Professional Documents
Culture Documents
HAKIKAT PENDIDIKAN
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................
BAB II INTI..................................................................................
2.1 Hakikat Pendidikan.....................................................................................
2.2 Permasalahan dalam kependidikan.............................................................
2.3 Pembahasan masalah kependidikan............................................................
2.4 Hang Out (Garis Besar)..............................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya serta memberi kekuatan, kesehatan dan kemampuan
hingga pembuatan tugas ini dapat kami selesaikan.
Laporan yang singkat dan sederhana ini memaparkan tentang Hakikat
Pendidikan di antaranya mengenai Permasalahan Pendidikan serta pembahasan
masalahnya.
Materi yang dituliskan dalam laporan ini dimaksudkan untuk mempelajari
hakikat pendidikan. Pendidikan dalam arti yang luas, memang peranan sangat
strategis dalam setiap masyarakat dan kebudayaan. Suatu masyarakat mempunyai
keteraturan yang diikat oleh sistem nilai yang hidup dalam kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu.
Pendidikan, masyarakat, kebudayaan, merupakan suatu tri partit tunggal
dimana kebudayaan merupakan dasarnya, masyarakat menyediakan sarana dan
proses pendidikan merupakan kegiatan untuk melestarikan dan mengembangkan
nilai-nilai yang mengikat kehidupan bersama dalam masyarakat. Dengan
demikian, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan dan masyarakat
sebagai pemilik kebudayaan itu.
Kebudayaan nasional Indonesia, yang telah ada atau yang sedang kita
bentuk, haruslah menjadi dasar pendidikan nasional kita. Pendidikan nasional
hanya dapat hidup dalam realitas kehidupan masyarakat kita yang bhineka.
Kebijakan-kebijakan pendidikan nasional kita haruslah bertolak dari premis ini.
Dalam era reformasi. Kita ingin mewujudkan masyarakat madani Indonesia.
Tentunya masyarakat tersebut haruslah berakar pada dan hidup dalam kebudayaan
Indonesia. Masyarakat Indonesia yang bineka serta sedang dalam tahap belajar
untuk hidup berdemokrasi dalam arti yang sebenarnya. Memerlukan proses
belajar dengan prioritas nilai-nilai tertentu.
Ilmu merupakan imamnya amal. Sehingga untuk berbuat sesuatu atau
mengerjakan sesuatu agar berhasil baik dan tanpa kesulitan, seseorang harus
memahami atau menguasai ilmunya terlebih dahulu serta menghantarkan
seseorang ke tingkat keimanan yang lebih tinggi dan ketaqwaan yang sepenuhnya
kepada sang pencipta.
“Tak ada gading yang tak retak” begitu pula dalam pembuatan tugas ini
sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga apabila dalam tugas ini ditemukan
pernyataan-pernyataan yang keliru dan tidak logis, maka hal tersebut adalah
semata-mata karena kekeliruan dan kelemahan kami. Sebaliknya jika pernyataan
yang menyangkut konsepsi-konsepsi dasar tersebut adalah benar, itu hanya
semata-mata karena pertolongan Allah yang maha kuasa.
Sehubungan dengan pembuatan tugas ini, kami sangat mengharap saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak, untuk dijadikan landasan dan
penyempurnaan tulisan ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dengan tulus hingga terselesaikannya tugas ini, khususnya kepada Ibu
Dra. Sri Widayati, M.Pd.
Akhirnya kami berharap semoga tugas yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Era Reformasi
Masyarakat Indonesia kini sedang berada dalam masa transformasi Era
Reformasi telah lahir dalam masyarakat Indonesia ingin mewujudkan
perubahan dalam semua aspek kehidupannya. Euforia demokrasi sedang
marak dalam masyarakat Indonesia. Di tengah-tengah euforia demokrasi ini
lahirlah berbagai jenis pendapat, pandangan, konsep yang tidak jarang yang
satu bertentangan dengan yang lain, antara lain berbagai pandangan mengenai
bentuk masyarakat dan bangsa Indonesia yang dicita-citakan di masa depan.
Salah satu ciri masyarakat demokrasi ialah lahirnya berbagai jenis
pendapat sebagai pernyataan harkat manusia untuk memenuhi hak-hak
asasinya untuk berekspresi. Munculnya berbagai jenis pendapat, yang tidak
jarang yang satu berseberangan dengan yang lain, menandakan suatu
keinginan yang sudah lama terpendam dari manusia dan masyarakat mudah
untuk memperoleh kembali hak-hak asasinya yang dijamin di dalam UUD
1945. Dalam sejarah perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia yang
telah lebih 54 tahun merdeka itu untuk memperoleh hak asasinya belum
sepenuhnya dapat diwujudkan.
Dalam bidang pendidikan nasional juga telah muncul berbagai pendapat
dan pandangan mengenai perlunya reformasi pendidikan nasional tuntutan
reformasi total dalam kehidupan berbangsa termasuk di dalamnya reformasi
pendidikan nasional semakin lama semakin perlu, mengingat proses
pendidikan merupakan salah satu tuntutan konstitusi yang mengatakan bahwa
tujuan untuk membangun negara yang merdeka ini ialah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional merupakan salah satu tuntutan
fundamental yang diamanatkan oleh konstitusi 1945. Tujuan kita membentuk
negara ialah untuk melahirkan bangsa Indonesia yang cerdas. Sistem
pendidikan nasional dengan demikian sangat erat kaitannya dengan kehidupan
politik bangsa. Selama orde Baru telah tercipta suatu kehidupan berbangsa
yang tidak sesuai dengan cita-cita UUD 1945. ternyata pemerintahan yang
represif telah menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang tertekan, yang
tidak kritis, yang bertindak dan berpikir dalam acuan suatu struktur kekuasaan.
Era reformasi menuntut kembali kedaulatan rakyat yang telah hilang itu.
Dengan sendirinya pula pendidikan nasional haruslah dikembalikan fungsinya
memberdayakan masyarakat yaitu mengembalikan kedaulatan rakyat.
Pendidikan nasional perlu direformasikan untuk mewujudkan visi baru
masyarakat Indonesia yaitu suatu masyarakat madani Indonesia.
B. Pendekatan Redaksional
Teori-teori / pendekatan redaksional sangat banyak dikemukakan
di dalam khazanah ilmu pendidikan. Dalam hal ini akan dibicarakan
berbagai pendekatan reduksionaisme sebagai berikut :
1. Pendekatan pedagogis / pedagogisme
2. Pendekatan Filasofis / religionisme
3. Pendekatan religius / religionisme
4. Pendekatan psikologis / psikologisme
5. Pendekatan negativis / negativisme
6. Pendekatan sosiologis / sosiologismu
1. Pendekatan Pedagogisme
Titik tolak dari teori ini ialah anak yang akan di besarkan menjadi
manusia dewasa. Pandangan ini apakah berupa pandangan nativisme
schopenhouer serta menganut penganutnya yang beranggapan bahwa anak
telah mempunyai kemampuan-kemampuan yang dilahirkan dan tinggal di
kembangkan saja.
2. Pendekatan Filosofis.
Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berada dengan
hakikat orang dewasa. Oleh sebab itu, proses pendewasaan anak bertitik-
tolak dari anak sebagai anak manusia yang mempunyai tingkat-tingkat
perkembangan sendiri.
3. Pendekatan Religius
Pendekatan religius / religionisme dianut oleh pemikir-pemikir yang
melihat hakikat manusia sebagai makhluk yang religius. Namun demikian
kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap
kehidupan yang bermoral.
4. Pendekatan Psikologis.
Pandangan-pandangan pedagogisme seperti yang telah diuraikan
telah lebih memacu masuknya psikologi ke dalam bidang ilmu pendidikan
hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik seakan-akan
ilmu pendidikan terbatas kepada ilmu mengajar saja.
5. Pendekatan Negativis.
Pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak. Dengan demikian
pandangan negativisme ini melihat bahwa segala sesuatu seakan-akan
telah tersedia di dalam diri anak yang bertumbuh dengan baik apabila
tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang merugikan pertumbuhan tersebut.
6. Pendekatan Sosiologis.
Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah dengan
pedagogisme. Titik-tolak dari pandangan ini ialah prioritas kepada
kebutuhan masyarakat dan bukan kepada kebutuhan individu.
Peserta didik adalah anggota masyarakat. Dalam sejarah
perkembangan manusia kita lihat bahwa tuntutan masyarakat tidak selalu
etis. Versi yang lain dari pandangan ini ialah develop mentalisme. Proses
pendidikan diarahkan kepada pencapaian target-target tersebut dan tidak
jarang nilai-nilai kemanusiaan disubordinasikan untuk mencapai target
pembangunan. Pengalaman pembangunan Indonesia selama Orde Baru
telah mengarah kepada paham developmentalisme yang menekan kepada
pencapaian pertumbuhan yang tinggi, target pemberantasan buta huruf,
target pelaksanaan wajib belajar 9 dan 12 tahun.
Salah satu pandangan sosiologisme yang sangat populer adalah
konsiensialisme yang dikumandangkan oleh ahli pikir pendidikan Ferkenal
Paulo Freire.
Pendidikan yang dikumandangkan oleh Freire ini yang juga dikenal
sebagai pendidikan pembebasan pendidikan adalah proses pembebasan.
Konsiensialisme yang dikumandangkan Freire merupakan suatu
pandangan pendidikan yang sangat mempunyai kadar politis karena
dihubungkan dengan situasi kehidupan politik terutama di negara-negara
Amerika Latin. Paulo Freire di dalam pendidikan pembebasan melihat
fungsi atau hakikat pendidikan sebagai pembebasan manusia dari berbagai
penindasan. Sekolah adalah lembaga sosial yang pada umumnya
mempresentasi kekuatan-kekuatan sosial politik yang ada agar menjaga
status quo hukum membebaskan manusia dari tirani kekuasaan. Qua atau
di dalam istilah Polo Freire. “kapitalisme yang licik”. Sekolah harus
berfungsi membangkitkan kesadaran bahwa manusia adalah bebas.
3.1 KESIMPULAN
- Era reformasi adalah era untuk terciptanya suatu masyarakat terbuka dan
percaya kepada partisipasi masyarakat di dalam pengembangan dirinya
sendiri.
- Syarat-syarat untuk meningkatkan akuntabilitas pendidikan tinggi kita
ialah semakin bosannya partisipasi masyarakat di dalam membangun
pendidikan tingginya.
- Pendekatan mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua
kelompok besar, yaitu :
1. Pendekatan reduksionisme
2. Pendekatan holistis integratif
- Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi
peserta didik yang memasyarakat, membudaya dalam tata kehidupan yang
berdimensi lokal, nasional dan global.
3.2 SARAN