, baskom, wajan, ember, kompor, talenan, dan alat penunjang
lainnya.
Cara membuatnya, ambil bonggol pisang, lalu kupas kulit luarnya, dan dicuci dengan air bersih.
Bonggol diiris menjadi irisan-irisan tipis sekitar 0,5 cm. Irisan bonggol direndam dalam larutan
natrium bisulfit satu persen selama 2-3 menit (Pedomannya: 1 gram natrium bisulfit dicairkan ke
dalam 1 liter air). Setelah direndam, irisan bonggol ditiriskan.

Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk sampai halus, lalu dimasukkan ke dalam baskom dan
tambahkan sedikit air. Rendam irisan bonggol dalam baskom yang berisi bumbu, lalu diaduk
sampai rata, dan biarkan sekitar 5-10 menit agar bumbunya meresap.

Irisan bonggol yang telah dibumbui itu digoreng, sambil dibolak-balik hingga kematangan
merata. Angkat dan tiriskan. Akhirnya, jadilah keripik bonggol pisang yang dikemas dalam
kantong plastik.

 Kulit Pisang Menyimpan Tegangan Listrik

Siapa yang menyangka kulit pisang bisa dijadikan pengganti batu batterai. Cara pembuatannya
pertama kulit pisang dan jeruk di buat jus, apabila tidak ada alat jus atau blender maka cukup
dihancurkan atau di aduk hingga halus kemudian dicampur dengan air secukupnya. Setelah itu di
buat sel elektrokimia dengan mengambil gelas kimia lalu larutan jus tadi ditaruh didalam gelas
tersebut. Kemudian dibuat elektroda-elektroda yang terbuat dari Cu dan Zn. Tembaga dan seng
disambung dengan kabel kemudian dibantu dengan tutup dari gabus dibuat variasi biar kelihatan
menarik.

Satu sel adalah satu wadah atau satu gelas kimia yang berisi 2 elektroda dan 1 tutup. Kita ukur V
dan I nya, V= Voltase, I= Amper setelah itu di aplikasikan atau dihubungkan kabel tersebut
dengan benda percobaan. Aplikasi yang paling sederhana dan mudah diamati adalah kalkulator
dan jam digital, begitu disambungkan ternyata kalkulator dan jam tersebut bisa hidup normal
seperti dihubungkan pakai batu batterai

Dibandingkan dengan membeli batu batere, dengan menggunakan limbah kulit pisang sebagai
pengganti batu batere akan mengurangi limbah dari pisang selain itu akan meningkatkan nilai
jual dari kulit pisang itu sendiri dan akan mengurangi penggunaan batu batere yang kurang
ramahh lingkungan
 SELAI KULIT PISANG

Peralatan yang diperlukan yaitu kompor, panic email, timbangan, pengaduk, sendok dan
wadah. Untuk bahannya yaitu kulirt pisang segar, gula pasir 1 Kg, asam sitrat 3 gr, natrium
benzoate 1 gr dan air bersih.

Tahapan dalam pembuatan selai kulit pisang yaitu:

Tahap awal:

Pilih kulit pisang yang masih segar dan tidak rusak, lalu kerok bagian dalam kulit pisang
dengan menggunakan sendok stainless dan tampunglah dalam wadah.

Tahap kedua:

Haluskan hasil kerokan kulit pisang tersebut memakai bahan penggerus atau sendok. Lalu
tambahkan air dengan perbandingan 1 bahan berbanding 1 air.

Tahap ketiga:

Tambahkan gula pasir , asam sitrat san natrium benzoate. Masak semua bahan dengan api
yang stabil, terus diaduk sampai kental. Setelah kental angkat selai dan masukkan kedalam
botol selai, tutup rapat.
 Briket Kulit Pisang
Untuk membuat briket kulit pisang, pertama-tama kulit pisang yang telah membusuk dicampur
dan ditumbuk menjadi satu, kemudian dibakar. Setelah dibakar, kulit pisang tersebut akan
berubah menjadi seperti bubur.
Kemudian bubur akan dicampur dengan serbuk gergaji kemudian dipadatkan atau dikompres
hingga terbentuk seperti balok kemudian dibakar kembali. Setelah dibakar, balok siap untuk
digunakan."Pembuatan briket pisang ini menggunakan teknologi yang sangat sederhana. Kami
membuatnya hanya dengan tangan dan tanpa bantuan peralatan mekanik,' kata Mike Clifford
salah satupeneliti dari Universitas Nottingham.
VARIASI JENIS DAN PERBANDINGAN KOMPOSISI KULIT PISANG

TERHADAP PEMBUATAN BRIKET KULIT PISANG

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bumi semakin lama semakin mengalami krisis bahan bakar. Sumber Daya Alam (SDA)
penghasil bahan bakar minyak bumi dan gas semakin berkurang karena terjadi eksploitasi besar
– besaran tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi. Sumber Daya Alam (SDA)
penghasil bahan bakar minyak bumi dan gas akan habis karena tidak dapat diperbaharui.
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak   dunia yang
signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi
bersama-sama (Kompas, 23 Juni 2005).

Saat ini bangsa Indonesia menuju krisis energi yang sangat parah karena energi yang kita
konsumsi lebih banyak daripada energi yang dapat dihasilkan. Dilihat dari angka konsumsi
BBM, Indonesia termasuk dalam kategori negara yang boros. Pada tahun 2006, saat konsumsi
BBM di negara-negara lain berada di bawah 1 juta bph, konsumsi BBM, Indonesia mencapai
1,84 juta bph. (http://hemat.blogspot.com/2009/04/konsumsi-bbm-indonesia-tergolong-
sangat.html)

Realistis tingkat penggunaan terus meningkat sehingga generasi sekarang akan menghadapi
krisis energi yang parah di tahun-tahun berikutnya. Namun demikian kita tidak siap menghadapi
krisis energi yang pasti akan terjadi. Tanggung jawab bukan hanya dipegang oleh pemerintah
tapi oleh semua masyarakat pengguna energi.

Bahan bakar berbentuk briket itu pertama dikembangkan oleh kelompok aktivis lingkungan
hidup Nepal. Foundation for Sustainable Technologie (FoST) –nama LSM itu– melirik potensi
yang terkandung dalam sampah yang menumpuk dan mengotori jalan dan sungai di Kathmandu
dan kota-kota lain di Nepal. Lantas muncullah ide pembuatan briket sampah, meniru briket batu
bara yang lebih dulu dikenal masyarakat Nepal. Bedanya, residu dan asap briket batu bara sangat
mengotori udara, sedangkan briket sampah relatif lebih bersih. Tak berasap, tak beresidu. Selain
itu, cara memproduksi briket sampah itu terbilang mudah.

Usaha mengurangi dampak dari  krisis energi dapat dilakukan melalui beberapa hal. Salah
satunya dengan pemanfaatan sampah. Oleh karena itu, kami mencoba menggunakan limbah dari
kulit pisang untuk dimanfaatkan sebagai pengganti alternatif bahan bakar dalam bentuk briket
kulit pisang. Selama ini limbah kulit pisang hanya dipandang sebelah mata dan belum
dimanfaatkan secara maksimal. Dalam pembuatan briket ini kita mennggunakan limbah serbuk
gergaji, dimana serbuk gergaji merupakan bahan yang dapat  mengikat energi, oleh karena itu
rantai pelepasan energi dimaksud diperpanjang dengan cara memanfaatkan serbuk gergaji
sebagai bahan pembuatan briket kulit pisang.

1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Berkurangnya persediaan sumber daya energi yang menyebabkan terjadinya krisis energi.
2. Kurangnya pemanfaatan sampah organik sebagai energi alternatif  bahan bakar pengganti
minyak tanah.
3. Meningkatnya jumlah penjual pisang goreng dan aneka olahan pisang lainnya yang
menyebabkan  semakin banyak limbah kulit pisang yang dihasilkan.
4. Limbah kulit pisang mengganggu kebersihan lingkungan.
5. Limbah kulit pisang belum dimanfaatkan secara maksimal.

1. Batasan Masalah

Banyaknya masalah di atas menuntut adanya pembatasan masalah. Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah :

1. Jenis pisang yang digunakan adalah pisang kepok (Musa sp) dan pisang ambon (Musa
paradisiaca sapientum L)
2. Jenis alternatif bahan bakar yang akan dibuat dalam bentuk briket.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh jenis pisang terhadap pembuatan briket kulit pisang ?


2. Jenis pisang manakah yang dapat menghasilkan briket kulit pisang yang paling baik ?
3. Bagaimanakah perbandingan komposisi antara kulit pisang dengan sebuk gergaji yang
paling baik sebagai bahan briket ?

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh jenis pisang terhadap pembuatan briket kulit pisang.
2. Untuk mengetahui jenis pisang yang dapat menghasilkan briket yang paling baik.
3. Untuk mengetahui perbandingan komposisi antara kulit pisang dengan serbuk gergaji
yang paling baik dalam briket kulit pisang.

1. Luaran yang diharapkan

Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini mennghasilkan briket kulit  pisang yang dapat
digunakan sebagai arang.

1. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:


1. Memberikan informasi mengenai potensi briket kulit pisang sebagai alternatif bahan
bakar.
2. Memberikan informasi tentang jenis pisang yang dapat menghasilkan briket yang paling
baik.
3. Memberi informasi tenang pemanfaatan kulit pisang Kepok dan Ambon dalam
pembuatan briket kulit pisang sebagai energi alternatif.
4. Meningkatkan nilai ekonomis limbah kulit pisang.

KERANGKA TEORI

1. Deskripsi Teori

A. 1.         Tanaman Pisang (Musa sp)

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk
Indonesia). Tanaman pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara dengan pusat
keanekaragaman utama wilayah Indo-Malaya.

Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang
tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun
secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang
dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang
disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya
tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat partenokarpi.
Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam topografi tanah,
baik tanah datar ataupun tanah miring. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan
pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut
(dpl) dan keasaman tanah pada pH 4.5-7.5. Suhu harian berkisar antara 250 C-270 C dengan
curah hujan 2000-3000mm/tahun.

Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m,
berakar serabut dengan batang bawah tanah (bongol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada
pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun
atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan
20-50 cm. Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung
dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progersif membuka. Helaian daun bentuknya
lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin,
tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip,
warnanya hijau.
Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna
merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ketanah jika bunga telah membuka. Bunga
betina akan berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak
berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Jantung pisang
ini harus dipangkas setelah selesai berbuah. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun
dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 buah. Buahnya buah buni, bulat memanjang,
membengkok, tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat.
Tiap kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau tanpa biji. Bijinya
kecil, bulat, dan warna hitam. Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung
pisang. Karena bukan buah musiman, buah pisang selalu ada setiap saat.

Buah pisang kebanyakan dimakan segar, dikolak, dikukus, atau diolah lebih lanjut menjadi
pisang selai, keripik, atau tepung pisang. Yang termasuk kelompok pisang buah meja adalah
Musa sapientum (banana) karena lebih enak dimakan segar, seperti pisang ambon, ambon lumut,
raja, raja sereh, mas, susu dan barangan.

Jenis pisang dibagi menjadi tiga:

1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var

Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu,
raja, cavendish, barangan dan mas.

2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma Typical atau
disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.

3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya


pisang batu dan klutuk.

4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).

Tanaman pisang cepat tumbuhnya, dan dalam rata-rata umur 1 tahun telah dapat berbuah, bahkan
dalam tahun berikutnya dapat berlipt ganda 3 – 4 kali. Keistimewaan tanaman pisang adalah
dapat bertahan terhadap angin keras dan musim kering, dan bilamana mengalami kerusakan akan
mudah baik kembali.

Buah pisang yang masih hijau kulitnya tetapi sudah cukup tua, dagingnya mengandung 21 – 25
% zat tepung. Bila mengalami pemeraman atau masak sendiri di pohon, zat tepung itu sebagian
besar berubah menjadi berbagai jenis gula.

Kadar mineral dalam 100 gram daging pisang (rata-rata) :

kandungan jumlah
Natrium (garam) 42 mgr
Kapur 8  mgr
Mangan 0,6 mgr
Besi 0,6 mgr
Belerang 12 mgr
Kalium 373 mgr
Magnesium 31 mgr
Kuningan 0,2 mgr
Pospor 28 mgr
Chlor 125 mgr
Yodium 0,003 mgr

Kadar vitamin yang dikandungnya cukup tinggi. Dalam 100 gram daging pisang terdapat :
Vitamin 250 – 335 IU. Vitamin C 10 -11 mgr. Vitamin B1 42 – 54 microgr. Vitamin G
(riboflavin) 88 microgr. Niacin 0,6 miligram. (Data-data tersebut dari Home Economic Dep.
Fruit Dispatch Coy)

A. 2.       Briket

Penghematan energi ini sebetulnya harus telah kita gerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan
bakar yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui
(unrenewable), sedangkan permintaan naik terus, demikian pula harganya sehingga tidak ada
stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat bahan
bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable).

Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin, terutama di
pedesaan, sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang memang dirasakan terjangkau karena
disubsidi oleh pemerintah. Namun karena digunakan untuk industri atau usaha lainnya, kadang-
kadang terjadi kelangkaan persediaan minyak tanah di pasar. Selain itu mereka yang tinggal di
dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu bakar, baik dari ranting-ranting kering dan tidak
jarang pula menebangi pohon-pohon di hutan yang terlarang untuk ditebangi, sehingga lambat
laun mengancam kelestarian alam di sekitar kawasan hutan.

Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih
sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio
atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat
berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-
daunan sortiran sayur dan sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak.

Serbuk gergaji adalah serbuk kayu berasal dari kayu yang dipotong dengan gergaji. serbuk
gergaji merupakan bahan yang masih mengikat energi, oleh karena itu rantai pelepasan energi
dimaksud diperpanjang dengan cara memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan
briket kulit pisang. Briket kulit pisang adalah bahan bakar alternatif yang digunakan sebagai
bahan alternatif energi.

Dengan penggunaan briket kulit pisang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat
penggunaan minyak sebagai bahan bakar. Selain itu penggunaan briket kulit pisanng dapat
menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan
memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket kullit pisang maka akan
menningkatkan pemanfaatan limbah piang sekaligus mengurangi pencemaran, karena selama ini
serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja. Manfaat lainnya adalah dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket kulit pisang ini dikelola dengan
baik untuk selanutnya briket kulit pisanng dijual. Bahan pembuatan briket arang mudah
didapatkan disekitar kita berupa serbuk kayu gergajian.
1. Penelitian Yang Relevan
1. Para peneliti dari Universitas Nottingham, Inggris menemukan cara untuk
mengolah sampah kulit pisang yang banyak terdapat di Afrika, menjadi bahan
bakar sumber energi.
2. Di beberapa negara di Afrika, seperti Rwanda, terdapat banyak sekali pohon
pisang. Pisang juga diolah menjadi makanan dan minuman, karena itu banyak
terdapat sampah kulit pisang. Agar tidak menjadi sampah yang terbuang percuma,
para peneliti memanfaatkannya menjadi bahan bakar yang bisa digunakan oleh
masyarakat setempat.
3. Penelitian tentang pembuatan briket dari sampah dedaunan yang  merupakan hasil
penelitian usman, guru SMAN 17 Palembang, Sumatra Selatan pada tahun 2007.

METODE PENELITIAN

1. Subyek dan Obyek Penelitian


1. Subjek

Subjek penelitian ini adalah limbah kulit pisang kepok (Musa sp), dan limbah kulit pisang ambon
(Musa pardisiaca sapientum L).

1. Objek

Objek penelitian ini adalah pembuatan briket kulit pisang yang berkualitas.

1. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis kulit pisang yaitu kulit pisang kepok (Musa sp) dan kulit pisang ambon(Musa
pardisiaca sapientum sp).
2. Variasi kulit pisang yang digunakan, yaitu :

1)      kulit pisang kepok,

2)      kulit pisang ambon, dan

3)      campuran antara kulit pisang kepok dan kulit pisang ambon dengan perbandingan 1:1

1. Perbandingan komposisi antara kulit pisang dengan serbuk gergaji yaitu 1:1, 1:2 dan 2:1.

1. Variabel kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah :

a)      Waktu pembusukan pisang selama 2 minggu.


b)      Jenis serbuk gergaji yang digunakan yaitu serbuk gergaji yang berasal dari pemotongan
pohon kelapa.

c)      Skala perbandingannya 1 = 250 gr.

d)      Cetakan briket

e)      Waktu pembakaran pertama selama 1 jam dan waktu pembakaran kedua selama 2 jam.

1. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kualitas briket kulit pisang.

C. Alat dan bahan

1. Peralatan
1. Ember
2. Pengaduk
3. Cetakan briket
4. Tungku

Nama Alat Spesifikasi


Ember Sebagai tempat bubur kulit pisang
Pengaduk Untuk mengnaduk bubur pisang
Cetakan briket Untuk mencetak briket, ukuran
cetakan 5 x 5 cm.
Tungku Untuk membakar briket kulit pisang
Penumbuk Untuk menumbuk kulit pisang

1. Bahan
1. Kulit pisang ambon
2. Kulit pisang kepok
3. Serbuk gergaji
4. Air

Nama bahan Spesifikasi


Kulit pisang ambon Sebagai bahan untuk pembuatan
briket
Kulit pisang kepok Sebagai bahan untuk pembuatan
briket
Serbuk Gergaji Sebagai pencampur bubur briket
Air Untuk pengencer

Tabel perbandingan komposisi kulit pisang : serbuk gergaji


Jenis kulit Perbandingan kulit pisang dengan serbuk gergaji (gr)
pisang 1:1 1:2 2:1
Kepok 250 : 250 250:500 500:250
Ambon 250 : 250 250:500 500:250

Untuk campuran pisang kepok dan pisang ambon

Jenis kulit pisang Perbandingan kulit pisang dengan serbuk gergaji


(gr)
½:½:1 ½:½:2 1:1:½
Kepok + ambon 125 : 125 : 250 125 : 125 : 500 250 : 250 : 125

D. Cara Pembuatan

Kulit pisang yang telah membusuk dicampur dan ditumbuk menjadi satu
Dibakar. Setelah dibakar, kulit pisang tersebut akan berubah menjadi seperti bubur.
Kemudian bubur akan dicampur dengan serbuk gergaji
Kemudian dipadatkan atau dikompres hingga terbentuk seperti balok
Balok kemudian dibakar kembali
Balok siap untuk digunakan

E. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung dari bulan Mei  – juli 2010 bertempat di
Laboratorim IPA Prodi Pendidikan IPA, FMIPA UNY, Yogyakarta dan rumah peneliti.

F. Evaluasi

Tahap evaluasi ini dilakukan selama 1 minggu bertujuan untuk mengetahui kekurangan yang ada
dalam penelitian sebelum melanjutkan pada tahap penyusunan draf laporan sehingga diharapkan
dapat menghasilkan barang atau produk yang lebih baik.

G. Jadwal Kegiatan Program

Bulan
No. Kegiatan Mei Juni Juli
2 3 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Kegiatan
2 Pelaksanaan Program
3 Evaluasi
Penyusunan Draf
4
Laporan
Penyusunan Laporan
5
Akhir
H. Daftar Pustaka

Kompas. Edisi 23 Juni 2005

Nurseffi Dwi Wahyuni . 2009. Konsumsi BBM Indonesia Tergolong Sangat Boros. Diakses
tanggal 10 Mei 2010 dari. http://hemat-bensin.blogspot.com/2009/04/konsumsi-bbm-indonesia
tergolong-sangat. html

Anonim. 2009. Kulit pisang jadi bahan bakar. Diakses tanggal 29 April 2010 dari
http://www.muslimdaily.net/artikel/ringan/3350/kulit-pisang-jadi-bahan-bakar

Wah, teknologi tersebut bisa ditiru di Indonesia juga ya. Karena selain sebagai sumber energi
baru juga dapat mengurangi sampah kulit pisang. (muslimdaily.net/rmd/vvnws)
Nata de Banana
LANGKAH KERJA

2.1. Bahan Yang Digunakan :


1. Kulit pisang kepok
2. Gula pasir
3. Bakteri Acetobacter xylinum
4. Pupuk ZA
5. Asam cuka
6. Garam Inggris
7. Air
8. Sirup

2.2. Alat Yang Digunakan :

1. Blender
2. Timbangan
3. Gelas ukur
4. Cetakan
5. Kain saring
6. Sendok
7. Pisau
8. Panci
9. Kompor
10. Pengaduk

2.3. Langkah – langkah Pembuatan :


1. Daging buah yang menempel pada kulit pisang bagian dalam dikerok.
2. Ditimbang sebanyak 400 gr.
3. Ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 2, lalu diblender hingga halus.
4. Rebus air sebanyak 800 ml. 600 ml untuk pencampuran nata, sedangkan sisanya untuk
mensterilkan botol kaca dan toples.
5. Disaring dengan kain saring hingga diperoleh filtrat (cairan hasil penyaringan).
6. Masukkan ke dalam panci lalu panaskan di atas kompor. Setelah mendidih, tambahkan gula
pasir 10 % b/v, asam cuka 0,5 %v/v (bila yang digunakan asam cuka di pasaran 4-5 % v/v),
pupuk ZA 0,125% b/v ( 1 pucuk sendok teh), dan garam Inggris 0,01 % b/v. Aduk sampai larut
lalu angkat.
7. Tuangkan ke dalam cetakan yang telah disterilkan (dicuci dengan air panas), dengan
ketinggian cairan adonan lebih kurang 2-3 cm di setiap cetakan. Segera tutup dengan kertas
(Koran, majalah, kertas merang).
Catatan : cetakan ditutup dengan kertas koran supaya udara tetap bisa masuk melalui pori-pori
kertas.
8. Diamkan sampai dingin (sekitar 1 jam), baru kemudian ditambahkan starter (bibit bakteri
Acetobacter xylinum sebanyak 10% v/v.
Catatan :
- Sebelum memasukkan bakteri, adonan harus benar-benar dingin, sebab kalau masih panas
bakteri akan mati.
- Cetakan harus diletakkan di tempat yang aman, jauh dari gangguan. Goyangan atau
pemindahan cetakan menyebabkan serat nata gagal terbentuk karena bakteri ini bekerja
menganyam serat dari atas ke bawah, sehingga bila digoyang menyebabkan bakteri jatuh dan
tidak mau bekerja lagi.
9. Fermentasi selama 10 hari.
10. Setelah 10 hari,serta nata dapat dipanen. Angkat serat nata dari cetakan dan cuci, lalu peras
dengan kain saring (agar tidak licin).
11. Iris dengan ukuran sesuai selera, lalu masak dengan air sampai mendidih.
12. Tiriskan dan peras lagi dengan kain saring, lalu dimasak lagi. Pemasakan dilakukan sampai
bau asam cuka hilang.

Wine dari Kulit Pisang

Secara ringkas, kulit pisang yang masak (pilih pisang yang sedikit taninnya misal pisanng
ambon dan gajih) bersihkan/cuci kulit lalu hancurkan kulit dengan blender dengan
menambahkan air. hasil blender kemudian disaring. Tambahkan gula 10 % dan rebus hingga
mendidih, tambahkan amonium sulfat 0,25% lalu masukkan dalam botol yanng telah dicuci dan
disterilkan tutup rapat. masukkan bibit khamir (jika tidak punya dapat gunakan fermipan).
biarkan selama semalam, lalu ini kita pakai sebagai starter untuk pembuatan wine yanng
sesungguhnya. starter sebanayak 10% dari bahan. lakukan fermentasi secara anaeerob yaitu
dengan menutup rapat wadah dan diberi saluran untuk mengeluarkan karbon dioksidanya.
fermentasi dihentikan jika sudah tidak keluar gelembung lagi.

hasil fermentasi dibiarkan beberapa bulan (aging) agar diperoleh hasil yang jernih dan
aroma yang kuat, lalu disaring dan dibotolkan.

You might also like