Professional Documents
Culture Documents
Umum
pada tahap survei awal, pertama dilakukan survei formasi cool-bearing yang
terbuka secara alami dan beberapa pengeboran untuk mengetahui kedalaman dari
lapisan batubara kearah kemiringan dengan maksud memastikan deposit batubara
yang potensial. Kemudian akan berlanjut kepada teknik eksplorasi yang lebih
tinggi menggunakan mesin dan peralatan yang spesifik. Dalam bab ini akan
dijelaskan secar ringkas mengenao survei geologi permukaan yang merupakan
dasar dari semua survei geologi.
namun, lingkup penyelidikan perlu dikembangkan, tidak hanya pada batubara itu
sendiri, tetapi juga kepada penelitian lain seperti penelitian sedimentologi
batubara dan lingkungannya, penelitian palaentologi fosil mikro dan mega,
penelitian geokimia, penelitian struktur terhadap fracture dan lain-lain.
Pada akhirnya, hasil aktural yang diperoleh dari survei umum dan rinci adalah :
Prosedur Kerja
A. Persiapan
Pertama dilakukan peta topografi dengan skala yang sesuai untuk membuat
program survei lapangan dan menempatkan titik observasi yang diperioleh
selama survei. Sebaliknya, sebelum survei dilakukan, dipelajari dulu geologi
regional dan struktur geologinya dari laporan atau papee, atau foto udara dan
data penginderaan jauh.
b. Perkakas
• Rock hammer (800 g-)
• Dip board (dari bahan aluminium)
• Pahat (titik dan lebar)
• Skop kecil
• Papan kecil
• Catatan lapangan
• Peta topografi
• Protractor
• Mistar segitiga
• Pensil
• Spidol
• Kantong sampel
• Penghapus
Yang paling penting adalah mengidenfikasi outcrops, adalah in-situ atau creep.
Kemudian membaca arti secara geologi dan stratigrafi. Observasi harus dilakukan
baik terhadap bagian fresh maupun permukan yang telah dipengaruhi cuaca
(weathered facies), dan sampel diambil dari bagian fresh in-situ. Kemudian
gambarkan posisi outcrops dengan tepat diatas peta topografi, dan cantumkan juga
rute jalan telah dilalui. Pada saat sama, dilakukan sketsa outcrop secara geologi
dan stratigrafi dengan penjelasan seperlunya. Item yang diobservasi dan diukur
adalah :
o Deskripsi permukaan batuan (rock facies) karakteristiknya :
Ukiran butir, bentuk butir, kepadatan, warna, bahan tambang
pembentuk, stratifikasi, kesamaan (sorting) struktur sedimentasi,
keberadaan fosil, dll.
o Deskripsi lapisan batubara :
Warna, kilatan, kekerasan, stratifikasi, belahan(parting), retakan,
hubungan antara batuan langit-langit dan lantai, dll
o Perubahan stratifikasi dan struktur :
Kesesuaian (conformity), ketidaksesuaian (unconformity), erosi dalam
lapisan, perubahan bertahap (gradual), patahan, perubahan lateral dari
permukaan batuan (litho-facies), dll
o Arah, kemiringan dan ketebalan setiap lapisan/lapisan batubara
D. Lambang Geologi
Untuk mengungkapkan sifat dan bukti geologi seperti batuan, bahan tambang,
warna, bentuk, ukuran burir dan lain-lain, yang diperoleh dari survai geologi,
mak pendefenisian lambang dan singkatan geologi akan bermanfaat untuk
menyedrhanakan seluruh ekspresi.
Selain itu masih ada beberapa penelitian unsur khusus di antaranya ada yang
dapat menjadi indikator lingkungan sedimentasi dan proses diagenesis
selamjutnya. Misalnya, kandung sulfur ( termasuk isotopnya di dalam batu
bara) dan karbon didalam shale, kandungan klor didalm batubara, kandungan
authogenic carbonate didalam shale dan lain-lain. Sebagian contoh tersebut
ditunjukan pada Appendix. Dan, penelitian sedimentasi dengan log curve juga
dijelaskan dalam Appendix.
SURVEI PENGEBORAN
pada eksplorasi tahap I, pengeboran sering dilakukan dengan coring penuh dalam
jarak yang lebar (jauh) dan dilakukan bersama logging geofisik. Metode
pengeboran banyak menggunakn pengeboran wireline dengan lebih NQ (diameter
lubang 75,7 mm) untuk mempurmudah well logging. Mesin ini dirancang untuk
melakukan pengeboran kontinu tanpa harys menarik keluar batang bor pada setiap
perpanjangan batang, dan core di tarik keluar oleh wire melalui tangan batang
(rod). Mesin yang umum digunakan adalah longyear LY-39 atau LY-44 untuk
pengeboran dengan kedalaman sedang. Diameter lubang dan diameter core
diperlihatkan pada tabel 6-1. (dari Field Geologist’s Manual : DA Berkman, 1976)
Jarak antar lubang bor berbeda menurut kondisi geologi, seperti daerah stabil dan
labil secara struktur. Di daerah stabil jarak tersebut adalah 500-700 m, atau
kadang kala 1km, sedangkan untuk daerah labil adalah 300-500m.
Pada eksplorasi tahap II, jarak tersebut mungkin mengecil, yakni 300-400 m grid
untuk daerah stabil, dan 250 m grid untuk daerah labil atau daerah sasaran
metallurgical coal. Pada tambang terbuka (open pit) beberapa pengeboaran lubang
dilakukan dengan metide non-core, seperti metode sirkulasi balik (reverse
circulation) atau dengan rotary rig. Dalam kusus demikian, dilakukan logging
geofisik untuk memperoleh informasi geologi dan kualitas batubara yang rinci,
serta kedalaman eksak dari lapisan sasaran. Penjelasan terinci dari well logging
akan diberikan pada bab berikut.
Pada eksplorasi tahap III dilaksanakan pengeboran diameter besar (biasanya 150-
200 mm), untuk penelitian hidrologi dan mendapatkan sampel curahan untuk uji
parameter preparasi batubara.
Posisi (terhadap kedalaman penggalian dan sumbu lambung) dasar lubang bor dan
batas (top&bottom) dari lapisan utama seperti batubaru sasaran adalah item yang
paling pnting dalam pengeboran. Sebagai contoh, tabel perhitungan untuk
menentukan elevasi (ketinggian) dan koordinat titik yang disebut diatas
ditunjukan pada tabel 6-2 (dari Field Geologist’s Manual : DA Berkman, 1976)
Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi
geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara
dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk
memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn
batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai penambahan batubara.
Dan juga mengkompensasi berbagai maslah yang tidak terhindar apabila hanya
dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan
penting, terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara
termasuk parting dan lain lain.
Dari sekian banyak prinsip logging yang ada, yang paling sering digunakan adalah
resistansi listrik, kecepatan gelombang elastis dan radiaktif. Respon berbagai
logging terhadap berbagai lapisan diperlihatkan pada gambar 9-1. Untuk
eksplorasi batubara, logging densitas adalah yang paling efektif dan kombinasi
logging densitas dan sinar gama adalah yang direkomendasi untuk menentukan
sifat geologi sekitar lapisan batubara. Setiap logging mempunyai
keistimewaannya masing-masinng, oleh karena itu lebih baik melakukan
kombinasi logging untuk analisa menyeluruh. Rangkuman berbagai loggiong
diberikan pada gambar 9-2.
B. Log Densitas
Sinar gama dari sumber radioaktif dipancar oleh tumbukan dengan elektron di
dalam lapisan tanah dan energi sinar gama akan hilanng kepada elektron untuk
setiap tumbukan (efek compton). Densitas elektron di dalam material
sebanding dengan densitas curahan atau masa (bulk or mass density) material.
Seperti ditunjukan dalam gambar 9-4, densitas tampak (apparent density) dari
lapisan tanah dicari dari pengukuran kontinu sinar gama yang berasal dari
pemencaran compton, oleh perangkat detektor yang berjarak tertentu dari
sumber sinar CS137 (Cesium 137). (kemungkinan terjadinya pemancaran
compton, sebanding dengan densitas elektron lapisan tanah, dan angka ini
sebanding dengan densitas tampak dari lapisan tanah) Untuk memperoleh
densitas curahan lapisan tanah dari count rate sinar gama, maka hal itu
dilakukan dengan memggunakan kurva koreksi yang diperoleh dari diameter
lubang dan lumpur pengeboran. Karena batubara mempunyai densitas yang
sangat rendah dibanding dengan batuan lain, adalah hal yang mudah untuk
membedakan lapisan batubara diatas log. Kualitas batubara juga dapat
diperkirakan dengan memanfaatkan hubungan timbal balik yang erat antara
densitasnya dan kandungan abu.
C. Log Netron
Pada waktui netro berkecepatan tinggi menyebar kedalam lapisan tanah,
terjadi tumbukan berulang-ulang dengan inti atom material pembentuk lapisan
tanah yang mengakibatkan hilangnya energi dan menjadi netron termal
berkecepatan rendah. Kehilangan energi terbesar terjadi pada waktu tumbukan
dengan inti atom unsur Hidrogen yang massanya sama dengan netron.
Sehingga, pengurangan kecepatan netron ditentukan oleh kerapatan inti atom
hidrogen di dalam lapisan tanah. Secara umum, kerapatan inti atom hidrogen
pada batuan sebanding dengan jumlah kandungan cairan (air) di dalam
material. Apabila diasumsikan, bahwa porositas pada batuan diisi oleh air,
maka kerapatan inti atom hidrogen sebanding dengan porositas batuan.
Berdasarkan prinsip ini, maka distribusi netron termal yang diukur berbanding
terbalik dengan distribusi porositas lapisan tanah.
Angka pengukuran tersebut, biasanya besar untuk sandstone dan kecil untuk
mudstone. Dengan kata lain, porositas tampak kecil intuk sandstone dan besar
untuk mudstone. Karena kerpatan inti atom hidrogen pada batubara tinggi,
maka pada log netron menunjukan nilai yang kecil dan mudah membedakan
denngan batuan lain. Tetapi, kadang kala sulit untuk mengenal batas yang
jelas apabila penting atau langit-langit/lantai terdiri dari batuan yang banyak
mengandung karbon seperti coaly shale.
D. Log Resistansi]
Log resistansi normal dirancang untuk mengukur suatu potensial listrik pada
elektroda pengukur, M, selama arus listrik konstan dialirkan ke dalam lapisan
tanah melalui elektroda A dan potensial tersebut dokonversi kepada resistensi
tampak berdasarkan hukum Ohm dan konfigurasi pnempatan elektroda
(gambar9-6).
Sonic log yang digukan dewasa ini kebanyakan tipe BHC (bore hole
compensated). Metoda ini dapat mengurangi efek pemalsuan (spurious) pada
perubahan ukuran lubang dan juga mengkonpensasi kesalahan karena kemiringan
sonde. Karena BHC menggunakan satu transmitter diatas dan satu transmitter di
bawah dua pasang penerima (receiver), dan interval waktu perambatan gelombang
yang diterima kedua set receiver dirata-ratakan.(gambar 9-8 dan 9-9) kalau
datanya banyak, noise juga banyak, sehingga dilakukan proses statistik dengan
komputer.
Peralatan Logging
peralatan logging terdiri dari peralatan rekam, winch, telescope boom, probe,
sonde, dan lain-lain, biasanya dipasang pada mobil observasi dan hasil yang
diperoleh dari pengukuran direkam dalam chart dan data digital dalam satu waktu
untuk analisa lebih lanjut.
Biasanya, diameter lubang bor adalah NQ (75,7 mm) atau HQ (96,0 mm).
Diagram blok dari logging diperlihatkan pada gambar 9-12 dan berbagai jenis
probe dan sonde ditunjukan pada gambar 9-13.
Long spaced density log digunakan untuk evaluasi lapisan batubaru karena
menunjukan densitas yang mendekati sebenarnya berkat pengaruh yang kecil dari
dinding lubang. Sedangkan, sort spaced density log mempunyai resolusi vertikal
yang tinggi, maka cocok untuk pengukuran ketebalan lapisan batubara. Kombinasi
probe long dan short spaced density bersama sinar gama dan caliper dapat
memberikan data densitas lapisan yang sebenarnya secr langsung melalui koreksi
oleh data caliper. Dalam hal ini, sensor sinar gama harus dipisahkan sekitar 2 m
dari sumber log densitas agar dapat menghindari terhadap sensor.
Indeks kekuatan yang diperoleh dari analisa komputer ini harus dipertimbangkan
sebagai indikasi batas atas kekuatan lapisan tanah.
SUMBERDAYA BATUBARA DAN GAMBUT DI
INDONESIA
Pada awalnya penentuan batasan ketebalan minimum dan kedalaman maksimum ini
didasarkan pada praktek pertambangan yang sedang bajalan tanpa mempersoalkan
kelayakan ekonomi maupun teknologinya. Misalnya, pada permulaan abad ke 20
penambangan batubara terdalam di dunia (di Belgia) mencapai kedalaman sekitar 1200
m. Dengan demikian pada waktu itu diperkirakan bahwa penambangan batubara dimasa
mendatang akan dapat mencapai kedalaman 2000 m. Selanjutnya untuk dapat memenuhi
berbagai persyaratan maka diusulkan dua batasan; pertama, untuk endapan batubara yang
mudah ditambang ditetapkan sampai kedalaman 1000 m, dan kedua, kedalaman 2000 M
dangan demikian diperkirakan akan merupakan batas kedalaman dimana endapan
batubara akan dapat ditambang dengan teknologi modern. Demikian juga, ketebalan
minimum lapisan batubara yang ditambang di Amerika pada waktu itu adalah
sekitar 3,75 m, oleh karena itu ketebalan 3 meter dianggap sebagai ketebalan
minimum untuk memperkirakan besarnya sumberdaya batubara bertingkat tinggi.
Pada waktu yang sama juga timbul usulan persyaratan tambahan untuk membedakan
ketebalan bagi berbagai jenis batubara, misalnya untuk bituminus, minimum 60 cm
dan untuk lignit, minimum 75 cm. Dalam I'abel 1 dapat dipelajari kriteria ketebalan
dan kedalaman (masing-masing untuk black coal dan brown coal) yang diadopsi
oleh World Energy Conference, (198~) sebagai pembatasan dalam memperkirakan
besarnya sumberdaya batubara dunia.
Telah banyak publikasi yang memberikan angka kisaran (range) jarak peng-
amatan sebagai pegangan awal, masing-masing untuk cadangan terukur, tertunjuk
dan tereka.
Measured Indicated
Type of Deposit Resevers Reserves
Ft M Ft M
Horizontal or Gently sloping
A Uniform beds 1000 300 I 200 600
B. Fairly consistent beds 750 230 1500 450
C. Inconsistent beds 500 150 1000 300
Deposits with simpk frrst order folding
A. Uniform beds I000 100 6000 2000
B. Fairly consistent beds 1500 450 3000 1000
C, Inconsistent beds 750 230 1500 450
Deposits with complex folding and
t f lti
A Uniform beds 750 230 1500 450
B. Rirly consistent beds - 400 120 750 230
C. Inconsistent beds
') Grid dimension for horizontal deposits; distant between exploratory profiles for folded
and complex deposits.
3.
Gambar 3. Faktor variabel dalam pengelolaan sumberdaya batubara.
(Dari Ward, 1984).
Seluruh blok dalam gambar itu dimisalkan sebagai besarnya sumberdaya batubara
national atau besarnya sumberdaya dalam satu mandala geologi (geological province)
atau besarnya sumberdaya satu endapan. Dalam blok sumberdaya itu terdapat bagian
cadangan dimana telah dilakukan eksplorasi yang membuktikan bahwa endapan
batubara dalam bagian (daerah) itu akan menguntungkan bila ditambang. Dalam blok
cadangan ini terdapat 6 blok sesuai dengan kategorinya. Daerah di luar blok cadangan
terbagi menjadi daerah sumberdaya sub-ekonomis dan tidak ekonomis. Setiap blot
kategori dapat berubah statusnya sesuai dengan perubahan harga pasar, biaya
penambangan, atau bilamana ada penambahan data eksplorasi.
Dari parameter kualitas juga perlu dipertimbangkan batas maksimum kandungan
abu di dalam batubara untuk dapat ditambang sebesar 30%, tetapi hal itu tergantung
dari untuk keperluan apa batubara itu ditambang, persyaratan dari pemakai akan
menentukan batas kandungan abu. Dewasa ini di Amerika Serikat dengan teknik
benefisiasi sudah lebih maju, maka batas maksimum kandungan abu dalam batubara
yang ekonomis untuk ditambang adalah sekitar 33%.
Kriteria untuk memperhitungkan besarnya sumberdaya dan cadangan batubara
diberlakukan untuk masing-masing tingkat perhitungan, baik untuk sumberdaya yang
diketahui (identified resources) maupun yang masih belum ditemukan (undiscovered
resources) seperti dapat dipelajari dari tabel 3. Pada prakteknya kandungan abu dan
belerang sebagian dipengaruhi oleh metoda pencontohan (sampling practice) batubara.
Dalam pengelolaan sumberdaya batubara nasional juga diperlukan pedoman untuk
pencontohan batubara. Misalnya sisipan (parting) batuan dengan ketebalan kurang dari
10 cm didalam lapisan batubara tidak perlu dipisahkan dari pencontohan (sampling),
karena dalam praktek sisipan batuan setipis itu tidak terpisahkan dalam proses
penambangan. Demikian juga tentang metoda dan ketelitian analisa kualitas, analisa
petrografi, penyiapan contoh (sample preparation), dan sebagainya sangat perlu untuk
dibakukan, (Swanson and Huffman Jr., 1976). Pencontohan yang dibakukan akan
menghasilkan angka cadangan yang seragam pula.
Dalam pembahasan dimuka kiranya dapat difahami bahwa kelas cadangan bagi suatu
endapan batubara mengandung pengertian mempunyai kualitas dan kedudukan atau
posisi dapat diusahakan secara ekonomis berdasarkan penilaian tingkat teknologi dan
keadaan pasaran pada saat perhitungan sampai jangkauan pandang masa depan. Dalam
banyak hal terdapat sejumlah endapan batubara yang pada saat ini tidak menguntungkan
untuk diusahakan , tetapi kemungkinan akan dapat ditambang dimasa depan bila
teknologi dan perkembangan ekonomi memungkinkannya, dan status endapan batubara
semacam ini perlu di-klasifikasikan secara terpisah, misalnya kedalam kelas
sumberdayanya hanya kecil saja. Ada juga endapan batubara yang kemudian diketahui
sebagai tidak mempunyai nilai ekonomi, misalnya terbukti terlalu tipis atau bermutu
terlalu buruk atau mengandung elemen pengotor berlebihan sehingga teknologi apapun
tidak akan dapat membantu meningkatkan nilai ekonominya, (sumberdaya non-
ekonomis).
Sistem McKelvey tersebut pada tahun 1983 telah dikembangkan lebih lanjut oleh
U.S. Geological Survey dengan lebih merinci dengan definisi dan kriteria yang lebih
terarah dengan format klasifikasi untuk pelaporan seperti terlihat dalam gambar 4.
Terminologi dasarnya juga mengalami perubahan yang bagi negara penghasil
batubara baru nampak sangat berlebihan untuk diikuti. Misalnya cadangan itu sekarang di
definisikan hanya untuk banyaknya (tonase) batubara yang akan dapat ditambang. Jadi
istilah cadangan yang akan dapat ditambang (extractable atau recoverable reserves)
menjadi berlebihan (redundant) atau istilah cadangan ekonomis tidak perlu dipakai
karena cadangan itu sudah mengandung arti mempunyai nilai ekonomi. Istilah reserves
base sebenarnya dimaksudkan sebagai cadangan ditempat (in situ reserves) sebagaimana
diusulkan oleh McKelvey, (1976), tetapi cadangan ditempat yang ditingkatkan menjadi
cadangan harus diperhitungkan sebagai tidak termasuk batubara yang terlalu tipis atau
terletak terlalu dalam sebagaimana di tetapkan dalam Tabel 2, kecuali cadangan tersebut
saat ini sedang ditambang.
Setelah berpengalaman puluhan tahun dan sempurnanya pemetaan geologi bersistem
dapatlah disusun satu pedoman umum bagi menentukan proximitas untuk kerapatan data
bagi masimg-masing kategori sumberdaya dan cadangan.
Tabe1 3 adalah pedoman untuk pengklasifikasian sumberdaya batubara berdasarkan
pada ketebalan dan kedalaman 1apisan batubara yang dipakai dalam lingkungan US
Department of Interior. Pelaporan akhirnya diringkaskan sesuai dengan format gambar.
Gambar 4 seperti diberikan di halaman 14.
Kriteria dalam tabel tersebut hanya berlaku bagi endapan batubara yang akan dapat
ditambang secara ekonomis. Sebagai contoh lapisan batubara (antrasit dan bituminus)
yang berketebalan kurang dari 35 cm dan batubara sub bituminus dan lignit yang
berketebalan kurang dari 75 cm dan semua batubara yang terpendam lebih dari 1.800 m
tidak di ikutkan dalam sistem ini. Demikian juga batubara yang mengandung abu lebih
dari 33% tidak dimasukkan dalam perhitungan, baik untuk klas cadangan maupun
untuk sumberdaya. Dengan demikian jelas bahwa baik perhitungan sumberdaya
ataupun cadangan batubara itu tidak lain adalah persoalan ekonomi yang berkaitan
langsung dengan teknologi pertambangan.
Tabe1 3. Kriteria untuk klasifikasi sumberdaya batubara yang dianut oleh U.S.G.S,
(Wood, et a1,1983)
Depth Thicknesss
(m) (m)
Identified and undiscovered resources.
Anthracite and bituminous coal <1,800 >0.35
Subbituminous coal and lignite <1,800 >0.75
Reserve base and infenrd nsrrvr bate
Anthracite and bituminous coal < 300 >0.70
Subbitumiuous coal and lignite < 500 >1.50
Reserves, marginal reserves, and inferred reserves:
(Criteria same as reserve base and inferred reserve base but
with factors based on engineering and economic analysis
applied)
Subeconomic resources:
Anthracite and bituminous coal 0-300 0,35-0.70
Subbituminous coal 0-1,000 0-75-1,50
100-1,800 >0.75
Lignite D-150 >0.75
III. SUMBERDAYA BATUBARA INDONESIA
Dari pengetahuan geologi batubara yang setapak lebih maju serta bila diper-
hatikan luasnya sebaran formasi pengandung batubara, kiranya cukup alasan untuk
menyebutkan sangat berpotensinya sumberdaya batubara Indonesia terutama di
kawasan Indonesia bagian barat. Namun demikian kenyataannya masih cukup sulit
memperhitungkan berapa besar sebenarnya jumlah seluruhnya sumberdaya batubara
nasional dengan keyakinan yang memadai. Hal ini antara lain disebabkan belum
meratanya pemetaan geologi sistem terhadap formasi pengandung batubara dan belum
adanya badan atau organisasi yang ditugasi bertanggung jawab pada pengelolaan
sumberdaya. mineral, khususnya batubara.
Tulisan dan publikasi yang menyangkut cadangan batubara Indonesia . setelah
dibukanya Kontrak Karya di Kalimantan Timur telah banyak ditulis, antara lain oleh
A. Prijono, (1986), Soehandojo, (1989) dan Sutisnawinata, (1990). Ketiga penulis ini
juga menerapkan konsep McKelvey, tetapi masukan datanya yang dihimpun sejak dari
eksplorasi oleh Shell Mijnbouw di Sumatra Selatan sampai dengan data eksplorasi
terinci dari para kontraktor asing di Kalimantan Timur tampak tidak konsisten
kriterianya. Faktor kualitas dan jenis batubaranya juga tidak dipertimbangkan.
Semua perhitungan sumberdaya dan cadangan batubara dewasa ini nampaknya
mengadopsi konsep McKelvey tanpa memperhatikan persyaratan-persyaratan yang
perlu diikuti termasuk tidak jelasnya kriteria dasar yang dipakai, seperti ketelitian data
eksplorasi, kelayakan ekonomi, keyakinan geologi dan sebagainya. Sebagai akibatnya
timbul angka yang berbeda untuk satu endapan yang sama. Hal ini cukup mengganggu
pengkompilasian besarnya angka sumberdaya dalam suatu mandala apalagi bila sampai
pada perhitungan sumberdaya tingkat nasional. Tanpa kriteria yang dibakukan kiranya
tidak mungkin untuk mengklasifikasikan sumberdaya batubara. Dari sinilah dirasakan
perlunya penyeragaman menyeluruh dalam usaha pengelolaan sumberdaya batubara
secara nasional.
Pada tahun 1978 Shell melaporkan jumlah sumberdaya batubara di cekungan
Sumatra Selatan sebanyak 5 milyard m3 yang dihitung sampai pada kedalaman 50 m di
bawah permukaan tanah, (lihat Tabel 7). Dua per tiga dari jumlah tersebut diperkirakan
mengandung air (moisture) antara 50-60%, (Shell Mijnbouw,1978). Bila angka
sumberdaya ini diperhitungkan sampai pada kedalaman 100 m di bawah tanah dan
dikalikan dengan berat jenis batubara (perkalian berat jenis ini tidak pernah ditulis oleh
Shell) maka akan didapatkan jumlah sumberdaya sekitar 15 milyard ton. Demikianlah
yang selama ini dikompilasikan oleh para penulis terdahulu. Bila diteliti lebih lanjut
maka jumlah sumberdaya tersebut sebetulnya sudah termasuk sumberdaya/cadangan
tereka sampai terukur dari beberapa endapan lignit, seperti Muaratiga, Arahan, Suban
Jeriji, Bangko, Musirawas dan sebagainya. Angka 15 milyard ton tersebut oleh para
penulis terdahulu masih dicantumkan dalam publikasinya, sedangkan data eksplorasi
baru dengan tingkat kelas cadangan lebih tinggi, (Kin Hill-Otto Gold, 1986; Hardjono,
1989) ditambahkan tanpa meninjau kembali angka hipotetis dari Shell tahun 1978.
Akibatnya timbul penjumlahan yang berlebihan.
Seperti telah disinggung di muka, pada garis besarnya batubara Indonesia terdiri
dari 2 jenis, yaitu jenis lignit atau brown coal dan jenis sub bituminus. Terdapat pula
batubara jenis antrasit, bituminus dan kokas, tetapi dalam jumlah yang dewasa ini
diketahui sangat sedikit.
Dari bidang geologi pengelompokkan tersebut sebenarnya didasarkan (secara
kebetulan) pada gabungan umur dan kualitasnya. Kelompok yang lebih tua berumur
Eosen ( ±50 juta tahun) yang diendapkan dalam periode transgresi laut. Batubara
Eosen ini umumnya berjenis sub bituminus sampai bituminus, seperti endapan
batubara Kalimantan Timur, Tenggara, Tengah dan Kalimantan Barat, Sumatra
Tengah dan daerah Pegunungan Tigapuluh (di daerah Jambi).
Kelompok endapan batubara yang relatif lebih muda berumur Miosen Tengah
Akhir, (± 40 juta tahun) diendapkan dalam periode regresi laut dalam cekungan busur
belakang yang stabil. Kelompok muda ini umumnya berjenis lignit (brown coal). Jenis
batubara ini sangat melimpah seperti di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,
Sumatra Selatan dan Meulaboh (Sumatra Utara). Di kubah Airlaya (Bukit Asam) dan
sekitarnya jenis batubara ini meningkat kualitasnya menjadi sub bituminus sampai
antrasit akibat dari pengaruh terobosan (intrusi) batuan beku andesit.
Dewasa ini diketahui tidak terdapat lagi batubara berkualitas cukup tinggi semacam
itu di Sumatra yang dapat dikembangkan secara besar-besaran seperti di Airlaya, tetapi
harapan besar masih terdapat di Kalimantan Timur/Tenggara diluar daerah-daerah
Kontrak Karya. Dalam jangka panjang dimasa-masa mendatang tumpuhan energi listrik
Indonesia tentu akan terletak pada batubara jenis lignit. Untuk itu pengelolaan
sumberdaya batubara jenis ini beserta penguasaan teknologi pemanfaatannya perlu
lebih mendapatkan perhatian.
Dalam Peta sebaran batubara dan gambut yang melengkapi publikasi ini dapat
dipelajari bahwa formasi batubara Paleogen (berwarna coklat) tersebar dalam zona
tektonik yang relatif lebih intensif sehingga pada umumnya endapan batubara
kelompok ini banyak terlipat dan terpatahkan yang disatu sisi dapat meningkatkan
mutunya (rank) tetapi dilain sisi sebaliknya secara ekonomis mehgurangi jumlah
cadangan yang dapat ditambang termasuk bertambahnya faktor kesulitan
penambangannya, kecuali sebagian endapan batubara di daerah Kalimantan Timur yang
meskipun umurnya relatif lebih muda tetapi mempunyai tingkat (rank) yang lebih baik
karena pengaruh gradien geotermal disana yang relatif lebih rapat. Dari bahasan singkat
diatas kiranya dapat dimengerti bahwa mencari endapan batubara sesuai dengan yang
diinginkan itu tidak terlalu sukar karena prinsip jalur-jalur sebarannya sudah diketahui,
memperhitungkan potensi sumberdaya sehubungan dengan nilai ekonominya
memerlukan usaha dan kepakaran tersendiri.
Mencari potensi batubara yang cukup berarti di Indonesia bagian timur khususnya
di Sulawesi dan Maluku kiranya hampir tidak mungkin karena disamping faktor
tektonis sejarah geologi di kawasan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh siklus
pengendapan taut (marine) yang tidak memungkinkan terjadinya pengendapan batubara
sebagaimana telah terjadi di Indonesia bagian barat.
Di Sulaswei sumberdaya subekonomis mungkin masih dapat diharapkan terdapat di
daerah Todongkurah yang -berumur Eosen. Batubara disini bekualitas baik kecuali
kadar belerang yang terlihat agak tinggi karena ditingkatkan mutunya oleh intrusi
batuan beku sienit, tetapi mutu dan ketebalannya cepat berubah dalam jarak yang relatif
dekat. Pengusahannya mungkin masih dapat dilakukan dengan cara penambangan
dalam (underground mining).
Di Irian Jaya endapan batubara lignit berumur Miosen yang cukup berpotensi
ditemukan di Kecamatan Sorong/Salawati, Kabupaten Sorong (daerah Kepala Burung)
dalam Formasi Klasaman yang berumur Pliosen (Neogen Muda). Di daerah Salawati
ditemukan salah satu lapisan batubara berketebalan 1,90 m dengan kemiringan sekitar
10° atau kurang. Perkiraan sementara jumlah sumberdaya batubara disini lebih dari 70
juta ton dengan kadar air total antara 30 sampai 40 %, kadar abu antara 1-8% clan nilai
kalori antara 5000 -.5835 kcal/kg. Lokasi endapa.n batubara Salawati sangat dekat
dengan taut, (Selat Sele). Pertamina beroperasi di daerah Klamono (sebelah timur
Salawati) untuk menambang minyak dalam Formasi Klamogun yang terletak dibawah
Formasi Klasaman:
Dari sejarah perkembangan perbatubaraan, kiranya kita masih muda pengalaman di
bidang pengelolaan sumberdaya batubara nasional. Sejak berpaling kembali ke
komoditas batubara pada permulaan tahun tujuh puluhan kita telah mengalami
perkembangan produksi batubara yang cukup pesat. Saat ini telah terkumpul banyak
data, laporan dan keahlian/pengalaman yang tersebar terutama dalam:organisasi
pemerintahan dan Perguruan Tinggi dan di beberapa perusahaan swasta. Bila semuanya
itu dapat dihimpun tentulah akan menjadi aset pertama dalam usaha pengelolaan
sumberdaya nasional. Organisasi profesional seperti IAGI dan IMA dapat berperan
dalam merintis usaha ini.
Sudah banyak perorangan atau mereka yang terkait dengan jabatannya mencoba
merintis dan membahas masaiah pengembangan batubara, tetapi bila sampai pada
memperkirakan besarnya potensi sumberdaya batubara nasional terlihat belum
terkuasainya berbagai masalah teknis pokok perbatubaraan yang diperlukan untuk
melandasi pokok permasalahan dalam kebijakan pengembangan sumberdaya batubara.
Setiap pemerkira besarnya sumberdaya batubara akan memberikan angka yang
berbeda-beda sesuai dengan argumentasinya masing-masing. Angka sumberdaya yang
paling representatif tidak akan dapat ditemui sebelum ada kriteria yang dapat disepakati
untuk membatasi berbagai argumentasi dan pendapat.
Dengan menyimak kriteria yang telah dibakukan oleh negara-negara penghasil
batubara yang telah maju, publikasi ini mencoba merintis dengan menyajikan perkiraan
besarnya sumberdaya dan cadangan batubara nasional
berdasarkan kriteria yang diusulkan oleh World Energy Conference dengan contoh
penerapan evaluasi geostatistik dari data ekpslorasi endapan batubara di daerah
Musirawas, Sumatra Selatan.
Masih banyaknya daerah endapan batubara dan formasi pengandung batubara yang
belum dipetakan dengan. cukup teliti maka angka perkiraan besarnya sumberdaya yang
termasuk dalam kategori hipotetis kiranya masih terlalu lemah. Di samping perlu
dibakukannya kriteria kuantitatif yang didasarkan pada tingkatan penyelidikan/
eksplorasi seperti dibahas dalam Bab II.
Dalam memperkirakan besarnya endapan batubara kiranya perlu dipertimbangkan
pula kriteria kualitas, seperti kandungan air (moisture), nilai panas (calorific value), dan
nilai reflektan dari maseral vitrinit dalam batubara.
Pada umumnya batas antara batubara bituminus dan sub bituminus terletak pada
kandungan air (moisture) sekitar 10% (adb) dan reflektan vitrinit 0.6%, sedangkan
antara lignit dan gambut pada kandungan air 70%.
Bila hendak memperhitungkan jumlah sumberdaya atau cadangan untuk satu
mandala ataupun pada tingkat nasional, seyogyanya kedua jenis batubara utama
tersebut perlu dimasukkan sebagai unsur dalam klasifikasi sumberdaya atau
cadangannya, sedangkan endapan batubara dengan jumlah cadangan sangat sedikit
tetapi kenyataannya pada saat ini sedang ditambang, maka cadangan semacam ini
dikategorikan sebagai cadangan sub ekonomis, sebagaimana banyak dilakukan oleh
pengusaha swasta nasional, misalnya endapan batubara di Bengkulu.
Berhubung belum ada kesepakatan dalam pemakaian parameter, kriteria,
pembakuan istilah dan sebagainya maka sekian banyak tulisan tentang sumberdaya dan
cadangan batubara Indonesia timbul perbedaan yang mendasar, tidak saja dalam
jumlahnya, melainkan juga cara mengklasifikasikannya. Para penulis tersebut mencoba
mengadopsikan konsep pengelolaan sumberdaya batubara (coal resource assesment)
tetapi belum mendalami atau tidak mengikuti batasan yang ditentukan dalam konsep
yang diikutinya. Pada umumnya para penulis menerapkan konsep yang diusulkan
McKelvey, (1976) karena tidak ingin memakai konsep lama (Proven, Probable, Possible
reserves) yang secara ekslusif dahulu hanya diterapkan untuk cadangan (bukan
sumberdaya) dalam lingkungan tambang. Oleh karena itu angka sumberdaya atau
cadangan yang diperhitungkan seseorang baik untuk satu daerah atau mandala geologi
maupun yang mencakup seluruh negara dapat berbeda berlipat kali dari perkiraan orang
lain. Hal ini antara lain disebabkan oleh masukan data cadangan/sumberdaya dari
lapordn-laporan eksplorasi yang tidak lengkap atau tidak jelas kriterianya ataupun
mungkin keliru mengklasifikasikannya.
Konsep-konsep yang diusulkan dari pelbagai negara penghasil batubara yang sudah
berpengalaman tentunya juga tidak universal sifatnya dan secara ekslusif hanya berlaku
di negara masing-masing karena perbedaan kondisi ekonomi, hukum dan teknologi.
Tetapi batasan-batasan dari kriteria dan parameternya perlu dipelajari dan bilamana
perlu dapat diadopsi dan atau disesuaikan (sebagaimana ditempuh oleh negara
penghasil batubara baru seperti Australia, India, dan sebagainya). Selanjutnya
diusahakan kesepakatan dari semua pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah,
pengusaha pertambangan, industri pemakai batubara, dan sebagainya.
Perkiraan besarnya sumberdaya dan cadangan batubara untuk bahan masukan
pemanfaatannya dalam kaitannya dengan kebijaksanaan energi yang cukup handal
sebenarnya kurang sempurna bila hanya dilakukan oleh seorang yang mewakili satu
disiplin keilmuan. Memperhitungkan potensi sumberdaya batubara nasional yang
dicerminkan oleh besarnya angka sumberdaya yang digunakan sebagai dasar
pengembangarinya sebaiknya dilakukan oleh satu team yang mewakili pelbagai disiplin
keilmuan seperti pertambangan, geologi batubara, ekonomi, teknologi, pengangkutan,
dan sebagainya. Untuk itu diperlukan pemrakarsa dan koordinasi dari instansi-instansi
pemerintahan yang mempunyai tugas dan fungsi pengelolaan sumberdaya batubara.
Faktor lain yang perlu di pertimbangkan adalah bahwa pada kenyataannya, banyak
tambang batubara yang sanggup beroperasi dalam kondisi yang menurut parameter
teknologi yang sedang berlaku, kualitas dan ekonominya dapat dikatakan sebagai
tidak/kurang menguntungkan (sumberdaya sub ekonomis) dalam kurun waktu yang
dapat diterima oleh perhitungan ekonomi pertambangan.
Berhubung belum seragam tingkat pemetaan khususnya untuk formasi pengandung
batubara maka usaha untuk memperkirakan besarnya sumberdaya batubara yang belum
diketahui sebaran geologinya (undiscovered resources) termasuk batasan untuk
sumberdaya hipotetis masih belum dapat sempurna. Bagian inilah yang rawan dalam
masalah pengelolaan sumberdaya batubara, karena hanya satu disiplin kebumian
tertentu dan berlatar belakang penerapan geologi regional yang sanggup membuat
rekaan dan prediksi sesuai dengan yang dikehendaki oleh konsep McKelvey. Ini adalah
salah satu kelemahan dalam kompilasi sumberdaya dalam publikasi ini sebagaimana
dibahas di awal Bab II ini.
Gambar 5. Klasifikasi sumberdaya batubara Indonesia menurut sistem McKelvey.
Tabel 7 (4 halaman) adalah ringkasan dari kompilasi yang dihimpun dari berbagai
ragam sumber dan laporan. Nomor yang tertulis dalam kolom 1, disesuaikan dengan
nomor lokasi dalam Peta Lampiran Sebaran Sumberdaya Batubara dan Gambut di
Indonesia (skala 1:5.000.000).
Penulis tidak menganggap hasil kompilasinya ini sebagai teliti dan benar karena
sumber data yang dihimpun sangat tidak seragam dalam pengklasifikasiannya seperti
yang disyaratkan oleh sistem McKelvey.
Dalam kompilasi ini penulis mengharap tidak dipersoalkan benar atau tidaknya
angka-angka penggabungan kelas cadangan/sumberdaya, melainkan mencoba
menyusun kembali berdasarkan kriteria dan batasan yang dibahas dalam Bab II
dengan menerapkan perkiraan klasifikasinya dan membedakan cadangan untuk
batubara sub bituminus dan lignit berdasarkan kandungan air yang sudah diterima di
kalangan perbatubaraan internasional.
Bila angka angka cadangan dan sumberdaya tersebut di masukkan dalam diagram
McKelvey maka hasilnva dapat di lihat dalam Gambar 5. Sayangnya sistem ini tidak
membedakan jenis batubara. Dengan tersusunnya kembali tabel sumberdaya batubara
Indonesia ini tentunya akan timbul permasalahan dan pendapat lain. demi
keberhasilan usaha pengelolaan sumberdaya batubara Indonesia, koreksi terhadap
perkiraan kategori dan klasifikasi sumberdaya sangat diharapkan.
z(x) = rilai variabel ketebalan lapisan batubara pada koordinat (x), h = vektor antara
(x) dan (x+h),
N(h) = jumlah pasangan yang mungkin pada jarak h.
dimana:
Dari persamaan (4) tampak bahwa nilai bobot untuk tiap titik data ditentukan oleh
- variabilitas antar data (Gij),
No Tabel
Lws (m 2 ) Volume(m 3 ) S.G Berat (t) EE % *)
Blok (m)
1 764.500 20,95 16.016.275 1,34 21.481.808 7,57
11 306,650 25,56 7.837.974 1,36 . 10.859.645 3,28
111 328,437 26,22 8.611.618 1,37 11.797.917 3,28
N 273.900 27,02 7.400.778 1,35 9.991.050 3,46
V 469.477 27,85 13.074.934 1,31 17.128.164 3,38 .
VI 452,520 28.90 13.077.828 1.32 17.262.733 3,29
VII 348,500 28,52 9.939.220 -1,37 13.616.731 3,37
Vlil 268,500 26,55 7.128.675 1,32 9.409.851 4,02
(X 432.000 24,86 10.739.520 1,32 4.176.166 3,22
X 1.103.982 23,70 26.164.373 1,32 34.536.973 •-•
XI 1.009.675 25,79 26.039.518 1,33 34.632.559 3,91
') E.E = Error of estimate (kesalahan estimasi) dari tonase atau volume batubara dengan
metoda geostatistik
Dari geostatistik linier diketahui bahwa perhitungan cadangan dengan cara
konvensional dapat mengandung kesalahan matematis, dengan tingkat kesalahan yang
tentunya tergantung dari kerapatan jarak pengukuran dan struk tur endapan. Kesalahan ini
akan lebih besar, apabila variabilitas dari variabel regional tidak isotrop. Bila status
cadangan tersebut diuji dengan rumus geostatistik maka akan menghasilkan angka
cadangan seperti terlihat pada Tabel 4 dan perbandingan perhitungan cadangan antara
metode konvensional dan metoda krigging seperti terlihat pada Tabel 5.
Hasil
Metoda Krigging Metoda Konvensional Krigging /Kon
vvvv
Blok Tabel Volumee Ton Tbl Volume Ton %vo %
Vol l Ton
I 20,95 18.018.275 21.461.80 ' 13.707.485 18.368.030 116, 118,8
8 17 93 8
II 25,58 7.837.974 10.659.64 27,09 8.307.148 112197.721 94,4 94,4
5
III 28,22 8.811.818 11.797.97 25,83 8.484.470 11.623.724 101, 101,5
IV 1 5100,
2702 7.400.778 9.991.050 27,00 7.395.300 9.983.855 100,1
IV
V 27,85 13.074.934 17.128.16 27,38 12.854.294 18.839.125 114. 101,7
VI 4
28,90 13.077.828 17.282.73 28,55 12.919 446 17.053.668 7
101, 101,2
VII 28,52 9.939.220 313.616.73 28,82 10.043.778 13.759.965 299,0 9P,0
VIII 28,55 7.128.875 9.409.851 25,13 8.747.405 8.906.574 105, 105,7
IX 24,86 10.739.520 14.178.16 24,46 10.566.720 13.947.070 101, 101,8
X 23,70 28.164.373 34.536.97 ; 25,50 28.151.541 37.160.034 92,9 92,9
XI 25,79 26.039.518 34.832.55 25,84 26.090.002 34.699.702 ' 99,8 99,8
XII 27,88 25.007.384 33.259.82 28,37 25.446.897 33.844.373 i 98.3 98,3
1
30,19 19.25~3.82 25.415.04 ~ 31,21 19.904.333 26:273.719 f98, 98,7
XIII 3 7 7
29,99 23.022.873 30.390.19 j 30,73 23.590.960 31.140.067 I 97,6 97,8
XIV
106,
XV 27,30 5.540.537 7.313.509 ,y 25,89 5.242.725 8.920.397 105,7
7
218.955.33
Jumlah 291.052.166 ; 219.452.495 291.818.824 99,7 9i,7
0
Endapan gambut dataran rendah (low land peat)di indonesia telah dikenal sangat
luas sebarannya sesuai dengan bentangan dataran rendah pantai, tetapi sampai saat ini
perkiraan cadangannya masih terlalu kasar. Shell (1983) memperkirakan bahwa
endapan gambut yang berketebalan lebih dari 1 meter yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan energi mencakup dataran rendah lebih dari 17 juta hektar tersebar di Sumatra,
Kalimantan, dan Irian Jaya.
Sejak sepuluh tahun terakhir ini timbul gagasan baru untuk mengembangkan
gambut sebagai bahan energi terutama untuk daerah terpencil. Hal ini diperkuat oleh
laporan Euroconsult, (1984) yang antara lain menyatakan bahwa dalam jangka
panjang dan tersedianya konsumen, industri pertambangan gambut sebagai bahan
pembangkit listrik untuk daerah terpencil di Indonesia akan dapat berkompetisi
dengan pembangkit listrik BBM.
IV 1 KOMPOSISI GAMBUT
Gambut adalah sisa timbunan tumbuhan yang telah mati dan kemudian diuraikan
oleh bakteri anaerobik clan aerobik menjadi komponen yang lebih stabil. Selain zat
organik yang membentuk gambut terdapat jaga zat inorganik dalam jumlah yang kecil.
Di lingkungan pengendapannya gambut ini selalu dalam keadaan jenuh air (lebih dari
90%). Zat organik pembentuk gambut sama dengan tumbuhan dalam perbandingan
yang berlainan sesuai dengan tingkat pembusukannya. Zat organik tersebut terdiri dari
cellulosa, lignin, bitumin (wax dan resin), humus dan lain-lain. Komposisi zat organik
ini tidak stabil tergantung pada proses pembusukan, misalnya cellulosa pada tingkat
pembusukan dini (Hl-H2) sebanyak 15-20% tetapi pada tingkat pembusukan lanjut
(H9-H10) hampir tidak ditemukan. Sebaliknya humus dari cellulosa pada tingkat pem-
busukan dini terdapat 0-15%, sedangkan pada gambut yang telah mengalami pelapukan
yang lebih tinggi (H9-H10) mencapai 50-60%. Unsur-unsur pembentuk gambut
sebagian besar terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N) dan oksigen (O)
selain unsur utama terdapat juga unsur lain Al, Si, Na, S, P, Ca dan lain-lain dalam
bentuk terikat. Tingkat pembusukan pada gambut akan menaikkan kadar karbon (C)
dan menurunkan oksigen (O).
Berdasarkan lingkungan tumbuh dan pengendapannya gambut di Indonesia dapat
dibagi menjadi dua jenis: Gambut ombrogenus yang kandungan airnya hanya berasal
dari air hujan. Gambut jenis ini dibentuk dalam lingkungan pengendapan dimana
tumbuhan pembentuknya yang semasa hidupnya hanya tumbuh dari air hujan, sehingga
kadar abunya adalah asli (inherent) dari tumbuhan itu sendiri.
Gambut topogenus yang kandungan airnya berasal dari air permukaan. Jenis
gambut ini diendapkan dari sisa tumbuhan yang semasa hidupnya tumbuh dari
pengaruh air permukaan tanah, sehingga kadar abunya dipengaruhi oleh elemen yang
terbawa oleh air permukaan tersebut. Daerah gambut topogenus lebih bermanfaat untuk
lahan pertanian dibanding dengan daerah ombrogenus kareria gambut topogenus
mengandung relatiflebih banyak nutrisi.
Kedua jenis gambut tersebut pada hakekatnya secara megaskopis agak sukar
didefinisikan secara pasti karena kompleksnva tahapan proses pembusukan.
Komposisi gambut menentukan mutu dan kegunaannya yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kandungan zat organik, abu, nutrisi, cation exchange capacity,
keasaman, serat, abu, bulk density, kandungan kayu dan lainlain.
IV 2 KEGUNAAN GAMBUT
Gambut dapat digunakan sebagai bahan bakar dan bahan industri setelah melalui
beberapa proses mulai dari yang sederhana sampai pada pemanfaatan teknologi
canggih.
IV 2.1 Gambut sebagai bahan bakar
Bahan bakar gambut dapat digunakan dalam beberapa industri seperti pembangkit
tenaga listrik, pabrik keramik, semen. gelas dan keperluan rumah tangga (masak dan
pemanas). Bentuk bahan bakar gamtrut dapat digolongkan dalam dua kategori; pertama
yang diolah melalui proses sederhana, dan kedua melalui proses teknologi.
Bahan bakar yang diolah melalui proses yang sederhana dapat berbentuk bongkah
yang disebut sod peat dan yang berhentuk serbuk disebut milled peat. Kedua bahan
bakar ini dibuat dengan cara pengeringan gambutyang dilakukan dalam dua tingkat;
pertama, pengeringan dengan saluran (drainage), dan kedua pengeringan-oleh sinar
matahari setelah dibentuk atau dikupas.
Pengolahan gambut sebagai bahan bakar melalui proses yang lebih lanjut yaitu:
Briquetting atau Felliting
Pemampatan milled peat yang menurunkan kadar air dari 50% menjadi 10%.
Briquette berbentuk bata dapat. digunakan untuk keperluan industri dan rumah tangga.
Karbonisasi basah. Gambut basah dipanaskan pada suhu 150°=550°C dalam
tekanan kuat selama ± ljam. Proses ini menghilangkan pemecahan oksigen dan
menaikan nilai kalorinya termasuk mengeringkan gambut sampai kandungan air sekitar
50%.
Peat Derived Fuel (PDF).
Proses karbonisasi basah yang kemudian dilanjutkan dengan pengering buatan.
Hasil proses ini ialah briquette atau pellet dengan kadar air 10% atau kurang dengan
nilai kalori 20-24 MJ.
Pengkokasan (Coking).
Sod peat dalam tekanan tinggi dipanaskan 800°-900°C kemudian gambut berurai
menjadi 30.40% kokas,l5-20% air, 5-8% ter, dan 20-30% gas. Kokas ini digunakan
dalam metalurgi sebagai bahan penyerap dan karbon aktip. Selama
proses ini kadar karbon meningkat dari SS% sampai 90% dalam berat, dan nilaikalori
sekitar 31 MJ/kg.
Gas
Macam-macam gas dapat dihasilkan dari gambut a.l. gas methan.
Asam humus
Asam humus dapat dilarutkan dalam asam alkali kemudian dipisahkan lagi,
penggunaannya untuk bahan campuran lumpur pemboran (drilling mud) dan dalam
industri semen.
Lilin
Gambut mengandung lilin kira-kira 7-16% yang dapat dikeluarkan dengan
larutan organik.
Bahan penyerap
Porositas yang tinggi pada gambut mempunyai daya serap yang tinggi untuk air,
protein, sulfat, zat pewarna dan bila dicampur dengan sodium sulfat dapat menyerap
metal berat seperti air raksa, cadnium, dan timbal.
Board
Bahan serat yang sukar dibusukan (lapuk) dan berongga dapat digunakan untuk
bahan board.
Media tanaman
Dengan menambah beberapa unsur tertentu gambut dapat dipakai sebagai media
tanaman baik untuk pot atau berbentuk kantong/karung yang siap ditanami (bunga
atau sayuran). Sifat kesarangan gambut memudahkan akar mengambil nutrisi.
Hubungan ini menjadi kompleks ketika unit yang yang dilibatkan telah dilipat. Dalam
kejadian ini, mungkin saja diperlukan untuk menentukan kedua sikap dari unit dan
orientasi dari lubang(holes) dalam menghitung volume yang benar.
Berbagai program komputer yang tersedia akan dengan cepat membentuk poligon dan
menentukan area tersebut. Hal tersebut adalah layak sepanjang poligon yang sedang
digunakan geometris, tetapi jika poligon untuk dimodifikasi atas dasar geologi, hak milik
batasan-batasan , yang pada umumnya digambar dengan tangan. Beberapa program
komputer dapat digunakan untuk membuat/membangun poligon yang dimodifikasi dalam
batasan geologi yang sesuai yang masuk ke database . Sekalipun digambar dengan
tangan, secara sederhana digitizing sudut menghasilkan figur, area tetap dihitung dengan
komputer .
Teknik Penilaian segi tiga
Poligon dapat juga dibangun dengan melubangi di sudut dari poligon. Poligon seperti
(itu) secara normal terdiri dari segi tiga, seperti ditunjukkan di (dalam) Gambar III-4A
dan - 4b yang yang digambar menggunakan lubang yang sama mempola dan
menyusun/menilai seperti di contoh yang sebelumnya . bentuk padat menggambarkan
segi tiga dengan suatu lubang pada masing-masing puncak kulminasi, tetapi dengan suatu
pola reguler, prosedur yang sama bisa digunakan untuk membuat empat persegi panjang,
sudut enam, atau suatu figur yang luas yang berisi lubang internal.
Hal tersebut mungkin meliputi batasan-batasan dalam figur, walaupun masukan batasan-
batasan seperti itu mungkin sulit jika figur akan tinggal segi tiga. luas tersebut
menunjukkan , rata-rata data ke seberang kontak mengenai lapisan tanah nampaknya
akan menyulitkan.
Sama dengan dulu, area figur poligon mudah dihitung, tetapi ketebalan dan nilaidihitung
dengan rata-rata interupsi di dala data dimana lubang akan nampak dalam nilai rata-rata
yang ditugaskan ke tiap-tiap figur di mana lubang bertindak sebagai puncak kulminasi,
dan nilai tentang segala parameter diberi dalam figur diasumsikan untuk rata-rata
beberapa pengukuran yang terdekat.. Walaupun secara rinci rancangan untuk menangani
distribusi yang tak tentu ditemui dalam placer deposit/endapan emas, teknik adalah dapat
menyesuaikan diri bagi deposit/endapan manapun di mana nilai-nilai adalah yang sangat
tak tentu di atas jarak yang pendek, atau di mana pekerjaan tambang metoda diusulkan
tidak selektip.
Di atas area yang mengandung bahan tambang secara keseluruhan, perkiraan
berdasar pada kedua segi tiga tersebut akan serupa, hanyalah pemaksaan suatu nilai
dapat mengakibatkan suatu pertentangan antara keduanya, itu seperti dapat dilihat dari
kalkulasi yang bersebelahan pada masing-masing segi tiga. Walaupun rata-rata nilai
adalah sama dalam kejadian ini, tonase dan berisi unit . Pilihan yang mungkin segi tiga
dapat didasarkan baik di segi tiga sama sisi atau pada dasar yang mengenai lapisan tanah.
Mungkin saja mengandung pelajaran untuk menaksir beberapa pekerjaan tambang blok
menggunakan bentuk wujud lubang yang berbeda dalam rangka mendapatkan suatu rasa
untuk yang mungkin penting/besar kesalahan untuk diharapkan di (dalam) perkiraan
individu. Pada contoh di atas, kedua nilai dan tonase menugaskan kepada area yang
dipertukarkan dari sekitar 10 persen, dan unit yang dimasukkan dengan kira-kira 20
persen.
Jika distribusi nilai di dalam deposit/endapan sangat tak menentu, atau jika pekerjaan
tambang metoda yang diusulkan penilaian pekerjaan tambang blok individu tidak
selektip, segi tiga mungkin sama seperti metoda lain. Ini bukanlah dapat katakan bahwa
dengan kondisi-kondisi tidak ada apapun , nampaknya akan lebih baik. Sebagai contoh,
keseluruhan blok pada Gambar III-4 akan ditambang bahkan porsi palung mungkin di
bawah nilaipenggalan, kesalahan dalam penilaian blok individu akan sungguh-sungguh
menyeimbangkan ke luar.
Poligon, bagaimanapun menggambarnya, dengan pasti mempunyai penggunaan
dalam perkiraan karena kesederhanaan dalam kalkulasi/perhitungan. Penilaian poligon
pada umumnya lebih cepat dari teknik yang manapun , dan dapat dilaksanakan tanpa
syarat dengan menggunakan perangkat lunak komputer canggih. Keseluruhan hasil, lebih
dari itu, adalah sering bertukar dengan hasil suatu perkiraan terperinci, dan dapat
menyediakan suatu bermanfaat dengan metoda yang lebih terperinci.
Dalam proses penilaian poligon menjadi asumsi pekerjaan tambang kepandaian memilih
pada pesanan yang sama sebagai contoh (atau gabungan) yang digunakan untuk
menggambarkan poligon . Jika nilai cukup rendah, nilai menjadi sangat besar untuk
semua poligon dari nilai bijih, ini tidak ada suatu masalah. Bagaimanapun saat bijih
dicampur dan barang , dan di mana pekerjaan tambang metoda tidak selektip cukup untuk
membedakan antar contoh (atau gabungan) volume sized, penggunaan dari teknik
penaksiran poligon sederhana akan cenderung menekankan kedua tonase dan nilai untuk
nilai yang tinggi, dan menekankan menyusun dan mengecilkan tonase pada nilai yang
lebih rendah.
Bahwa dengan suatu pola yang tidak beraturan melubangi konstruksi poligon
akan secara otomatis menugaskan area pengaruh yang lebih besar, dan karenanya
berat/beban lebih besar, ke individu melubangi dalam porsi yang didril/dibor suatu
deposit/endapan.
Dalam beberapa keadaan, suatu perkiraan poligon boleh juga adalah boleh
dikatakan menyediakan suatu perkiraan menyangkut nilai-nilai pekerjaan tambang kecil
yang menghalangi beberapa jarak dari manapun titik sederhana, terutama sekali dalam
deposit/endapan di mana nilai atau beberapa nilai-nilai lain secara acak dibagi-bagikan,
dengan sedikit/kecil atau tidak (ada) hubungan mengenai ruang antar nilai dalam lubang,
dan di mana sangat utama semua contoh adalah di atas nilai. Terkadang teknik yang
digunakan untuk menaksir nilai (atau beberapa parameter lain) untuk suatu kelompok
individu dengan perwujudan nilai yangdimodifikasi oleh sampling pengembangan
pekerjaan tambang . Bagaimanapun, jika nilai-nilai contoh yang terkait, dan jika
pekerjaan tamban, geostatistical metoda untuk mendiskusikan nanti dalam bab pada
umumnya .
TEKNIK PENAMPANG
Walaupun diperkirakan dilaksanakan pada poligon keduanya layak, konstruksi satu
rangkaian poligon sulit jika deposit/endapan yang dimasalahkan telah (menjadi) sampel
dengan sistem yang acak satuan pada sudut lubang bor. Ini adalah benar untuk program
explorasi rancangan untk pengujian , dan endapan bentuk lain.
Sebagai tambahan, mungkin saja sukar untuk menggunakan data dari suatu
perkiraan poligon untuk menentukan keseluruhan bentuk dari bijih yang berhubungan
dengan zone beda nilai di dalam endapan . Masalah dibuat lebih sulit lagi jika poligon
individu telah dibagi lagi, baik oleh tipe endapan bijih atau tingkatan. Hasil jika sering
satu rangkaian [yang] terisolasi pada daerah/blok yang berdekatan. Karena pertimbangan
ini, banyak sumber daya dan/atau perkiraan cadangan dilaksanakan pada satu rangkaian
paralel yang dibangun tegaklurus kepada kecenderungan struktural utama dari
mineralisasi. Penampang yang melintang diperkirakan tidak melibatkan nilai yang
berharga antar titik-titik data yang dikenal, sesungguhnya, diperlakukan sebagai suatu
jenis penilaian poligon, dan secara matematis prosedur yang sama berlaku bagi
keduanya.
Hampir bisa dipastikan jauh lebih kecil dibanding pengaturan jarak explorasi
atau lubang-bor, Sebagai hasilnya mungkin kemudian lebih baik untuk menggunakan
tambahan metoda yang lebih rumit dibandingkan dengan yang paling dekat atau teknik
rata-rata poligon untuk pemroyeksian data ke dalam daerah yang yang tak dikenal
melingkupi poin-poin contoh.
Adalah mungkin menggunakan rata-rata poligon ( segi tiga, segiempat, dll.) atau
pendekatan berputar untuk mempertimbangkan dengan seksama nilai-nilai di semua
lubang melingkupi blok untuk diperkirakan. Di kebanyakan kejadian, bagaimanapun,
nilai-nilai contoh pada beberapa jarak dari blok ditentukan dikombinasikan dari seperti
rata-rata tertimbang modal, menggunakan faktor menimbang yang adalah suatu fungsi
menyangkut jarak antar pusat dari menghalangi dan contoh individu ( atau gabungan).
Berbagai prosedur adalah semua didasarkan pada dua asumsi pokok:
1) Ada suatu hubungan mengenai ruang antara contoh yang berharga ? dua contoh
diambil pada tempat yang sama akan yang lebih serupa ke satu sama lain
dibanding contoh mengambil pada penempatan yang dipisahkan, dan
2) Perbedaan antara nilai-nilai dua contoh individu sebagian besar ditentukan oleh
penempatan mengenai ruang yang relatif contoh itu semua .
.Batasan mengenai lapisan tanah normal ( mencakup orelwaste kontak) harus dijaga. Dua
poin di dalam orebody bisa saja terkait, tetapi hubungan ini tidak perlu meluas ke
seberang kontak mengenai lapisan tanah. Bagaimanapun, dua asumsi ini , mengambil
bersama-sama, menyediakan basis untuk kedua-duanya menimbang jarak kebalikan dan
geostatistical penilaian metoda yang yang dikenal sebagai kriging.
Di dalam operasi kekayaan, faktor ini bervariasi sampai perkiraan mulai saling
berhubungan nomor;jumlah yang riil yang ditentukan oleh produksi nyata. Teknik dengan
demikian " yang terbukti" dalam persediaan penilaian. Dalam banyak porphyry tembaga
deposit/endapan, yang baik hasil dicapai ketika faktor tersebut digunakan di dalam
penilaian jarak kebalikan squared. Bagaimanapun juga, tidak (ada) rancang-bangun
bunyi; yanga sama atau alasan ilmiah untuk menjelaskan distribusi nilai pengamatan ini
bukanlah analocyous kepada hukum gaya berat.
Faktor penting yang perlu untuk dipertimbangkan di (dalam) kalkulasi adalah:
1) total jumlah contoh untuk dimasukkan dan
2) jarak yang maksimum yang diijinkan antar titik untuk diperkirakan dan penempatan
contoh.
Banyaknya contoh yang harus digunakan dalam penilaian tergantung atas variabilitas
dari nilai-nilai di dalam deposit/endapan . Suatu perkiraan yang layak menyangkut di
tempat asal sumber daya dapat diperoleh dari beberapa contoh dalam suatu
deposit/endapan seragam wajar, tetapi banyak lagi yang lain contoh diperlukan jika
distribusi berharga di (dalam) deposit/endapan adalah tidak beraturan. Di (dalam kejadian
belakangan ini, kemungkinan nilai yang diramalkan bagi siapapun juga . Ya atau
tidaknya nilai ini diperkiran dapat diperoleh dalam suatu pekerjaan tambang tergantung
pada atas kepandaian memilih metoda dalam menambang dari orebody, dan akan
ditujukan dalam bab berikut.
Sepertiga faktor penting yang perlu untuk dipertimbangkan adalah sebagai anisotropy?
fakta bahwa variasi menurut golongan akan diri mereka bertukar di (dalam) arah berbeda
di (dalam) deposit/endapan [itu]. Teknik tersebut mampu menangani permasalahan
takisotropan, tetapi hanya dengan kesukaran ( Gudang, 1980). Takisotropan, dan
permasalahan menentukan suatu radius pencarian cukup dan suatu jumlah sesuai contoh
dapat ditujukan melalui/sampai aplikasi dari berbagai geostatistical memeriksa prosedur
untuk;menjadi pertimbangan di (dalam) suatu bagian berikut dari bab ini.
STATISTIK
Walaupun ini bukanlah suatu acuan]di (dalam) statistik dasar, suatu pemahaman dasar
pokok materi adalah diperlukan untuk hadapi cukup dengan data klasifikasi yang
digunakan dalam persediaan menaksir. Penggunaan statistik dasar dalam semua aspek
geologi secara detil di (dalam) keduanya teks oleh Koch dan Mata rantai ( 1970, 1971)
dan di (dalam) banyak penerbitan seperti Gudang ( 1980), David ( 1977), Hazen ( 1967),
Isaaks dan Srivastava ( 1989), Rendu ( 1981), dan Rendu dan Mathieson ( 1990).
Distribusi nilai-nilai contoh dapat dengan mudah yang diuji dengan nyata menggunakan
histogram dan diagram frekwensi kumulatif yang (mana) menunjukkan angka-angka
nilai-nilai individu yang tergolong cakupan nilai digambarkan. Dalam suatu tagihan
normal, data dengan kasar simetris tentang kebanyakan migras quent nilai, dan rata-rata,
angka median, dan gaya adalah semua sama. Suatu alur cerita menyangkut data akan
memperlihatkan bel yang umum dikenal. shaped kurva, dan pada suatu kemungkinan
merencanakan frekwensi yang kumulatif akan merupakan suatu Perhitungan rata-rata
atau cara secara normal distributed data akan merupakan suatu perkiraan yang layak
menyangkut rata-rata dari keseluruhan populasi, dan berbagai standard mathematical
teknik dapat digunakan untuk menguraikan dasar populasi. Contoh dua ini jenis alur
cerita untuk data yang sama ditunjukkan dalam Figur III-5A dan III-5B.
Salah satu kontribusi statistik paling bermanfaat ketika diberlakukan bagi penilaian
cadangan bijih menjadi fakta bahwa karakteristik dari jumlah populasi dapat digunakan
untuk menempatkan batas perkiraan dari nilai-nilai yang tak dikenal. Kesalahan kecil di
(dalam) perkiraan nilai deposit/endapan tidaklah mungkin mempengaruhi hasil yang
keuangan dan tidak mungkin banyak di atas nilai penggalan mungkin dapat
mengakibatkan bencana.
Ira bahwa keberangkatan dari nilai yang diperkirakan secara normal dibagi-bagikan,
dengan kasar 68 persen dari nilai-nilai benar akan jadi di dalam simpangan baku
menyangkut nilai yang diperkirakan, dan 95 persen nilai-nilai benar akan dalam dua
simpangan baku. Jika, sebagai contoh, yang diperkirakan suatu blok landasan adalah
1.3% Cu, dan simpangan baku dari kesalahan penilaian adalah 0.5%, ada suatu 68
kemungkinan persen menyangkut blok akan jatuh antara 0.8% dan 1.8% Cu, dan 95%
kemungkinan benar antara 0.3% dan 2.3% Cu. Jika penggalan yang ekonomi adalah
1.0%, ada dengan jelas suatu yang baik kesempatan blok akan di bawah bijih
menyusun/menilai. Jika kesempatan nilai yang benar menyangkut blok akan jadi di
bawah penggalan sampling tak dapat diterima.
kepercayaan Batas adalah teragantung pada simpangan baku dan banyaknya contoh, dan
dihitung menggunakan kesalahan standard dan ' t' nilai mengambil dari Siswa ' t' tabel
yang ditemukan dalam tiap-tiap teks statistik. standard Kesalahan berkurang dengan suatu
penurunan simpangan baku atau dengan suatu peningkatan dalam jumlah ukuran contoh.
Jika contoh sungguh-sungguh mandiri, . tidak ada korelasi mengenai batas kepercayaan
ini dapat digunakan untuk menentukan banyaknya contoh yang diperlukan untuk
menyediakan suatu perkiraan yang dapat dipercaya menyangkut nilai yang tersimpan.
Tujuan program sampling tidaklah hanya untuk menyediakan data klasifikasi untuk
perkiraan cadangan, tetapi juga untuk menyediakan suatu biaya yang layak. Perawatan
statistik hasil yang peroleh sepanjang program dapat membantu menentukan titik di
mana cukup contoh telah dikumpulkan . Masing-masing jenis bijih dari lapisan tanah
harus diperlakukan secara terpisah, dan jika ; nilai-nilai tersebut dengan leluasa
dihubungkan, dengan metoda geostatistical untuk mengambil fakta ini dalam
pertimbangan yang lebih sesuai.
nilaiDistribusi di (dalam) banyak orebodies adalah tidak normal, tetapi dengan hasil yang
suatu porsi [yang] penting yang terdapat dalam orebody mungkin (adalah) diwakili oleh
minoritas distribusi/pembagian tersebut. Nikel menyusun/menilai dari suatu pola teladan
test melubangi pada Cerro Matoso menunjukkan distribusi [yang] skewed ditunjukkan di
(dalam) histogram di (dalam) Gambar III-6A. Bagaimanapun, dari dengan menggunakan
logaritma dari nilai-nilai, data dapat Ubah ke dalam agihan normal [itu] ( log-normal
distribusi) yang ditunjukkan oleh garis lurus pada [atas] suatu frekwensi kumulatif yang
direncanakan pada batang kayu yang ditutupi kertas ( Gambar III-6B).
Dalam deposit/endapan emas pada umumny tidaklah biasa sebanyak 50 persen, 90
persen dari total emas terdapat di deposit/endapan untuk diwakili oleh lebih sedikit
dibanding 20 persen ( atau bahkan waktu sedikit [seperti/ketika] 5 persen) tentang contoh
nilaiyang paling tinggi. Suatu perhitungan rata-rata nilai-nilai ini akan, tentu saja, jadilah
terpengaruh oleh minoritas nilai yang sangat tinggi menghasilkan. " potongsn" pengujian
kadar logam bermutu tinggi dikembangkan dalam percobaan untuk menghilangkan resiko
penyimpangan diperkenalkan oleh masalah ini.
Sebagai " peraturan yang keras", jika lebih dari I0X ke 20X persen dari total nilai suatu
deposit/endapan diwakili oleh X persen jumlah populasi contoh, penggunaan nilai-nilai
ini untuk penilaian harus didekati dengan perhatian ekstrim ( I.. Parrish, 1993,
komunikasi pribadi). Sebagai contoh, jika lebih dari, 20%- 40% total nilai diwakili oleh
lebih sedikit dibanding 2% tentang populasi contoh, penempatan, keandalan analitis,
pengaturan mengenai lapisan tanah, recoverabilas dan distribusi statistik dari contoh
individu [yang] berisikan ini 2% harus diuji, dan laporan yang akhir perlu dengan jelas
menyatakan bagaimana contoh ini telah ditangani di (dalam) prosedur penilaian.
a) Semua pengujian kadar logam menilai lebih besar dibanding 1 ozlton arbitrarily
dikurangi menjadi 1 oz/ton.
b) Semua nilai-nilai di atas 95% menunjuk pada [atas] suatu cumula tive frekwensi alur
cerita dikurangi menjadi nilai ini.
c) Semua nilai-nilai yang lebih besar dibanding dua kali lebih simpangan baku yang lebih
rata-rata nilai dikurangi menjadi nilai ini.
d) Semua nilai-nilai yang lebih besar dibanding empat atau 5 kali rata-rata nilai
dikurangi menjadi nilai ini.
e) Semua nilai-nilai yang lebih besar dibanding nilai di mana suatu ekor [tergoda/ kasar]
mulai mengerjakan gradelfrequency histogram dikurangi menjadi nilai ini.
Histogram dan diagram frekwensi kumulatif adalah juga bermanfaat di (dalam)
menentukan apakah lebih dari satu populasi berharga terjadi di dalam orebody [adalah]
suatu faktor penting sekali dalam persediaan penilaian. Diagram bukanlah,
bagaimanapun, [yang] sangat bermanfaat ketika mereka sederhananya didasarkan pada
semua pengujian kadar logam menilai dari tertentu pengeboran program., Dua populasi
dapat ditemukan dalam hampir tiap nilai yang sesuai dengan orebody, dan latar belakang
menilai di luar batas dari mineralisasi. Walaupun genggaman perusahaan seperti itu
menyangkut yang jelas nyata barangkali memuaskan dari suatu sudut pandang statistik,
kesimpulan ini dengan susah arti praktis.
Data dari keseluruhan zone upah dalam San Juan placer deposit/endapan ditunjukkan
pada atas histogram dan diagram frekwensi kumulatif dalam Figur III-8A dan III-8B.
Kehadiran dua populasi dengan jelas ditandai oleh keduanya memisahkan keserongan
[menyangkut] alur cerita frekwensi yang kumulatif, dan oleh bahu pada histogram
tersebut.
Hal Ini sesungguhnya, populasi mengenai lapisan tanah berbeda, dan tidaklah
digambarkan dengan hanya suatu pengujian kadar logam penggalan. Di (dalam) Gambar
111-9 data telah dibagi lagi ke dalam zone nilaitinggi dan rendah atas dasar suatu kontak
mengenai lapisan tanah yang ditandai oleh suatu perubahan kasar menurut golongan. Di
(dalam) Tabel II-B di (dalam) bab yang sebelumnya, kontak antara kedua zone terjadi
dekat 219 kaki di (dalam) latihan melubangi 120 dan dekat 420 kaki di (dalam) lubang
124. Kedua histogram , menunjukkan bahwa cakupan di (dalam) kedua populasi . Nilai
rendah Interval terjadi dalam dan akan ditambang , dan interval bermutu tinggi sekali-
kali terjadi di (dalam) zone/wilayah tersebut.
Bab IV
Ilmu ukur ( Volume)
Walaupun mungkin nampak seperti memukul dengan keras yang jelas nyata, manapun
perkiraan cadangan mulai dengan suatu penilaian [menyangkut ukuran dan bentuk dari
orebody. Langkah ini adalah diri jelas, tetapi kesalahan gross dalam persediaan kaleng
penilaian sering dikalkir untuk suatu pandangan yang salah [menyangkut ukuran
membentuk dari penyimpanan yang dimasalahkan.
Keseluruhan volume dari suatu orebody digambarkan oleh batas yang sebelah luar dari
mineralisasi ekonom kontak antar[a] bijih dan barang sisa. Ketika dibahas oleh
Ristorcelli dan Prenn, ( 1994), ada sangat utama tiga jenis kontak dilibatkan di (dalam)
sumber daya estimasi geologic, mineralogic, dan ekonomi, semua dari yang harus
dipertimbangkan di (dalam) evaluasi tentang segala deposil Gantung pada
deposit/endapan yang spesifik, ke tiga jenis boleh atau tidak boleh bersamaan waktu, dan
kemungkinan meramalkan dan alam[i] dari tiap boleh bertukar-tukar dengan sangat.
Kontak Mineralogic
Suatu kontak mineralogic, menggambarkan batas suatu jenis mineral atau suatu daerah
mineral terdiri dari populasi tunggal, kumpulan beberapa karakteristik mineral ( yaitu.
suatu jenis bijih), dan dalam konteks sumber daya, yang secara normal mengacu pada
batas dari kejadian dari konsentrasi penting [menyangkut] mineral(s) atau metal(s)
tentang minat. Secara umum, kontak mineralogic menggambarkan batas dari sumber
daya mengenai lapisan tanah, dibanding/bukannya perihal suatu cadangan ekonomi.
Suatu kontak mineralogic boleh atau tidak boleh bersamaan dengan suatu batas mengenai
lapisan tanah, dan boleh atau tidak boleh bersamaan dengan suatu penggalan ekonomi.
Kontak Ekonomi
Suatu penggalan ekonomi menghadirkan batas material secara ekonomis menguntungkan,
dan membuat batas sebelah luar dari orebody sensu stricto ( pengujian kadar logam
dinding atau batas Vallde sekunder, 1992). Sedemikian, mungkin tidak sesuai dengan
baik aeolooic maupun kontak mineralogic di dalam area deposit/endapan, dan sunggung
sering meliputi hanya sebagian dari volume material yang digambarkan oleh kontak yang
mineralogic [itu]. Ddalam banyak deposit/endapan, kontak yang ekonomi boleh meliputi
lebih dari satu jenis bijih mineralogic, masing-masing [di/yang mana] mempunyai
karakteristik beda dan, seperti sebelumnya dibahas, harus diperkirakan secara terpisah.
Sunggung sungguh-sungguh, posisi dari suatu kontak ekonomi di setiap sekejap/saat
tertentu tergantung pada kedua-duanya biaya usaha dan harga komoditas, dan akan
berbeda menurut waktu.
Gambar IV-1, beradaptasi dari Ristorcelli dan Prenn ( 1994) menggambarkan hubungan
dari tiga jenis kontak di dalam deposit/endapan tunggal. Dalam banyak kejadian,
projectabilas dari tiap bidang-kontak antar manapun dua poin-poin dikenal ( dan
karenanya definisi dari volume terlampir yang terus meningkat seperti berasal dari
lapisan tanah ke mineralogic .
Dengan yang manapun ke tiga jenis kontak, suatu corak di (dalam) perkiraan cadangan
adalah suatu penilaian yang berkesinambungan menyangkut kontak itu antara poin-poin
data yang dikenal, dan banyak dari kesalahan dalam penilaian melalui asumsi salah
mengira mengenai kesinambungan mineralisasi,dan karenanya suatu pandangan yang
salah mengira menyangkut ilmu ukur . Jenis penafsiran ditandai di (dalam) Gambar IV-2,
mengambil dari Nobel ( 1992b) adala didasarkan pada kehidupan nyata contoh ( e.g.
Ristorcelli dan Prenn, 1994).
Suatu perkiraan cadangan berdasar pada geologi dari ditafsirkan, tidak akan hanya
dengan ramai, tetapi akan juga mendorong kearah suatu tambahan yang tidak sesuai
dengan rencana. deposit/endapan yang ditafsirkan akan tersedi pada suatu lubang (galian)
kecil operasi terbuka deposit/endapan yang nyata tidak sampai secara ekonomis sama
sekali.
Menurut Carras, 1984
Pemilihan metode endapan tergantung pada :
1. geologi dari endapan
2. kepadatan data
3. tujuan perhitungan
4. Tingkat ketelitian
Metode-metode perhitungan sumber daya adalah
a. Metode rata-rata / blok geologi
• Pada perhitungan ini ketebalan tidak begitu penting
• Metode ini akurat untuk semua endapan dengan perbedaan ketebalan yang kecil.
b. Metode penampang
• Tubuh endapan dibagi sesuai dengan bagian geologinya pada sepanjang garis
pemboran.
Metode ini dibagi : - metode perubahan berangsur
- metode perubahan bertahap
Perhitungan volume menggunakan rumus:
1. rumus end area
V = A1 + A2 x L
2
Untuk beberapa bagian
V = (A1 + 2A2 + 2A3 + ………An) L/2
2. rumus membaji – jika blok meruncing pada satu garis
V = A/2 x L
3. rumus kerucut – jika blok meruncing pada kerucut
V = A/3 x L
4. rumus frustum
V = L/3 x (A1 + A2 + √A1A2)
Rumus ini tidak akurat untuk endapan yang mambaji
rumus prismoidal
V = (A1+4Am + A2) L/6
c. Metode kontur
• Data digunakan untuk membuat kontur dengan interpolasi titik-titik yang telah
diketahui nilainya. Volume dihitung dengan mengukur tiap-tiap daerah dengan
interval kontur dan menggunakan perhitungan volume yang telah ada.
• Rata-rata tingkatan bisa dihitung dengan penggambaran peta kontur dan dengan
bobot masing-masing daerah dengan tingkatan kontur.
Penyelesaiannya : g = g0A0 + g/2 (A0 +2A1+ 2A2+…..An)
Dimana :
g0 adalah tingkatan terendah endapan
g adalah tingkatan interval konstan antar kontur
A0 adalah daerah dari endapan dengan tingkatan g0 dan yang
tertinggi
A1 adalah daerah dari endapan dengan tingkatan g0 +g dan yang
tertinggi
A2 adalah daerah dari endapan dengan tingkatan g0 +2g & yang
tertinggi
Data yang dibutuhkan adalah :
- data yang cukup
- adanya data densitas
- adanya pembagian data
• Ketika data tidak terbagi dengan rata maka dapat menimbulkan
masalah.
• Peta produksi menunjukan daerah yang kaya dan sedikit endapan.
• Metode kontur hanya digunakan hanya jika pada endapan terdapat
perubahan ketebalan dan tingkatan serta rumit dengan endapan
yang tidak menerus.
d. Metode poligon
• Pada metode ini semua faktor menentukan titik pasti dari perluasan separuh
endapan mineral dengan penambahan dan bentuk titik sekitar daerah pengaruh.
• Rumus frustum
A1 = area M1 = metal = grade x area
A2 = area M2 = metal = grade x area
V = L/3 x (A1 + A2 + √A1A2)
The metal
M = 1/3 ((M1 + M2 + √M1M2)
G = m/v
Untuk metode prismoidal
V = L/6 x (A1 + 4A2 + A3)
M = 1/6 x (M1 + 4M2 + M3)
G = m/v
Catatan : rumus ini hanya mendekati
e. Metode ID (inverse distance) : ID,IDS,IDC
• Melihat masalah dari perkiraan tingkatan blok dari data sekitar. Penyelesaiannya
dengan menggunakan metode yang berdasarkan jarak dari blok sampel.
• Umumnya metode jarak ditekankan pada :
1. Inverse distance
2. Inverse distance squared
3. Inverse distance cubes
5. Tingkat ketelitian
Tingkat ketelitian adalah derajat kebenaran yang dikehendaki dan
tergantung kepada sistem eksplorasi, yaitu:
-Jenis dan kerapatan pengambilan contoh.
-Penentuan ketepatan data dari sudut pandang geologi, bentuk geometri
tubuh endapan mineral, macam pola sebaran, faktor-faktor kesalahan,
dan kategori cadangan.
Metode polygon
Metode ini menggunakan bentuk prisma poligon , perbedaannya
dengan metode blok geologi adalah jika faktor geometrik blok tidak
diperhitungkan Metode ini lebih didasarkan pada anggapan teoritis
daripada pertimbangan geologi maupun penambangannya. Oleh karena
itu, masih memerlukan suatu perencanaan yang tepat serta penampang
memanjang karena belum memberikan gambaran bentuk tubuh endapan
mineral serta perubahan variabel pada masing-masing blok.
Metode ini disebut juga metode area of influence, caranya:
- Batas perluasan tiap lubang bor adalah setengah jaraknya diantara
garis vang menghubungkan dua lubang bor terdekat.
Masing-masing luas poligon ditentukan oleh kadar dan tebal dari
lubang bor disamping-sampingnya dalam satu poligon.
- Selanjutnya masing-masing cadangan dalam poligon dapat ditentukan
.tonasenya.
Dalam penerapannya faktor-faktor kadar, tebal. dan berat dipertimbangkan
secara konstan pada tiap-tiap blok dengan sistem eksplorasi pola grid.
Penerapan terbaik metode poligon apabila digunakan untuk perhitungan
cadangan endapan mineral yang tabular, misal batubara, mangan, fosfat,
endapan placer, vein yang tebal, lensa berukuran besar, dan stock.
11.6.2Metodegeostatistik
Merupakan suatu metode pemulusan yang melibatkan langkah-langkah
sebagai berikut;
- pembuatan variogram,
pemilihan model untuk variogram tersebut,
- penggunaan variogram untuk menentukan search area penentuan
kadar
Keuntungan:
Secara teontis, hasil optimal perhitungan matematis bisa didapat.
Kelemahan: ..
Perhitungannya jauh lebih rumit dibanding metode klasik.
- Pada tahap studi kelayakan, data yang tersedia untuk membuat
variogram terbatas dan hampir tidak mungkin untuk dibuatkan variogram yang baik
Dalam semua kasus hanya pure nugget effect
yang dihasilkan (karena kurangnya data dari pemboran), sehingga
pembuatan model berdasarkan data ini masih menjadi persoalan bagi
ahli geologi eksplorasi dan ahli pertambangan.
- Konsep pemulusan dapat salah, sebab ada beberapa endapan mineral
yang pemulusannya dapat merugikan. Untuk endapan mineral seperti
ini ada area yang kadarnya tinggi dan rendah. Kontak geologi
memainkan peranan penting, karena itu perlu ditangani secara khusus.
- Metode geostatistik tidak menentukan adanya logam, tetapi hanya
mengalokasikan kembali endapan bijih dengan memperkecil batas
kadar yang layak untuk ditambang, tetapi kandungan bijih tidak
berubah
Metode pembobotan jarak
Keuntungan:
Cepet dan mudah diterapkan dengan menggunakan komputer
TEORI vs KENYATAAN
Sepanjang yang sudah ada, kita sudah menekankan fakta bahwa sangat
sedikit tambang yang beroperasi persis seperti peramalan, yang dalam
kebanyakan kejadian hasil yang ada nyata di bawah harapan asli, dan
bahwa fakta ini biasanya berkaitan dengan suatu kegagalan untuk
mengantisipasi kompleksitas pada tubuh endapan, bukannya kepada teknik
komputerisasi yang dipekerjakan di dalam proses penilaian cadangan.
Mason (1993) telah mengusulkan bahwa ada dua pertimbangan utama yang
menyebabkan kesalahan perkiraan cadangan yaitu:
1) Suatu ketiadaan geologi tambang yang terperinci, (termasuk pemahaman
dasar geologi dari endapan), dan
2) Kemajuan di dalam teknologi dan kemampuan komputer
Hal itu telah menyampaikan kepada kita bahwa pada suatu kesempatan,
suatu hak milik dibawa ke dalam produksi yang sederhana sebab
perusahaan yang dilibatkan tertarik untuk menjadi suatu produsen aktif,
walaupun cadangan yang dimasalahkan dengan jelas tidak ekonomis -
suatu situasi yang nampak terutama lazim dengan kejadian emas kecil. Ada
suatu istilah hukum untuk tindakan semacam ini (penipuan), dan diskusi ttg
pokok ini lebih lanjut adalah di luar lingkup dari teks ini. Tujuan dari bab ini
bukanlah untuk menyajikan suatu daftar terperinci cerita kengerian, tetapi
adalah, melainkan, untuk meringkas beberapa pengamatan umum yang
dapat digambarkan dari literatur itu. Literatur ini berisi banyak sekali studi
yang membandingkan endapan sebelum pengembangan dengan produksi
nyata ( e.g. Bagian B, CIM.SPECIAL Vol.9, 198; Bryan,1986;Blackwell dan
Johnson, 1986; Clow, 1991; Manns dan Ellingam, 1992; Birak, et al., 1992).
Di dalam mempelajari ini, staff tambang merasa bangga akan fakta bahwa
ketika operasi diproduksi lebih banyak logam dibandingkan dengan
peramalan. Suatu studi oleh Grenier (1964) yang disimpulkan bahwa logam
yang bernilai tambang yang rendah ditinjau diproduksi 3.75 kali tonase yang
diperkirakan dan 1.88 kali yang mula-mula memperkirakan unit metal
sehubungan dengan sebelum produksi cadangan. Sesuai dengan harga
untuk yang tambang emas adalah 1.57 dan 1.08 untuk semakin sedikit yang
sukses, dan 11 dan 8 untuk yang sukses. Suatu contoh terakhir, yang
spesifik dilaporkan oleh Birak (1992, p.373) di utara Bukit Generator
menyimpan emas di Jerritt jurang yang curam Daerah Nevada. Dalam
Kejadian ini, model blok poligon nampak meremehkan tonase ditambang
oleh 14,9 persen, dan untuk menaksirkan terlalu tinggi nilai / kelas dengan
9.4 persen.
1
katakan, 110 persen yang diramalkan dari 150 persen tonase yang
diramalkan, ini berarti endapan lebih rendah tingkatannya dari yang
diharapkan dan tidak adanya faktor operasional lain, lalu tidak
menguntungkan seperti yang diharapkan. Dalam kaitan dengan faktor nilai
yang hadir, tahun operasi tambahan pada umumnya tidak mengganti
kerugian untuk semua musim gugur yang singkat menurut golongan
sepanjang awal tahun.
2
diharapkan. Kecuali jika kontak ditandai oleh suatu batas struktural atau
parting, seperti di tambang orostar (Manns dan Ellingham, 1992), beberapa
pencampuran barang sisa dan endapan hampir tak bisa diacuhkan ketika
penambang pada kontak, dan jumlah sisa endapan ( kedua-duanya
penggantian dan retakan) akan jadi seimbang pada permukaan kontak itu.
Sayangnya, kesalahan di dalam penjelasan atau pada kontak endapan/sisa
tidak bisa diperdaya oleh perhitungan yang baik atau teknik statistik yang
berlaku untuk ruang contoh yang luas- contoh yang klasik dari analisa
matematik yang klasik yang melebihi mutu dari database utama (Tompson,
1992).
Kita tentu saja sadar akan batasan anggaran dan waktu yang dikenakan oleh
manajemen senior pada kebanyakan merancang pengembangan.
3
California. Sumber daya Winkler mula-mula diperkirakan berisi 100,000 ton
mineralisasi yang menilai 0.4 oz/t emas, terjadi didalam suatu badan garis
tajam yang ditunjukkan pada Gambar X-2A. Seperti di dalam Tabel X-A,
suatu studi kelayakan menunjukkan bahwa cadangan yang bermutu tinggi ini
akan menyediakan suatu imbalan keuangan memuaskan. Rencana
beroperasi yang diimpikan meliputi pekerjaan tambang 100,000 ton bijih dan
1,300,000 ton barang sisa dengan metoda membuka lubang kecil dengan
sembilan bulan periode, dan memproses bijih dengan cara meluluhkan
tumpukan untuk menghasilkan 34,000 ons emas.
Walaupun total produksi ( 34,000 ons) dan total tonase yang bergerak (
1,400,000 ton) sama dengan figur peramalan, hasil ekonomi jatuh pendek /
singkat merosot tajam. Pada awal diskusi ini, kita menekankan fakta bahwa
tujuan latihan pekerjaan tambang manapun akan mencari uang, sukar untuk
mencapai suatu laba dengan perlakukan material dengan nilai nol. Di dalam
contoh ini, bagaimanapun, pertentangan sebelum pajak pada figur laba
terutama semata dalam kaitan dengan:
Bila melihat peristiwa lalu, ditemukan bahwa suatu model blok menyangkut
deposit yang menggunakan suatu penggalan 0.02 oz/ton dan 20' x 20' x 20'
unit sel utama akan dibuat dengan teliti untuk meramalkan tonase dan nilai
4
dari material yang benar-benar ditambang (menggambarkan X-2B). Pada
bagian, situasi ini adalah suatu konsekwensi menyangkut fakta bahwa
tonase yang kecil dari tingkatan tinggi endapan di dalam blok ditentukan
dapat mendukung jumlah sebesar nol - nilai material sebelum rata-rata jatuh
hingga terpotong. Sebagai tambahan, ukuran blok dari model cadangan
adalah serupa ukuran dari lubang peledakan yang menghalangi itu
digunakan sebagai kendali tambang, dan penambangan oleh karena itu
sangat penting mengikuti garis besar dari yang menghalangi dalam
perkiraan. Di dalam kejadian ini, operasi dengan jelas [yang] lebih terkait
dengan 100 persen yang menyangkut endapan dibanding dengan efek
pelemahan penggantian atau overbreak. Bagaimanapun, pekerjaan test yang
berhubungan dengan metalurgi yang di atasnya disain yang asli didasarkan
sunggung sungguh-sungguh melalaikan untuk mempertimbangkan dampak
yang mungkin tentang pelemahan ini yang karakteristik fisik menyangkut
material yang akan benar-benar diperlakukan. Sebagai tambahan, ada suatu
kegagalan komunikasi antara perencana yang utama dan geologis yang
bertanggung jawab untuk perkiraan cadangan, dengan hasil bahwa
pekerjaan tambang yang selektif diperlukan untuk mencapai kualitas yang
diharapkan oleh geolog tidak sesuai dengan perencanaan operasi.
1) Kesalahan Dasar
¾ Menggunakan berat jenis yang salah (Ketza Mine-Canamax Source)
¾ Menggunakan batasan-batasan yang salah (Yuba American Gold)
2) Sampling tidak pantas atau tidak cukup
¾ Jarak pengeboran yang lebar mendorong ke arah penafsiran suatu
endapan yang kenyataannya adalah tidak menerus (Cullaton Lake-
Campbell Resources)
¾ Pengeboran yang terkontaminasi menghasilkan sirkulasi kebalikan
mengebor di bawah permukaan air di bawah tanah (Cove Mine-Echo
Bay)
¾ Tidak memenuhi syarat saluran atau serbuk sampling batubara
(Magnacon Mine-Flanagan McAdam)
¾ Pemotongan salah satu factor yang salah untuk perlakukan cadangan
dengan suatu bongkah emas yang berefek kuat (misal: Mascot,
Premier, Puffy Lake, Tartan Lake, Mt. Skukum, Ketza River, Kingston)
3) Ketiadaan pengetahuan pekerjaan tambang
¾ Tidak memahami kelemahan yang ada dalam pekerjaan tambang,
terutama membatasi urat dan endapan placer (misal: Kettle River,
Tartan Lake, Johnny Mountain, McCabe, Los Lilenas)
5
¾ Meremehkan biaya-biaya pekerjaan tambang dan karenanya
menggunakan terlalu rendah suatu penggalan untuk endapan ( misal:
Colamac, Montana Tunnels)
Seperti Ketika diringkas oleh Ranta ( 1992, p. 281): "pekerjaan geologi yang
sesuai memerlukan suatu kesadaran yang tajam dan kemampuan untuk
mengantisipasi kebutuhan ahli geoteknik , hidrologi, ahli pertambangan, ahli
logam dan spesialis lain."
Kita menutup lagi dengan tanda kutip dari King et al. ( 1982, p.13): "itu
menjadi faktor geologi yang telah mengesankan dirinya sendiri pada kita
bahwa semakin banyak sebagai hal yang kekurangan kunci di mana
kelemahan serius dalam penilaian cadangan bijih sudah nampak."
6
Rancangan SNI : Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara-BSN 1997
Latar Belakang
Batu bara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi
nasional yang mempunyai nilai ekonomi yang penting. Informasi mengenai sumber daya
dan cadangan batu bara menjadi hal yang mendasar di dalam merencanakan strategi
kebijaksanaan energi nasional.
Dewasa ini pemerintah tengah meningkatkan pemanfaatan batu bara baik sebagai energi
alternatif untuk keperluan domestik, seperti pada sektor industri dan pembangkit tenaga
listrik, maupun untuk ekspor. Sejalan dengan itu, pemerintah telah melibatkan pihak
swasta dalam pengusahaan pengembangan batu bara.
Cara penggolongan sumber daya dan cadangan batu bara di Indonesia masih beragam
sehingga dirasakan perlu untuk membuat suatu standar yang dapat digunakan sebagai
pedoman di dalam pengklasifikasian sumber daya dan cadangan batu bara Indonesia.
Dengan demikian, standar ini diharapkan dapat menghindari kerancuan dalam
menafsirkan berbagai istilah dan pengertian yang berkenaan dengan sumber daya dan
cadangan batu bara Indonesia.
3 Definisi
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara adalah upaya pengelompokan sumber
daya dan cadangan Batu bara berdasarkan keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi.
4.1 Umum
4.1.1 Endapan batu bara (Coal deposit) adalah batuan yang dapat terbakar, terbentuk
dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami kompaksi, ubahan kimia dan proses
metamorfosis oleh panas dan tekanan selama waktu geologi, yang berat; kandungan
bahan organiknya lebih dari 50% atau volume bahan organik tersebut termasuk
kandungan lengas bawaan (inherent moisture) lebih dari 70%.
4.1.2 Sumber daya batu bara (Coal resources) adalah endapan batu bara yang
diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batu bara ini dapat meningkat menjadi
cadangan apabila memenuhi kriteria layak ekonomi.
4.1.3 Cadangan Batu bara (Coal reserves) adalah bagian dari sumber daya batu bara
yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat kajian
kelayakan dinyatakan ekonomis untuk ditambang.
4.1.5 Kajian kelayakan (Feasibility study) adalah kajian rinci yang bersifat teknis dan
ekonomis dari suatu rencana proyek penambangan yang hasil kajian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk penentuan keputusan investasi dan sebagai dokumen
yang mempunyai nilai komersial (bankable document) untuk pendanaan proyek. Kajian
ini meliputi seluruh faktor ekonomi, penambangan, pengolahan, pemasaran, kebijakan
pemerintah, peraturan/perundanganundangan, lingkungan dan sosial. Anggaran biaya
harus akurat dan berdasar serta tidak diperlukan lagi penyelidikan lanjutan untuk
membuat keputusan investasi. Informasi pada kajian ini meliputi angka cadangan yang
didasarkan, pada hasil eksplorasi pendahuluan dan rinci, uji model teknologi, dan
perhitungan biaya operasionil.
4.1.6 Ketebalan lapisan Batu bara (Seam thickness) adalah jarak terpendek antara atap
dan lantai lapisan batu bara yang diukur pada singkapan batu bara (surface outcrop),
lubang bor (borehole) dan pengamatan pada tambang dalam aktif (working underground
mining).
Lapisan batu bara seringkali, meskipun tidak selalu, terdiri atas sub lapisan yang
mempunyai karakteristik masing-masing dan kadang-kadang dipisahkan oleh lapisan
pengotor (rock/dirt partings) dengan ketebalan yang bervariasi.
4.1.7 Batu bara cokelat (Brown coal) adalah jenis batu bara yang paling rendah
peringkatnya, bersifat lunak, mudah diremas, mengandung kadar air yang tinggi (10-
70%), terdiri atas batu bara cokelat lunak (soft brown coal) dan Batu bara lignitik atau
batu bara cokelat keras (lignitic atau hard brown coal) yang memperlihatkan struktur
kayu. Nilai kalorinya < 5700 kalori/gram (dry mineral matter free).
4.1.8 Batu bara keras (Hard coal) adalah semua jenis batu bara yang peringkatnya lebih
tinggi dari brown coal, bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kompak, mengandung
kadar air yang relatif rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak lagi, relatif tahan
terhadap kerusakan fisik pada saat penanganan (coal handling). Nilai kalorinya > 5700
kalori/gram (dry mineral matter free).
4.2 Tahap Eksplorasi
Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau,
prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini
adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran,
kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar analisis/kajian
kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat
keyakinan geologi dan kelas sumber daya batubara yang dihasilkan.
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batu bara yang paling awal dengan
tujuan mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan
batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih 1anjut serta mengumpulkan informasi
tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara
lain, studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya,
serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala
sekurang-kurang nya 1:100.000.
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan yang
akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di
antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang
stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling),
pencontohan dan analisis. Metode tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat
dilaksanakan apabila dianggap perlu.
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas clan kualitas serta
bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang harus dilakukan adalah
pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran, dan
pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya,
penampangan (logging) geofisika, pengkajian geohidrologi, dan geoteknik. Pada
tahap ini perlu dilakukan pencontohan batuan, batubara dan lainnya yang dipandang
perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan denqan rencana kegiatan
penambangan
Endapan batu bara dalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi ofeh aktivitas
tektonik, seperti sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batu bara pada umumnya landai,
menerus secara lateral sampai ribuan meter, hampir tidak mempunyai percabangan.
Ketebalan lapisan, batu bara secara lateral dan kualitasnya tidak memperlihatkan variasi
yang berarti. Contoh jenis kelompok ini, antara lain, di lapangan Bangko Selatan dan
Muara Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin Barat (Kalimantan Selatan), dan Cerenti
(Riau).
Keadaan geologi endapan batu bara dalam kelompok ini sampai tingkat tertentu
telah mengalami pengaruh deformasi tektonik. Sesar dan lipatan tidak banyak, beg:tu pula
pergeseran dan perlipatan yang diakibatkannya relatif sedang. Pada heberapa tempat
intrusi batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batubaranya. Kelompok
ini dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta
berkembangnya percabangan lapisan batu bara, namun sebarannya masih dapat diikuti
sampai ratusan meter. Endapan batu bara kelompok ini terdapat antara lain di daerah
Senakin, Formasi Tanjung (Kalsel), Loa Janan-Loa Kulu, Petanggis (Kaltim), Suban dan
Air Laya (Sumsel), serta Gunung Batu Besar (Kalsel).
4.4.1 Sumber daya Batu bara hipotetik (Hypothetical coal resource) adalah jumlah Batu
bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap survei
tinjau.
4.4.2 Sumber daya Batu bara tereka (Inferred coal resource), adalah jumlah batu bara
di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan
data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.
4.4.3 Sumber daya Batu bara tertunjuk (Indicated coal resource) adalah jumlah batu
bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksploitasi
pendahuluan.
4.4.4 Sumber daya Batu bara terukur (Measured coal resource) adalah jumlah batu bara
di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan
data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
4.4.5 Cadangan Batu bara terkira (Probable coal reserve) adalah sumber daya Batu
bara tertunjuk dan sebagian sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian
kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat
dilakukan secara layak.
4.4.6 Cadangan Batu bara terbukti (Proved coal reserve), adalah sumberdaya batubara
terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi
sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
5.Dasar Klasifikasi
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara didasarkan pada tingkat keyakinan
geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek yaitu
aspek geologi dan aspek ekonomi.
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumber daya terukur harus mempunyai tingkat
keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumber daya tertunjuk, begitu pula
sumber daya tertunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sumber daya tereka. sumber daya terukur dan tertunjuk dapat
ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan terbukti apabila telah memenuhi kriteria layak
(tabel 2).
Tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik
informasi (singkapan, lubang bor) dan toleransi kesalahan.
Ketebalan minimal lapisan batu bara yang dapat ditambang dan ketebalan
maksimal "dirt parting" atau lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat
ditambang yang menyebabkan kualitas batu baranya menurun karena kandungan abunya
meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait dengan aspek ekonomi dan perlu
diperhatikan dalam menggolongkan sumber daya batu bara.
6 Persvaratan
6.1 Persyaratan yang Berhubungan dengan Aspek Geologi
Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumber dayanya
diperlihatkan pada tabel 3.
Tabel 4
Cokelat Keras
(Brown CoaL) (Hard Coal)
7 Pelaporan
Supaya data sumber daya dan cadangan dapat dimengerti dengan baik dan
mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan, perlu adanya sistem pelaporan yang
baku. Laporan ini menggambarkan status terakhir mengenai sumberdaya dan
cadangan batu bara secara rinci dan akurat dan disarikan seperti pada tabel 5.
Laporan hasil kegiatan penyelidikan sumber daya dan cadangan batu bara ini
disimpan di instansi/lembaga yang ditunjuk
8 Pengujian
9.4.1. BY AREA
9.4.1. DENGAN AREA
Table 1 shows estimates of coal resources by island over time. It can be seen that
perceived resources have generally been increasing due to increased exploration.
Although resource figures can increase due to exploration, it is important to remember that
they can also decrease, it additional drilling shows that seams that were previously
thought to be continuous Shows zones of thinning or of decreased quality.
Tabel 1 perkiraan pertunjukan sumber daya batubara [oleh/dengan] pulau dari waktu ke
waktu. [Itu] dapat dilihat sumber daya [yang] dirasa itu sudah biasanya meningkat(kan)
dalam kaitan dengan explorasi ditingkatkan. Walaupun sumber daya figur dapat
meningkat/kan dalam kaitan dengan explorasi, adalah penting untuk ingat bahwa mereka
dapat juga ber/kurang, [itu] pengeboran tambahan menunjukkan klem pelipit itu yang
sebelumnya dipikirkan untuk;menjadi pertunjukan berlanjut Zone pengenceran atau
berkurang mutu.
Table 2 shows reserves data divided into provinces and by level of confidence in the
existence of' the resources. Resources to the left of' the table have a higher confidence
associated with their existence than those categories to the right.
Tabel 2 data cadangan pertunjukan dibagi menjadi provinsi dan oleh tingkat kepercayaan
di (dalam) keberadaan' sumber daya [itu]. Sumber daya di sebelah kiri' [tabel;meja]
mempunyai suatu yang lebih tinggi kepercayaan dihubungkan dengan keberadaan
mereka dibanding kategori itu di sebelah kanan.
Resources in Sumatera total about 15 billion (25 thousand million) tonnes of which less
than 3 billion tonnes are proved up to a stage suitable lor the establishment of a mine. The
majority of the Sumateran coal resources are in South Sumatera with less than one billion
tonnes of resources in Central Sumatera proved tip to a high level of confidence. It follows
that most of the resources in Sumatera are in the Probable and Possible categories and,
again, these are dominantly in South and Central Sumatera. Bengkulu Province contains
a number of important but small mines but does not have a large resource base.
Sumber daya di (dalam) Sumatera total sekitar 15 milyar (Am.) ( 25 ribu juta) ton [di/yang
mana] kurang dari 3 milyar (Am.) ton dibuktikan sampai kepada suatu langkah Tuhan
pantas [adalah] penetapan suatu tambang/ranjau/aku. Mayoritas Dari Sumateran
batubara sumber daya adalah di (dalam) Selatan Sumatera dengan kurang dari satu
milyar (Am.) ton sumber daya di (dalam) Sumatera Pusat membuktikan ujung/persenan
sangat tingkat kepercayaan. [Itu] mengikuti bahwa kebanyakan dari sumber daya di
(dalam) Sumatera adalah di (dalam) kategori [yang] Mungkin dan Yang mungkin dan, lagi,
ini secara dominan di (dalam) Selatan dan Sumatera Pusat. Bengkulu Provinsi berisi
sejumlah penting tetapi tambang/ranjau/aku kecil tetapi tidak mempunyai suatu sumber
daya dasar besar.
Within Kalimantan, the main areas in terms of' coal resources are in South Kalimantan
and East Kalimantan. Due to extensive drilling in South and East Kalimantan, resources
listed are more heavily biased to the Potential category than those of Sumatera with much
tonnages listed for the other categories being only about two to three times those in the
Potential category. This reflects exploration of known deposits but may not fully reflect the
potential for discovery of new deposits. In East Kalimantan, Potential resources are listed
as less than I billion tonnes but probable resources exceed 2.5 billion tonnes.
Di dalam Kalimantan, area yang utama dalam kaitan dengan' sumber daya batubara
adalah di (dalam) Selatan Kalimantan dan Timur Kalimantan. Dalam kaitan dengan
pengeboran luas di (dalam) dan Selatan Timur Kalimantan, sumber daya yang yang
didaftarkan jadilah lebih dengan berat dibiaskan kepada potensi Kategori dibanding
perihal Sumatera dengan banyak tonase mendaftar untuk kategori [yang] yang lain yang
sedang hanya sekitar dua [bagi/kepada] tiga kali mereka yang potensi Kategori. Ini
mencerminkan explorasi [dari;ttg] deposito dikenal tetapi tidak boleh secara penuh
mencerminkan potensi untuk penemuan [dari;ttg] deposito baru. Di (dalam) Timur
Kalimantan, potensi Sumber daya didaftarkan dari [ketika;seperti] kurang dari aku milyar
(Am.) ton tetapi sumber daya mungkin melebihi 2.5 milyar (Am.) ton.
Some coal is present in Central and East Kalimantan but has not been extensively
explored although SDM and a private company are understood to have done some
exploration near Silantek in West Kalimantan,
Beberapa batubara adalah kehadiran Yang pusat dan Timur Kalimantan tetapi belum
secara ekstensif menyelidiki walaupun SDM dan suatu perusahaan pribadi dipahami
untuk telah perbuat beberapa explorasi dekat Silantek di (dalam) Barat Kalimantan,
Jawa has some small coalfields but the total resources are small and coal production from
Jawa is never likely to provide more than a small proportion of the demand from that
island. Sulawesi has larger resources but exploration there has not been systematic to the
same extent as has occurred in Sumatera and Kalimantan. Interest in coals from Irian
Jaya has so far been small but there may be potential for larger discoveries. However, it is
unlikely that the Irian coalfields will ever rival those of Sumatera or Kalimantan in terms of
overall importance.
Jawa mempunyai beberapa kecil coalfields tetapi total sumber daya adalah kecil dan
produksi batubara dari Jawa tidak pernah mungkin untuk menyediakan lebih dari suatu
proporsi [yang] kecil [menyangkut] permintaan dari pulau itu. Sulawesi mempunyai
sumber daya lebih besar tetapi explorasi [di/ke] sana belum sistematis kepada luas yang
sama [sebagai/ketika] telah terjadi di (dalam) Sumatera dan Kalimantan. Tarik akan
batubara dari Jaya Irian telah sejauh ini kecil tetapi mungkin ada [yang] potensial untuk
penemuan lebih besar. Bagaimanapun, [itu] tidak mungkin [bahwa/yang] Irian coalfields
akan pernah menyaingi perihal Sumatera atau Kalimantan dalam kaitan dengan
keseluruhan arti penting.
in terms of total resources, South Sumatera is the dominant area with about 72% of the
total estimated resources for Indonesia. Kalimantan is the second most important area
with 27.5% of the estimated resources relatively evenly divided between South and East
Kalimantan.
dalam kaitan dengan total sumber daya, Selatan Sumatera menjadi area yang dominan
dengan sekitar 72% tentang total sumber daya diperkirakan untuk Indonesia. Kalimantan
menjadi area paling utama yang kedua dengan 27.5% tentang sumber daya yang
diperkirakan [yang] secara relatif datar membagi antar[a] dan Selatan Timur Kalimantan.
9.4.2. BY QUALITY
9.4.2. DENGAN MUTU
Typical analyses for some of the major coalfields are given in Table 3. Some data on ash
analyses are included in Table 4.
Analisa khas untuk sebagian dari yang utama coalfields disampaikan dalam Tabel 3.
Beberapa data pada [atas] pohon dengan kayu keras analisa adalah tercakup di Tabel 4.
As noted above, the largest resources are in South Sumatera. Apart from near the
intrusions at Bukit Asam, most of the coals are low in rank (Figure 15). Ash yields from the
South Sumatera coals are moderate to low. Many of the coals are prone to spontaneous
combustion and this increases the difficulties associated with long distance transport or
long term storage of the coals. It is possible that away from the zone of influence from the
intrusions, the regional rank may prove to be significantly lower than the areas currently
the subject of large scale mining. This may require a long term review of the ways in which
the South Sumatera coals are used.
Seperti dicatat di atas, sumber daya yang paling besar adalah di (dalam) Selatan
Sumatera. Terlepas dari dekat penggangguan pada Bukit Asam, kebanyakan dari
batubara adalah rendah di (dalam) ranking ( Gambar 15). Pohon dengan kayu keras
menghasilkan dari Selatan [itu] Sumatera batubara adalah moderat ke rendah. Banyak
dari batubara cenderung akan pembakaran secara spontan dan peningkatan ini [adalah]
berbagai kesulitan dihubungkan dengan pengangkutan interlokal atau
[gudang/penyimpanan] [yang] jangka panjang [menyangkut] batubara [itu]. Adalah
mungkin yang [men]jauh dari zone pengaruh dari penggangguan, ranking yang regional
boleh membuktikan untuk;menjadi dengan mantap lebih rendah dari area [yang] sekarang
ini pokok pekerjaan tambang besar-besaran. Ini boleh memerlukan suatu tinjauan ulang
[yang] jangka panjang [menyangkut] tatacara di mana Selatan [itu] Sumatera batubara
digunakan.
An indication of the quality differences close to the intrusions is given by the data in Table
5. Suban mine is close to an intrusion, the other samples are taken from areas further
away from of the metamorphic halo, It is commonly assumed that Airlaya mine is free from
the effects of the intrusion but Figure 15 shows that there may still be some effects from
intrusions even in this area.
Suatu indikasi [menyangkut] perbedaan mutu dekat dengan penggangguan diberi oleh
data di (dalam) Tabel 5. Suban tambang/ranjau/aku adalah dekat dengan suatu
penggangguan, contoh yang lain diambil dari area lebih lanjut [men]jauh dari
[menyangkut] lingkaran cahaya yang metamorphic, [Itu] biasanya mengira bahwa Airlaya
tambang/ranjau/aku bebas dari efek dari penggangguan tetapi Gambar 15 pertunjukan
yang [di/ke] sana boleh tetap beberapa efek dari penggangguan bahkan di area ini.
Sulphur contents are uniformly low in the South Sumatera coals. They appear to have
been deposited well away from marine influence,
belerang [Muatan/Indeks] yang berpakaian seragam rendah di (dalam) Selatan [itu]
Sumatera batubara. Mereka nampak untuk telah menyimpan baik [men]jauh dari
angkatan laut pengaruh,
The Ombilin coals are amongst the highest rank coals mined in large quantities in
Indonesia but still fall into the category of noncoking, high volatile bituminous coals.
Although minor amounts of heat altered coals have been found at Ombilin, it appears that
the rank is a result of regional coalification. Ash yields are typically low although some of
the seams contain a number of dirt bands and washing of the coal is desirable to optimise
coal quality. Sulphur contents are low.
Ombilin batubara adalah di antara batubara ranking yang paling tinggi ditambang di
(dalam) jumlah besar di (dalam) Indonesia tetapi masih jatuh masuk ke kategori dalam
noncoking, batubara bituminus mudah menguap tinggi. Walaupun sejumlah panas [yang]
kecil mengubah batubara telah ditemukan pada Ombilin, [itu] nampak [bahwa/yang]
ranking adalah suatu hasil [dari;ttg] coalification regional. pohon dengan kayu keras Hasil
[yang] rendah walaupun beberapa [menyangkut] klem pelipit berisi sejumlah rombongan
kotoran dan cucian [menyangkut] batubara adalah diinginkan ke mutu batubara
pengoptimalan. belerang [Muatan/Indeks] rendah.
The Eocene coals from Kalimantan have much higher ash yields than most of the
Miocene coals although many of them are still moderate to low by World standards. The
mineral matter typically occurs as thin dirt bands and as finer disseminations within the
coals. Washing of some of the Eocene coals is desirable but washability characteristics
tend to be moderate.
Eocene batubara dari Kalimantan mempunyai pohon dengan kayu keras jauh lebih tinggi
menghasilkan dibanding kebanyakan dari Miocene batubara walaupun banyak di antara
mereka masih melembutkan ke rendah oleh dunia Standard. mineral Perihal [yang]
secara khas terjadi sama rombongan kotoran tipis/encer dan seperti penghamburan
pendenda di dalam batubara [itu]. Cucian sebagian dari Eocene batubara adalah
diinginkan tetapi washabilas karakteristik [tuju/ cenderung] untuk;menjadi melembutkan.
Some of the Eocene coals are high in resinite and this results in unusually high S.E.
values. Most of the coals are low in sulphur but some seams contain one or more plies
that have moderate to high sulphur contents. This appears to be due to a marine incursion
during the the deposition of the coal. Some of these sulphur rich plies are relatively
widespread.
Sebagian dari Eocene batubara adalah tinggi di (dalam) resinit dan ini mengakibatkan S.E
tidak biasa tinggi. nilai-nilai. Kebanyakan [menyangkut] batubara adalah rendah di (dalam)
belerang tetapi beberapa klem pelipit berisi satu atau lebih lapisan yang mempunyai
moderat ke [muatan/indeks] belerang tinggi. Ini nampak seperti dalam kaitan dengan
suatu angkatan laut incursion sepanjang . yang pemecatan dari batubara. Sebagian dari
belerang ini lapisan kaya secara relatif tersebar luas.
The rank of the Eocene coals is uniformly higher than most Indonesian coals with vitrinite
reflectances typically in the range 0.55% to 0.65% indicating a rank of high volatile
bituminous coal.
Ranking Dari Eocene batubara yang lebih tinggi yang berpakaian seragam dibanding
paling batubara Indonesia dengan vitrinite faktor refleksi [yang] secara khas di (dalam)
cakupan 0.55% [bagi/kepada] 0.65% menandakan suatu ranking [dari;ttg] batubara
bituminus mudah menguap tinggi.
The Miocene coals typically contain sections with low to very low ash yields. One scam,
that mined by P.T. Adaro in the region of the Upper Barito River consistently shows ash
Yields less than 1%. As this coal also shows an exceptionally low sulphur content it has
been marketed “Envirocoal". Most of the Miocene coals, however, contain ash yields in
the range from 2 S%, but lower and higher values occur. It Is common for the Miocene
coals to be sold unwashed and where washing is undertaken, most of the material
removed represents roof or floor rocks admixed with the coal as a result of mining. A
problem with washing is the higher moisture levels that result.
Miocene batubara [yang] secara khas berisi bagian dengan rendah ke pohon dengan
kayu keras sangat rendah menghasilkan. Satu scam, yang [itu] yang ditambang oleh P.T.
Adaro di [dalam] daerah Barito Bagian atas Sungai [yang] secara konsisten menunjukkan
pohon dengan kayu keras Hasilkan kurang dari 1%. Dari [sebagai/ketika/sebab] batubara
ini juga menunjukkan suatu isi belerang [yang] rendah [itu] telah dijual “ Envirocoal".
Kebanyakan [menyangkut] Miocene batubara, bagaimanapun, berisi pohon dengan kayu
keras menghasilkan di (dalam) cakupan dari 2 S%, tetapi yang lebih rendah dan yang
lebih tinggi nilai-nilai terjadi. Adalah Umum untuk Miocene batubara untuk menjual tidak
dicuci dan [di mana/jika] cucian dikerjakan, kebanyakan dari material yang dipindahkan
menghadirkan atap atau lantai mengayun-ayun admixed dengan batubara sebagai hasil
pekerjaan tambang. Suatu masalah dengan cucian menjadi yang lebih tinggi embun
mengukur hasil itu.
Spontaneous combustion problems range from low to moderate for the Miocene coals
frorn Kalimantan. For virtually all of the coals mined, care has to be taken to avoid
spontaneous combustion becoming a major problem. A small number of the coals are rich
in resinte and show anomalously high Specific Energy values.
pembakaran secara spontan Permasalahan terbentang dari rendah untuk melembutkan
untuk Miocene batubara frorn Kalimantan. Karena hampir semua batubara menambang,
kepedulian harus diambil untuk menghindari pembakaran secara spontan [yang] menjadi
suatu masalah utama. Sejumlah kecil batubara adalah kaya akan resinte dan pertunjukan
secara ganjil energi Spesifik tinggi Nilai-Nilai.
The coals from Jawa are moderate to low rank and show a moderate to high ash yield.
Many of the coals show the effects of igneous intrusions, These have produced chars
rather than the antracitic coals found in some of the other coalfields.
Batubara dari Jawa adalah moderat ke ranking rendah dan pertunjukan suatu moderat ke
pohon dengan kayu keras tinggi menghasilkan. Banyak dari batubara menunjukkan efek
[dari;ttg] penggangguan berapi-api, Ini sudah memproduksi terbakar/membuat arang
dibanding/bukannya batubara yang antracitic menemukan dalam beberapa [menyangkut]
yang lain coalfields.
The coals from Sulawesi vary markedly in their properties mostly as a result of contact in
trusion. The regional rank for both the Paleogene and the Neogene coals appears to be
bright brown coal or hard lignitic rank. Intrusions raise the rank levels variously to
bituminous and anthracitic rank. It has been noted in studies of coal type from Sulawesi
that these coals to show a much greater range of type compared with coals from
Sumatera and Kalimantan, coals with sapropelic affinities being more abundant in the
suites from Sulawesi.
Batubara dari Sulawesi bertukar-tukar dengan jelas/dengan nyata a di (dalam)
kekayaan mereka [yang] kebanyakan sebagai hasil kontak di (dalam) trusion. ranking
Yang regional untuk kedua-duanya Paleogene dan Neogene batubara nampak seperti
batubara cokelat terang/cerdas atau ranking lignitic [sulit/keras]. Penggangguan
menaikkan tingkatan ranking [yang] dengan berbagai cara ke ranking anthracitic dan
seperti aspal. [Itu] telah dicatat di (dalam) studi batubara mengetik dari Sulawesi yang
para batubara ini untuk menunjukkan suatu cakupan jenis [yang] jauh lebih besar
bandingkan dengan batubara dari Sumatera dan Kalimantan, batubara dengan gaya
gabung/hubungan dekat sapropelic menjadi [yang] lebih berlimpah-limpah di (dalam)
deretan dari Sulawesi.
Breakage behaviour is important especially for coals that are to be used in pulverised fuel
combustion, Some of the Indonesian coals show very low Hardgrove Grindability indices.
This seems to be due to a combination of a rank level close to the minimum for Hardgrove
Grindability and toughness imparted, in part, by mineral matter and, in part by the
presence of liptinite. Many of the coals show intense shearing of tectonic origin and in
most seams, one of the cleats is very strongly developed, Presumably, if this were not the
case, the coals would show even lower grindability and be difficult to mine. Low
grindability can affect the marketability of coals, However, the Indonesian coals should be
assessed on the rate of burnout during combustion rather than the ease of grinding. The
lack of inertinite in all Indonesian coals, combined with the presence of liptinite will give
rise to an abundance of thin walled cenospheres during combustion in PF furnace. For
this reason, the burnout rates of larger particles of Indonesian coals are likely to be
greater than that for similar sized grains of coals from most other potential suppliers.
kerusakan Perilaku adalah penting terutama untuk batubara yang (diharapkan) untuk
digunakan di (dalam) bahan bakar pembakaran pulverised, Sebagian dari batubara
Indonesia menunjukkan sangat rendah Hardgrove grindabilas indeks (jamak). Ini
sepertinya dalam kaitan dengan suatu kombinasi suatu ranking mengukur dekat dengan
yang minimum untuk Hardgrove grindabilas dan ketabahan memberikan/menyampaikan,
pada sebagian, dengan mineral berarti dan, pada sebagian oleh kehadiran liptinite.
Banyak dari batubara menunjukkan pencukuran [yang] keras [dari;ttg] asal tektonis dan di
(dalam) kebanyakan klem pelipit, salah satu [dari] paku sepatu anti licin adalah sangat
betul-betul mengembang;kan, Kiranya, jika ini bukanlah kasus, batubara akan
menunjukkan genap grindabilas yang lebih rendah dan sukar untuk tambang/ranjau/aku.
Grindabilas rendah dapat mempengaruhi kelaikan pasar batubara, Bagaimanapun,
batubara Indonesia harus ditaksir pada [atas] tingkat burnout selama pembakaran
dibanding/bukannya kesenangan penggerindaan. Ketiadaan inertinite dalam semua
batubara Indonesia, mengkombinasikan dengan kehadiran liptinite akan memberi
kenaikan [bagi/kepada] suatu kelimpahan [dari;ttg] walled tipis/encer cenospheres selama
pembakaran di (dalam) PF tungku perapian. Karena alasan ini, burnout tingkat partikel
nsur/butir [yang] lebih besar [dari;ttg] batubara Indonesia adalah nampaknya akan lebih
besar dibanding itu untuk butir batubara [yang] sized serupa dari hampir semua para
penyalur potensi.
Indonesian coal deposits range markedly in their distance from the sea and in the ease of
transport to the sea. Deposits such as Sangatta in East Kalimantan are within 30 kms of
the sea although construction of a coalloader on gently shelving coastlines presents some
engineering difficulties. Some of the other coal deposits in East Kalimantan are close to
the Mahakam River and transport by barge is normal. Coal is then loaded onto other ships
off the mouth of the river, or in some cases, the barge transports coal direct to other
islands in Indonesia. The P.T. Adaro mine ships coal down the Barito River some
hundreds of kilometres to the coast and then East along the coast to a coal loader.
batubara Indonesia Deposito mencakup dengan jelas/dengan nyata a di (dalam) jarak
mereka dari lautan dan di (dalam) kesenangan pengangkutan kepada lautan.
Menyimpan[lah seperti Sangatta di (dalam) Timur Kalimantan adalah di dalam 30 km
[menyangkut] lautan walaupun konstruksi suatu coalloader pada [atas] dengan lemah-
lembut menangguhkan coastlines menghadiahi beberapa berbagai kesulitan rancang-
bangun. Sebagian dari batubara yang lain menyimpan di (dalam) Timur Kalimantan
adalah dekat dengan Mahakam Sungai dan pengangkutan dan [oleh/dengan] tongkang
normal. Batubara kemudian adalah memuat ke kapal lain batal/mulai mulut dari sungai,
atau dalam beberapa hal, tongkang mengangkut batubara mengarahkan ke pulau lain di
(dalam) Indonesia. P.T [Itu]. Adaro menambang batubara kapal sepanjang Barito Sungai
beberapa beratus-ratus kilometres kepada pantai dan kemudian Timur sepanjang pantai
[bagi/kepada] suatu pemuat batubara.
Coal from Senakin and Satul mines in South Kalimantan is taken to a coal loader near
Pulau Laut, mostly for export.
Batubara dari Senakin Dan Satul menambang di (dalam) Selatan Kalimantan diambil
untuk suatu pemuat batubara dekat Pulau Laut, [yang] kebanyakan untuk ekspor.
The lower rank coals from Kalimantan are less suitable for transport due to the high
moisture content and high tendency to spontaneous combustion, Spontaneous
combustion could be inhibited by inert gas blanketing and suitable compaction techniques.
However, the coals would always have high transport costs per unit of energy due to their
low Specific Energy and the amount of water that has to be transported. It is probable that
the main use for these coals will be at mine mouth power stations.
batubara ranking Yang yang lebih rendah dari Kalimantan adalah lebih sedikit [yang]
pantas untuk pengangkutan dalam kaitan dengan isi embun yang tinggi dan
kecenderungan tinggi ke pembakaran secara spontan, Pembakaran secara spontan bisa
dilarang oleh gas mulia [yang] selimut dan compaction teknik pantas. Bagaimanapun,
batubara akan selalu mempunyai biaya-biaya pengangkutan tinggi saban satuan tenaga
dalam kaitan dengan Energi [yang] Spesifik rendah mereka dan jumlah air yang harus
diangkut. Adalah mungkin [bahwa/yang] penggunaan yang utama untuk batubara ini akan
[jadi] pada pembangkit listrik mulut tambang/ranjau/aku.
The Sumatera Mines suffer some disadvantages in relation to transport. The coal from
Bukit Asam that is not used near the mines is taken by rail over 200 kms to the loader at
Tarahan on the Sunda Strait. From there most of the coal is taken to Suralaya power
station in West Jawa. The Ombilin mines also suffer disadvantages relative to some mines
in Kalimantan in that the coal has to be transported over the Barisan Range and then
down to the loader near Padang. Although the straight line distance is much smaller than
that for the Bukit Asam coal, the terrain is much more difficult to traverse. The small mines
near Bengkulu are close to the port and have a comparative advantage for transport.
Sumatera Tambang/Ranjau/Aku menderita beberapa kerugian dalam hubungan dengan
pengangkutan. Batubara dari Bukit Asam (yang) tidak digunakan dekat
tambang/ranjau/aku diambil melalui kereta api (di) atas 200 km kepada pemuat pada
Tarahan pada [atas] Selat Sunda [itu]. Dari sana kebanyakan dari batubara diambil ke
Suralaya pembangkit listrik di (dalam) Barat Jawa. Ombilin tambang/ranjau/aku juga
menderita kerugian sehubungan dengan beberapa tambang/ranjau/aku di (dalam)
Kalimantan dalam arti bahwa batubara harus diangkut (di) atas Barisan Cakup dan
kemudian menuju ke pemuat dekat Padang. Walaupun garis lurus jarak adalah jauh lebih
kecil dibanding itu untuk Bukit Asam batubara, tanah lapang jauh lebih [bagi/kepada] garis
lintang. tambang/ranjau/aku Yang kecil dekat Bengkulu adalah dekat dengan pelabuhan
dan mempunyai suatu komparatip keuntungan untuk pengangkutan.