You are on page 1of 8

Pentingnya Semangat Nasionalisme Dalam Menjaga Keutuhan NKRI

Posted 07-08-2010 at 11:42 AM by Ekspres


"Don't ask what your country can do for you, Ask what can you do for your
country"

Ungkapan John F. Kennedy di atas adalah gambaran semangat yang harus dimiliki oleh
setiap individu dalam suatu negara. Dimana jika dalam bahasa Indonesia ungkapan
tersebut berarti,”Jangan tanyakan apa yang dapat dilakukan oleh negaramu untukmu.
Tanyakanlah apa yang dapat kamu lakukan untuk negaramu”. Semangat seperti itulah
yang dimiliki oleh Soekarno, Moh. Hatta, Soepomo, Syahrir dll sehingga mengantarkan
mereka bergelar sebagai pahlawan proklamasi. Masih banyak lagi nama pahlawwan-
pahlawan lain di Indonesia. Namun yang terpenting bukanlah seberapa banyak jumlah
nama-nama pahlawan yang dikoleksi oleh bangsa Indonesia, tetapi bagaimana mereka-
mereka ini mendapatkan gelar sebagai pahlawan. Mereka tentu saja telah melakukan
sesuatu hal yang sangat berarti dan berpengaruh bagi kehidupan sejarah bangsa
Indonesia. Dan semangat nasionalisme seperti John. F. Kennedy, ditambah pula dengan
semboyan “Merdeka atau Mati”, membuat mereka rela mengorbankan segalanya demi
kemerdekaan bangsa Indonesia.

Semangat nasionalisme berperan penting bagi suatu negara. Maju mundurnnya suatu
negara dapat dilihat dari seberapa besar semangat nasinalisme yang dimiliki. Apabila
suatu negara ingin tetap bersatu dan maju, maka semangat nasionalisme harus dimiliki
oleh setiap warga negara pada umumnya, dan generasi muda pada khususnya. Dimana
generasi muda adalah generasi penerus bangsa, penentu perjalanan bangsa di masa
selanjutnya. Sebab generasi muda mempunyai kelebihan pemikiran, semangat, serta sifat
kritisnya. Namun kelebihan tersebut masih kurang jika tidak diiringi dengan semangat
nasinalisme. Generasi muda harus mempunyai sikap bangga terhadap bangsanya,
semangat kebersamaan, mengakui pengalaman sejarah dan kebudayaan bersama, serta
terikat pada adat dan tradisi. Jika generasi pemuda menyadari pentingnya nasionalisme
tersebut, maka jalan untuk memperbaiki kecacatan negara kita akan semakin terbuka
lebar.

Namun sangat disayangkan, nampaknya generasi muda sekarang belum seperti itu.
Sebagaimana yang disampaikan oleh pencipta lagu Bangun Pemuda-Pemudi, Alfred
Simanjuntak bahwa semangat nasionalisme generasi muda sekarang sangatlah kurang.
Mereka tidak dinamis, terlena dengan budaya konsumtif. Mereka cenderung individual,
egois, mementingkan diri sendri dan luput memikirkan nasib bangsanya. Mereka juga
kurang cinta terhadap tanah airnya sendiri, serta tidak punya semangat bersaing untuk
menjadi pemuda yang terbaik di dunia.

Banyak juga masalah-masalah yang muncul akibat kurangnya jiwa nasionalisme para
generasi muda. Misalnya saja konflik antar suku yang mengakibatkan pertumpahan
darah, ketidakpedulian terhadap lagu dan bendera kebangsaan, kurang perhatian terhadap
kebudayaan dan kesenian daerah, konflik antar agama, demonstrasi yang berujung
tindakan anarki. Semua hal tersebut memanglah gambaran dari sebuah keadaan generasi
muda yang ada di negara kita tercinta ini.
Tak heran jika para pahlawan ataupun pejuang bangsa Indonesia yang masih tersisa
merasa prihatin sekaligus khawatir akan keadaan generasi muda sekarang ini. Apabila
kita menengok kembali pada keadaan bangsa Indonesia berpuluh-puluh tahun yang lalu,
mungkin generasi muda sekarang akan menutup wajah dengan kedua tangannya.
Bagaimana mereka tidak akan malu, jika semangat nasionalisme generasi terdahulu jelas-
jelas jauh lebih tinggi daripada yang mereka miliki.

Bayangkan saja, begitu banyak peristiwa yang menunjukkan perjuangan generasi


terdahulu. Dimulai dari gelombang nasionalisme gelombang pertama yang ditandai
dengan Kebangkitan Nasional tahun 1928. Kebangkitan nasionalisme Indonesia diawali
oleh berdirinya organisasi Budi Oetomo yang dimotori oleh Dr. Soetomo, adanya
Soempah Pemoeda pada tanggal 28 Oktober 1928 menandai Nasionalisme gelombang
kedua. Pada masa ini banyak diciptakan lagu-lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya,
Padamu Negeri, Dari Sabang Sampai Merauke, dll. Soekarno, Moh. Hatta serta Syahrir
sudah aktif melakukan diskusi tentang masa depan negaranya. Akhirnya munculah
kesadaran untuk menyatukan negara, bangsa dan bahasa yang diwujudkan dengan
pengikraran Sumpah Pemuda.

Pada tahun 1945 terjadi Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang menandakan
nasionalisme gelombang ketiga. Selanjutnya, nasionalisme gelombang keempat ditandai
dengan lahirnya orde baru pada tahun 1966. Mahasiswa dan organisasi pemuda
mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan huru-hara yang disebabkan oleh
pemberontakan G30S/PKI. Selain itu mereka jugalah yang sangat berperan dalam
merebut kekuasaan orde lama. Sedangkan nasionalisme gelombang kelima diawali
dengan lahirnyaorde reformasi tahun 1998. Para pemuda berhasil melengserkan
pemerintahan Soeharto serata jabatannya. Tapi para penggantinya belum dapat
menyatukan seluruh kekuatan bangsa.
Adanya beberapa gelombang nasionalisme, mulai dari nasionalisme gelombang pertama
hinga nasionalisme gelombang kelima menunjukkan bahwa nasionalisme itu tidak
berhenti begitu saja. Tetapi tetap terus berlanjut dari tahun-tahun berikutnya yang tentu
saja membutuhkan peran generasi muda. Tak bisa dihindari, pergantian pemegang
tongkat estafet generasi pasti selalu terjadi. Oleh sebab itu, kita harus mempersiapkan diri
untuk mewujudkan nasionalisme gelombang keenam.

Nasionalisme gelombang keenam harus lebih baik dari sebelumnya, mampu


menyejahterakan seluruh masyarakat adil, makmur, sejahtera lahir batin. Semangat
nasionalisme tidak harus dimiliki oleh para pemegang kursi pemerintahan, presiden,
pejabat, perwira, ilmuwan, guru, dokter, dsb. Tetapi nasionalisme harus dimiliki oleh
semua warga negara, terutama generasi muda.

Pengetahuan tentang sejarah perjuangan bangsa harus ditanamkan kepada para generasi
sekarang dan sedini mungkin. Dan itu bukan menjadi tugas pemerintah semata, namun
sudah tugas kita bersama sebagai warga negara Indonesi. Cara untuk menumbuhkan
sikap nasionalisme tidak harus muluk-muluk. Misalnya saja dengan pemutaran film-film
tentang perjuangan bangsa Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Selain
itu juga dengan mengadakan syukuran dan do’a bersama saat memperingati HUT
Republik Indonesia setiap 17 Agustus, ataupun dengan mendengarkan dan menyanyikan
lagu perjuangan. Kita juga harus menumbuhkan sikap bangga terhadap produk-produk
dalam negeri. Dengan cara seperti ini dapat menyentuh hati warga negara Indonesia agar
selalu mencintai dan membanggakan bangsanya. Sepertinya cara sepele, namun jika
dilakukan dengan benar maka pasti efektif.
Sebagai generasi muda, agaknya kita harus mau belajar sejarah. Indonesia mempunyai
pengalaman cukup panjang. Jiika ada ungkapan bahwa pengalaman adalah guru terbaik,
maka tak salah jika generasi muda mau merenung dan membuat perbandingan. Dahulu
para pahlawan berjuang dengan semangat nasionalisme mengusir penjajah yang menjadi
lawan kita. Namun sekarang sudah tak ada lagi lawan, kita semua kawan, sama-sama
warga Negara Republik Indonesia. Lalu mengapa sekarang ini seakan-akan tak bisa
membedakan mana lawan mana kawan?

Kita sudah 65 tahun mengenyam, merasakan kemerdekaan, tapi belum sepenuhnya


mampu mencerna arti kata merdeka dan perjuangan untuk mendapatkannya. Untuk apa
merdeka jika masih ada perang dan pertumpahan darah di dalamnya? Mari kita
sebagai generasi muda memupuk kembali benih-benih nasionalisme yang sudah mulai
layu. Bersama-sama kita eratkan jiwa persatuan dan kesatuan kita agar pengorbanan
pahlawan tak sia-sia. Sehingga kita akan tetap utuh,satu, sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

MERDEKA...!!!

Tugas OMSP TNI dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI*


Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, kepentingan nasional Indonesia adalah menjaga dan
melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, keselamatan dan kehormatan
bangsam serta ikut secara aktif dalam usaha-usaha perdamaian dunia. Berangkat dari Pembukaan UUD 1945 di atas,
maka kepentingan strategis pertahanan adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman militer serta ancaman
bersenjata terhadap keutuhan bangsa dan negara.

TNI sebagai komponen utama dalam pertahanan negara memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Menegakkan kedaulatan negara adalah mempertahankan kekuasaan negara untuk melaksanakan pemerintahan sendiri
yang bebas dari ancaman. Tugas menjaga keutuhan wilayah NKRI adalah mempertahankan kesatuan wilayah
kekuasaan negara dengan segala isinya. Sedangkan, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah adalah
melindungi jiwa, kemerdekaan dan harta benda setiap warga negara.

Oleh karena itu, TNI memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut ; pertama, menangkal setiap ancaman militer dan ancaman
bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Kedua,
menindak setiap bentuk ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri. Ketiga, memulihkan kondisi keamanan
negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

Merujuk tugas pokok dan fungsi TNI di atas, maka kepentingan strategis pertahanan negara ke depan, meliputi
kepentingan strategis yang bersifat tetap dan kepentingan strategis yang bersifat mendesak. Kepentingan pertahanan
negara yang bersifat tetap adalah penyelenggaraan usaha pertahanan negara untuk menjaga dan melindungi kedaulatan
negara dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta keselamatan dan kehormatan bangsa dari
setiap ancaman, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul dari dalam negeri.
Meski perkiraan ancaman menunjukan bahwa ancaman fisik dari luar yang mengarah pada ancaman kedaulatan kecil
kemungkinan terjadi, namun sebagai negara merdeka, berdaulat dan bermartabat, kepentingan strategis untuk
mempertahankan diri harus selalu disiapkan dan dilaksanakan tanpa memandang ada atau tidaknya ancaman.

Kepentingan strategis pertahanan yang bersifat mendesak pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kepentingan yang
bersifat pertahanan yang tidak dapat dipisahkan dari kepentingan strategis pertahanan yang bersifat tetap. Kepentingan
strategis yang bersifat mendesak diarahkan untuk mengatasi ancaman kemanan actual yang sering kali melampaui
batas-batas negara. Indonesia sebagai archipelago state dan heterogenitas suku dan etnis berpotensi memunculkan
ancaman keamanan actual yang berbentuk aksi terorisme, perdagangan illegal, imigrasi gelap (people smuggling),
drugs trafficking, penangkapan ikan illegal (illegal fishing), illegal logging, illegal minning, dan ancaman lain-lain.

A. TUGAS OMSP TNI

Berkurangnya ancaman militer (konvensional) dan semakin beragamnya ancaman non militer, telah berpengaruh
terhadap tugas militer di hampir semua negara. Beberapa negara kemudian menerapkan konsep military operation
other than war (Operasi Militer Selain Perang). Secara umum konsep OMSP dapat didefinisikan sebagai tugas
(tambahan) militer selain tugas pokoknya yaitu pertahanan.

Disamping untuk menghadapi ancaman kemanan nasional, pertahanan negara juga dimaksudkan untuk menghadapi
gangguan keamanan non konvensional (non tradisional). Intensitas gangguan non konvensional pada akhir-akhir ini
semakin tinggi. Dinamika politik disejumlah negara dan ketimpangan pembangunan di dunia yang semakin lebar
menjadi penyebab utama munculnya ancaman non konvensional ini.

TNI sebagai kekuatan negara disiapkan untuk menghadapi ancaman militer. Namun, dalam tugasnya TNI tidak hanya
melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) tetapi juga melaksanakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). OMP
merupakan operasi militer untuk menghadapi kekuatan militer negara lain yang berupa invasi maupun agresi.

Sementara, tugas OMSP adalah operasi militer yang dilaksanakan bukan dalam konteks perang dengan negara lain,
tetapi untuk tugas-tugas lain seperti melawan pemberontakan bersenjata gerakan separatis (counter insurgency)
mengatasi kejahatan lintas negara, tugas kemanusiaan dan tugas perdamaian.

Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang TNI BAB IV pasal 17 ayat 2 menyebutkan 14 macam tugas OMP, antara
lain ; mengatasi gerakan separatis bersenjata ; mengatasi pemberontakan bersenjata ; mengatasi terorisme ;
mengamankan wilayah perbatasan ; mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis ; melaksanakan tugas
perdamaian dunia ; mengamankan presiden dan wakil presiden beserta keluarganya ; memberdayakan wilayah
pertahanan dan kekuatan pendukungnya ; membantu tugas pemerintahan daerah ; membantu Polri dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat ; membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan
pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia ; membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan ; membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR) ; serta membantu
pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

Tugas pengamanan obyek vital dalam OMSP adalah obyek vital nasional yang menyangkut hajat hidup orang banyak,
harkat dan martabat bangsa, serta kepentingan nasional yang ditentukan oleh keputusan pemerintah. Sedangkan tugas
membantu tugas pemerintah di daerah adalah membantu pelaksanaan fungsi pemerintah dalam kondisi dan situasi yang
memerlukan sarana, alat, dan kemampuan TNI untuk menyelesaikan permasalahan akibat bencana alam, merehabilitasi
infrastruktur, serta mengatasi masalah akibat pemogokan dan konflik komunal.

Kecenderungan keamanan global memunculkan ancaman baru, yakni ancaman keamanan yang bersifat non tradisional
yang dilakukan oleh actor non-negara. Ancaman keamanan non tradisional tersebut pada awalnya ancaman terhadap
keamanan dan ketertiban politik. Namun pada tingkat eskalasi tertentu, ancaman dapat berkembang sampai pada taraf
yang membahayakan keselamatan bangsa.Oleh karena itu, kebijakan strategis pertahanan Indonesia untuk menghadapi
dan mengatasi ancaman non konvensional adalah mendesak. Kebijakan pertahanan negara untuk menghadapi dan
mengatasi ancaman non konvesional dilaksanakan melalui OMSP.

B. Payung Hukum

Tugas OMSP TNI memerlukan payung hukum dan keputusan politik negara seperti yang tertuang dalam UU No. 34
tahun 2004 tentang TNI Bab IV pasal 7 ayat 3 bahwa ketentuan pelaksanaan OMSP didasarkan pada kebijakan dan
keputusan politik negara. Pada pasal 20 juga ditegaskan bahwa pengunaan kekuatan TNI dalam rangka OMSP
dilakukan untuk kepentingan pertahanan negara dan/atau dalam rangka mendukung kepentingan nasional sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pada BAB IV Pasal 5 juga ditegaskan bahwa peran TNI sebagai alat negara di bidang pertahanan berdasarkan
kebijakan dan keputusan politik negara. Yang dimaksud dengan kebijakan dan keputusan politik negara adalah
kebijakan politik pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dirumuskan melalui mekanisme
hubungan kerja antara pemerintah dan DPR, seperti rapat konsultasi dan rapat kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Dalam melaksanakan OMSP, TNI tidak berarti mengambil alih peran instansi pemerintah yang lain dan tidak berperan
secara sendiri. Pada keadaan tertentu, TNI melaksanakan OMSP bersama instansi fungsional secara terpadu. Sesuai
bentuk ancaman, OMSP dilaksanakan TNI dengan memprioritaskan tindakan preventif dibandingkan dengan tindakan
represif. Keberhasilan tindakan preventif akan mampu menghindari jatuhnya korban dampak negatif yang lebih besar.

Konsep OMSP seringkali masih menimbulkan kerancuan atau tumpang tindih antara peran TNI dengan institusi lain,
terutama kewenangan Polri dalam masalah keamanan umum atau ketertiban public. Peran TNI sebagai kekuatan
pertahanan adalah penggunaan kekuatan kekerasan bersenjata untuk mengatasi ancaman, sedangkan Polri sebagai
kekuatan keamanan adalah menegakkan keamanan dan ketertiban umum (public order).

Dalam konteks diatas, penugasan TNI dalam OMSP tergantung pada eskalasi ancaman. Pada kondisi dimana spectrum
ancaman masih berupa tindak kejahatan biasa (kriminal) penanganan sepenuhnya merupakan kewenangan Polri.
Apabila ancaman terus terus meningkat sampai memasuki situasi gawat, status wilayah beralih dari tertib sipil menjadi
keadaan Darurat Militer, ketertiban TNI masih dalam tugas OMSP. Peralihan status dari tertib sipil menjadi darurat
militer diatur dalam UU No. 23 Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya yang kemudian diubah dengan UU No. 52
Prp tahun 1960.

Oleh karena itu, jenis OMSP yang dilakukan oleh TNI sesuai dengan jenis dan bobot ancaman yang dihadapi. Dalam
keadaan Darurat Perang, konflik yang terjadi adalah antara dua negara dengan mengutamakan penggunaan kekerasan
bersenjata didukung oleh kekuatan diplomasi dan ekonomi. Dalam kondisi ini, TNI tidak lagi melaksanakan tugas
OMSP, tetapi sepenuhnya melaksanakan tugas OMP. Pemerintahan tugas OMSP, tetapi sepenuhnya melaksanakan
tugas OMP. Pemerintahan sipil maupun Polri tetap melaksanakan kewenangan dan tanggung jawabnya didaerah-daerah
yang memungkinkan.

Melihat tugas OMSP TNI yang cukup luas dan bersinggungan dengan tugas instansi lain, terutama tugas Polri, ,maka
untuk menghindari konflik otoritas diperlukan sebuah aturan main (rule engagement) bagi pelibatan TNI dalam
melaksanakan tugas-tugas OMSP. Dengan demikian perlu dirumuskan sebuah undang-undang yang mengatur secara
jelas dan tegas mengenai perbantuan TNI dalam mendukung tugas intitusi lainnya.

Tugas perbantuan TNI adalah tugas-tugas yang dilakukan di luar tugas utamanya sebagai alat pertahanan negara. Tugas
ini merupakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang mengacu pada keputusan politik pemerintah yang
dianggarkan spenuhnya melalui APBN dan dipertanggungjawabkan kepada DPR. Ruang lingkup tugas perbantuan TNI
ditentukan oleh lembaga yang meminta tugas perbantuan.

Tugas perbantuan TNI dapat dirangkum menjadi tugas penyelenggaraan kegiatan kemanusiaan (humanitarian relief),
tugas kegiatan kemasyarakatan (civic mission), tugas pemberian bantuan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan
di bidang keamanan dan ketertiban umum, serta tugas pemeliharaan perdamaian dunia. Pelibatan TNI dalam operasi
perdamaian dunia diputuskan oleh presiden dengan persetujuan DPR yang mempertimbangkan kebijakan politik luar
negeri serta ketentuan hukum internasional.

Tugas OMSP TNI harus dalam pengawasan untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Oleh karena itu, UU
perbantuan TNI dimaksudkan untuk mengatur beberapa hal yang terkait dengan tugas OMSP TNI. Hal-hal tersebut
antara lain ; definisikan dan pengertian secara umum tentang tugas perbantuan TNI ; mekanisme dan manajemen
tentang pelaksanaan tugas perbantuan TNI ; alas an-alasan sehingga diperlukannya perbantuan TNI ; siapa/institusi apa
saja dan level institusi mana yang berhak mendapat tugas perbantuan TNI ; anggaran untuk pelaksanaan tugas
perbantuan TNI ; wilayah dan ruang lingkup tugas perbantuan TNI ; jangka waktu (durasi) tugas perbantuan TNI ; dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan tugas perbantuan TNI.

Pelaksanaan tugas perbantuan TNI dinyatakan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dan/atau
adanya keputusan pemerintah untuk mengakhiri tugas perbantuan tersebut yang dinyatakan secara tertulis.
Tugas perbantuan TNI juga menjadi bagian penting dari system pertahanan negara. Namun, hal yang lebih mendasar
lagi yaitu Kebijakan Umum Pertahanan Negara hingga kini belum ditertibkan oleh Presiden. UU No. 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara Bab IV pasal 13 ayat 2 memerintahkan presiden agar menetapkan Kebijakan Umum
Pertahanan yang kemudian menjadi pijakan bagi perencanaan, penyelengaraan dan pengawasan system pertahanan
negara.

Konsekuensi dari belum tertibnya Kebijakan Umum Pertahanan Negaraan, makan Dephan belum bisa merumuskan
kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan sesuai dengan Tugas Menhan dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara Bab IV pasl 16 ayat 3 : “Menteri menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan
negara berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan presiden”.

Kebijakan ini akan menjadi rujukan dalam menentukan anggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan, sumber daya
nasional, serta pembinaan teknologi pertahanan yang diperlukan TNI dan komponen pertahanan lainnya. Kebijakan
Dephan ini juga akan menetukan postur pertahanan dan postur TNI ke depan.

C. Meningkatkan Kemampuan TNI

Pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI tidak diarahkan secara khusus untuk melaksanakan tugas OMSP. Karena
kemampuan tersebut melekat pada kemampuan TNI secara regular dalam tugas menghadapi setiap bentuk ancaman.
Namun, dalam tugas khusus dan spesifik seperti terdapat dalam tugas OMSP, kemampuan TNI perlu dipersiapkan lebih
maksimal.

Tugas OMSP TNI membutuhkan kemampuan professional TNI. Oleh karena itu peningkatan profesionalisme TNI
terkait dengan perbaikan kesejahteraan anggota TNI yang meliputi perbaikan Uang Lauk Pauk (ULP), gaji prajurit, dan
fasilitas Rumdis dan Asrama TNI. Profesionalisme TNI juga terkait dengan pola pembinaan, pola latihan prajurit,
fasilitas latihan, dan pengembangan serta pemenuhan Alutsista.

Disamping peningkatan profesionalisme di atas, tugas OMSP TNI memerlukan kemampuan spesifik di beberapa
bidang, antara lain; pertama, kemampuan penegakan hukum dan keamanan di laut, udara dan wilayah perbatasan untuk
mencegah dan mengatasi setiap bentuk kejahatan lintas negara, ancaman terhadap obyek vital, dan ancaman keamanan
lainnya. Dalam hal ini diperlukan peningkatan kekuatan alat peralatan berupa kapal-kapal patroli cepat, sarana deteksi
baik darat, laut dan udara secara bertahap. Di samping itu, perlu dibangunnya kemampuan surveillance dan early
warning system untuk mendeteksi tindak kejahatan lintas negara di wilayah perbatasan darat dan laut serta daerah
rawan lainnya.

Kedua, kemampuan menghadapi ancaman terorisme baik domestic maupun internasional, melalui peningkatan personel
dan peralatan satuan penanggulangan terror yang ada. Ketiga, kemampuan mencegah dan mengatasi ancaman separatis
bersenjata guna menjamin keutuhan wilayah NKRI. Keempat, kemampuan mengatasi tindakan anarkhis, aksi-aksi
huru-hara, konflik komunal dan tugas-tugas lainnya dalam membantu tugas-tugas polisi.

Kelima, kemampuan menanggulangi dampak bencana alam dan Search And Rescue (SAR). Keenam, kemampuan
dalam melaksanakan tugas-tugas perdamaian dunia baik di tingkat regional maupun internasional. Dan, kemampuan
melaksanakan tugas lain dalam rangka OMSP.

Dalam konteks ini, idealnya ke depan TNI harus memiliki satuan-satuan yang memiliki kemampuan dalam menghadapi
gangguan dan ancaman yang berdimensi OMSP. Satuan-satuan itu bisa berbentuk satuan khusus untuk menghadapi
aksi terorisme, satuan khusus untuk menghadapi kejahatan illegal di perairan dan penyelundupan, satuan khusus untuk
medical, evakuasi, dan SAR untuk menghadapi bencana alam, dan kesatuan khusus untuk tujuan misi perdamaian
dunia.

Ke depan, ancaman terhadap NKRI semakin kompleks, terutama tindakan kejahatan yang berdimensi lintas negara
yang semakin marak. Oleh karena itu, dalam tugasnya TNI memerlukan dukungan instansi terkait dengan lingkup
fungsi dan tanggung jawab lembaga pemerintah lainnya. Untuk mewujudkan kekuatan terpadu, TNI harus selalu
berkoordinasi dan bekerjasama dengan semua lembaga fungsional pemerintah dan elemen bangsa lainnya. Mengingat
tindakan kejahatan tersebut bersifat lintas negara, maka kerjasama keamanan regional dengan negara-negara lain
menjadi keharusan.
D. Peranan TNI dalam NKRI

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan perannya sebagai alat pertahanan Negara berkewajiban untuk terus
menjaga dan memelihara kedaulatan dan keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
keberhasilannya tentu haruslah dengan mendapatkan dukungan dari masyarakat luas.

Demikian Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto dalam amanat tertulis pada upacara peringatan ke-
57 tahun Hari TNI tahun 2002, 5 Oktober 2002, yang dibacakan Direktur Standarisasi dan Kelaikan Ditjen Ranahan
Dephan Laksma TNI Widen Tyono ST MM di Lapangan Apel Dephan, Jakarta, Sabtu (5/10) dengan tema "TNI yang
Kokoh Didukung Rakyat Menjamin Tegaknya Kedaulatan dan Keutuhan Bangsa." Panglima TNI mengatakan sejarah
mencatat bahwa pada awal kemerdekaan NKRI, bangsa Indonesia berhasil mengatasi berbagai ancaman, baik yang
datang dari luar maupun dalam negeri sendiri. Agresi tentara Belanda tahun 1948, pemberontakan PKI, DI/TII,
Permesta dan Republik Maluku Selatan adalah merupakan bukti otentik yang tidak bisa dibantah lagi.

Panglima TNI juga menegaskan, reformasi internal TNI secara struktural sejauh ini telah berhasil membawa
perubahan-perubahan yang signifikan. Namun perubahan-perubahan tersebut tidaklah serta-merta dapat dirasakan
masyarakat luas, karena memang pada akhirnya sikap dan perilaku prajuritlah yang akan menentukan seberapa jauh
perubahan itu telah dilaksanakan. Karenanya menjadikan diri sebagai prajurit pejuang yang profesional, prajurit yang
berdisiplin tinggi serta prajurit bermoral yang dapat dibanggakan haruslah menjadi tekad dari setiap insan prajurit TNI.

Menurut Panglima TNI, peringatan Hari TNI tahun 2002 memiliki dua kandungan makna, pertama, sebagai
sarana bagi prajurit TNI untuk mawas diri dan mampu secara jernih melihat sejauhmana TNI melangkah menuju pada
paradigma baru TNI sesuai tugas peran dan fungsi TNI. Kedua, peringatan ini juga harus dapat dijadikan sebagai
momentum untuk lebih meneguhkan jatidiri TNI sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, dan Tentara Nasional yang
bearti adalah pengayom dan pelindung rakyat.

Sejumlah kapal perang milik TNI Angkatan Laut mengikuti aksi tempur laut di perairan Kalimantan Timur, Minggu
(15/6/2008), dalam rangka Latihan Gabungan TNI.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan selalu siap sedia menjaga dan mengamankan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan cara berperang sekali pun. "Keutuhan NKRI adalah harga mati bagi
setiap masyarakat Indonesia kepada siapa saja yang berani mengganggu kedaulatan negara ini," tegas Panglima TNI
Jenderal Joko Santoso di Banjarmasin

Kehadiran Panglima TNI di Banjarmasin dalam rangka pelaksanaan program bhakti TNI di Rumah Sakit TPT
Banjarmasin.

Saat ditanya apakah TNI siap untuk perang, Panglima mengatakan, "TNI siap perang asalkan itu diputuskan oleh
bangsa dengan putusan politik antara pemerintah dan DPR."

Menurut Joko, TNI adalah penjaga kedaulatan, jadi akan selalu menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia.

Saat ditanya mengenai kasus Ambalat, Joko menjelaskan, TNI akan selalu siap mewaspadai setiap ancaman yang
datang dari luar. "Kami akan menghalau negara mana pun yang memasuki wilayah kesatuan Republik Indonesia tanpa
izin dengan cara yang sesuai prosedur dan aturan yang berlaku," tegasnya.

"Untuk itu, dengan adanya kesiapan TNI dalam menjaga keutuhan NKRI, maka siapa saja dalam hal itu negara mana
pun yang memasuki wilayah Indonesia tanpa meminta izin akan ditegur dan diminta untuk meninggalkan NKRI,"
jelasnya.

Kesimpulan

Bahwa yang wajib melindungi keutuhan NKRI tidak hanya tentara tetapi kewajiban bersama masyarakat Indonesia
namun untuk menjaga keutuhan NKRI memang merupakan kewajiban TNI sehingga dimanapun, kapanpun TNI akan
selalu siap untuk menjaga keutuhan Negara…

You might also like