Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK VI (ENAM):
1. TANDO (0810041600196)
2. TAUFIQ DAHNIL (0810041600721)
3. TETI ANGGRAINI (0810041600533)
4. YASOFAO HAREFA (0810041600310)
5. YUDI HARDIYANTO (0810041600216)
6. YULI HERIANTO (0810041600186)
Pertama-tama dan yang paling utama puji dan syukur kami tunjukan
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan cukup baik.
Penyelesaian Sengketa Hukum Ekonomi Islam”. Dan penulisan tugas ini kami
buat dengan mengacu pada beberapa sumber referensi yang berkaitan dengan
pembelajaran, masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah yang kami
buat ini. Baik dalam penulisan maupun dari segi dari makalah ini.
Harapan kami adalah agar tugas ini dapat diterima oleh dosen pembimbing
mata kuliah Hukum Ekonomi Islam. Dan juga dapat menambah wawasan bagi
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………….... i
BAB I. PENDAHULUAN
I.3. Tujuan…………………………………………………….. 5
I.4. Manfaat…………………………………………………… 5
Indonesia…………………………………………….. 10
A. Jalur Letigasi…………………………………………. 10 - 11
III.1. Kesimpulan………………………………………..…. 13 - 14
III.2. Saran………………………………………………….…… 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 15
BAB I
PENDAHULUAN
Dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka individu dalam suatu kelompok
kemampuan mereka1.
(kepemimpinan), dan ma’had (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi
nilai-nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang mejadi cirri-
masyarakat3.
kegiatan ekonomi syariah yang dilakukan oleh pelaku ekonomi yang bersumber
pada syariat Islam dan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Adapun dasar
hukum yang mengatur berbagai kegiatan ekonomi Islam menurut hukum Islam
ayat.
2. Hadis Aturan hukum yang diatur menekankan pada aspek akhlaka atau
2
Prinsip lain yang yang lebih sering digunakan dalam prinsip ekonomi Islam adalah
equilibrium atau pun keseimbangan dimana keseimbangan ini tidak hanya timbangan kebaikan
hasil usahanya diarahkan untuk dunia dan akhirat saja, tetapi keseimbangan juga dengan
kepentingan perorangan dan kepentingan umum dan hak dengan kewajiban.
3
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia Konsep, Implementasi dan
Institusionalis,Cetakan pertama, (Jakarta: Gajah Mada University, 2006), hlm. 76-77.
4
Syaifuddin Anshari, Ekonomi Islam (diktat/ modul), hlm. 4.
5. Qiyasyaitu mempersamakan peristiwa yang tidak terdapat nash
6. Urf yaitu apa yang saling kita ketahui dan saling dijalani orang,
ketentuan yang ada sudah ada demi keadilan dan kepentingan sosial,
menyalahkannya5.
muamalah iba-h dimana artinya adalh asal hukum dan melaksanakan muamalah
itu dibolehkan. Al aslu fi al-hukmu mubah hatta daliluhu ‘ala tahmiri artinya asal
larangan6.
lingkup ekonomi Islam membahas masalah konsep pemilikan harta; Gadai; sewa
menyewa; perseroan; jual beli; hutang piutang; jasa titipan; produksi dan distri
busi; konsumsi dan perilaku konsumen, mekanisme pasar, transaksi zakat; dan
5
Ibid., hlm. 4 -5.
6
Ibid., hlm 5.
keuangan Islam baik lembaga keungan maupun non keuangan serta
kesejahteraan7.
diantara para pihak yang bersyariah, yang menjadi persoalan lembaga manakah
menyelesaikannya8.
Maka didalam tugas makalah kami ini yang kami beri judul “Alternatif
positif yang berlaku di Negara Republik Indonesia, dan juga menurut hukum
Islam sendiri.
7
Ibid., hlm. 3.
8
Suhrawardi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Cetakan kedua, (Jakarta : Sinar Grafika,
2000.), hlm. 176.
b. Bagaimanakah alternatif penyelesaian sengketa ekonomi Islam
I.3. Tujuan
ekonomi Islam.
I.4. Manfaat
ekonomi islam.
yang terkait.
BAB II
PEMBAHASAN
dijumpai dalam sejarah Islam ditemukan tiga model kekuasaan penegak hukum
a. Kekuasaan Al-Qadla
b. Kekuasaan Al-Hisbah
Asal mula lembaga ini adalah pada suatu waktu rasullullah berjalan di
orang! Janganlah ada diantara kaum muslimin yang berlaku curang, dan barang
9
Ibid., hlm 177.
10
Ibid.
c. Kekuasaan Al-Madzalim
persoalan-persoalan yang ada pada saat itu, namun, bagaimana dengan persoalan-
pertengkaran atau perselisihan”. Dalam perdamaian ini terdapat dua pihak yang
sebelumnya di antara mereka ada suatu persengketaan, dan kemuadian para pihak
sepakat utnuksaling melepaskan semua atau sebagian dari tunutannya, hal ini
Al-Qur’an QS Al-Hujarat (49) Ayat 9, yang manan berbunyi : “ dan jika dua
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain, maka perangilah golongan yang aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada
a. Adanya ijab;
c. Adanya lafal.
11
Wirdyaningsih; Karnaen Perwataatmadja; FIIS; Gemala,……………Op.Cit., hlm. 228.
12
Ibid., hlm. 230.
a. Berbentuk harta (baik berwujud maupun tidak berwujud) yang dapat
berbentuk harta yang dapat dinilai, dan menyangkut hak manusia yang boleh
diganti.
arbitrase, baik dalam Al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma, apabila ditelaah dengan
jalan damai. Jalan damia adalah cara yang paling utama yang dianjurka dalam
Islam. Namun , apabila jalan damai telah ditempuh dan tidak berhasil untuk
pendiriannya, maka mereka dapat meminta pihak ketiga yang utnuk menyelesaian
harifah berarti antara lain memutuskan atau menetapkan. Menurut istilah fiqih
kata ini berarti menetapkan hukum syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa
untuk menyelesaikan secara adil dan mengikat. Lembaga peradilan semacam ini
qadhi (hakim). Kekuasaan qadhi tidak dapt dibatasi oleh persetujuan pihak yang
bertikai dan keputusan dari qadli ini mengikat kedua belah pihak. Adapun dasar
13
Ibid., hlm 231.
hukum dari qadha adalah dalam Al-Qur’an QS an-Nisa (4) 35 yang artinya
keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan. Jiak kedua hakam itu bermaksud mengadakan
diselesaikan melalui perdamaian, atau apabila upaya Damai tidak berhasil; Kedua,
ketentuan hukum acara perdata yang berlaku. Kedua cara inilah yang harus
A. JALUR LITIGASI
14
Ibid., hlm. 232.
15
Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama dan
Mahkamah Syari’ah, Cetakan Pertama, (Jakarta:Kecana Prenada Media Group, 2009), hlm. 127.
16
Modul Hukum ekonomi Islam
Dasar penyelesaian sengketa oleh hakim di Pengadilan Agama dalam
Dalam jalur letigasi ini memiliki kelemahan yakni tidak terdapatnya aturan
ditempuh melalui:
perjanjian abirtase.
berwenag untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam
perjanjian Arbitrase17.
17
Ibid.,
yaitu ditetapkan dalam perjanjian apabila dikemudian hari terjadi perselisihan atau
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Dimana dalam kegiatan ekonomi Islam, memungkinkan para pihak untuk
maka diperlukan dasar hukum yang jelas, dalam mengatur kegiatan transaksi
ekonomi Islam, dan jika terjadi perselisihan, antara kedua belah pihak.
syari’ah Islam adalah Perdamaian atau sulh atau islah , dimana permaian adalah
upaya yang paling awal yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak, sebelum
penyelesaian melalui jalan arbitrase atau disebut dengan Tahkim, adapun cara
penyelesaian sengketa ini dengan meminta bantuan pihak ketiga dari masing-
biasanya untuk perjanjian bersifat prifat. Dan yang ketiga barulah dengan melalui
Negara Indonesia tidak jauh berbeda dengan hukum dasar yang diatur dalam Al-
Qur’an, Sunnah dan ijma. Yakni di bedakan dalam dua jalur: a. Jalur Letigasi,
yakni dengan melalui proses di pengadilan biasa, dan ;b. Jalur Non Litigasi yaitu
ini telah disepakati oleh kedua belah pihak yang melakukan perjanjian dalam
III.2 SARAN
Agar kegiatan Ekonomi yang berbasis syariat Islam semakin banyak dan
alternatif penyelesaian sengketa hukum ekonomi Islam agar adanya kejelasan dan
islam
Agar semua aspek yang menjalankan bisnis yang bernuansa syariat Islam
dapat benar-benar menjalankan asas-asas mengenai ekonomi Islam, dan tidak lari
penyelesaian sengketa ekonomi Islam dapat lebih baik lagi dan lebih jelas lagi
kepastian hukum dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak
yang bersengketa. Karena selama ini peraturan yang digunakan sebagai dasar
hukum hanyalah peraturan dari Majelis Ulama Indonesia, yang mana keputusan
2007.