Professional Documents
Culture Documents
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Oleh Kelompok 15 :
1. Abdul Rosid
2. Hafizh Nur Huda
PENDAHULUAN
Bismillahirrohmanirrohim
Dalam sebuah Negara demokratis, pemilu merupakan kegiatan politik yang sangat
penting dalam proses penyelenggaraan kekuasaan dalam sebuah Negara. Oleh karena itu,
penting kiranya kami deskripsikan bagaimana jalannya pemilu di Indonesia dari waktu ke
waktu.
sejak awal berdirinya republik ini yang diawali pemilu tahun 1955, pemilu- pemilu
dikurun orde baru dan terakhir pemilu bulan april 2004 pada era reformasi. Namun baru
berlangsung tahun kemarin kita di Negara kesatuan ini telah diselenggarakan pemilu;
yaitu pemilihan umum dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan rakyat daerah, juga
Mungkin dalam hal ini kami akan mendeskrisikan satu persatu dari mulai
pengertian dan dasar pemikiran diselenggarakannya pemilu yang selalu menjadi momok
pembicaraan masyarakat Indonesia, Asas- asas dan tujuan pemilu itu sendiri, dan aneka
ragam pemilu di Negara Indonesia dari waktu ke waktu akan kami paparkan dalam
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemilu
Dari sudut pandang ilmu Hukum Tata Negara, pemilu merupakan objek pembahasan
yang menarik. Salah satu kajian ilmu Hukum Tata Negara adalah hal- hal yang ada
maka dari sudut pandang ilmu Hukum Tata Negara, pemilu merupakan proses pergantian
kekuasaan yang dilakukan secara berkala dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sesuai dengan prinsip- prinsip yang digariskan oleh konstitusi. Pendiri Negara yang juga
perancang konstitusi UUD 1945 telah menetapkan ajaran tentang kedaulatan rakyat yang
ditransformasikan kepada badan perwakilan rakyat yang dinamakan MPR, DPR, dan
DPRD. Implementasi dari ajaran kedaulatan rakyat yang diamanatkan oleh konstitusi
tidak dapat dilepaskan dari pemilihan umum, karena pemilihan umum merupakan
ditandai bahwa setiap warga negara berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan
keputusan Negara.
rakyat. Prinsip ini tercantum dalam UUD 1945. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan
anggotanya dipilih melalui Pemilihan Umum yang dilaksanakan secara demokratis dan
transparan (keterbukaan).
melalui pemilihan umum itu adalah yang berasal dari rakyat, dijalankan sesuai kehendak
rakyat dan diabdikan untuk kesejahtraan rakyat. Hanya pemerintahan Negara yang
yang amanah. Pemerintahan yang dibentuk melalui suatu pemilihan umum akan memiliki
A. Asas Pemilu
Nomor XIV/MPR 1998 tentang Perubahan dan Tambahan Atas Ketetapan Majelis
a. Jujur
pemantau pemilihan umum, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat
secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur sesuai peraturan
b. Adil
jujur dan adil tidak hanya ditujukan kepada pemilih atau peserta pemilu saja,
c. Langsung
d. Umum
dalam usia, yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah
kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan umum. Warga Negara yang
sudah berumur 21 (dua puluh Satu) tahun berhak dipilih. Jadi pemilihan yang
e. Bebas
f. Rahasia
diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan
suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada
siapa suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang
telah keluar dari tempat pemungutan suara dan secara suka rela bersedia
B. Tujuan Pemilu
Pancasila, Undang- Undang Dasar 1945, serta cita- cita proklamasi kemerdekaan
kedaulatan rakyat dan untuk mencapai tujuan Negara. Oleh karena itu, pemilihan
telah diselenggarakan 10 kali pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD,
yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan
pemilu tahun 1955, pemilu masa orde baru, dan pemilu era reformasi.
1. Pemilu 1955
Pemilu pertama dilangsungkan pada tahun 1955 dan bertujuan untuk memilih
Sebagaimana pemilu tahun 2004, partai politik peserta pemilu pada pemilu 1955
Tahun 1953 tentang pemilihan anggota konstituante dan anggota DPR. Sifat
terbuka dapat dilihat dari mekanisme pemilihannya, sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 67 adalah pemilih memberikan suara kepada suatu daftar dengan
menusuk tanda gambar daftar itu.(pasal 67 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1953). Selain
tinggal lebih dari satu, harus menentukan salah satu tempat tinggalnya. Baik
untuk menghindari adanya pendaftar doble dan juga untuk menghindari adanya
tempat.
Lima besar dalam pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia, Masyumi,
Nahdlatul Ulama, Partai Komunis Indonesia, dan partai Syarekat Islam Indonesia.
Pemilu selama orde baru berlangsung selama enam kali dan hasil pemilu orde
baru pada waktu itu didominasi oleh Golkar, dimana dia selalu menjadi pemenang
dari segi keterwakilan, wakil- wakil yang dicalonkan oleh partai tidak terikat oleh
ketentuann domisili. Kedua, dari segi hubungan antara wakil dan konstituennya,
sisitem pemilu pada orde baru melahirkan hubungan yang renggang antara rakyat
dan wakilnya. Ketiga, komposisi DPR didominasi oleh mereka yang berasal dari
Selain itu, dari sudut sistem kepartaian, pemilu orde baru memang
menunjukan kesetabilan politik yang pada waktu itu hanya terdapat tiga partai
politik, maka akan lebih mudah bagi partai yang menang dalam pemilu untuk
tersebut tidak membawa dampak baik bagi masyarakat, karena justru kesetabilan
itu memunculkan sebuah implikasi negative yaitu hak politik rakyat terbendung.
Karena dalam perjalanannya, partai politik yang sudah ada itu tidak lagi sejalan
penyelenggaraan pemilu 1999. Ternyata sistem multi partai pada saat itu
politiknya. Munculnya banyak partai politik pada saat itu yaitu 48 partai politik
yang mendekati demokratis, ada komisi pemilihan umum. Terdapat juga lembaga
pengawas dan pemantau pemilu yang non partisan. Dan lembaga yang terakhir ini
Pada pemilu 2004, nampaknya dari segi kelembagaan pemilu ada perubahan.
Komposisi KPU tidak lagi seperti pemilu 1999. KPU berdasarkan UU No. 12
Tahun 2003 tidak lagi menyertakan wakil- wakil dari partai politik dan
pemerintah.
Meskipun pemilu 2004 diwarnai oleh beberapa kerumitan, tetapi secara umum
pilihan wakil- wakilnya. Sistem pemilihan yang seperti ini dapat merekatkan
Mungkin kekurangan atau kelemahan pemilu 2004 ini hanya pada kurang
sosialisai caleg masing- masing parpol seharusnya dilaksanakan jauh- jauh hari
sebelumnya.
Tahun 2004.
Pemilu pertama dilangsungkan pada tahun 1955 dan bertujuan untuk memilih anggota-
anggota DPR dan Konstituante. Pemilu ini seringkali disebut dengan Pemilu 1955, dan
dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali
Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan
telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.
Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
• Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini
diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai
politik dan individu,
• Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini
diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.
Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia, Masyumi, Nahdlatul
Ulama, Partai Komunis Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.
Pemilu 1971
Pemilu berikutnya diselenggarakan pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 5 Juli 1971.
Pemilu ini adalah Pemilu pertama setelah orde baru, dan diikuti oleh 10 partai politik.
Lima besar dalam Pemilu ini adalah Golongan Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai
Nasional Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.
Pada tahun 1975, melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik
dan Golkar, diadakanlah fusi (penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya dua
partai politik (yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan
satu Golongan Karya.
Pemilu 1977-1997
Pemilu-Pemilu berikutnya dilangsungkan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Pemilu-Pemilu ini diselenggarakan dibawah pemerintahan Presiden Soeharto. Pemilu-
Pemilu ini seringkali disebut dengan "Pemilu Orde Baru". Sesuai peraturan Fusi Partai
Politik tahun 1975, Pemilu-Pemilu tersebut hanya diikuti dua partai politik dan satu
Golongan Karya. Pemilu-Pemilu tersebut kesemuanya dimenangkan oleh Golongan
Karya.
Pemilu 1999
Pemilu berikutnya, sekaligus Pemilu pertama setelah runtuhnya orde baru, yaitu Pemilu
1999 dilangsungkan pada tahun 1999 (tepatnya pada tanggal 7 Juni 1999) di bawah
pemerintahan Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik.
Lima besar Pemilu 1999 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar,
Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional.
Pemilu 2004
Pada Pemilu 2004, selain memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota, rakyat juga dapat memilih anggota DPD, suatu lembaga perwakilan
baru yang ditujukan untuk mewakili kepentingan daerah
Pemilu 2009
diselenggarakan untuk memilih 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 132
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2009-
2014. Pemungutan suara diselenggarakan secara serentak di hampir seluruh wilayah
Indonesia pada tanggal 9 April 2009 (sebelumnya dijadwalkan berlangsung pada 5 April,
namun kemudian diundur[1]).
38 partai memenuhi kriteria untuk ikut serta dalam pemilu 2009. Partai Demokrat
memenangkan suara terbanyak, diikuti dengan Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P).
KPU
Secara institusional, KPU yang ada sekarang merupakan KPU ketiga yang dibentuk
setelah Pemilu demokratis sejak reformasi 1998. KPU pertama (1999-2001) dibentuk
dengan Keppres No 16 Tahun 1999 yang berisikan 53 orang anggota yang berasal dari
unsur pemerintah dan Partai Politik dan dilantik oleh Presiden BJ Habibie. KPU kedua
(2001-2007) dibentuk dengan Keppres No 10 Tahun 2001 yang berisikan 11 orang
anggota yang berasal dari unsur akademis dan LSM dan dilantik oleh Presiden
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tanggal 11 April 2001. KPU ketiga (2007-2012)
dibentuk berdasarkan Keppres No 101/P/2007 yang berisikan 7 orang anggota yang
berasal dari anggota KPU Provinsi, akademisi, peneliti dan birokrat dilantik tanggal 23
Oktober 2007 minus Syamsulbahri yang urung dilantik Presiden karena masalah hukum
Untuk menghadapi pelaksanaan Pemilihan Umum 2009, image KPU harus diubah
sehingga KPU dapat berfungsi secara efektif dan mampu memfasilitasi pelaksanaan
Pemilu yang jujur dan adil. Terlaksananya Pemilu yang jujur dan adil tersebut merupakan
faktor penting bagi terpilihnya wakil rakyat yang lebih berkualitas, dan mampu
menyuarakan aspirasi rakyat. Sebagai anggota KPU, integritas moral sebagai pelaksana
pemilu sangat penting, selain menjadi motor penggerak KPU juga membuat KPU lebih
kredibel di mata masyarakat karena didukung oleh personal yang jujur dan adil.
Untuk itu atas usul insiatif DPR-RI menyusun dan bersama pemerintah mensyahkan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu. Sebelumnya
keberadaan penyelenggara Pemilu terdapat dalam Pasal 22-E Undang-undang Dasar
Tahun 1945 dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu DPR, DPD dan
DPRD, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden.
Dalam rangka mewujudkan KPU dan Bawaslu yang memiliki integritas dan kredibilitas
sebagai Penyelenggara Pemilu, disusun dan ditetapkan Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
Agar Kode Etik Penyelenggara Pemilu dapat diterapkan dalam penyelenggaraan
Pemilihan Umum, dibentuk Dewan Kehormatan KPU, KPU Provinsi, dan Bawaslu.
Di dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD,
jumlah anggota KPU adalah 11 orang. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, jumlah anggota KPU berkurang menjadi
7 orang. Pengurangan jumlah anggota KPU dari 11 orang menjadi 7 orang tidak
mengubah secara mendasar pembagian tugas, fungsi, wewenang dan kewajiban KPU
dalam merencanakan dan melaksanakan tahap-tahap, jadwal dan mekanisme Pemilu
DPR, DPD, DPRD, Pemilu Presiden/Wakil Presiden dan Pemilu Kepala Daerah Dan
Wakil Kepala Daerah.
Pemilu 2004
Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama di mana para peserta dapat memilih langsung
presiden dan wakil presiden pilihan mereka. Pemenang Pilpres 2004 adalah Susilo
Bambang Yudhoyono. Pilpres ini dilangsungkan dalam dua putaran, karena tidak ada
pasangan calon yang berhasil mendapatkan suara lebih dari 50%. Putaran kedua
digunakan untuk memilih presiden yang diwarnai persaingan antara Yudhoyono dan
Megawati yang akhirnya dimenangi oleh pasangan Yudhoyono-Jusuf Kalla.
Pergantian kekuasaan berlangsung mulus dan merupakan sejarah bagi Indonesia yang
belum pernah mengalami pergantian kekuasaan tanpa huru-hara. Satu-satunya cacat pada
pergantian kekuasaan ini adalah tidak hadirnya Megawati pada upacara pelantikan
Yudhoyono sebagai presiden.
Pemilu 2009
Pilpres 2009 diselenggarakan pada 8 Juli 2009. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-
Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung dengan memperoleh
suara 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan
Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto