You are on page 1of 10

PENTINGNYA KEBERADAAN

KOMANDO KEWILAYAHAN

Oleh : Kolonel Inf. Juanda.S, M.Si (Han)

1. Pendahuluan. Organisasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama
yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu
tujuan. ( Sopiah, 2008,2). Sebagai sebuah sistem, organisasi memiliki elemen-elemen yang saling
bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan, yang didalamnya mencakup 3 unsur yaitu input,
trasformasi dan output. Sistem bekerja dalam dua kondisi yaitu yang bersifat tertutup dan yang
terbuka, namun organisasi merupakan sebuah sistem yang terbuka , karena organisasi harus
melakukan interaksi dengan lingkungannya, dan lingkungan memberikan kontribusi terhadap
keberhasilan ataupun kegagalan sebuah organisasi. Meskipun lingkungan berperan besar dalam
operasional sebuah organisasi, namun dalam implementasinya, organisasi sulit mengendalikan
pengaruh lingkungan terhadap organisasi. Aktivitas organisasi akan menerapkan suatu pola tertentu
yang berlangsung secara sistematis dan hampir selalu bersifat berulang. Kegiatan yang bersifat
insidentil dapat terjadi dan juga berulang tetapi bukan menjadi bagian dari aktivitas organisasi karena
tidak berlangsung secara sistematis. Dalam sebuah organisasi yang terdiri dari sekelompok orang
yang memiliki tujuan yang sama, melakukan kegiatan bersama, menjalin sebuah ikatan yang disadari
bahwa setiap orang memilki keterbatasan, sehingga dengan saling memperkuat kelemahan yang ada
pada setiap individue dalam organiasi, berharap dan berupaya dapat mencapai tujuan secara optimal,
dengan memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien. Tujuan organisasi merupakan sebuah
kekuatan tersendiri yang memberi semangat kepada setiap individu untuk mau melakukan kerjasama
karena merasa memiliki tujuan yang sama yang ingin dicapai . Karena tujuan yang ingin dicapai
inilah elemen-elemen organisasi melakukan proses kegiatan, dan setiap elemen bergerak mengarah
kepada tujuan yang akan dicapai.

2. Proses pembentukan atau likuidasi sebuah organisasi. Secara normal proses pembentukan
atau likuidasi organisasi akan diawali dengan kajian akademik, sebagai sebuah pernyataan, data,
fakta yang dijadikan sebagai argumen yang memperkuat bukti bahwa keberadaan sebuah organisasi
dibutuhkan dan dibentuk atau tidak dibutuhkan ( dalam kasus likuidasi atau pembubaran organisasi ),
dan ditindak lanjuti dengan proses lebih mendalam melalui penelitian dan pengembangan, untuk
2

memperoleh data dan fakta yang lebih lengkap yang akan menjadi dasar yang digunakan untuk
memperkuat sebuah argumen agar pembentukan atau likuidasi tersebut benar-benar sesuai
kebutuhan organisasi. Seperti yang terjadi di TNI, beberapa waktu yang lalu, meresmikan organisasi
baru yaitu Kodiklat TNI. Proses pembentukan ini membutuhkan waktu yang cukup lama, karena
semenjak tahun 2006 wacana pembentukan organisasi ini sudah mulai dimunculkan. Kenapa
Kodiklat TNI dibentuk ? Karena TNI menganggap ada beberapa misi yang penting tetapi belum
ditangani oleh sebuah organisasi yang tepat sesuai dengan tugasnya untuk melaksanakan misi
tersebut. Beberapa misi telah berlangsung, tetapi sebagian besar dianggap menyalahi ketentuan
organisasi. Contohnya, Akmil harus menyelenggarakan pendidikan pembentukan Sepamilwa, yang
bukan tugasnya, hanya bersifat titipan, organisasinyapun tidak berubah, yang mengakibatkan
konsentrasi pendidikan Akademi Militer terganggu. Contoh lain, BAIS TNI, menyelenggarakan
pendidikan Intelijen, sementara kedudukan Bais TNI sebuah badan staf yang tidak berwenang
menyelenggarakan pendidikan, sehingga keluar dari ketentuan organisasi.
Semenjak TNI dibentuk sampai dengan saat sekarang, telah terjadi dinamika pembentukan
dan likuidasi organisasi yang relatif timbul tenggelam. Kondisi ini dipengaruhi oleh pemikiran yang
belum terkonsentrasi kepada keyakinan atas tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan dipengaruhi
oleh perkembangan lingkungan baik dengan pertimbangan Geografi, Demografi dan kondisi sosial,
termasuk perkembangan lingkungan strategis, sebagai hasil penilaian organisasi dan pengaruhnya
terhadap kepentingan nasional. Seperti yang disampaikan pada awal tulisan ini, pengaruh
lingkungan sangat besar, sementara organisasi cenderung tidak dapat mengendalikan lingkungan,
sehingga yang paling mungkin adalah organisasi yang menyesuaikan dengan erkembangan dan
situasi lingkungan disekitarnya, agar tujuan organisasi dapat tercapai lebih baik.
Beberapa contoh yang dapat disampaikan adalah likuidasi Komando kewilayahan jajaran
Angkatan darat, awalnya terdapat 17 Kodam, karena tekanan kondisi perekonomian negara yang
lemah dan menganggap bahwa ancaman terhadap kedaulatan negara relatif kecil, maka terjadi
likuidasi menjadi hanya 9 Kodam, namun dengan berkembangnya waktu dan perkiraan kebutuhan
akhirnya secara bertahap, Kodam yang semula di likuidasi beberapa diantaranya sudah mulai
dibentuk kembali, yaitu Kodam XI/Pattimura, Kodam Iskandar Muda, Kodam Mulawarman
(Tanjungpura). Contoh berikutnya Kobangdiklat, karena pertimangan tertentu dilikuidasi, namun
perkembangan selnjutnya dibentuk kembali dengan nama Kodiklat, karena TNI mempertimbangkan
perlunya organisasi yang melakukan misi yang khusus menangani Doktrin, Pendidikan dan Latihan.
Pembentukan dan likuidasi organisasi dalam sebuah Institusi besar, bukan hal yang tabu, selama
3

proses tersebut melalui prosedur yang benar dan sesuai aturan serta menjamin organisasi lebih
efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya.

3. Keberadaan Komando kewilayahan dalam doktrin dan strategi pertahanan negara.


Pimpinan yang mengelola organisasi, dapat saja silih berganti dan dengan kemampuan,
dedikasi dan motivasi masing-masing, menerima beban tugas untuk melaksanakan misi organisasi,
tidak untuk merubah atau melakukan misi lain, sehingga sebagai pimpinan organisasi hanya
berwenang menentukan visi, sebagai sebuah inovasi untuk menentukan jalan yang efektif dan
efisien agar misi organisasi lebih terarah serta dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi yang
lebih besar. Karena organisasi TNI sebagai sub sistem yang menjadi salah satu elemen organisasi
dalam sebuah organisasi Negara, harus dapat melaksanakan tujuan organisasi sebagai sebuah
tugas dan bekerjasama dengan organisasi lainnya untuk dapat menunjang tercapainya tujuan
nasional yang telah disepakati bersama oleh seluruh komponen bangsa.

Pada perkembangan politik dalam negeri setelah terjadi tuntutan reformasi di Indonesia,
beberapa elemen masyarakat , paling tidak kelompok yang mengatas namakan mewakili suara rakyat
menyuarakan tuntutan pembubaran komando kewilayahan, mulai tingkat Kodam, Korem, sampai
dengan Babinsa. Tuntutan kelompok ini, tentu saja berpengaruh terhadap pandangan publik, yang
masing-masing dengan argumennya menyatakan setuju, menolak atau mempertimbangkan.
Bahkan dikalangan Tentara sendiripun muncul berbagai wacana, bahkan beberapa senior
menuangkan hasil buah pikiran, meskipun bukan mewakili suara organisasi, tetapi menyulut
perdebatan didalam organisasi tentara sendiri. Bagi Angkatan Darat, wacana ini tentu saja tidak
diterima, dengan berbagai argumen yang pada akhirnya diarahkan bahwa keberadaan organisasi ini
menjadi bagian dari upaya untuk mendukung Doktrin Pertahanan Negara yang ditetapkan oleh
Kementrian Pertahanan.

Wacana yang dimunculkan untuk melakukan pengurangan jumlah personel dibeberapa


organisasi jajaran TNI dengan berbagai alasan yang salah satunya diarahkan untuk penghematan
agar dapat menambah anggaran yang akan digunakan untuk mengadakan,meningkatkan dan
memperbaiki kondisi alut sista yang dirasakan memang masih kurang, perlu mempertimbangkan
berbagai aspek yang berkaitan dengan ketentuan yang berlaku bagi pembentukan dan likuidasi
organisasi. Sejauh ini wacana tersebut tidak didukung oleh data hasil penelitian dan
pengembangan, sebagaimana yang seharusnya yang dilakukan oleh institusi dalam pembentukan,
4

likuidasi, revitalisasi dan hal lain yang berkaitan dengan organisasi. Wacana yang dimunculkan
mengandung arti bahwa keberadaan organisasi TNI diantaranya adalah Koramil dan Babinsa,
kekuatan personel Batalyon, dianggap tidak efektif dalam menjalankan misi TNI, sehingga perlu
dikurangi atau di hilangkan.

Dalam sistem yang berlaku dalam negara yang menganut azas demokrasi, siapapun boleh
mengungkapkan perasaan dan pikirannya atas segala sesuatu yang dianggap tidak sesuai, belum
sesuai , dibutuhkan atau tidak dibutuhkan, sejauh pemikiran yang dikemukakan sudah didasari oleh
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak dilakukan hanya karena kepentingan sesaat
atau kepentingan terselubung untuk memperoleh keuntungan dari ketiadaan sebuah organisasi.
Siapapun, selama tidak dapat menunjukkan data dan fakta tentang bukti hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa organisasi yang akan dikurangi kekuatannya, disempitkan daerah tugasnya
tersebut efektif atau tidak efektif, sebagai suatu pertimbangan dilakukan perubahan, akan akan sulit
untuk dapat direalisasikan karena tuntutan atau keinginan tidak berdasar, apalagi bila keberadaan
organisasi yang ingin dirubah tersebut, menjadi bagian penting dari kebijakan negara.

Keberadaan Komando kewilayahan, merupakan hasil kajian dan menjadi pertimbangan atas
pengalaman negara dalam menghadapi ancaman,sehingga Komando kewilayahan termasuk
didalamnya Koramil dan Babinsa, telah diperankan semenjak awal kemerdekaan. Efektifitas
Koramil dan Babinsa sudah terbukti, dimana Koramil pada zaman perang kemerdekaan, telah
menunjukkan kinerjanya, yang secara efektif dapat mengajak masyarakat secara bersama-sama
berjuang untuk melawan para penjajah, dapat mengajak masyarakat untuk memberikan bantuan
kepada para pejuang bangsa yang melakukan perlawanan kepada musuh demi rakyat agar terbebas
dari penjajahan. Komando kewilayahan pada waktu itu bahkan mengendalikan tugas pemerintahan
sipil yang tidak operasional sementara keberadaan pemerintah sangat dibutuhkan masyarakat dalam
pembinaan dan pengaturan roda kehidupan disegala aspek. (Julius Pour, 2009, h.225-30)

Pada era orde lama, partai Komunis bahkan sampai memberi gelar kepada para Babinsa
sebagai “Setan Desa” . Setan desa sebuah sebutan bagi Babinsa, karena setiap gerak langkah dan
dinamika kehidupan dipedesaan tidak lepas dari pemantauan para babinsa, sehingga apabila ada
kegiatan yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah, akan segera diketahui karena Babinsa
akan melaporkan kepada Komando atasnya sesuai dengan ketentuan jabatannya, selaku babinsa.
5

Kementrian pertahanan, dalam buku Doktrin pertahanan (2008, 52) juga sangat jelas
mengungkapkan, bahwa “ Keberhasilan perang semesta ditentukan oleh kemnunggalan TNI –
Rakyat. Karena itu, pembangunan pertahanan dan gelar kekuatan berdemensi kewilayahan
( teritorial) dan diselenggarakan dengan tujuan untuk membangun dan memelihara kemanunggalan
TNI-Rakyat bagi terwujudnya daya tangkal bangsa” Dengan demikian tugas TNI adalah menciptakan
kondisi agar rakyat secara suka rela membantu Angkatan bersenjata apabila keadaan krisis, seperti
yang pernah dialami Indonesia pada awal kemerdekaan. Tugas ini tidak dapat dilakukan secara
serta merta pada saat menghadapi masa krisis, tetapi membutuhkan proses yang memakan waktu
tenaga dan pikiran, agar kondisi yang dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan perang semesta
dapat terwujud dan membutuhkan kehadiran Koramil dan Babinsa disetiap wilayah darat.
Pengurangan kekuatan tanpa konsep yang jelas yang tidak didukung dengan kajian yang
konfrehensif, merupakan keputusan yang mengada-ada dan mengarah kepada penentangan
terhadap doktrin pertahanan negara.

Disisi lain, tanpa keberadaan Koramil dan Babinsa lingkungan sosial masyarakat, akan
membuka peluang berkembangnya organisasi yang menjadi bahaya laten bagi negara Indonesia.
Komunis akan berkembang pesat, karena indikasi kemunculan mereka sudah terlihat, dari kasus di
Jawa Timur, perhimpunan anak - anak keturunan Komunis sudah berani secara terang-terangan
melakukan rapat, bahkan mengundang anggota DPR. Beruntung sebuah ormas membubarkan
kegiatan tersebut. TB. Hasanudin, wakil ketua komisi I DPR RI dalam wawancara televisi yang
disiarkan oleh Metro TV pada hari Senin, tanggal 27 September pukul 18.55, menyampaikan harapan
bahwa penanganan teroris melalui beberapa tahapan dengan melakukan operasi Intelijen, operasi
kewilayahan dan bila ini gagal baru dilakukan operasi tempur ( seperti yang dilakukan Kepolisian saat
ini ) dan dengan melibatkan seluruh komponen bangsa diseluruh wilayah. Dengan pengurangan
personel Babinsa dan Koramil, kerawanan atas ancaman teroris akan menjadi lebih besar, karena
pemantauan ( operasi kewilayahan) akan berkurang jangkauan wilayahnya. Konsep ini , akan
meningkatkan munculnya ancaman bagi negara dan bangsa Indonesia. Pengurangan Koramil, juga
akan mengakibatkan Doktrin Pertahanan Negara Indonesia yang diterbitkan Kementrian pertahanan
tidak dapat atau paling tidak menjadi berkurang efektifitasnya. Lebih kasar lagi dapat disampaikan
bahwa Doktrin Pertahanan Negara yang disusun Kementrian Pertahanan dianggap salah.

4. Gelar Komando Kewilayahan. Gelar kekuatan Angkatan darat disusun dengan menyiapkan
2 unsur penting yaitu Balahanpus dan Balahanwil, yang masing-masing mengemban tugas sesuai
6

dengan kepentingan pertahanan negara. Balahanwil berada diwilayah tertentu yang ditetapkan oleh
TNI dengan tugas sebagai pengembangan dari opsi Kompartementasi yang dikembangkan dari
doktrin pertahanan negara. Gelar kekuatan yang menganut pola kompartementasi dan dengan
tugas yang telah ditetapkan, merupakan implementasi sistem pertahanan semesta,
mempertimbangkan geografi Indonesia yang sangat luas dan tersebar dan dengan pola penggelaran
seperti itu, diharapkan ancaman yang muncul di setiap wilayah dapat ditangkal secara dini oleh
kekuatan kompartemen.

Komando kewilayahan dalam hal ini adalah Komando daerah Militer, menerima beban tugas
untuk menyelenggarakan pembinaan kesiapan operasional wilayah, menyelenggarakan pembinaan
teritorial, melaksanakan operasi pertahanan sesuai tingkatannya berdasarkan kebijakan Panglima TNI
dan menyelenggarakan dukungan bantuan administrasi bagi komando/satuan yang melaksanakan
operasi diwilayah kompartemen. Dalam melaksanakan tugas pembinaan teritorial, Komando
kewilayahan mengerahkan segala daya upaya untuk mewujudkan kemanunggalan TNI dengan
rakyat, suatu kondisi yang berindikasikan tumbuhnya kesadaran berbangsa dan bernegara dalam
masyarakat dalam bela negara, adanya kerelaan dan keikhlasan rakyat membantu TNI dalam upaya
mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selaku Komando kewilayahan, yang mengemban tugas sebagai pengelola kompartemen
strategis, harapannya mampu melaksanakan tugas sebagai penyanggah awal terhadap ancaman
diwilayahnya, mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan tugas mempertahankan,
melindungi dan memelihara kedaulatan dan keutuhan negara. Namun pada kenyataannya,
kompartemen strategis yang dibentuk, belum mampu melaksanakan semua beban tugas yang
diberikan, mengingat beberapa keterbatasan, diantaranya keterbatasan kekuatan personel dan
gelar / dislokasi organisasi. Sehingga pada kondisi tertentu, dalam keadaan dimana wilayah
kompartemen menghadapi permasalahan, masih membutuhkan bantuan perkuatan dari wilayah lain
dan TNI mengerahkan kekuatan dari wilayah lain dengan pertimbangan tinjauan kepentingan negara.
Dengan demikian, baik dalam wilayah komparteman maupun antar kompartemen, terjadi pergerakan
satuan dari satu wilayah kewilayah lain, baik yang berasal dari balahanwil lain atau dari balahanpus,
untuk melaksanakan sebuah atau beberapa tugas.
Organisasi Komando kewilayahan, sebagai Kompartemen strategis, terdiri dari Satuan tempur,
Bantuan tempur dan satuan administrasi yang penggelarannya sesuai dengan pertimbangan
kepentingan pertahanan, sehingga dislokasi satuan tempur dan bantuan tempur tidak terikat oleh
7

wilayah administrasi pemerintahan daerah. Sebagai contoh, sebuah Kodam, paling tidak memiliki
Dua Korem, satu satuan Infanteri pemukul Kodam, satu Batalyon Zeni Tempur, satu Batalyon
Kavaleri, satu Batalyon Arteleri Medan dan satu Baterai Arteleri pertahanan udara. Setiap Korem
paling tidak memiliki satu satuan Infanteri.
Dihadapkan dengan wilayah administrasi pemerintahan daerah, belum semua Propinsi terdapat
Kodam, belum semua Kabupaten/Kota terdapat Kodim, belum semua Kecamatan terdapat Koramil
dan belum semua desa terdapat Babinsa, yang menyebabkan komando kewilayahan harus
melaksanakan interaksi beberapa mitra kerja disetiap tingkat pemerintahan daerah. Kondisi ini terjadi
karena alasan penggelaran Komando kewilayahan tidak terikat dan tidak menyesuaikan dengan
perkembangan pemerintahan daerah, disamping pertimbangan keterbatasan personel dan organisasi
terutama mempertimbangkan penilaian perkiraan ancaman. Dengan demikian, dalam satu wilayah
kerja Kodam terdapat beberapa propinsi, wilayah kerja Korem terdapat beberapa Kabupaten, yang
tidak semua kabupaten terdapat Kodim. Sedangkan keberadaan satuan teritorial yang dalam hal ini
adalah Batalyon Infanteri sebagai satuan organik Korem, dengan pertimangan prediksi ancaman,
akan di tempatkan menjadi satuan yang tidak terpusat, membagi kekuatan Batalyon dengan dislokasi
kekuatan tersebar sesuai kebutuhan tugas Korem.

5. Komando Kewilayahan , pentingnya penyusunan ADO.

Dalam ketentuan pelaksanaan tugas Komando kewilayahan (Angkatan Darat ), terdapat


kewajiban organisasi untuk menyusun naskah yang berkaitan dengan tugas pokok organisasi.
Beberpa naskah yang menjadi kewajiban untuk disusun oleh komando kewilayahan berkaitan dengan
tugas pembinaan adalah, Buku petunjuk teritorial, yang berisi tentang data umum kondisi wilayah
ditinjau dari 8 aspek gatra, Telaah Pembinan teritorial, berisikan tentang analisa dan diskusi tentang
kondisi yang ada dihadapkan dengan kepentingan pembinaan, Analisa potensi wilayah, analisa
potensi pertahanan dan Program pembinaan teritorial, yang terbagi menjadi 2 untuk kepentingan kowil
sendiri dan untuk bahan masukan bagi pemerintahan daerah. Naskah yang berkaitan dengan tugas
operasi, kowil menyusun Analisa daerah operasi (ADO), sebagai penjabaran secara detail dari analisa
potensi pertahanan. ADO, disamping bermanfaat bagi kowil sendiri, tetapi juga berperan penting
bagi satuan yang akan melaksanakan tugas diwilayah Kowil.
Data dan informasi kewilayahan yang disusun dalam naskah ADO, adalah sebuah informasi
dalam bentuk naskah yang diterbitkan oleh komando kewilayahan yang menyajikan tentang segala
hal yang berkaitan dengan data dan informasi untuk mendukung kebutuhan pelaksanaan operasi
8

didaerah, menyangkut Geografi, Demografi, Sumberdaya dan Kondisi sosial, yang telah diolah oleh
komando kewilayahan melalui penelaahan dan analisis yang memungkinkan bagi para pengguna
ADO untuk segera dapat memanfaatkannya tanpa harus melalui proses lanjutan.
Berkenaan dengan tugas TNI dalam OMP dan OMSP, maka satuan tempur harus senantiasa
siap bergerak dan melaksanakan tugas operasi diwilayah Kodam atau Bila Batalyon Infanteri sebagai
satuan organik Korem, maka Batalyon ini harus siap melaksanakan tugas di semua kabupaten/Kota
yang berada diwilayah kerja Korem. Keadaan ini memungkinkan karena Sumberdaya yang tersedia
didalam organisasi Kodim yang terbatas sehingga tidak memungkinkan melaksanakan tugas OMP
maupun OMSP secara mandiri dan masih membutuhkan perkuatan dari satuan operasional.
Bagi satuan penugasan yang digelar untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi
oleh komando kewilayahan, data dan informasi wilayah sangat diperlukan, sejauh ini bagi pasukan
yang diperbantukan dapat mengakses informasi yang akurat mengenai kondisi yang ada di wilayah
tersebut dari komando kewilayahan setempat, melakukan adaptasi seperlunya dengan wilayah
penugasan yang baru. Data dan Informasi wilayah penugasan merupakan sebuah kebutuhan bagi
satuan penugasan untuk dapat mendukung pelaksanaan tugas pokok satuan secara efektif dan
efisien.
Untuk menyiapkan batalyon agar dapat melaksanakan tugas operasi disuatu wilayah tertentu
salah satu adalah penyiapan data dan informasi yang lengkap tentang wilayah dimana satuan akan
ditugaskan. Data dan informasi tidak mungkin dihimpun dan diolah oleh satuan setingkat Batalon
karena organisasi Batalyon tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan tugas tersebut dan tugas
tersebut tidak tertuang dalam tugas pokoknya. Oleh sebab itu tugas menghimpun dan mengoleh
data dan informasi tentang wilayah diserahkan kepada Komando kewilayahan yang dalam salah satu
uraian tugasnya adalah penguasaan wilayah. Proses menghimpun dan mengolah data dan informasi
bagi penyusunan ADO telah dibekalkan kepada aparatur komando kewilayahan mulai dari tingkat
Babinsa sampai pada organisasi setingkat Komando daerah Militer.
Mengingat suatu tugas operasi yang dibatasi dengan waktu dan sasaran, maka bagi setiap
satuan yang menerima tugas dari komando diatasnya, membutuhkan data dan informasi yang sudah
diolah, sehingga bagi satuan penugasan tidak perlu lagi menghabiskan waktu dan tenaga untuk
menghimpun dan mengolah data dan informasi tentang wilayah dimana mereka ditugaskan dan akan
memanfaatkan data dan informasi yang telah dioleh yang diterima dari komando kewilayahan.
Hanya apabila dalam melaksanakan tugas operasi terdapat dinamika dan menemukan ketidak
sesuaian antara data dan informasi yang diterima dari komando kewilayahan dengan kondisi nyata
9

dimana mereka melaksanakan operasi, akan menjadi bahan masukan bagi penyempurnaan ADO
yang telah ada dan pada saat dibutuhkan, maka ADO yang telah disempurnakan tersebut dapat
memberi bekal yang lebih detil bagi satuan penugasan yang mungkin akan melakukan tugas operasi
diwilayah yang sama. Namun demikian akan lebih menguntungkan apabila Satuan Teritorial, jauh
hari sebelum terjadi permasalahan di komando kewilayahan telah menerima ADO dari setiap
komando kewilayahan setingkat Kodim, sehingga lebih awal dapat mempelajari dan mengenali
wilayah dimana satuan ini mungkin akan melaksanakan tugas operasi.

6. Kesimpulan dan saran.

a. Kesimpulan. Dengan memperhatikan berbagai permasalahan yang disampaikan


diatas, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan sebagai berikut :

1) Setiap organisasi dibentuk untuk mencapai satu atau beberapa tujuan,


yang diawaki oleh sekelompok orang yang memiliki pandangan dan pemikiran yang
sama terhadap tujuan yang ingin dicapai dan didukung dengan sumberdaya lainnya,
dengan adanya tujuan maka awak organisasi bergerak, melakukan aksi, bekerjasama
untuk saling memperkuat antar elemen organisasi dengan arah yang sama. Kegiatan
organisasi berlangsung secara sistematis dan dilakukan secara berulang dengan pola
tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama.

2) Keutuhan akan organisasi ditentukan oleh adanya misi yang harus


dilakukan, pembentukan maupun likuidasi organisasi menganut proses dan prosedur
tertentu, yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Pengaruh lingkungan terhadap
organisasi sangat besar, namun organisasi relatif tidak dapat mengendalikan
lingkungan sehingga cenderung organisasi yang akan menyesuaikan dengan
lingkungan.

3) Keberadaan Komando kewilayahan merupakan implementasi dan


pencerminan pengalaman negara dan kepentingannya bagi pertahanan. Keberadaan
Komando kewilayahan dalam doktrin pertahanan negara sebagai organisasi yang
disiapkan untuk mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat yang dinilai sebagai salah
satu syarat keberhasilan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta.
10

4) Gelar komando kewilayahan saat ini mempertimbangkan prediksi


ancaman yang mungkin dihadapi, sehingga pembentukannya tidak berjalan seiring
dengan pembentukan Pemerintahan daerah, yang dirasakan menjadi beben berat bagi
komando kewilayahan dan unsur-unsur pendukungnya.

5) Untuk mendukung pelaksanaan OMP dan OMSP, kowil menyusun ADO,


dengan mempertimbangkan kondisi kekuatan yang terbatas, sehingga pada situasi
dimana permasalahan yang timbul tidak dapat diatasi sendiri dan membutuhkan
perkuatan, maka ADO merupakan panduan bagi satuan yang melaksanakan tugas
diwilayah Kowil, agar tugas pook dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien.

b. Saran. Dari kesimpulan yang disampaikan, disarankan beberapa hal yaitu :

1) Pembentukan dan likuidasi organisasi penting didukung dengan hasil kajian


yang mendalam disertai dengan hasil penelitian dan pengembangan tentang efetifitas
dan efisiensi organisasi dalam melaksanakan misi dan kepentingan yang lebih luas.

2) Keberadaan komando kewilayahan saat ini penting untuk dipertahankan dan


bila mungkin dislokasi gelarnya diperluas dengan menyesuaikan perkembangan
administrasi pemerintahan daerah dengan tidak meninggalkan penilaian kemungkinan
ancaman dan efektifitas dukungannya terhadap doktrin dan strategi pertahanan negara.

3) Setiap satuan teritorial ( Yonif, Yonkav, Yonzipur ) perlu lebih awal mempelajari
ADO yang disusun Kowil, sesuai kemungkinan jangkauan wilayah penugasannya,
sehingga dalam melaksanakan tugas operasi, pengenalan wilayah tidak menjadi
kendala yang mempengaruhi keberhasilan operasi.

4) Latihan satuan teritorial, sebaiknya menggunakan daerah latihan di wilayah Kowil,


untuk memperoleh gambaran seutuhnya tentang kodisi wilayah dan meningkatkan
penguasaan medan disetiap wilayah Koeil yang menjadi jangkauan tugas satuannya.

Untuk memperoleh bahan bacaan lain, Kunjungi juga : http://revealbrain.blogspot.com

You might also like