You are on page 1of 23

Nomor : Jakarta, 11 Februari 2008

Lampiran : 1 (satu) berkas


Perihal : Petunjuk Penyelenggaraan Kepada :
Perlengkapan Jalan Yth. 1. Para Kepala Dinas
Perhubungan/LLAJ
Propinsi
2. Para Kepala Satuan
Kerja
Pengembangan Lalu
Lintas
Jalan
di-
Seluruh Indonesia

1. Sehubungan dengan di mulainya pelaksanaan anggaran kegiatan APBN tahun 2008 pada
Satuan Kerja Pengembangan Lalu Lintas Jalan khususnya kegiatan pengadaan dan
pemasangan perlengkapan jalan perlu untuk memberikan petunjuk kepada Satuan Kerja
dalam pelaksanaan kegiatannya.

2. Dalam rangka standarisasi dan keseragaman pengadaan dan pemasangan fasilitas Lalu
Lintas Jalan di jalan Nasional, agar Saudara mempedomani dan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

a. Untuk penyelenggaraan perencanaan, pengadaan dan pemasangan


perlengkapan jalan (Rambu (termsuk RPPJ), Marka Jalan, APILL dan
Fasilitas Pendukung) agar tetap mengacu pada Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor :

1) KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan;


2) KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu Lalu Lintas Jalan. KM 63
Tahun 2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu Lalu
Lintas di Jalan;
3) KM 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
4) KM 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman
Pemakai Jalan;
5) KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas di Jalan.
b. Untuk menjamin kualitas bahan dan instalasi perlengkapan jalan maka
dalam penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) agar
menunjuk kepada spesifikasi teknis yang tertuang dalam lampiran surat
ini.

c. Peusahaan / pabrikan perlengkapan jalan dan Perusahaan / aplikator


marka jalan yang mendukung atau yang digunakan oleh pelaksana/
kontraktor pembangunan/pemasangan harus memiliki rekomendasi dari
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yang masih berlaku. Sebagai
informasi disampaikan perusahaan perlengkapan jalan yang telah
diterbitkan rekomendasi dapat dilihat pada website Ditjen Perhubungan
Darat http://www.hubdat.web.id.

d. Gambar teknis/desain dan RKS yang telah sesuai dengan ketentuan pada
butir (b) di atas disahkan oleh Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

e. Gambar dan RKS (sebagaimana butir d) sertra produk bahan yang


digunakan (sebagaimana butir c) adalah bagian dari Dokumen Kontrak.

3. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat melalui Direktorat LLAJ akan melakukan


monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan fasilitas lalu lintas jalan
pada Satuan Kerja Pengembangan LLAJ di selurug Indonesia.

4. Demikian disampaikan, untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaannya.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


DARAT
Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc
NIP. 120 092 889

Tembusan Yth. :
1. Sekjen. Departemen Perhubungan;
Ub. Karo Perencanaan,
Karo Keuangan
2. Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan;
3. Para Gubernur seluruh Indonesia;
4. Setditjen Perhubungan Darat;
5. Direktur LLAJ;
6. Arsip.

Lampiran 1 : Surat Dirjen Perhubungan Darat


Nomor : AJ.401/1/5/DRJD/2008
Tanggal : 11 Februari 2008

SPESIFIKASI TEKNIS MARKA JALAN

A. FUNGSI MARKA

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan
jalan yang meliputi tanda membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong,
serta lambang, lainya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lau lintas dan membatasi
kepentingan lalu lintas.
B. BAHAN MARKA

THERMOPLASTIC

1. Jenis bahan untuk marka jalan yang digunakan adalah thermoplastic dan memenuhi
standar rujukan minimal :
a. AASHTO M 249 - 79 untuk material cat thermoplastic.
b. AASHTO M 247 – 81untuk butiran kaca (Glassbead).
2. Bahan marka jalan tidak licin dan memantulkan cahaya pada malam hari
(Retroreflektif) bila terkena sinar lampu kendaraan, dengan komposisi prosentase (%)
berat :
a. Bahan binder 18%
b. Glassbead 20% (intermix),
c. TiO 2 10%
d. Filler 52%
3. Waktu pengeringan setelah diaplikasikan pada permukaan jalan maksimum 10 menit
dengan ketahanan pada suhu rendah -9,4 ± 1,7 ºC
4. Titk Lunak 102,5 ± 9,5 ºC
5. Marka jalan (putih) harus memiliki tingkat retrorefletif dan luminance factor minimal
100 mcd m-2lx-1 = (mili candela) bila diukur pada siang (Qd) maupun malam (RL) hari
setelah diukur dengan alat retroreflektometer pada saat 0-1 bulan, 1-3 bulan dan 3-6
bulan setelah diaplikasikan pada permukaan jalan dengan kondisi jalan kering.

COLD PLASTIC

1. Jenis Bahan dasar/resin yang digunakan untuk campuran cat adalah MMA
(Methacrylate) dan memenuhi standart rujukan minimal setara :
a. BS : EN 1871 untuk material cat coldplastic.
b. AASHTO M 247 – 81 untuk butiran kaca atau glassbead.
2. Bahan tidak licin dan memantulkan cahaya pada malam hari (Retroreflektif) bila
terkena sinar lampu kendaraan.
3. Bahan warna pigmen mempunyai daya tahan luar cukup lama (minimal 2 tahun).
4. Mempunyai ( Bond Strength) Psi = minimal 180 (daya lekat)
5. Impact Resistance = minimal 1.13.
6. Elongation (%) = 250.
7. Bahan material pengeras Benxyl Peroxide 50%.
8. Marka jalan (putih) harus memiliki tingkat retroreflektif dan luminance factor
minimal 100 mcd m-2lx-1= (mili candela) bila diukur pada siang (Qd) maupun malam
(RL) hari setelah diukur dengan alat retroreflektometer pada saat 0-1 bulan, 1-3 bulan
dan 3-6 bula setelah diaplikasikan pada permukaan jalan dengan kondisi jalan kering.

C. BENTUK, UKURAN DAN CARA PENEMPATAN

1. Bentuk, ukuran dan warna marka disesuaikan dengan Keputusan Menteri


Perhubungan No. KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan.
2. Untuk marrka membujur pada lokasi tertentu yang rawan kecelakaan
untuk pemisah jalur dan batas tepi jalur lalu lintas dapat digunakan marka
profildengan penambahan bentuk yang menonjol lebih tinggi pada interval
tertentu ( lihat gambar ), dengan tujuan agar :
a. Efek pantulan lebih jelas.
b. Memberikan efek kejut.
c. Tetap memberikan pemantulan pada saat hujan (tidak sepenuhnya terendam air).
d. Dapat berfungsi seperti paku marka.

D. PEKERJAAN PENGECATAN MARKA JALAN


1. Penyiapan pelaksanaan pengecatan

a. Sebelum dilaksanakan pengecatan, kontraktor harus membuat desain dengan


ukuran sesuai dengan ketentuan di lapangan dan gambar marka yang diminta serta
lokasi kilometer dan panjang marka pada masing-masing lokasi
b. Pengecatan baru dapat dilaksanakan setelah desain tersebut pada butir a, telah
disetujui pemberi tugas.

2. Pengecatan marka jalan dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus


pengecatan marka jalan yang diperlengkapi dengan :

a. Tangki pemanas untuk menyemprotkan cat pada temperatur 210º ± 10ºC untuk
bahan thermoplastic atau tangki pencampur untuk material cold plastic.
b. Nozzle untuk pengecatan garis lurus penuh ataupun garis putus-putus.
c. Nozzle untuk menyebar Glassbeads.
d. Tangki cat yang dapat mengaduk cat secara mekanis, yang dapat mengecat dan
menabur Glassbead secara otomatis.

3. Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan ini melipui pekerjaan pengamanan lalu lintas dan pekerjaan
aplikasi marka. Untuk menjaga keselamatan baik pekerja maupun pemakai jalan serta
untuk menghindari kemacetan lalu lintas, penutupan dan pembukaan jalur yang akan
dicat harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Setiap kendaraan yang akan digunakan
dalam pekerjaan ini harus dilengkapi dengan lampu rotator;

4. Bersama dengan penutupan jalur yang akan dimarka lakukanlah hal-hal


sebagai berikut :
a. Pembersihan lahan
Bersihkan lahan yang akan dicat dari pasir, kotoran, minyak dan olisehingga
permukaan benar-benar bersih dan kering (tidak lembab). Apabila masih ada
marka lama, naka dilakukan penghapusan marka, kecuali untuk bahan coldplastic.

b. Pre – marking
Mengukur dan menentukan posisi garis marka dengan menggunakan tali dan
membuat titik-titik dengan kapur / cat warna putih yang mudah hilang.

c. Pengolahan Material Marka

Thermoplastic ( di pre-heater)

1) Tuangkan bahan thermoplastic kedalam tangki pemanas, dipanaskan dan aduk


sampai rata. Suhu peleburan thermoplastic 180 s/d 210 derajat celcius.
2) Tuangkan material thermoplastic yang sudah mencair kedalam tangki
pemanas pada mesin aplikasi marka dan siap diaplikasikan bersamaan dengan
glassbeads dengan ketinggian 3 mm. Pengeringan kurang lebih 2 menit (tidak
lebih dari 10 menit) untuk garis setebal 3 mm.

Cold Plastic

1) Buka kemasan cold plastic yang akan digunakan dan aduk dengan
menggunakan electric hand mixer sampai benar-benar rata / homogeny.
2) Tambahkan BPO Powder kedalam kemasan cold plastic dengan perbandingan
1 : 0,01 dan aduk sampai BPO powder sampai benar-benar bercampur dengan
cold plastic dengan menggunakan electric hand mixer.
3) Setelah itu cold plastic dapat diaplikasikan dengan ketebalan 2 mm,
bersamaan dengan itu taburkan glassbeads pada permukaan yang sudah
diratakan.
4) Cold plastic harus sudah dapat mengering ± 30 menit.
5) Hasil pengecatan harus rata, seragam dan bebas dari goresan-goresan.
6) Untuk pemasangan pada permukaan elastic pavement (aspal) pastikan bahwa
umur aspal sudah cukup (lebih kurang dari 2 minggu).
7) Untuk pemasangan pada rigid pavement (beton) harus menggunakan primer
dan pastikan bahwa umur beton sudah cukup baik untuk diaplikasikan
pengecatan.

E. MARKA PROFILE

1. Marka profile merupakan modifikasi bentuk dari marka membujur dan melintang
yang solid yang putus-putus untuk memaksimalkan fungsi pantulannya (retro-
reflective) dengan tambahan efek kejut.
2. Ada 2 (dua) contoh bentuk marka profile yang diperkenalkan dalam surat edaran
ini.
3. Volume marka profile ini sama dengan marka membujur dengan ketebalan 3
(tiga) mm. perbandingan volume marka konvensional dan marka profile adalah
sebagai berikut :

a. Alternatif 1

1) Analisa Volume
23. 3 47 3 47 3 47 3 47 3 47 3 23. 30
5 5 0
B1
A B2 C
B3
2) Komparasi volume :
a. Marka profile
Panjang Tebal Lebar Quantity Total
A 235 2.6 120 2 146,
640
B1, B3 30 10.6 50 12 190,
800
B2 30 2.6 20 6 9,36
0
470 2.6 120 5 733,
200
1,080,000

b. Marka Konvensional
Panjang Tebal Lebar Quantity Total
3000 3 120 1 1,080,000
1,080,000

Selisih (a-b) -

b. Alternatif 2
1) Analisa Volume :

42. 3 50 3 50 3 50 3 50 3 42. 300


5 5

2) Komparasi volume :

a. Marka Profile

Panjang Tebal Lebar Quantity Total


425 2.5 120 2 225,
000
30 12.5 120 5 225,
000
500 2.5 120 4 600,
000
1,080,000

b. Marka Konvensional
Panjang Tebal Lebar Quantity Total
3000 3 120 1 1,080,000
1,080,000

Selisih (a-b) -

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Lampiran 2 : Surat Dirjen Perhubungan Darat


Nomor : AJ.401/1/5/DRJD/2008
Tanggal : 11 Februari 2008

SPESIFIKASI TEKNIS RAMBU LALU LINTAS JALAN

A. FUNGSI RAMBU LALU LINTAS

Rambu lalu lintas merupakan bagian dari perlengkapan jalan berupa lambang, huruf,
angka, kalimat dasar atau perpaduannya, yang berfungsi sebagai peringatan, larangan,
perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.
TGL. 1 JAN 2008

APBN T.A. 2008

B. UKURAN DAN BAHAN

1. Plat Alumunium

Plat alumuniaum memiliki ketebalan minimal 2,0 mm (termasuk reflective sheeting)

2. Bahan logam lainnya

Bahan logam lainnya merupakan bahan logam tertentu selain alumunium dengan
syarat :

a) Bersifat anti karat, dengan atau tanpa lapisan anti karat, termasuk bagian
berlubang untuk baut
b) Mempunyai tebal minimal 0,8 mm

3. Bahan Non Logam

Bahan non logam merupakan bahan non logam tertentu debgan syarat-syarat bahan :

a) Mempunyai ketahanan terhadap :

− cuaca, dengan metode uji setara ASTM G.53-88:


− kelembaban nisbi, dengan metode uji setara ASTM
D.2247-87:
− asam, dengan metode uji setara ASTM D.1308-87
− kelapukan
− uji mekanik meliputi, daya lengkung dan patah.
b) Mempunyai tebal minimal 2,0 mm

4. Pasa bagian belakang daun rambu dibubuhi tulisan sumber pendanaan, tahun
anggaran dan tanggal pemasangan yang dicat dengan warna hitam, contoh :
5. Bentuk, ukuran dan warna di sesuaikan dengan Keputusan Menhub No. KM. 61
Tahun 1993 dan lampirannya tentang Rambu Lalu Lintas di Jalan.

C. LEMBARAN REFLEKTIF

Lembaran reflektif memiliki ketentuan sebagai berikut :

1. Minimal jenis ENGINEERING GRADE yang mempunyai sifat retro reflektif sesuai
AASHTO M.268-77 atau standard lain yang diakui secara internasional seperti JIS
(Japan) BSI (Inggris) dan ESC (Jerman), untuk membuktikan kualitas disarankan
menggunakan water mark pada lembaran reflektifnya.

2. Permukaan lembaran reflektif rata dan halus serta bagian belakang dilengkapi dengan
perekat (precoating adhesive);

3. Proses pewarnaan lembaran reflektif menggunakan sablon/screen printing dengan tinta


yang sesuai dengan lembaran reflektifnya yang dapat bersenyawa secara teknis dengan
lembaran reflektif yang digunakan.

D. TIANG BAMBU

1. Bahan logam dengan syarat :

a. Bahan logam dengan syarat :


1) Bentuk pipa bulat, pipa segi delapan, besi profil H atau besi profil U;
2) Bersifat anti karat, dengan atau tanpa lapisan anti karat;
3) Harus berbentuk batangan utuh atau tidak bersambung dengan panjang minimal
3.000 mm.

b. Bahan Beton dengan syarat :

a) Berbentuk bulat atau H;


b) Ukuran sesuai dengan besi atau sesuai standar konstruksi Indonesia
Campuran semen, pasir dan batu spit perbandingan (1 : 2 : 3), sesuai standar
konstruksi Indonesia beton K 250

c. Bahan Kayu dengan syarat :

a) Jenis kayu yang tahan air, misalnya kayu besi, kayuulin, kayu bengkirai dan lain-
lain;
b) Ukuran penampung minimal 80 x 60 mm;
c) Angkur bawah terdiri dari 4 buah pasak
d) Rangka rambu tempat menempelkan daun rambu menggunakan purusan dengan
kayu sejenis dan ukuran lebih kecil dari tiang rambu.

2. Jenis konstruksi tiang rambu dengan bahan logam terdiri dari :

a. Tiang tunggal

1) Jenis dan Ukuran :

a) Pipa bulat diameter minimal 55 mm (2”), dengan tebal minimal 2 mm,


b) Besi profil H Np.80 mm.
c) Besi profil U ukuran 25 x 80 x 25 Np. 80 mm) tebal 5 mm.

2) Pipa bulat dapat diisi cor beton praktis 1 : 2 : 3 (sesuai standard konsruksi
Indonesia)

3) Angkur bawah terdiri dari minimal 2 batang besi siku 3 x 30 x 30 mm yang dilas
pada tiang rambu dengan bersilang atau besi beton yang masuk menyilang ke
pipa.

4) Rangka rambu tempat menempelkan daun rambu:

Menggunakan besi strip minimal 4 x 40 mm yang dilas pada tiang rambu


melingkar menyesuaikan bentuk profil tiang rambu atau besi siku yang satu
sisinya vertikal menghadap ke depan, dan sisi lainnya horizontal masuk ke tiang
dan dilas rapat.

5) Ketinggian rambu (dari bagian daun rambu paling bawah sampai ke permukaan
aspal) minimal 2,1 m dan tidak terpengaruh oleh kerataan (couture) permukaan
tanah.

Bentuk dan ukuran standard sebagaimana gambar terlampir.

b. Bentuk huruf F (tiang 4’):

1) Jenis dan ukuran:

a) Pipa bulat diameter minimal 110 mm (4”) dengan tebal minimal 2,8 mm
b) Pipa segi delapan dengan ukuran ekivalen pipa bulat.

2) Bagian bawah diberi sepatu (tapakan) dengan besi plat tebal minimal 10 mm lalu

dilas ke tiang secara penuh dengan diberi plat besi untuk penegak yang dilas

secara penuh ke tapakan dan tiang, dipasang dengan angkur baut. Bagian bawah

terdiri dari minimal 4 buah angkur baut, dengan besi beton diameter ukuran 20

mm dan panjang 800 mm. Struktur rangka beton pondasi sebagaimana gambar.

3) Rangka rambu tempat menempelkan daun rambu menggunakan besi siku minimal

3 x 30 x 30 mm atau disesuaikan ukuran rambu yang dilas pada tiang rambu

secara bersilang.

4) Ketinggian rambu (dari bagian daun rambu paling bawah sampai ke permukaan

aspal) minimal 5,0 m dan tidak terpengaruh oleh kerataan (couture) permukaan

tanah.

c. Bentuk huruf F (6”)

1) Jenis dan ukuran

a) Pipa bulat diameter minimal 150 mm (6”) dengan tebal minimal 2,8 mm
b) Pipa segi delapan dengan ukuran ekivalen pipa bulat.

2) Bagian bawah diberi sepatu (tapakan) dengan besi plat tebal minimal 10 mm lalu

dilas ke tiang secara penuh dengan diberi plat besi untuk penegak yang dilas secara
penuh ke tapakan dan tiang, dipasang dengan angkur baut. Bagian bawah terdiri

dari miimal 4 buah angkur baut dengan besi beton ukuran 25 x 25 mm dan panjang

900 mm. Struktur rangka beton pondasi sebagaimana gambar.

3) Rangka rambu tempat menempelkan daun rambu menggunakan besi siku minimal

3 x 30 x 30 mm atau disesuaikan ukuran rambu yang dilas pada tiang rambu secara

bersilangan.

4) Ketinggian rambu (dari bagian daun rambu paling bawah sampai ke permukaan

aspal) minimal 5,0 m dan tidak terpengaruh oleh kerataan (countur) permukaam

tanah.

d. Kantilever atau kupu - kupu dengan tiang tunggal menggunakan:

1) Jenis dan ukuran:

a) Pipa bulat diameter minimal 110 mm dengan tebal 2,8 mm atau disesuaikan

ukuran rambu.

b) Pipa segi delapan dengan ukuran ekivalen pipa bulat.

2) Bagian bawah diberi sepatu (tapakan) dengan besi plat tebal minimal 9 mm lalu

dilas ke tiang secara penuh dengan diberi plat besi untuk penegak yang dilas secara

oenuh ketapakan dan tiang, dipasang dengan angkur baut. Bagian bawah terdiri

dari minimal 4 buah dengan besi beton diameter ukuran 20 mm dan panjang 1000
mm. Atau disesuaikan ukuran rambu.

3) Rangka rambu tempat menempelkan daun rambu menggunakan besi siku minimal

3 x 30 x 30 mm atau disesuaikan ukuran rambu yang dilas pada tiang rambu yang

dilas pada tiang rambu secara bersilangan.

e. Portal atau gantri dengan tiang ganda atau lebih menggunakan:

1) Jenis dan ukuran:

a) Pipa bulat diameter minimal 68,25 mm dengan tebal minimal 2,8 mm

b) Pipa segi delapan dengan ukuran ekivalen pipa bulat.

2) Bagian bawah dilas secara siku pada 8 titik plat sejenis dengan tiang rambu ukuran

300 x 300 x 3 mmdengan 8 buah lubang mur sesuai ukuran baut pondasi

3) Rangka rambu tempat menempelkan daun rambu menggunakan besi siku 3x30x30

mm yang dilas pada tiang rambu secara bersilangan.

E. TATA CARA PENEMPATAN

Penempatan rambu lalu lintas jalan harus memperhatikan hal sebagai berikut:

1. Daerah
Daerah tempat dipasangnya rambu dihitung dengan cara mengaitkan jarak kebebasan

pandangan terhadap waktu alih gerak (manuver) kendaraan yang diperlukan.

Kecepatan yang digunakan dapat berupa kecepatan rencana, batas kecepatan atau jika

suatu masalah yang bersifat praktis telah diidentifikasikan maka berdasarkan survai

dapat ditetapkan kecepatan setempat atas dasar presentile ke 58.

2. Penetapan

Rambu ditempatkan disebelah kiri menrut arah lalu lintas, diluar jarak tertentu dari tepi
paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas
kendaraan dan pejalan kaki serta dapat dilihat dengan jelas oleh pemakai jalan. Dalam
keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan kondisi lalu lintas, rambu dapat
ditempatkan disebelah kanan atau diatas daerah maamfaat jalan.

Jarak penempatan antara rambu yang terdekat dengan bagian tepi paling terluar bahu jalan
atau jalur lalu lintas kendaraan minimal 0,60 meter, sedangkan rambu yang dipasang pada
pemisah jalan (median) ditempatkan dengan jarak 0,30 m dari bagian paling luar pemisah
jalan.

Penempatan rambu disebelah kanan jalan atau diatas daerah maamfaat jalan harus
mempertimbangkan faktor-faktor antara lain grografis, geometris jalan, kondisi lalu lintas,
jarak pandang dan kecepatan rencana.

3. Tinggi

Bagian sisi rambu yang paling rendah harus minimal 1,75 m dan tinggi maksimum 2,65 m
diatas titik pada sisi jalan yang tingginya diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi
daun rambu bagian bawah atau papan tembahan bagian bawah apabila rambu dilengkapi
rambu dilengkapi dengan papan tambahan, sedangkan rambu yang dipasang pada fasilitas
pejalan kaki tinggi minimum 2,00 m dan maksimum 2,65 m dari sisi daun rambu yang paling
bawah atau papan tambahan. Khusus untuk rambu peringatan ditempatkan dengan ketinggian
1,20 m dan rambu yang ditempatkan diatas daerah manfaat jalan minimum 5,00 m.

4. Orientasi

Pemasangan rambu lalu lintas jalan berorientasi (mengarah) tegak lurus terhadap arah
perjalan (sumbu jalan) untuk jalan yang melengkung/belok kekanan. Untuk jalan lurus atau
melengkung/belok kekiri pemasangan posisi rambu harus digeser minimal 30 searah jarum
jam dari posisi tegak lurus sambu jalan kecuali rambu petunjuk seperti tempat
penyeberangan, tempat pemberhentian bis, tempat parkir dan petunjuk fasilitas, pemasangan
rambu sejajar engan bahu (tepi) jalan, dan arah dari rambu harus mengarah kepada arah yang
tepat. Posisi rambu tidak boleh terhalang pleh bangunan, pepohonan dan atau benda-benda
lain yang dapat mengakibatkan mengurangi atau menghilangkan arti rambu yang terpasang.

5. Khusus RPPJ yang menunjukkan lokasi/tempat (warna dasar hijau, warna huruf putih) harus
memperhatikan hal-hal berikut :

a.Menunjuk lokasi yang umum


dan perlu bagi masyarakat
seperti bandara, rumah sakit,
nama kota, situs dan lain-lain
yang sejenis.
b.Lokasi yang ditunjuk bersifat
tetap atau tidak berubah-ubah
dalam waktu panjang.
c.Untuk RPPJ yang menunjuk 2
(dua) atau lebih tempat/kota
yang letaknya berurut berlaku
ketentuan tempat/kota yang
paling dekat dituliskan paling
atas diikuti tempat/kota yang
lebih jauh dibawahnya dan
yang paling jauh dibawahnya
lagi.
d.Sedangkan untuk RPPJ yang
ditempatkan di jalan Nasional
di Pulau Jawa agar
melengkapi dengan nomor
rute jalan.

F. TATA CARA PEMASANGAN

Pemasangan rambu lalu lintas jalan meliputi kegiatan :

1. Peletakan daun rambu pada tiang rambu;


Daun rambu yang telah dilapisi dengan lembaran reflektif, diletakan pada tiang rambu
dengan menggunkan baut yang dikencangkan. Daun rambu harus tetap rata (tidak
melengkung).

2. Pembuatan pondasi dan peletakan rambu untuk rambu tiang tunggal


Pembuatan pondasi dan peletakan rambu dengan syarat:

a. Ukuran pondasi rambu dibentuk dengan papan untuk bekesting dan setiap
tiang masing-masing berukuran:
1) Pengecoran diluar
- Sisi bagian atas : 250 mm

- Sisi bagian bawah : 400 mm

- Kedalam : 600 mm

2) Pengecoran setempat
- Sisi bagian atas : 250 mm

- Sisi bagian bawah : 500 mm

- Kedalam : 500 mm

b. Bagian tiang rambu yang terbenam pada pondasi sedalam 600 mm;
c. Bagian dasar galian pondasi diberi lapisan pasir yang didapatkan dengan
ketebalan 100 mm;
d. Pondasi beton dibuat dari campuran semen, pasir dan batu kerikil/split
dengan perbandingan 1:2:3;
e. Bagian pondasi diatas permukaan tanah setinggi 100 mm.
3. Pembuatan pondasi dan peletakan rambu sebagaimana untuk jenis konstruksi tiang rambu
kantilever, kupu=kupu atau portal dengan syarat:
a. Ukuran pondasi rambu berbentuk dengan papan untuk bekesting dan setiap tiang
masing-masing berukuran :
- Sisi bagian atas : 600 mm

- Sisi bagian bawah : 600 mm

- Kedalam : 1000 mm

atau disesuaikan dengan ukuran rambu

b. Bagian dasar pondasi diberi lapisan pasir yang dipadatkan setebal 150 mm.
c. Pondasi beton terbuat dari beton tulang kualitas campuran K 250 dengan ukuran
kedalam 1000 mm dan luas 1 m2;
d. Pada bagian atas pondasi dipasang plat logam sejenis dengan tiang rambu ukuran
300x300x3 mm serta 4 buah angkur baut dengan diameter 20 mm dan panjang
1000 mm.
e. Pondasi untuk rambu dengan ukuran dan bentang rangka baja yang lebih besar
disesuaikan dengan kondisi dan kekuatan daya dukung tanah setempat serta beban
yang terjadi sehingga dapat dipertanggungjawabkan kekuatanya;
f. Bagian pondasi diatas permukaan tanah setinggi 200 mm atau disesuaikan engan
permukaan tanah dan jalan
4. Pembuatan pondasi dan peletakan rambu untuk jenis konstruksi tiang rambu tunggal
dapat menggunakan beton cetakan dengan syarat :
a. Pondasi rambu dibentuk dengan papan untuk bekesting dengan ukuran :
- Sisi bagian atas : 250 mm

- Sisi bagian bawah : 400 mm

- Kedalam : 600 mm

b. Bagian tiang rambu yang terbenam pada pondasi sedalam 500 mm.
c. Pondasi beton dibuat dari campuran semen, pasir dan batu kerikil/split dengan
perbandingan 1:2:3;
d. Bagian dasar galian pondasi diberi lapisan perkerasan campuran semen dan pasir
dengan ketebalan 100 mm.
e. Setelah tiang rambu ditanam urutan tanah harus dipadatkan dengan masin
pemadat;
f. Bagian pondasi yang muncul diatas permukaan setinggi 100 mm.

DIREKTUR JENDARAL PERHUBUNGAN DARAT

You might also like