You are on page 1of 7

Pengertian Hari Raya Saraswati

dan
Pemujaan di Hari Raya Saraswati

OLEH:

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hari raya Saraswati atau hari raya Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati adalah hari
yang penting bagi umat hindu, khususnya bagi siswa sekolah dan penggelut dunia pendidikan
karena Umat Hindu mempercayai hari Saraswati adalah turunnya ilmu pengetahuan yang suci
kepada umat manusia untuk kemakmuran, kemajuan, perdamaian, dan meningkatkan
keberadaban umat manusia. Hari Saraswati diperingati setiap hari Sabtu (Saniscara) Umanis
(Legi) Watugunung yang menurut perhitungan sistem kalender pawukon Bali. Datangnya
perayaan ini secara periodik setiap 210 hari sekali, dan di bulan September ini jatuh pada tanggal
25.

PEMBAHASAN
Isi
Di hari Saraswati biasanya pagi-pagi para siswa sekolah sudah sibuk mempersiapkan
upacara sembahyang di sekolah masing-masing, sehabis itu biasanya para siswa melanjutkan
sembahyang ke pura-pura lainnya. Dan pura yang menjadi favorite adalah pura Jagatnatha yang
ada dipusat kota Denpasar. Di sekolah, di pura, di rumah maupun di perkantoran semua buku,
lontar, pustaka-pustaka dan alat-alat tulis di taruh pada suatu tempat untuk diupacarai. Karena
ada mitos pada hari Saraswati tidak diperbolehkan untuk menulis dan membaca.

Ilmu pengetahuan dalam ajaran agama Hindu dilambangkan oleh wanita cantik yaitu
Dewi Saraswati, karena oleh wanitalah (ibu) kita berasal (lahir) dan wanita itu mempunyai sifat
lembut, tegas dan cinta kasih. Saraswati adalah nama dewi, Sakti Dewa Brahma (dalam konteks
ini, sakti berarti istri). Dewi Saraswati diyakini sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam
fungsi-Nya sebagai dewi ilmu pengetahuan. Dalam berbagai lontar di Bali disebutkan "Hyang
Hyangning Pangewruh." Selain itu Dewi Saraswati digambarkan mempunyai tangan empat yang
masing-masing memegang Genitri (tasbih), Kropak (lontar), alat musik Rebab. Dewi Saraswati
juga digambarkan duduk diatas bunga teratai dan didampingi angsa dan burung merak. Simbol2
itu memiliki makna :

1. Penampilan dewi yang cantik dengan busana putih bersih berkilauan, melambangkan
ilmu pengetahuuan itu sangat mulia, selalu menarik untuk dipelajari oleh siapapun.
2. Alat musik gitar (wina) melambangkan unsur mutlak ilmu pengetahuan berasal dari
hukum alam yang tercipta melalui melodi alami dan citarasa seni Sang Pencipta.
3. Kitab suci (kropak) melambangkan tempat tertuangnya berbagai petunjuk ajaran suci
sebagai sumber ilmu pengetahuan material maupun spiritual.
4. Genitri (aksamala/tasbih) melambangkan ilmu pengetahuan bersifat kekal, tidak terbatas,
tidak akan ada akhirnya dan habis-habisnya untuk dipelajari.
5. Bunga Teratai, melambangkan kesucian ilmu pengetahuan yang murni, tidak tercela
6. Burung Merak, melambangkan sifat ilmu pengetahuan itu memberikan suatu kewibawaan
bagi yang telah memahami dan menguasainya
7. Angsa putih, melambangkan ilmu pengetahuan itu dapat memberikan petunjuk untuk
bersikap bijaksana dalam membedakan antara yang baik dan yang buruk.

Saraswati sendiri mempunyai etimologi yaitu saraswati yang terdiri dari kata saras dan wati.
Saras berarti sesuatu yang mengalir dengan kecap atau ucapan. Wati berarti yang memiliki atau
mempunyai. Jadi Saraswati sendiri mempunyai arti yang mempunyai sifat mengalir dan sebagai
sumber ilmu pengetahuan dan kebijakan.

Pada upacara hari Saraswati, semua pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-
alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusilaan
dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan
atau di dalam bilik untuk diupacarai. Adapula Widhi widhana (sesajen/bebanten) yang digunakan
berupa peras daksina, bebanten dan sesayut Saraswati, rayunan putih kuning serta canang-
canang, pasepan, tepung tawar, bunga, sesangku (samba = gelas), air suci bersih dan bija
(beras) kuning. Pada hari tersebut dilakukan juga Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati
dilakukan mempergunakan bahan-bahan: air, bija, menyan astanggi dan bunga. Dengan
langkah-langkah pemujaan seperti berikut:

• Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om, puspa danta ya namah.


• Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, dengan mantram
"Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami".
• Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).
• Ambil beras kuning dengan mantram : "Om, kung kumara wijaya Om phat".
• Masukkan kedalam sesangku.
• Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika, dengan mantram:

Mantra Artinya
Om, Saraswati namostu bhyam Warade Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha
kama rupini Siddha rastu karaksami indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami
Siddhi bhawantu sadam. dilindungi dengan sesempurna-
sempurnanya. Semoga kami selalu
dilimpahi kekuatan.
Om, Pranamya sarwa dewanca Om, kami selalu bersedia menerima
para matma nama wanca. restuMu ya para Dewa dan Hyang Widhi,
rupa siddhi myaham. yang mempunyai tangan kuat. Saraswati
yang berbadan suci mulia.
Om Padma patra wimalaksi Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang
padma kesala warni indah bercahaya. Dewi yang selalu indah
nityam nama Saraswat. bercahaya, kami selalu menjungjungMu
Saraswati.

• Sesudahnya bunga itu dimasukkan kedalam sangku. Sekian mantram permohonan tirta
Saraswati. Kalau dengan mantram itu belum mungkin, maka dengan bahasa sendiripun
tirta itu dapat dimohon, terutama dengan tujuan mohon kekuatan dan kebijaksanaan,
kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.
• Setangkai bunga diambil untuk memercikkan tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-
banten sebanyak 5 kali masing-masing dengan mantram:
o Om, Saraswati sweta warna ya namah.
o Om, Saraswati nila warna ya namah.
o Om, Saraswati pita warna ya namah.
o Om, Saraswati rakta warna ya namah.
o Om, Saraswati wisma warna ya namah.

• Kemudain dilakukan penghaturan (ngayaban) banten-banten kehadapan Sang Hyang Aji


Saraswati
• Selanjutnya melakukan persembahyangan 3 kali ditujukan ke hadapan :
o Sang Hyang Widhi (dalam maniftestasinya sebagai Çiwa Raditya).
o Sang Hyang Widhi (dalam manifestasinya sebagai Tri Purusa)
o Dewi Saraswati.

• Ucapkan mantra berikut:

Mantra Artinya
Om, adityo sya parajyote rakte tejo Om, Tuhan Hyang Surya maha bersinar-
namastute sweta pangkaja madyaste sinar merah yang utama. Putih Iaksana
Baskara ya namo namah. tunjung di tengah air, Çiwa Raditya yang
Om, rang ring sah Parama Çiwa Dityo ya mulia.
nama swaha. Om, Tuhan yang pada awal, tengah dan
akhir selalu dipuja.
Om, Pancaksaram maha tirtham, Om, Pancaksara Iaksana tirtha yang suci.
Papakoti saha sranam Agadam bhawa Jernih pelebur mala, beribu mala manusia
sagare. Om, nama Çiwaya. olehnya. Hanyut olehnya ke laut lepas.
Om, Saraswati namostu bhyam, Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan
Warade kama rupini, maha mulia, semoga kami dilindungi
Siddha rastu karaksami, sesempurna-sempurnanya, semoga selalu
Siddhi bhawantume sadam. kami dilimpahi kekuatan.

Sesudah sembahyang dilakukan metirtha dengan cara-cara dan mantram-mantram sebagai


berikut :

• Meketis 3 kali dengan mantram:


o Om, Budha maha pawitra ya namah.
o Om, Dharma maha tirtha ya namah.
o Om, Sanghyang maha toya ya namah.

• Minum 3 kali dengan mantram:


o Om, Brahma pawaka.
o Om, Wisnu mrtta.
o Om, Içwara Jnana.

• Meraup 3 kali dengan mantram :


o Om, Çiwa sampurna ya namah.
o Om, Çiwa paripurna ya namah.
o Om, Parama Çiwa suksma ya namah.

• Terakhir melabahan Saraswati yaitu makan surudan Saraswati sekedarnya, dengan tujuan
memohan agar diresapi oleh wiguna Saraswati

Setelah Saraswati puja selesai, biasanya dilakukan mesarnbang semadhi, yaitu semadhi
ditempat yang suci di malam hari atau melakukan pembacaan lontar-lontar semalam suntuk
dengan tujuan menernukan pencerahan Ida Hyang Saraswati. Puja astawa yang disiapkan ialah :
Sesayut yoga sidhi beralas taledan dan alasnya daun sokasi berupa nasi putih daging guling, itik,
raka-raka sampian kernbang payasan. Sesayut ini dihaturkan di atas tempat tidur,
dipersembahkan ke hadapan Ida Sang Hyang Aji Saraswati.

Sehari setelah hari raya saraswati yaitu pada hari Minggu Paing wuku Sinta disebut
Banyu Pinaruh. Pada hari ini barulah upacara Saraswati berakhir dengan tata cara sebagai
berikut:

a. Asuci laksana yaitu pada pagi hari umat melaksanakan pensucian diri yaitu mandi dan
keramas dengan air kumkuman (air yang berisi bunga-bunga yang wangi)

b. setelah selesai asuci laksana, kemudian menghaturkan nasi pradnyan, jamu sadrasa dan air
kumkuman sebagai pasucian. Dilanjutkan dengan nunas air kumkuman lalu sembahyang dan
matirta. Terakhir nunas labaan Saraswati yaitu nasi pradnyan dan loloh. Setelah itu barulah
upacara di lebar/selesai.

Adapun makna / simbul dari nasi pradnyan itu adalah sebagai lambang kepintaran,
dengan makan surudan nasi pradnyan seseorang diharapkan mendapatkan kepradnyanan /
kepintaran. Sedangkan minum loloh merupakan lambang bahwa rasa pahit menyebabkan sehat
dan bahagia. Jadi hal-hal yang pahit/sukar dihadapi waktu menuntut pengetahuan pada akhirnya
akan menimbulkan kebahagiaan.
PENUTUP
Rangkuman

Hal yang paling penting dan harus kita petik hikmah dari setiap perayaan hari raya
Saraswati ini adalah bukan hanya sekedar memperingati hari turunnya ilmu pegetahuan, tetapi
lebih dari itu bahwa kita harus menginstropeksi diri seberapa banyak kita telah menggunakan
atau memanfaatkan ilmu pengetahuan yang kita miliki guna peningkatan kwalitas spiritual diri
sendiri maupun untuk kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain. Dengan demikian kami sangat
mengharapkan agar perayaan hari raya Saraswati kali ini mampu meningkatkan kesadaran bagi
umat sedharma khususnya dalam penerapan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Karena itu ilmu
pengetahuan itu bersifat suci, maka marilah kita bersama-sama berusaha untuk mempergunakan
ilmu yang kita miliki kearah yang lebih baik.

You might also like