Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
Konseling Apoteker, adalah upaya apoteker agar pasien memahami permasalahan yang
dialami, yang terkait kesehatan dan sediaan farmasi, sehingga pasien mampu mengambil
keputusan terbaik sesuai kemampuannya.
Pada saat pasien datang ke apotek seringkali pasien kurang mengerti dan bahkan sebagian
tidak memahami apa sebenarnya permasalahan dan bagaimana seharusnya permasalahan
diselesaikan. Untuk itu diperlukan suatu konseling kefarmasian.
Dalam melakukan konseling di apotek, seorang apoteker harus mampu menguasai tehnik-
tehnik konseling. Karena keberhasilan konseling salah satunya ditentukan oleh kemampuan
apoteker dalam penguasaan tehnik-tehnik tersebut. Dan seringkali dalam konseling
diperlukan beberapa tehnik sekaligus yang dikombinasi. selain itu keberhasilan konseling
juga dipengaruhi oleh pengalaman apoteker dalam konseling.
CONTOH KONSELING
Pasien datang
Apoteker : " Ada yang bisa kita bantu?" (attending)
Pasien : " mau beli obat flu merk A" (Obat tersebut mengandung PPA)
Apoteker : "Untuk siapa bu?" (pertanyaan terbuka)
Pasien : " Untuk saya sendiri, berapa harganya ya?"
Apoteker : " Punya penyakit hipertensi?" (pertanyaan tertutup)
Pasien : " Ada, kadang-kadang tensi saya agak tinggi"
Apoteker : " Sampai berapa bu?" (eksplorasi)
Pasien : " Kadang sampai 170"
Apoteker : " Bu, obat tersebut mengandung PPA yang seharusnya tidak diminum oleh
penderita hipertensi" (pemberian informasi, memberikan nasehat)
Pasien : " Ah tidak, pokoknya saya cocoknya obat A tersebut, kalau tidak itu saya tidak
mau"
Apoteker : " Ha3, saya sudah menduga dan saya memahami anda, ibu saya sendiri baru 6
bulan percaya kalau tidak boleh minum obat A, karena ibu saya juga menderita hipertensi"
(empati)
sambil tersenyum " Mau beli berapa bu? tidak apa-apa tidak percaya, saya menghargai
pilihan anda, yang penting saya sudah memberi informasi" (empati)
Pasien : " Beli 3 strip saja" (pasien agak terdiam sambil berpikir)
Apoteker : " Rp3600;- " ada lagi yang bisa dibantu?" (sambil tetap tersenyum)
Pasien : " Pak tidak jadi saja, tolong diberi yang aman buat penderita hipertensi saja"
(sambil malu-malu)
Apoteker : " ha3, pilihan ibu tepat, membeli obat harus mempertimbangkan efek samping,
sebaiknya ibu minum obat B saja karena tidak mengandung PPA" (menilai, menyimpulkan
dan mengakhiri konseling)
Dari contoh konseling diatas dapat kita ambil banyak pelajaran. Dan contoh tersebut
termasuk contoh konseling yang berhasil. Konseling umumnya berlansung sangat kondisional
dan hasilnya sering kali juga tidak bisa kita nilai hanya dengan benar salah. Satu hal yang
paling penting dalam konseling kefarmasian adalah mengamankan klien atau pasien dari ESO
atau dari bahaya penggunaan sediaan farmasi lain, juga mengamankan dari bahaya penyakit
yang diderita pasien atau klien. Oleh karena itu sebagian hasil konseling kefarmasian
diapotek adalah rujukan kesarana kesehatan lain seperti praktek dokter atau rumah sakit.
Konseling tersebut juga kategori konseling efektif, karena berjalan sangat singkat, mungkin
cuma 2 atau 3 menit saja. Konseling seperti ini dampaknya akan sangat besar bagi pasien dan
lingkungannya sendiri, karena manusia adalah makhluk sosial, yang mana umumnya pasien
akan mengabarkan hasil ini kepada siapa saja yang ia kenal.
Pada konseling seperti ini seringkali dibutuhkan waktu lebih dari sekedar 2 atau 3 menit, dan
kadang kala juga membutuhkan 2 atau 3 kali pertemuan. Pada kasus konseling ini pesan
utamanya adalah pasien tidak memahami efek samping obat dan kebutuhan pasien adalah
obat yang manjur dan aman sesuai kondisi pasien.
Selama ini konseling umumnya dilakukan sebatas pelayanan informasi saja, dan umumnya
hanya diberikan kepada yang bertanya saja. Umumnya pasien yang tidak bertanya dianggap
sudah mengerti akan permasalahannya sendiri dan tidak perlu konseling.
Disinilah letak kekurang tepatan dari sebagian kita selama ini. Konseling sebenarnya sering
kali diberikan hanya kepada orang yang justru telah memahami permasalahannya, karena
pasien atau keluarga pasien yang bertanya umumnya justru orang yang telah memahami akan
permasalahannya sendiri, sedangkan orang yang belum memahami permasalahannya malah
dilayani tanpa konseling yang tepat.
Selanjutnya bagaimanakah agar konseling dapat berjalan lebih baik, adalah dengan
melakukan konseling kepada semua pasien dan atau keluarga pasien. Karena dengan
melakukan konseling kepada mereka semua bisa jadi perjalanan pengobatan menjadi lebih
optimal atau dengan kata lain lebih aman, lebih efektif, lebih dapat diterima dan lebih
manusiawi.
Konseling kefarmasian yang efektif adalah konseling yang mampu memberikan hasil yang
optimal yang mana pasien menjadi lebih memahami permasalahannya dan menjadi lebih
mampu mengatasi permasalahannya sendiri sesuai kemampuannya.
Dalam konseling yang efektif, apoteker harus mampu menangkap isu sentral atau pokok
permasalahan pasien, kemudian apoteker harus mampu merefleksikan permasalahan sehingga
pasien memahami permasalahannya. Selanjutnya pasien mampu menindaklanjuti
permasalahannya sesuai kemampuannya.
Agar konseling dapat berlaku efektif, banyak dipengaruhi banyak hal yang atara lain adalah:
1. jam terbang apoteker
2. Wawasan apoteker
3. Penguasaan sain oleh apoteker
4. dsb.
TANTANGAN KONSELING
TANTANGAN KONSELING
Tantangan konseling atau hambatan dalam konseling sangat beragam. Bisa jadi antar daerah
akan mempunyai perbedaan permasalahan atau tantangan yang mana semua itu sangat
tergantung keadaan daerah tersebut. Umumnya tantangan konseling meliputi atau sebagian
dari hal-hal tersebut dibawah ini :
Bagi seorang apoteker, penguasaan tehnik-tehnik konseling adalah sangat penting, karena
penguasaan tehnik konseling merupakan kunci keberhasilan. Dan konseling yang efektif akan
terjadi bila apoteker mampu merespon pasien atau keluarga pasien dengan tehnik yang benar
sesuai keadaan pasien atau keluarga pasien saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-
pernyataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang dan mendorong,
sehingga pasien atau keluarga pasien dapat terbuka dalam menyatakan pikiran dan
pengalamannya, sehingga dapat terjadi diskusi mengenai permasalahannya.
Dan tehnik tehnik konseling yang biasa digunakan diapotek bisa meliputi kombinasi hal-hal
dibawah ini
attending
ATTENDING
Konseling umumnya diawali dengan tehnik attending yang bisa disebut juga perilaku
menghampri klien atau pasien di apotek. Pada perilaku attending ini bisa berupa bahasa
verbal dan non verbal. Bahasa non verbal bisa berupa penampilan apoteker, kontak mata, dan
bahasa tubuh yang lain.
Berikut ini adalah beberapa penampilan apoteker dalam attending yang baik :
1. Kepala bisa bergerak bebas dan melakukan anggukan bila menyatakan setuju,
2. Ekspresi wajah yang menyenangkan, nyaman, tenang, ceria dan senyum,
3. Posisi badan bisa dibuat condong kepada klien agar terkesan lebih dekat dan akrab, tetapi
tetap hati-hati dan waspada bila pasien mengidap penyakit yang sangat menular, karena
apoteker juga manusia yang bisa saja tertular penyakit.
4. Tangan bisa saja digerakan dengan bebas yang kadang-kadang bisa juga untuk membantu
menekankan ucapan.
5. Mendengarkan dengan penuh perhatian, selama klien mengemukakan perasaan dan
permasalahannya sebaiknya apoteker dapat menjadi pendengar yang baik. Tetapi pada saat
klien ngelantur kemana-mana apoteker sebaiknya juga mengerti bagaimana menghentikan
dengan tanpa menyinggung perasaan klien.
Berikut ini adalah beberapa penampilan apoteker dalam attending yang kurang baik :
1. Kepala yang kaku tanpa memberikan gerakan apa apa dapat diartikan sebagai konselor
yang enggan dan kurang menarik.
2. Muka dingin, tanpa ekspresi, mata melihat kemana-mana, akan memberikan kesan yang
kurang baik, demikian juga bila mata melotot akan memberikan kesan yang buruk kepada
klien.
3. Posisi tubuh yang kurang akrab juga akan memberikan kesan yang kurang baik, seperti
bersandar dan menjauh.
eksplorasi
EKSPLORASI
Eksplorasi, adalah kemampuan apoteker sebagai konselor dalam menggali perasaan, pikiran
dan pengalaman klien. Eksplorasi sangat penting, karena klien sering kali menutup diri atau
kurang mampu mengutarakan permasalahannya. Hal ini bisa jadi disebabkan karena tingkat
pendidikan kesehatan masyarakat yang umumnya rendah atau pemahaman paradikma
kesehatan yang terlanjur salah.
2. Eksplorasi pikiran, adalah kemampuan konselor dalam menggali ide, pikiran dan pendapat
klien.
- " Apa yang anda pikirkan tentang obat yang bagus itu?"
- " Apakah anda paham tentang resiko putus obat tb yang andda minum?"
3. Eksplorasi pengalaman, adalah kemampuan konselor dalam menggali pengalaman-
pengalaman klien.
- "Apakah anda minum obat setiap hari?"
- "Obat apa saja yang telah anda gunakan?"
empati
EMPATI
Emapti dapat diartikan sebagai kemampuan apoteker untuk dapat merasakan apa yang
dirasakan klien, dan juga untuk dapat merasa dan berpikir bersama klien. dan selanjutnya
empati ada dua macam :
1. Empati primer, adalah suatu bentuk empati yang hanya memahami perasaan, pikiran, dan
keinginan dan pengalaman klien. Tujuannya adalah agar klien terlibat pembicaraan dan
terbuka.
2. Empati tingkat lanjut, yaitu bila pemahaman apoteker terhadap perasaan, pikiran keinginan
dan perasaan klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena apoteker sebagai konselor
ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut dapat membuat klien tersentuh dan
terbuka terbuka untuk mengemukakan perasaan, pikiran, pengalaman termasuk
penderitaannya.
Menangkap pesan utama sangat diperlukan agar apoteker dapat melakukan konseling dengan
efektif dalam keterbatasan waktu konseling di apotek. Seringkali klien bicara tentang
perasaan dan pengalaman sangat melantur, bertele-tele dan sering juga salah karena
dipenaruhi iklan yang seringkali tidak rasional.
Contoh :
klien : "Saya sering merasakan sakit di tumit saya, kata tetangga saya sakit asam urat. Saya
minta obat asam urat."
apoteker : " Anda sakit nyeri, tetapi sepertinya anda belum tentu kena asam urat "
TUJUAN KONSELING
Tujuan Konseling Kefarmasian adalah membantu masyarakat, agar masyarakat mampu untuk
memahami permasalahannya sendiri dan kebutuhannya sendiri, baik yang terkait kesehatan
maupun sediaan farmasi, sehingga penanganan masalahan kesehatan baik kuratif atau
prekuentif menjadi lebih optimal.
Suatu Contoh :
Pasien atau keluarga pasien datang keapotek untuk membeli obat flu.
Disini belum tentu pasien paham apa itu obat flu terkait indikasi, efek samping, dosis
optimal, peringatan, kontra indikasi dll. disinilah peran apoteker dalam membantu pasien agar
pengobatan atau pencegahan dapat berjalan dengan lebih rasional dan optimal