You are on page 1of 6

Bahasa dan pikiran

Bahasa mempunyai dua fungsi, yang dilihat dari perkembangannya lebih


mudah dan lebih tepat dipergunakan dalam kesusasteraan daripada sebagai alat
pemikiran ilmiah umumnya, dan logika khususnya.
Dibawah ini S.U.S. Nababan (1998:127-144), akan membahas hubungan-
hubungan lain dari bahasa dan pikiran, yakni khususnya hubungannya dengan: 1.
Kategori-kategori kognitif tertentu dan 2. Kategori-kategori sosial. Kita akan
membicarakan juga pengungkapan (expression, production) beberapa kategori
persepsi batasan-batasan dalam bentuk bahasa, dan pengaruh bahasa pada pikiran.

1. Kategori-kategori kognitif
Cara-cara berpikir manusia sebagai tanggapan terhadap berbagai macam
informasi yang diterimanya melalui berbagai inderanya dan bagaimana dia
memprosesnya dalam pikiran dan membaginya dalam kelompok-kelompok guna
penyimpanan (storage) dalam ingatan dan menemukannya kembali (retrieve)
dengan mudah disebut “kategorisasi”. Kelompok-kelompok konsep yang
dihasilkan pengolahan pikiran itu disebut “kategori”.

2. Bilangan (Number)
Kebanyakan bahasa mempunyai cara tertentu untuk mengungkapkan kategori
bilangan yang disebut “tunggal” dan “jamak”, seperti terdapat dalam rumah dan
rumah-rumah, dalam bahasa inggris: house dan houses.
Kabanyakn bahasa juga membedakan antara bilangan dasar (cardinal
numbers), yaitu : satu, dua, tiga, dan seterusnya, dan bilangan urutan (ordinal
numbers), yaitu : pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.

3. Peniadaan (Negation)
Salah satu ciri semesta yang ditemukan Greenberg ialah bahwa peniadaan yang
negatif ditandai terhadap yang positif : positif x negarif.
Hubungan antara baik x buruk dan antara positif x negatif adalah amat dekat.
Dalam banyak bahasa, buruk diungkapkan secara eksplisit dengan “tidak baik”
atau “tak-baik”. Bouncer & Osgood (1969) mengamati bahwa dalam berbagai
macam bahasa, hampir tidak mungkin menambahkan awalan atau akhiran negatif
kepada penilaian buruk, seperti dalam bahasa inggris, “unbad”, “unsad”, dan
“unugly”, akan tetapi awalan un- itu sering ditambahkan pada penilaian baik
untuk menghasilkan istilah-istilah dalam bahasa inggris, seperti “ungood”,
“unhappy”, dan “unbeautiful”.
Bouncer & Osgood mencoba mencari keterangan bagi kecendurangan umum
itu. Mereka mengatakan bahwa “orang cenderung melihat dan membicarakan sisi
atau segi yang baik dari kehidupan”. Pendapat ini mereka sebut “Hipotesis
Pollyanna”.
Jawaban yang dikemukakan oleh Clark & Clark ialah mengusulkan “nosi
kenormalan”. Keadaan-keadaan yang normal ditanggapi orang secara positif,
sedang keadaan-keadaan yang abnormal ditanggapi secara negatif karena itu tidak
memiliki “kenormalan”.

4. Sebab dan Akibat


Menurut Greenberg jikalau suatu bahasa mempunyai ungkapan-ungkapan yang
berbeda kompleksitas kata atau bentuknya untuk “keadaan”, “perubahan keadaan”
dan “sebab perubahan keadaan” seperti dalam ketiga kata bahasa inggris: dead,
die dan kill, maka keadaan-keadaan itu biasanya diungkapkan dengan kata-kata
yang semakin kompleks. Dalam bahasa Inggris umpamanya, “perubahan
keadaan” sering dinyatakan dengan penambahan satu morfem kepada kata untuk
“keadaan”, seperti tampak dalam pasangan kata : solid & solidity; red & redden;
dan long & lengthen. Demikian juga halnya dengan “sebab perubahan keadaan”
seperti tampak dalam pasangan kata: sharp & sharpen; legal & legalize dan large
& enlarge.
Alasan untuk penggunaan bentuk-bentuk di atas sederhana saja tampaknya.
Suatu “keadaan” adalah lebih sederhana daripada “perubahan keadaan”. Keadaan
besar, umpamanya, adalah suatu keadaan tetap, sedang membesar
menggambarkan “suatu keadaan permulaan, suatu keadaan akhir, dan perubahan
dari keadaan yang pertama ke keadaan yang kedua”. “menyebabkan atau
membuat perubahan keadaan lebih kompleks lagi. Hal ini tidak hanya
menggambarkan “keadaan permulaan, akhir dan perubahan dari pertama ke dalam
yang kedua”, tetapi juga “suatu peristiwa yang menyebabkan perubahan itu
terjadi”. Pertambahan kompleksitas ini kelihatan dengan jelas dalam perumusan
fungsi sebagai berikut : Besar (x); Menjadi (Besar (x)); dan Menyebabkan (y),
Menjadi (Besar (x))).

5. Waktu
Clark & Clark mengatakan bahwa penandaan kata-kata untuk waktu lalu dan
waktu yang akan datang ini berhubungan dengan pikiran atau kesadaran orang
akan waktu. Yang paling mudah dimengerti ialah waktu sekarang, baru waktu
yang lalu, dan yang paling sukar ialah waktu yang akan datang.
Para ahli tersebut di atas mengutip penjelasan Boyd & Thorne (1969) yang
menganggap waktu yang akan datang itu hipotesis dan lebih jauh dari kenyataan,
daripada waktu sekarang dan waktu lalu, dan oleh karena itu lebih sukar
dimengerti. Ini juga tercermin Marn urutan perolehan penanda waktu oleh anak-
anak. Rupanya, lebih dahulu diketahui atau dikuasai nosi atau konsep waktu
sekarang (yang diungkapkan dengan bentuk dasar kata kerja), baru waktu lalu dan
baru terakhir waktu yang akan datang.

Kategori-kategori sosial
Kategori-kategori sosial berakar pada keadaan hidup manusia sebagai makhluk
sosial dan kultural. Kita akan membaginya dalam empat kelompok kategori, yakni
: (1) perkerabatan; (2) kata ganti orang; (3) ungkapan-ungkapan dan (4) Kelas
sosial.

(1). Perkerabatan (Kinship)


Sebagai contoh kita mengambil istilah uncle, yang dalam bahasa dan budaya
inggris dapat dipakai untuk merujuk kepada: Saudara laki-laki ayah, saudara laki-
laki itu, suami saudara perempuan ayah, dan suami saudara perempuan ibu.
Greenberg melakukan perbandingan demikian dan ia menemukan bahwa
semua bahasa membedakan paling sedikit tiga dasar atau prinsip perkerabatan,
yakni: generasi, hubungan darah dan jenis kelamin.

(2). Kata Ganti Orang


Kata ganti orang memang diperlakukan dalam percakapan untuk pembicara
(saya) dari orang-orang lawan bicara (engkau, kamu, saudara, ibu, bapak) dan dari
orang ketiga (dia, beliau, mereka), sistem kata ganti orang boleh dikatakan sistem
yang semesta; yakni untuk membedakan antara ketiga peran ini (orang pertama,
orang kedua, dan orang ketiga).
Secara umum, sistem kata ganti juga membedakan antara bilangan peserta
percakapan (umpamanya: saudara dan saudara sekalian). Clark & Clark
melaporkan bahwa ada bahasa-bahasa yang mempunyai empat kata ganti (orang),
dan ada yang sampai lima belas.

1. Kata Sapaan
Kata sapaan yang dipakai orang kepada lawan bicara erat berkaitan dengan,
dan berdasarkan, tanggapan atau persepsinya atas hubungan pembicara dengan
lawan bicara itu. Sapaan itu terdiri atas (1) nama kecil; (2) gelar; (3) istilah
perkerabatan; (4) nama keluarga; (5) nama hubungan perkerabatan dengan nama
seorang kerabatnya (disebut teknonimi); (6) Kombinasi dari yang di atas.
Sebagai contoh dari pemberian sistem kata sapaan, kita akan mengambil
“sapaan dalam bahasa inggris Amerika”, oleh R. Brown dan M. Ford (1961,1972).
Mereka meneliti hanya sebagian dari sistem sapaan dalam bahasa inggris
Amerika, yaitu penggunaan (1) nama kecil (disingkat NK disini); (2) nama
keluarga (disingkat KK disini); (3) gelar saja (disingkat G disini); dan (4) nama
keluarga + gelar (disingkat GKK disini). Para peneliti itu memperoleh data-
datanya dari 4 macam sumber data, yakni:
a. Penggunaan kata sapaan ditiga puluh delapan sandiwara yang ditulis oleh
dramawan Amerika dan dipentaskan setelah tahun 1939, yang terkumpul
dalam Best American Plays oleh Gassner (1947, 1952, 1958);
b. Penggunaan nyata dalam suatu perusahaan dagang di Boston, yang
direkam selama 2 bulan;
c. Penggunaan yang dilaporkan oleh 34 pegawai eksekutif dalam suatu kursus
setahun di Universitas Massachusetts yang dinamakan MIT;
d. Penggunaan yang direkam di Amerika Serikat Tengah bagian Barat
(Midwest) oleh Barker dan Wright (1954) dari Universitas Kansas.
Kalau kita ambil hanya penggunaan NK dan GNK hanya tiga pola pasangan
yang mungkin, yakni:
1. NK dibalas denngan NK (reciprocal);
2. G N K dibals dengan G N K (=reciprocal);
3. Pola yang bukan “reciprocal”, dimana seorang menggunakan NK dan
lawan bicaranya menggunakan GNK.

2. Pengaruh Bahasa pada pikiran


Dalam bagian ini akan dibahas suatu pemikiran tentang pengaruh bahasa pada
pikiran seseorang yang masih merupakan suatu hipotesis, dan pembahasan
pemikiran dengan mengambil contoh dari bahasa Indonesia.

(1). Hipotesis Relativitas Kebahasaan


Hipotesis yang paling terkenal tentang hubungan pikiran dengan bahasa
adalah hipotesis relativitas kebahasaan dari Sapir & Whorf.
Hipotesis ini mengatakan bahwa “bahasa mempengaruhi pikiran”.
Menurut Whorf (1996:213), setiap bahasa memaksa atau memberikan suatu
“pandangan dunia” pada penuturnya.
Clark & Clark tidak menolak hipotesis ini, tetapi mengajukan suatu “versi
lemah” yang berbunyi: “ada pengaruh struktur bahasa pada cara berpikir
orang; dan sebaliknya, melalui pikiran orang dapat juga mempengaruhi
perilakunya”.
Menurut pengamatan penulis memang ada pengaruh struktur bahasa pada
pikiran dan sebaliknya; pikiran atau proses mental orang mempunyai pengaruh
kepada bentuk dan sistem bahasa yang dapat dianggap sebagai pencerminan
pikiran. Kesimpulan kita disini ialah bahwa hubungan pengaruh antara bahasa
dan pikiran adalah berjalan dua arah.

(2). Pembedaan Kosa Kata


Salah satu bukti lagi bahwa bahasa mempengaruhi pikiran yang
dikemukakan Sapir dan Whorf ialah bahwa : dalam satu bahasa mungkin
terdapat lebih banyak kata dalam sesuatu ranah (domain) daripada bahasa lain.

3. Bahasa adalah Data Pemikiran


Bahasa bukan sekedar alat berkomunikasi dengan orang lain, melainkan juga
diperlukan untuk berpikir itu sendiri. Fungsi kata-kata dalam kaitan ini adalah
untuk menyediakan gambaran inderawi tertentu bagi pikiran, atau boleh dikatakan
untuk menguasainya.
Perhatian terhadap bahasa nampaknya sangat penting bagi filsafat. Makna kata-
kata, seperti yang digunakan dalam perbincangan umum, cenderung
menggunakan cara yang ber-variasi yang mudah diabaikan, sehingga berakibat
bahwa argumen-argumen yang salah muncul karena ambiguitas dalam istilah yang
digunakan.
Bahasa juga mungkin menyebabkan kesalahan-kesalahan filosofis karena
bentuk verbalnya memberikan kesan yang menyesatkan mengenai struktur realitas
atau karena dua kalimat yang benar-benar tidak menyatakan hal yang sama
digunakan untuk menyatakan hal yang sama tadi karena memiliki struktur
tatabahasa yang sama.
Sekali lagi, kita harus ingat bahwa mengkomunikasikan informasi bukanlah
fungsi bahasa satu-satunya. Bahasa juga punya fungsi mengekspresikan emosi,
memerintah, menyampaikan bujukan (secara umum disebut “fungsi-fungsi
emotif”).

You might also like