You are on page 1of 24

Tentang teori kebidanan

Tentang teori kebidanan reva rubin

berkaitan dengan periode nifas


3 bulan lalu 

Lapor Penyalahgunaan

 
Vie 
Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak
Menurut saya tau Teory yang ini mbak....
Perubahan psikologi pada ibu nifas Menurut Reva Rubin (1960) 
proses adaptasi psikologis pada ibu nifas melalui 3 fase yaitu :

1. Fase taking in (fase mengambil).


Terjadinya pada hari 1 – 3 post partum
Dalam memenuhi kebutuhan sangat tergantung pada orang lain.
Sulit mengambil keputusan.

2. Fase taking hold


Terjadinya pda hari 4 – 10 post partum
Sikap aktif dan positif serta lebih mandiri namun masih memerlukan bantuan orang lain.
Masih ada kurang percaya diri tetapi fokus perhatian mulai meluas.
Tenaga ibu mulai sehat dan meningkat serta merasa lebih nyaman.

3.Fase letting go
Terjadi setelah 10 hari post partum.
Mulai menjalankan peranannya dan sudah punya konsep.
Mampu merawat bayinya, dirinya sendiri dan mulai sibuk dengan tanggung jawab sebagai ibu.

Semoga Bermanfaat ^_*


3 bulan lalu 
materi referensi:
dari Berbagai sumber

http://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=At5jSE09fMUEcDDs4egMbe7JRAx.;_ylv=3?
qid=20080916013358AAXTDdJ
Teori Ernestine Wiedenbach 
 
•Menentukan teori situasi produksi, yang memiliki factor sebagai berikut :
Pusat tujuan (perawat filosofi untuk perawatan)
Sangat penting dalam disiplin tertentu
Resep untuk pemenuhan dari pusat tujuan, direktif untuk kegiatan
Kenyataan dalam situasi yang langsung mempengaruhi pemenuhan dari pusat tujuan,
matrik dalam aksi yang terjadi.
 

•Filsafat melandasi mencerminkan maksud dan tujuan filosofi, Wiedenbach (1969).


Dan diantaranya ada 3 komponen untuk perawatan filosofi, yaitu :
Hormat pada pemberian kehidupan
Terhadap martabat, senilai, otonomi, dan kepribadian dari setiap manusia
Resdusi untuk bertindak secara dinamis dalam kaitannya dengan satu kepercayaan.
 
•Tindakan yang tepat untuk melaksanakan rencana untuk melaksanakan tindakan
sesuai dengan tujuan pusat. Tindakan sukarela ada 3 yaitu :
Saling memahami dan tindakan yang telah disepakati.
Penerima tindakan diarahkan cara tindakan dilakukan
Praktisi
 
•Perawat setelah menentukan tujuan dan pusat telah mengembangkan resep dia
menganggap kenyataan yang ada dan memiliki 4 dasar tanggung jawab.
Untuk mendamaikan asumsi tentang realitas
Untuk menentukan tujuan
Untuk praktek perawatan sesuai dengan tujuan
Untuk terlibat dalam kegiatan yang menyumbang kepada diri dan realisasi peningkatan
perawatan
 
•Keperawatan praktek adalah seni, tindakan perawatan yang didasarkan pada prinsip
membantu, terdiri dari 4 tindakan :
Disengaja (spontan)
Diisyaratkan (otomatis)
Impulsive
Berunding (tanggung jawab)
 
•Perawatan praktek memiliki 3 komponen yaitu :
1. Identifikasi kebutuhan pasien
2. Pertolongan dari bantuan yang diperlukan
3. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap
bayi. Sedangkan stress emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan
berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur
terganggu.manifestasi ini disebut dengan Post Partum Blues dimana terjadi pada hari ke-3
sampai ke-5 post partum.
 
Sumber : (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/04/masa-nifas)
TEORI RAMONA T. MERCER KASUS IBU POST PARTUM

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawatan maternitas sangat mempengaruhi
kualitas asuhan yang diberikan dalam berbagai tindakan keperawatan seperti uupaya pelayanan
antenatal, intranatal, post partum dan perawatan bayi baru lahir. Sebagai perannya sebagai
perawat profesional, perawat maternitas perlu mengembangkan ilmu dan kiat keperawatan yang
salah satunya adalah harus dapat mengintegrasikan model konseptual khususnya dalam
pemberian asuhan keperawatan maternitas.

Salah satu model konseptual keperawatan yang mendasari keperawatan meternitas adalah
Maternal Role Attainment-Becoming a Mother yang dikembangkan oleh Ramona T. Mercer.
Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi
seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Model ini juga menjadi pedoman bagi
perawat dalam melakukan pengkajian pada bayi dan lingkungannya, digunakan untuk
mengidentifikasi tujuan bayi, memberikan bantuan terhadap bayi dengan pendidikan dan
dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang tidak mampu untuk melakukan perawatan
secara mandiri dan mampu berinteraksi dengan bayi dan lingkungannya.

Konsep teori Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru lahir terutama pada
kondisi psikososial dan emosional bayi baru lahir masih sering terabaikan. Model konseptual
Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu. Respon perkembangan
bayi baru lahir yang berinteraksi dengan perkembangan identitas peran ibu dapat diamati dari
pola perilaku bayi.

Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk menyusun dan mengaplikasikan format pengkajian
bayi baru lahir dengan pendekatan model konseptual Mercer.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan pengkajian bayi baru lahir berdasarkan model konsepual Mercer
2. Tujuan Khusus
a. Menyusun format pengkajian berdasarkan model konseptual Mercer
b. Melakukan pengkajian pada bayi baru lahir dengan menggunakan format yang telah disusun
c. Mendokumentasikan data yang diperoleh
d. Menganalisis data
e. Merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian
f. Menganalisa penerapan model konseptual yang dikemukakan oleh Mercer yang tertuang dalam
pembahasan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asumsi yang Mendasari Model Konseptual


Maternal Role Attainment-Becoming a Mother adalah model konseptual keperawatan yang
dikemukakan oleh Ramona T. Mercer. Model ini tercipta setelah Mercer melakukan perbagai
riset yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi parental attachment pada ibu post
partum dan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ibu tersebut adalah
emosional bayi baru lahir. Mercer mengidentifikais bahwa komponen emosional bayi yang
mempengaruhi peran ibu tersebut adalah temperamen bayi, kemampuan memberikan isyarat,
penampilan, karakteristik umum, responsiveness dan kesehatan umum.

Asumsi Mercer berkaitan dengan pengembangan model maternal role attainment ini di antaranya
adalah bayi baru lahir diyakini sebagai parner yang aktif dalam proses pencapaian peran ibu,
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peran ibu serta peran pasangan dan bayinya akan
mereflesikan kompetensi ibu dalam menjalankan perannya sehingga dapat tumbuh dan
berkembang.

Perkembangan identitas peran ibu sangat terpengaruh oleh kondisi psikologis dan perilaku ibu
dan bayi. Pada bayi respon perkembangan yang berpengaruh terhadap interaksi dengan
perkembagan identitas peran ibu antara lain adanya kontak mata sebagai isyarat komunikasi,
refleks menggenggam, refleks tersenyum dan tingkah lau yang tenang sebagai respon terhadap
perawatn ibu, konsistensi tingkah laku interaksi dengan ibu serta respon ibu terhadap bayinya
dapat meningkatkan pergerakan bayi.

Dengan demikian kondisi bayi baru lahir sangat berpengaruh terhadap pencapaian dan
pengembangan peran ibu sehingga perawat bayi baru lahir adalah komponen penting dalam
penerapan model konseptual yang dikemukakan oleh Mercer.

B. Sumber Teori
Model pencapaian peran maternal yang dikemukakan oleh Mercer dengan menggunakan konsep
Bronfenbrenner’s (1979) memperlihatkan bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap
pencapaian peran ibu. (Gambar 1)

C. Konsep Utama dan Definisi


Mercer menggunakan konsep-konsep utama dalam mengembangkan model konseptualnya.
Konsep-konsep tersebut adalah :
Pencapaian peran ibu (maternal role attainment) adalah suatu proses pengembangan dan
interaksional dimana setiap saat ketika ibu menyentuh bayinya akan menciptakan kemampuan
mengasuh dan merawat termasuk membentuk peran dan menunjukkan kepuasan dan kesenangan
menikmati perannya tersebut.
Maternal identity menunjukkan internalisasi diri dari ibu.
Persepsi terhadap kelahiran bayi adalah persepsi setiap wanita dalam menunjukkan persepsi
pengalamannya selama melahirkan bayinya.
Self esteem digambarkan sebagai persepsi individu dalam menggambarkan dirinya sendiri
Konsep diri adalah seluruh persepsi individu terhadap kepuasan diri, penerimaan diri, harga diri
dan kesesuaian antara diri dan ideal dirinya.
Fleksibilitas dikemukaan untuk menunjukkan bahwa peran tidaklah kaku. Fleksibilitas perilaku
pengasuhan anak meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan. Ibu yang lebih tua
berpotensi untuk mengalami kekakuan pada bayinya dan untuk menyesuaikan pada setiap situasi.
Childrearing attitude adalah perilaku ibu atau kepercayaan mengenai pengasuhan anak.
Status kesehatan didefinisikan sebagai persepsi orang tua terhadap prioritas kesehatannya,
pandangan erhadap kesehatan, kesehatan saat ini, resistensi atau kemungkinan untuk sakit, hal
yang dikhawatirkan dalam kesehatan, orientasi sakit dan memutuskan peran sakit.
Kecemasan digambarkan sebagai persepsi individu tentang situasi yang penuh stress seperti
adanya bahaya atau ancaman.
Depresi ditunjukkan dengan adanya beberapa gejala tekanan yang ditunjukkan dari perilaku ibu.
Role strain-role conflict (konflik peran) didefinisikan sebagai konflik dan kesulitan yang
dirasakan oleh wanita dalam penyesuaiannya terhadap tugas peran ibu.
gratification-satisfaction digambarkan sebagai kepuasan, kenikmatan, umpan balik dan
kebanggaan yang diekspresikan oleh wanita dalam berinteraksi dengan bayinya dan dalam
memenuhi tugas rutinnya sebagai seorang ibu.
Attachment adalah komponen dari peran orang tua dan identitas yang digambarkan sebagai
proses dalam mempertahankan komitmen sikap dan emosi yang telah terbentuk.
Infant temperament dikaitkan dengan apakah bayi sulit mengirimkan untuk membaca isyarat,
arahan pada perasaan ketidakmampuan dan keputusasaan dari ibu.
Status kesehatan bayi (infant health status) adalah kesakitan yang disebabkan oleh permisahan
ibu dan bayi, mempengaruhi proses kasih sayang (attachment).
Karaktersitik bayi (infant characterize) meliputi temperamen bayi, penampilan dab status
kesehatan.
Isyarat-isayarat bayi (infant cues) adalah perilaku bayi yang menunjukkan respon terhadap
ibunya.
Keluarga (family) didefinisikan sebagai sistem yang dinamis yang terdiri atas subsistem-individu
(ibu, ayah, janin/bayi) dan dyad (ibu-ayah, ibu-janin/bayi, ayah-janin/bayi) yang bersama dalam
satu sistem.
Fungsi keluarga (family functioning) adalah pandangan individu terhadap aktivitas dan
hubungan antara kelurga dan sub sistem serta unit sosial yang tinggal dalam rumah
Ayah atau pasangan intim (father or intimate partnert) berkontribusi pada proses pencapaian
peran ibu yang pada pelaksanaannya tidak bisa digantikan oleh orang lain. Interaksi ayah
membantu mengurangi tekanan dan memfasilitasi pencapaian peran ibu.
Stress terbentuk dari persepsi positif atau negatif tentang hidup dan lingkungan.
Dukungan sosial (social support) adalah sejumlah bantuan yang diterima, puas dengan bantuan
tersebut dan orang-orang disekitarnya selalu siap untuk membantu. Terdapat empat area
dukungan sosial yang mencakup dukungan emosional, informasi, fisik dan penilaian.
Hubungan ibu-ayah (mother-father relationship) adalah persepsi tentang hubungan pasangan
yang mencakup nilai, tujuaan antara kedun dan perjanjian. Kasih sayang ibu terhadap bayinya
berkembang seiring dengan lapangan emosional dari hubungan orangtuanya

D. Paradigma Keperawatan Bedasarkan Model Konseptual Ramona T. Mercer 


Keperawatan 
Mercer (2004) mengemukakan bahwa keperawatan adalah profesi yang dinamis dengan tiga
fokus utama yaitu promosi kesehatan, mencegah kesakitan dan menyediakan layanan
keperawatan bagi yang memerlukan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal serta penelitian
untuk memperkaya dasar pengetahuan bagi pelayanan keperawatan. Pengkajian selanjutnya pada
klien dan lingkungan, perawat mengidentifikasi tujuan klien, menyediakan layanan pada klien
yang meliputi dukungan, pendidikan dan pelayanan keperawatan pada klien yang tidak mampu
merawat dirinya sendiri.
Manusia
Mercer tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai konsep manusia namun mengarah pada
diri dan inti diri. Mercer memandang diri sebagai bagian dari peran yang dimainkan. Wanita
sebagai individu dapat berperan menjadi orang tua jika telah melalui mother-infant dyad. Inti
dari manusia tersusun dari konteks budaya dan dapat mendefinisikan dan membentuk situasi.
Konsep kepercayaan diri dan harga diri sebagai manusia terpisah dari interaksi dengan bayinya
dan ayah dari bayinya atau orangg lain yang berarti yang saling mempengaruhi.
Kesehatan
Mercer mendefinisikan status kesehatan dari orang tua sebagai persepsi kesehatan yang mereka
lalu, kesehatan saat ini, harapan tentang kesehatan, resiko terhadap penyakit, kekhawatirkan dan
perhatian tentang kesehatan, orientasi pada penyakit dan penyembuhannya, status kesehatan bayi
baru lahir dengan tingkat kehadiran penyakit dan status kesehatan bayi oleh orang tua pada
kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan dipandang sebagai keinginan yang ditunjukkan untuk
bayi. Mercer mengemukakan bahwa stress suatu proses yang memerlukan perhatian penting
selama perawat persalinan dan proses kelahiran.
Lingkungan
Definisi lingkungan yang dikemukakan oleh Mercer diadaptasi dari definisi Bronfenbrenner’s
tentang ekologi lingkungan dan berdasarkan teori awalnya. Mercer menjelaskan tentang
perkembangan tidak dapat menjadi bagian dari lingkungan, terdapat akomodasi mutual antara
perkembangan individu dan perubahan sifat dengan segera. Stress dan dukungan sosial dalam
lingkungan dipengaruhi untuk mencapai peran maternal dan paternal serta perkembangan anak.

E. Pencapaian Peran Ibu : Mercer’s Original Model


Maternal Role Attainmen yang dikemukakan oleh Mercer merupakan sekumpulan siklus
mikrosistem, mesosistem dan makrosistem. Model ini dikembangkan oleh Mercer sejalan
pengertian yang dikemukakan Bronfenbrenner’s, yaitu :
a. Mikrosistem adalah lingkungan segera dimana peran pencapaian ibu terjadi. Komponen
mikrosistem ini antara lain fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah, dukungan sosial, status
ekonomi, kepercayaan keluarga dan stressor bayi baru lahir ang dipandang sebagai individu yang
melekat dalam sistem keluarga. Mercer (1990) mengungkapkan bahwa keluarga dipandang
sebagai sistem semi tertutup yang memelihara batasan dan pengawasan yang lebih antar
perubahan sengan sistem keluarga dan sistem lainnya.

b. Mesosistem meliputi, mempengaruhi dan berinteraksi dengan individu di mikrosistem.


Mesosistem mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan
lingkungan yang umum berada dalam masyarakat.
c. Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri atas sosial, politik.
Lingkungan pelayanan kesehatan dan kebijakan sistem kesehatan yang berdampak pada
pencapaian peran ibu.
Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 (empat) tahap penguasaan peran,
yaitu :
Antisipatori : tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data sosial, psikologi,
penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran, belajar untuk berperan, hubungan dengan
janin dalam uterus dan mulai memainkan peran.
Formal : tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses pembelajaran dan
pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi petunjuk formal, harapan konsesual
yang lain dalam sistem sosial ibu.
Informal merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan ataucara khusus yang
berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem sosial. Wanita membuat peran
barunya dalam keberadaan kehidupannya yang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan ke
depan.
Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita terhadap perannya.
Perngalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya diri, kemampuan dalam menampilkan
perannya dan pencapaian peran ibu.

Tahapan pencapaian peran ibu ini berkaitan dan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan
bayi baru lahir tampak dari Gambar 1. Respon perkembangan bayi sebagai respon terahadap
perkembagan peran ibu adalah
a. Kontak mata dengan ibu saat ibu bicara, refleks menggenggam
b. Refleks tersenyum dan tenang dalam perawatan ibu
c. Perilaku interaksi tang konsisten dengan ibu
d. Menimbulkan respon dari ibu; meningkatkan aktifitas.

G. Becoming a Mother : Model Revisi


Pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal role attainment menjadi a becoming mother.
Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi dan ayah sebagai sentral interaksi yang
tinggal dalam satu lingkungan.

Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi dukungan sosial,
nilai dari keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stressor. Lingkungan komunitas meliputi
perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah, rumah sakit, fasilitas rekreasi dan pusat
kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar dipengaruhi oleh hukum yang berhubungan dengan
perempuan dan anak-anak, termasuk ilmu tentang bayi baru lahir, kesehatan reproduksi, budaya
terapan dan program perawatan kesehatan nasional.

TINJAUAN KASUS

a. Hasil Pengkajian pada Bayi Baru Lahir dengan Mengggunakan Model Mercer
1. Pengkajian Ibu
a. Identitas Ibu
Nama Ibu : Ny. I
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Jl. Bintara I Rt. 016 Rw. 02. Bekasi Utara
Tanggal pengkajian : 20 November 2007

b. Antisipatori
1) Riwayat kahamilan ibu yang lalu : ibu mengatakan bahwa kehamilannya yang lalu sama
dengan kehamilannya sekarang tidak ada masalah yang berarti. HPHT tanggal 3 Pebruari 2007,
Taksiran Partus tangga 21 Nopember 2007. Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak kehamilan
18 minggu di RB. Rumah Sakit Ananda, Bekasi. Imunisasi TT dilakukan sebanyak dua kali di
rumah sakit yang sama. Ibu mengatakan tidak ada masalah pada masa kehamilan hanya klien
merasakan pusing yang hebat pada awal kehamilan yang lambat laun berkurang sampai hilang.
2) Riwayat psikologis selama hamil : ibu mengatakan bahwa kehamilannya ini sangatlah
diharapkan mengingat usia anaknya yang pertama sudah menginjak 7 tahun. Ibu mengungkapkan
bahwa suami dan keluarganya sangat senang dengan kehamilannya. Klien mengatakan dirinya
menjadi percaya diri saat mengetahui hamil lagi karena dirinya merasa sempurna menjadi
wanita.
3) Interaksi selama hamil : ibu mengatakan bahwa suami dan keluarganya sangat menjaga dan
memperhatikan dirinya meskipun kehamilannya ini adalah yang kedua sehingga ibu merasa
kedekatan dirinya dengan keluarga semakin erat. Selama hamil sampai usia kehamilan 8
(delapan) bulan, klien masih bekerja sehingga sering bertemu dengan teman-teman kerjanya
yang biasa memberikan pengalaman kehamilan mereka.
4) Harapan selama kehamilan : Ibu mengatakan bahwa dirinya ingin kehamilannya tidak
bermasalah, bayinya sehat dan nomal tidak mempermasalahkan jenis kelamin bayinya nanti.
5) Peran yang dilakukan ibu selama hamil berhubungan dengan bayinya : ibu mengatakan bahwa
selama hamil klien selalu bersikap hati-hati, berusaha mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
senang mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan bayinya nanti.

c. Formal
1) Riwayat kelahiran : Ibu mengatakan bahwa anak pertamuanya lahir 7 (tujuh) tahun yang lalu
dengan spontan di tempatt yang sama. Ibu mengatakan tidak ada masalah pada persalinannya
yang lalu. Bayi lahir sehat dengan BB 3050 gr dan PB 50 cm. Riwayat kelahiran saat ini : pada
tanggal 20 Nopember 2007, pukul 08.00 WIB, ibu mengeluarkan bercak darah pada pakaian
dalamnya. Ibu minta diantar ke RS. Ananda. Hasil pemeriksaan dalam pkl. 08.45 WIB,
pembukaan 1 dan pembukaan lengkap terjadi pada pukul 16.50 WIB. Ibu dipimpin meneran dan
bayi lahir pk. 17.10 WIB dengan jenis kelamin perempuan. Nilai APGAR pada menit ke-1 : 7
dan pada menit ke-5 : 9. Berat badan 3600 gr, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 34 cm,
lingkar dada 32 cm. Denyut jantung bayi 120 x/mnt, frekuensi respirasi 42 x/mnt, Suhu axilla
37,40C. Placenta lahir lengkap pada pukul 17.15 WIB. Tidak tampak adanya kecacatan pada
tubuh bayi.
2) Fase penerimaan bayi : ibu sangat senang dengan kelahiran bayinya, hal tersebut tampak saat
ibu memeluk dan menyentuh bayinya dengan tampak senyum kebahagiaan.
3) Bonding attachment : segera setelah lahir bayi diletakkan di perut ibu, bayi tampak tenang
dalam dekapan ibunya. Bayi dibiarkan merangkak dan mencari puting ibunya. Perawat dan
keluarga menjaga dan mengawasi di dekat ibu. Sekitar 40 menit kemudian bayi berhasil
mencapai puting dan menghisap puting ibu.
4) Breast feeding/ kolostrum : Bayi sudah bisa menghisap puting ibu. Ibu mengatakan bahwa
ingin sekali menyusui bayinya untuk seterusnnya namun ibu mengeluh masih lelah dan ASI baru
sedikit dan khawatir produksi ASI tidak banyak seperti pada pengalaman anak pertama dulu
sehingga perlu dibantu dengan susu formula.
5) Interaksi sosial selama kelahiran : ibu dapat kooperatif selama kelahiran. Hal ini dibuktikan
dengan ibu mengikuti instruksi pimpinan persalinan dengan baik.
6) Peran ayah selam kelahiran : suami Ny. I tampak setia mendampingi saat proses persalinan
dan memberikan dukungan.

d. Informal
1) Orang yang terlibat dalam perawatan bayi : ibu mengatakan bahwa dia akan merawat bayinya
sendiri dibantu oleh suami dan orang tuanya.
2) Peran dalam perawatan bayi : ibu mengatakan akan berusaha menjaga dan merawat bayinya
sebaik-baiknya dan untuk sementara akan berhenti bekerja.
3) Pengalaman dalam perawatan bayi : ibu mengatakan sudah mempunyai cukup gambaran
dalam hal perawatan bayi mengingat ibu sudah memiliki pengalaman dalam merawat anak
pertamanya.
4) Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang : ibu mengatakan tidak berencana untuk
memiliki anak lagi tetapi jika memang nanti diberi kepercayaan untuk memiliki bayi lagi, ibu
mengatakan akan lebih mampu merawat bayinya sejak kehamilan dengan pengalamannya
merawat anak-anaknya terdahulu.

e. Personal
1) Pandangan ibu terhadap perannya : ibu mengatakan dirinya merasa sangat bahagia dengan
dikaruniai bayi perempuan karena anak sebelumnya adalah laki-laki dan mengatakan akan
merawat bayinya dengan baik dan berperan penuh sebagai ibu bagi anak-anaknya.
2) Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu : ibu mengatakan mendapatkan
pengetahuan dan mendapat contoh peran ibu yang baik dari ibunya yang merawatnya dengan
baik meskipun dengan jumlah anak yang banyak.
3) Percaya diri dalam menjalankan peran : ibu mengungkapkan bahwa dirinya merasa mampu
mejadi ibu, karena dukungan dari suami dan orang tua yang cukup baik.
4) Pencapaian peran : selama pengamatan ibu masih tampak merawat bayinya karena masih
dalam keadaan kelelahan tetapi ibu sudah memluk dan menyentuh bayinya.

2. Pengkajian pada Bayi


a. Temperamen bayi : segera setelah lahir bayi menangis kuat, saat bayi diletakkan di perut ibu
bayi tampak berhenti menangis dan tenang. Selanjutnya bayi terlelap.
b. Kemampuan berespon terhadap stimulus : saat diletakkan di atas perut ibu, bayi tampak
merangkak dan mencari puting ibu kemudian menghisap puting. Segera setelah lahir bayi diberi
rangsangan dengan menyentuh telapak tangan bayi dengan tangan perawat bayi langsung
menggenggam.
c. Penampilan umum : Berat badan 3600 gr, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar
dada 32 cm. Denyut jantung bayi 120 x/mnt, frekuensi respirasi 42 x/mnt, Suhu axilla 37,40C.
d. Karakteristik umum :
a) Usia bayi : 1 jam
b) Postur : lengan, tungkai bawah dalam keadaan fleksi
c) Integumen : warna umumnya merah muda, tidak tampak ikterik, tidak tampak adanya
hiperpigmentasi, tidak ada edema, vernik kaseosa sedikit seperti keju dan tidak berbau, lanugo
menipis, deskuamasi terdapat pada buku jari-jari.
d) Kepala : bentuk kepala simetris atau tidak ada kelainan bentuk fontanel anterior teraba datar,
bentuk seperti berlian, fontanel posterior berbentuk segitiga dan lebih kecil dari anterior, sutura
teraba dan tidak menyatu. 
e) Mata : kelopak mata terbuka, kedua mata dan jarak masing-masing 1/3 jarak dari bagian luar
kantus ke bagian kantus yang lain, bentuk simetris, terdapat refleks mengedip ada, kelopak mata
terdapat edema ringan, tidak ada rabas, bola mata dapat bergerak bebas, ukuran pupil sama dan
bereaksi terhadap cahaya.
f) Hidung : bentuk simetris berada di garis tengah, tampak tidak ada tulang hidung, terdapat
sedikit mukus tetapi tidak ada lendir yang keluar.
g) Telinga : letak telinga sesuai dengan garis sepanjang kantus luar dan kantus dalam mata, pinna
fleksibel, berespon terhadap suara dengan memberikan rangsang suara yang keras bayi tampak
terkejut (refleks startle), lubang telinga terbuka, tidak terdapat sekret.
h) Mulut : bentuk bibir simetris, warna merah mudak, palatum lunak dan keras utuh, terdapat
refleks rooting, sucking dan ekstruksi, gusi berwarna merah muda, lidah tidak menonjol.
i) Wajah : Bentuk simetris
j) Leher : Pergerakan bebas, tidak terjadi webneck.
k) Dada : bentuk bulat, puting susu menonjol, letak simetris, bunyi jantung tidak terdapat
murmur dan kecepatan jantung reguler, bunyi nafas bronkial jelas, rektraksi dada tampak teratur.
l) Abdomen : bentuk bulat, terdapat tali pusat tampak satu vena dua arteri, warna putih kebiruan,
sedikit tampat perdarahan dari ujung puntung tali pusat, terdengar bising usus, mekonium keluar
sudah keluar. Tampak pernafasan perut reguker.
m) Genetalia : klitoris edema, labia mayora metutupi labia minora, terdapat rabas mukoid,
meatus urinarius terdapat di bawah klitoris. Tampak keluar urine berwarna jernih.
n) Ektremitas

• Lengan : Sikap fleksi, ukuran lengan simetris, pergerakan bebas, jumlah jari utuh, saat diberi
rangsangan bayi dapat menggenggam (refleks menggenggam). Bayi di letakkan pada daerah
datar kemudian diberi rangsangan dengan hentakan di sekitar bayi. Bayi menunjukkan respon
mengembangkan jari-jarinya dengan sedikit tremor dan gerakan tangan memeluk kemudian
kembali ke posisi fleksi.
§ Tungkai dan kaki : panjang simetris, sikap fleksi, gerakan bebas, terdapat refleks
babinski,refleks menggenggam (refleks plantar) , saat kaki bayi disentuhkan pada daerah datar
kaki bayi tampak seperti akan melangkah (refleks melangkah), dan saat ditengkurapkan bayi
tampak bergrak maju.
o) Punggung utuh
p) Anus : lubang anus terbuka, mekonium sudah keluar.
q) Usia kematangan bayi berdasarkan New Ballard’s Score
Kematangan fisik
• Kulit tampak mengelupas dan terdapat ruam, vena jarang (nilai 2)
• Lanugo tampak menipis (nilai 2)
• Garis telapak tangan beberapa garis di 2/3 anterior (nilai 3)
• Payudara tampak areola muncul lebih jelas dengan tonjolan 3-4 mm (nilai 3)
• Telingan tampak bentuk lebih baik, mudah membalik (nilai 2)
• Genetalia perempuan tampak labia mayora sudah menutupi labia minora (nilai 4)

Kematangan Neuromuskuler
• Sikap : kedua bahu dan kedua kaki bengkok dan menutup ke arah badan (nilai 4)
• Sudut siku : 0’ (nilai 4)
• Kelenturan lengan : < 90’ (nilai 4)
• Sudut popliteal : < 90’ (nilai 5)
• Tanda “scarf” : siku tidak melewati midline (nilai 4)
• Tumit ke telinga : lutut bengkok,tumit sampai 45’ dari bidang datar (nilai 4)
Jumlah Skor = 41, usia gestasi bayi adalah 40 minggu

e. Responsiverness
b) Kontak mata : belum tampak jelas adanya kontak mata antara ibu dengan bayinya.
c) Refleks genggam sudah tampak saat bayi diberi rangsangan sentuhan pada telapak tangan dan
di bawah jari kaki.
d) Tersenyum : bayi belum tampak tersenyum
e) Perubahan interaksi konsistensi bayi : belum tampak adanya perubahan interaksi yang
konsisten dari ibu dan bayinya, tetapi ibu sudah berupaya untuk memeluk dan menyentuh
bayinya dan ibu belum mencoba secara aktif untuk menyusui.
f) Rangsangan yang dapat meningkatkan pergerakkan : bayi sudah dapat bekah dan respon
terhadap rangsangan terhadap refleks startle, refleks moro, refleks babinski, refleks melangkah,
refleks mengisap dan refleks merangkak.

PEMBAHASAN

Pada awalnya model konseptual Mercer lebih lebih ditujukan pada pengkajian ibu post partum
karena model ini berfokus pada proses pencapaian peran ibu dan bagaimana menjadi seorang
ibu. Namun jika meninjau konsep model yang dikemukakan oleh Mercer ini bayi adalah bagian
yang sangat penting dapam proses pencapaian peran tersebut, dimana interaksi bayi dengan ibu
yang terjalin utuh dan sistematis akan mempererat kasih sayang antara keduanya.

Penerapan konsep model Mercer dalam praktek keperawatan maternitas dikenal sebagai bonding
attachment. Bonding attachment adalah interaksi antara orang tua dengan bayinya yang dimulai
sejak dalam kandungan, dilanjutkan saat proses persalinan serta dipertahankan selama dan
setelah proses post partum. Pengertian bonding sendiri adalah dimulainya interaksi emosi, fisik
dan sensoris antara orang tua dan bayinya segera setelah lahir ditampilkan melalui daya tarik satu
araj oleh orang tua tehadap bayinya. Sedangkan attachment adalah ikatan perasaan kasih sayang
antara oarang tua dengan bayinya meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi,
fisik yang kuat berupa hubungan timbal balikyang saling menguntungkan melalui sinyal antara
pemberi asuhan utama dan bayi yang berkembang secara berangsur-angsur. (Matterson, 2001).

Pengkajian terhadap bonding dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap perilaku
orang tua dengan mengenali bayinya, memberi nama dan mengakui adanya bayi sebagai anggota
keluarga. Attachment meliputi pengkajian verbal dan non verbal ibu dan keluarga saat
berinteraksi dengan bayinya, meliputi respon orang tua saat bayi menangis, apakah orang tau
menunda pekerjaan atau kebutuhan dan berjalan mendekat, menerima tanggung jawab mengasuh
bayinya dan melaksanakan perawatan pada bayi, merubah panggilan orang tua dengan panggilan
yang diharapkan anak. (Mercer, 1995). Perilaku orang tua yang menunjukkan adanya bonding
attachment adalah adanya sentuhan fisik dengan menyusui, sentuhan kulit, adanya kontak mata
saat menyusui dan saat bayi terbangun, berbicara serta memeriksa tubuh bayi. Peran ayah yang
aktif dalam proses persalinan maupun perawat bayi akan menunjukkan keterikatan yang lebih
kuat dari pada ayah yang tidak terlibat dalam proses persalinan dan perawatan bayi (Reeder,
1997). Hal-hal tersebut sejalan dengan bagaimana Mercer menggambarkan bagaimana
pencapaian peran menjadi ibu.

Mercer menegaskan pada teorinya bahwa proses pencapaian peran ibu yang dilalui dengan empat
fase akan selalu berhubungan dengan respon bayi. Pada fase anticipatory yang dimulai sejak
kehamilan, bayi juga dilibatkan untuk berinteraksi, lalu fase kedua yang dimulai saat kelahiran
bayi yang juga memerlukan peran perawat dalam melakukan pengkajian fisik secara umum,
model Mercer ini juga mendukung dengan pengkajian yang lebih difokuskan pada psikososial.
Pada fase ketiga informal, peran ibu dalam proses interaksi dengan bayinya menjadikan ibu lebih
matang di dalam menjalankan perannya. Fase keempat personal, ibu telah menginternalisasi
perannya sehingga ibu mulai merasa percaya diri,merasa mampu dalam menjalankan tugasnya.

Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu yang
meliputi : temperamen, kemampuan memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum,
responsiveness dan kesehatan umum.Mercer juga mengembangkan teorinya pada bayi baru lahir
yang lebih spesifik dengan mengkaji kontak mata antara bayi dengan ibunya sebagai isyarat
pembicaraan,adanya refleks menggenggam, refleks tersenyum dan tingkah laku yang tenang
sebagai respon terhadap perawatan yang dilakukan ibu. Konsistensi tingkah laku interaksi
dengan ibu dan respon yang datang dari ibu akan meningkatkan pergerakan. Sejalan dengan
asumsi Mercer ini, May (1990) membedakan perilaku bayi khususnya temperamen bayi ke
dalam 2 (dua) ketegori :
1. Tipe ”easy infant” dimana bayi menunjukkan fungsi tubuh yang teratur, perasaan yang positif
dan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan.
2. Tipe ”difficult infant” dimana bayi menunjukkan irama tubuh yang tidak beraturan serta
berespon lambat terhadap rangsangan atau situasi yang baru.

Proses pencapaian identitas peran ibu ini menurut model konseptual Mercer dapat memakan
waktu sebulan atau beberapa bulan. (Mercer, 1995). Sedangkan masa bayi baru lahir atau
neonatus berlangsung selama 40 hari bahkan di klinik bersalin atau rumah sakit pengaplikasian
pada bayi baru kurang dari 24 jam. Perawatan bayi selanjutkan menjadi tanggung jawab perarwat
yang ada di komunitas dan perawat anak.

Meighan (2001), mengemukakan bahwa teori Mercer sangat relevan digunakan pada berbagai
setting praktek keperawatan maternitas dan anak. Hal ini didasarkan pada hasil penelitiannya
yang selalu dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan. Penerapan konsep Mercer
ini lebih banyak terfokus pada kondisi psikologis dan fisik sedangkan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia tidak terkaji. Oleh karena itu agar dapat menggali data yang komprehensif konsep
model Mercer ini harus dikombinasi dengan teori lain yang mencakup kebutuhan dasar manusia.
Pada kasus pengkajian Ny.I belum didapatkan hasil bahwa proses pencapaian peran ibu sudah
hampir dicapai oleh ibu hanya ibu belum mampu memberikan ASI secara mandiri segera karena
kondisi ibu yang kelelahan yang disebabkan proses persalinan. Namun sifat dan perilaku ibu
seperti empati, sensitive terhadap isyarat bayi, kematangan sikap, riwayat kehamilan yang
normal, dimana menurut teori sikap itu dapat mempengaruhi bayinya, sehingga hal tersebut
dapat menjadi berpotensi untuk penyebab keadaan bayi yang baik dan sejahtera.

Pada proses persalinan bayi Ny. I dilakukan tehnik inisiasi dini. Hal ini ditujukan untuk
memfasilitasi bonding attachment dengan segera. Segera setelah lahir, bayi lansung dileletakkan
diatas abdomen. Selama di atas perut ibu, bayi tampak tenang kemudian beberapa saat kemudian
bayi merangkak mencari-cari puting dan menghisap puting saat mencapainya. Proses inisisai dini
ini merupakan proses awal ikatan batin yang kuat antara ibu dengan bayinya. 

Peran ayah yang terlibat dalam proses persalinan dan perawatan bayi akan meningkatkan
pencapaian ikatan kasih sayang secara utuh. Selain itu kondisi ibu dan bayi yang sehat dan
sangat diharapkan oleh ibu akan mempercepat pencapaian peran menjadi ibu. Hal ini sangat
menguntungkan mengingat dampak pelaksanaan bonding attachment pada bayi adalah bayi akan
merasa dihargai, diperhatikan, menumbuhkan sikap percaya, aman, berani bereksplorasi,
bertambah pengetian, menumbuhkan sikap social dan merupakan fase awal tersiptanya dasar
kepribsian yang positif. (Klaus, 1990).

Teori Mercer sangat aplikatif jika ditujukan untuk mengkaji kondisi yang berkaitan dengan
pencapaian peran namun teori ini belum aplikatif dalam menggali data yang berhubungan
dengan kebutuhan dasar terutama pemenuhan kebutuhan fisik. Oleh karena itu penerapan konsep
Mercer perlu dimodifikasi dengan teori lain untuk melengkapi kekurangannya.

KESIMPULAN

Teori Mercer menjadi panduan bagi perawat dalam membantu pencapaian peran ibu. dimana
pada teori ini mengemukakan bagaimana proses pencapaian peran ibu dan proses akan menjadi
seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya.Model ini juga menjadi pedoman bagi
perawat dalam melakukan pengkajian pada klien dan lingkungannya,mengidentifikasi tujuan
klien memberikan bantuan terhadap klien dengan pendidikan dan dukungan serta memfasilitasi
interaksi antara ibu dan bayi sedini mungkin.

Meighan (2001), mengemukakan bahwa teori Mercer sangat relevan digunakan pada berbagai
setting praktek keperawatan maternitas dan anak. Hal ini didasarkan pada hasil penelitiannya
yang selalu dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan. Penerapan konsep Mercer
ini lebih banyak terfokus pada kondisi psikologis dan fisik sedangkan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia tidak terkaji. Model konseptual Mercer relevan diterapkan pada kasus ibu post
partum, namun kesenjangan teori ini pada pengkajian ibu post partum adalah, bahwa teori ini
masih perlu digabung dengan aplikasi teori lain seperti teori ”Self Care” Dorothea Orem atau
teori ”Adaptasi” Callista Roy agar dapat mencakup pengkajian fisik ibu post partum dan
kemandirian ibu post partum dalam menjalani adaptasi sebagai ibu.
Askep Preeklampsia 
PREEKLAMPSI
PengertianPre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam
masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
EtiologiEtiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut
“penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
InsidenDi Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini
preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
PatofisiologiPada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah.
Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis
Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Manifestasi klinikBiasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat
badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia
ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit
kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
Tes DiagnostikTes diagnostik dasarPengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin,
pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.Tes laboratorium
dasarEvaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus
darah tepi).Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan
sebagainya).Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).Uji untuk meramalkan
hipertensiRoll Over testPemberian infus angiotensin II.
Penanganan medikPencegahanPemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti
mengenai tanda – tanda sedini mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.Harus selalu waspada terhadap kemungkinan
terjadinya pre-eklampsia.Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan,
serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga
menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.PenangananTujuan utama penanganan adalah
:Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.Hendaknya janin lahir hidup.Trauma
pada janin seminimal mungkin.
Seksio sesarea
PengertianSeksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus (Ilmu Kebidanan, edisi ketiga, Halaman 863).Seksio sesarea adalah
suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina atau seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Sinopsis Obstetri Jilid 2, Halaman 133).Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Hal 133).
EtiologiPenyebab dilakukannya seksio sesarea adalah :Plasenta previaGawat janinDisproporsi
sefalo-pelvik (ketidakseimbangan kepala dan panggul).Pernah seksio sesarea.Kelainan letak.Pre
eklampsia dan hipertensiIncoordination uteri action (tidak ada kerjasama yang teratur antara
fungsi alat kandungan).
InsidenDulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang
oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan antibiotika, angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah – rumah
sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari
2 per 1000. nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin
sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara – negara dengan pengawasan antenatal
yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 %.
Jenis – jenis seksio sesareaSeksio sesarea klasik (korporal)Dengan sayatan memanjang pada
korpus uteri kira – kira sepanjang 10 cm.
Seksio sesarea ismika (profunda)Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10 cm.
Komplikasi seksio sesareaInfeksi puerperalKomplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan
suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis
dsb.PerdarahanPerdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri
ikut terbuka, atau karena atonia uteri.Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing,
embolisme paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.Suatu komplikasi yang baru
kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah
seksio sesarea klasik.
Anatomi fisiologi sistem reproduksiGenitalia eksternaMons veneris/pubisBagian yang menonjol
diatas simfisis dan terdiri dari jaringan lemak.Labia mayoraBerbentuk lonjong dan menonjol,
terdiri dari jaringan lemak. Kebawah dan kebelakang kedua labia mayora bertemu membentuk
kommisura posterior.Labia minoraLipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora. Kedepan
kedua labia minora membentuk preputium klitoris. Kebelakang membentuk fossa
navikulare.KlitorisTertutup oleh preputium klitoris, sebesar kacang ijo terdiri dari serabut saraf
dan pembuluh darah, analog dengan penis laki – laki.VulvaBentuk lonjong dibatasi di depan oleh
klitoris, kanan kiri oleh labia minora, di belakang oleh perineum. Terdapat orificium urethra
eksterna. Ostia kelenjar skene yang analog dengan kelenjar prostat pada laki – laki, dan kelenjar
vestibularis bartolini yang mengeluarkan getah lendir pada waktu coitus.2.6.1.1.HymenBerupa
lapisan tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina. Bentuknya berbeda-beda dari bulan
sabit sampai berlubang – lubang.
Genitalia internaVaginaSuatu saluran muskulo membranosa yang menghubung-kan uterus dan
vulva terletak antara kandung kencing dan rektum. Dindingnya berlipat-lipat disebut rugae, tidak
terdapat kelenjar.UterusBerbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri dari fundus
uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai
tempat janin berkembang. Isthmus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus, yang menjadi
segmen bawah rahim pada kehamilan.Tuba fallopiBerjalan ke arah lateral, mulai dari kornu uteri
kanan dan kiri. Terdiri dari 4 bagian : 1) pars interstitialis, bagian dalam dinding uterus, 2) pars
ismika, bagian tengah tuba yang sempit, 3) pars ampularis, bagian yang terlebar dan sebagai
tempat konsepsi terjadi, 4) infundibulum, bagian ujung tuba dan mempunyai fimbria. Tuba
fallopi berfungsi membawa ovum ke kavum uteri.OvariumAda 2, kiri dan kanan. Terdiri dari
bagian luar (korteks) yang mengandung folikel-folikel dan bagian dalam (medulla) yang berisi
pembuluh darah, serabut saraf, dan pembuluh limfe, ovarium berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum ovari propium. Pembuluh darah ke ovarium (arteri ovarika) melalui ligamentum
suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum). Fungsi ovarium adalah untuk produksi
hormon dan ovulasi.
PatofisiologiSuatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding
perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh mengingat bahwa terjadinya ruptur uteri sesudah
seksio sesarea dilakukan segmen bawah uterus tidak begitu besar, disini diambil sikap untuk
membolehkan wanita hamil untuk bersalin pervagina, kecuali jika sebab seksio sesarea tetap ada
misalnya kesempitan pada pinggul, mengenai kontraindikasi perlu diingat bahwa seksio sesarea
tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa, misalnya janin sudah meninggal dalam uterus
atau janin terlalu kecil untuk hidup diluar kandungan (Menurut Prawirohardjo S, 1999).
Perawatan post operasi seksio sesarea.AnalgesiaUntuk wanita dengan ukuran tubuh rata – rata
dapat disuntikkan intramuskuler yaitu mepedivin setiap 3 jam sekali bila diperlukan untuk
mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikkan dengan cara serupa 10 mg morphin. Jika ibu
berukuran kecil dosis mepedivin yang diberikan adalah 50 mg dan jika berukuran besar dosis
yang paling tepat adalah 100 mg mepedivine.Tanda vitalPasien dievaluasi sekurang-kurangnya
setiap jam sekali paling sedikit 4 jam dan tekanan darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah
yang hilang dan fundus uteri serta pengukuran suhu badan harus diperiksa pada saat dini.Terapi
cairan dan dietKarena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi maka pemberian
cairan infus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi
hipertermia dan dehidrasi.MobilisasiMobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk
membantu jalannya penyembuhan. Penderita miring ke kiri dan ke kanan sudah dapat dimulai
sejak 6 – 10 jam setelah penderita sadar. Latihan pernafasan dilakukan penderita sambil tidur
terlentang, sedini mungkin setelah sadar.Perawatan lukaLuka insisi diinspeksi setiap hari untuk
mengetahui penyembuhan luka. Secara normal jahitan kulit diangkat pada hari ke empat post
partum. Pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
Nifas
PengertianNifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Sinopsis Obstetri
Fisiologi Jilid I, Halaman 115).Nifas adalah massa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Perawatan Kebidanan Yang
Berorientasi Pada Keluarga, Jilid II, Halaman 68).Persalinan adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid I, Halaman 291).Nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal).
Periode nifasPeriode nifas dibagi 3 (Menurut Depkes RI, 1990) antara lain :Immediate
puerperium adalah keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam sesudah
persalinan (0 – 24 jam sesudah melahirkan).Early puerperium adalah keadaan yang terjadi pada
permulaan puerperium.Waktu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama).Later
puerperium adalah waktu 1 minggu sesudah melahirkan sampai 6 minggu.
EtiologiDiduga persalinan mulai apabila uterus telah teregang sampai derajat tertentu.Tekanan
bagian terendah janin pada cervix dan segmen bawah rahim, demikian pula pada plexus nervosus
di sekitar cervix dan vagina, merangsang permulaan persalinan.Siklus menstruasi berulang setiap
4 minggu dan persalinan biasanya mulai pada akhir minggu ke-40 atau 10 siklus
menstruasi.Begitu kehamilan mencapai cukup bulan, setiap faktor emosional dan fisik dapat
memulai persalinan.Beberapa orang percaya bahwa ada hormon khusus yang dihasilkan oleh
plasenta apabila kehamilan sudah cukup bulan yang bertanggung jawab atas mulainya
persalinan.Bertambah tuanya plasenta yang mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron dalam darah diduga menyebabkan dimulainya persalinan (Harry Oxorn, 1990,
Patologi dan Fisiologi Persalinan; Halaman 103).
InsidenHampir 96 % janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala 23 % 58 % ubun – ubun kecil terletak di kiri depan, ini ditemukan 8 % di kiri
belakang. 11 % di kanan belakang, dan di kanan depan, Keadaan ini disebabkan terisinya
ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rectum.Sehingga tampak presentase
yang tinggi berada dalam uterus dibanding presentase kepala. Keadaan ini mungkin disebabkan
pula karena kepala relatif lebih besar dan lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian
rupa, sehingga volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas, di ruangan yang
lebih luas, sedangkan kepala berada dibawah, di ruangan yang lebih sempit, ini dikenal sebagai
teori akomodasi. Ada 3 faktor yang memegang peranan pada persalinan ialah :
Kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan.Keadaan jalan
lahir.Janinnya sendiriDan data yang didapatkan di RSU Labuang Baji terdapat 79,6% ibu nifas
yang melahirkan normal dari 3034 ibu nifas dalam tiga tahun terakhir ini (Medical Record RSU
Labuang Baji Makassar, 2003).
Anatomi / Fisiologi
Dalam masa nifas, alat – alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genital secara keseluruhannya
disebut involusio.Genetalia interna dan eksterna (Sketsa gambar terlampir).Setelah janin
dilahirkan, fundus uteri setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir maka tinggi fundus uteri 2
jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 pasca persalinan uterus kurang lebih tinggi 7 cm atas symfisis
atau setengah symfisis – pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas
symfisis.Bagian bekas implantasi plasenta merupakan luka kasar dan menonjol kedalam kavum
uteri yang berdiameter 7,5 cm dan sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.Berat
uterus gravidus aterm kira – kira 1.000 gr. Satu minggu pasca persalinan, menjadi kira – kira 500
gr, 2 minggu pasca persalinan 300 gr dan setelah 6 minggu pasca persalinan 40 – 60 gr.Serviks
agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya lunak.Endometrium
mengalami perubahan yaitu timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta.Ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus
berangsur – angsur kembali seperti semula.Luka jalan lahir seperti bekas episiotomi yang telah
dijahit, luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
LaktasiKelenjar mamma telah dipersiapkan semenjak kehamilan umumnya produksi ASI baru
terjadi hari kedua atau ketiga pasca persalinan, dimana masing-masing buah dada terdiri 14 – 24
lobus yang terletak terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Laktasi dapat diartikan dengan
pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu adalah faktor anatomis, faktor biologis, makanan yang dimakan ibu,
faktor istirahat dan faktor isapan anak.
LochiaLochia adalah sekret dari cavum uteri dn vagina dalam masa nifas. Hari 1 – 2 lochia rubra
berwarna merah berisi lapisan decidu, selaput ketuban, dan mekoneum. Hari 3 – 7 sanguilenta
berwarna cokelat, sedikit darah, banyak serum selaput lencir leucocye. Hari 7 – 10 lochia serosa
warna agak kuning cair. Hari setelah 2 minggu lochia alba berwarna kekuningan berisi selaput
lendir leucocye dan kuman yang telah mati.
Manifestasi klinikManifestasi klinik pada ibu menyusui dimasa nifas menurut Persis Mary
Hammilton yaitu :Kontraksi pada intervalInterval antar kontraksi secara bertahap
memendek.Durasi dan intensitas kontraksi meningkatRasa tidak nyaman mulai di belakang dan
menjalar ke abdomen.Berjalan biasanya menyebabkan meningkatnya intensitas
kontraksi.Dilatasi dan pendataran serviks mengalami kemajuan.
Test DiagnostikTest diagnostik yang biasanya diberikan pada ibu nifas yaitu : test laboratorium
terutama terhadap hematokrit untuk melihat konsentrasi darah dalam tubuh setelah 3 hari post
partum. Normal hematokrit pada saat tersebut adalah 42 %.
Penanganan MedikPenanganan medik yang dilakukan pad ibu nifas adalah :Perawatan
perineumPerawatan episiotomiPerawatan hemoroid : hemoroid biasanya menyertai persalinan.
Perawatannya dengan memberikan kompres dingin untuk menurunkan atau mengurangi bengkak
pada hemoroid.Perawatan payudara
Perubahan psikologi pada ibu nifasMenurut Reva Rubin (1960) proses adaptasi psikologis pada
ibu nifas melalui 3 fase yaitu :
Fase taking in (fase mengambil).Terjadinya pada hari 1 – 3 post partumDalam memenuhi
kebutuhan sangat tergantung pada orang lain.Sulit mengambil keputusan.Fase taking
holdTerjadinya pda hari 4 – 10 post partumSikap aktif dan positif serta lebih mandiri namun
masih memerlukan bantuan orang lain.Masih ada kurang percaya diri tetapi fokus perhatian
mulai meluas.Tenaga ibu mulai sehat dan meningkat serta merasa lebih nyaman.Fase letting
goTerjadi setelah 10 hari post partum.Mulai menjalankan peranannya dan sudah punya
konsep.Mampu merawat bayinya, dirinya sendiri dan mulai sibuk dengan tanggung jawab
sebagai ibu.
Proses KeperawatanPengkajian dasar data klienTinjau ulang catatan prenatal dan intra operatif
dan adanya indikasi untuk kelahiran sesarea.SirkulasiKehilangan darah selama prosedur
pembedahan kira-kira 600 – 800 ml.Integritas egoDapat menunjukkan labilitas emosional dari
kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri. Klien/pasangan dapat memiliki
pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran. mungkin mengekspresikan
ketidaknyamanan untuk menghadapi situasi baru.Eliminasi : Kateter urinarius mungkin
terpasang, urine jernih pucat, bising usus tidak ada, samar atau jelas.Makanan / cairan : abdomen
lunak dengan tidak ada distensi pada awalNeurosensoriKerusakan gerakan dan sensasi di bawah
tingkat anastesi spiral epidural.Nyeri / ketidaknyamanMungkin mengeluh ketidaknyamanan dari
berbagai sumber, misalnya trauma bedah / insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih /
abdomen, efek-efek anastesia, mulut mungkin kering.Pernafasan : bunyi paru jelas dan
vesikulerKeamananBalutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh. Jalur
parenteral bila digunakan paten, dan sisi bebas eritema, bengkak dan nyeri
tekan.SeksualitasFundus kontraksi dan terletak di umbilikus. Aliran lokhia sedang dan bebas
bekuan berlebihan / banyak.Diagnosa KeperawatanPerubahan ikatan proses keluarga
berhubungan dengan krisis situasiKemungkinan dibuktikan oleh keragu-raguan untuk
menggendong/ berinteraksi dengan bayi, mengungkapkan masalah/kesulitan koping terhadap
situasi, tidak menghadapi pengalaman traumatik secara konstruktif.Hasil yang diharapkan klien
akan :Menggendong bayi, bila kondisi ibu dan neonatus memungkinkan, mendemostrasikan
perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat, mulai secara aktif mengikuti tugas perawatan bayi baru
lahir dengan tepat.
Rencana tindakanIntervensiRasionalMandiri1.Anjurkan klien untuk meng-gendong, menyentuh
dan me-meriksa bayi, tergantung pada kondisi klien dan bayi baru lahir, bantu sesuai kebutuhan.
2.Berikan kesempatan untuk ayah/pasangan untuk menyen-tuh dan menggendong bayi dan bantu
dalam perawatan bayi se-suai kemungkinan situasi.
3.Observasi dan catat interaksi keluarga-bayi, perhatikan peri-laku yang dianggap menanda-kan
ikatan dan kedekadan dalam budaya tertentu.
4.Diskusikan kebutuhan kemaju-an dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenor-
malan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu lainnya dan diantara anak yang
berbeda.5.Perhatikan pengungkapan/pri-laku yang menunjukkan keke-cewaan atau kurang
minat/kede-katan.
6.Berikan kesempatan kepada orang tua untuk mengungkap-kan perasaan-perasaan yang negatif
tentang diri mereka dan bayi.7.Perhatikan lingkungan sekitar kelahiran sesaria, kebanggaan diri
orang tua dan persepsi ten-tang pengalaman kelahiran, reaksi awal mereka terhadap bayi, dan
partisipasi mereka pada pengalaman kelahiran.
8.Anjurkan dan bantu dalam me-nyusui pada pilihan klien dan keyakinan/praktis
budaya.9.Sambut keluarga untuk kunju-ngan singkat segera bila ibu/bayi baru lahir memungkin-
kan.
10.Berikan informasi sesuai kebu-tuhan tentang keamanan dan kondisi bayi. Dukung pasangan
sesuai kebutuhan.11.Jawab pertanyaan klien menge-nai protokol perawatan selama periode pasca
kelahiran awal.Kolaborasi :12.Beritahu anggota tim perawatan kesehatan yang tepat (mis : staf
ruang perawatan atau perawat pasca partum) tentang observasi sesuai indikasi.13.Siapkan untuk
dukungan/eva-luasi terus-menerus setelah pu-lang, mis : pelayanan perawat berkunjung, agensi
komunitas dan kelompok dukungan orang tua.
1.Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga untuk
terjadi karena ibu dan bayi secara emosional menerima isyarat satu sama lain, yang memulai
kedekatan dan proses pengenalan. Bantuan pada interaksi pertama atau sampai jalur intravena
dilepas mencegah klien dari merasa kecewa atau tidak adekuat (Catatan : Meskipun klien telah
memilih untuk mele-paskan anaknya, berinteraksi dengan bayi baru lahir dapat memfasilitasi
proses berduka).
2.Memudahkan ikatan/kedekatan dian-tara ayah dan bayi. Memberikan ke-sempatan untuk ibu,
memvalidasi rea-litas situasi dan bayi baru lahir pada waktu dimana prosedur dan kebutuh-an
fisiknya mungkin membatasi kemampuan interaksinya.3.Kontak mata dengan mata, pengguna-
an posisi wajah, berbicara pada suara nada tinggi, dan menggendong bayi dengan kedekatan
pada budaya Ame-rika. Pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukkan pola progresif dari
perilaku dengan cara mengguna-kan ujung jari pada awalnya untuk menggali ekstremitas bayi
dan berlan-jut pada penggunaan telapak tangan sebelum mendekap bayi dengan seluruh tangan
dan lengan.4.Membantu klien/pasangan memahami makna dan pentingnya proses dan
memberikan keyakinan bahwa perbe-daan diperkirakan.
5.Kedatangan anggota keluarga baru, bahkan bila diinginkan dan diantisipa-si, menciptakan
periode sementara, memerlukan penyatuan anak baru ke dalam keluarga yang ada.6.Konflik
tidak teratasi selama proses pengenalan awal orang tua bayi dapat mempunyai efek-efek negatif
jangka panjang pada masa depan hubungan orang tua-anak.7.Orang tua perlu bekerja melalui
hal-hal bermakna pada kejadian penuh stress seputar kelahiran anakn dan orientasikan mereka
sendiri terhadap realita sebelum mereka dapat memfo-kuskan pada bayi efek-efek anastesia,
ansietas dan nyeri dapat mengubah persepsi klien selama dan setelah ope-rasi.8.Kontak awal
mempunyai efek positif pada durasi menyusui ; kontak kulit dengan kulit dan mulainya tugas-
tugas ibu meningkatkan ikata.9.Meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu memulai proses
adaptasi positif terhadap peran baru dan memasukkan anggota baru ke dalam struktur
keluarga.10.Membantu pasangan untuk mem-proses dan mengevaluasi informasi yang
diperlukan khususnya bila periode pengenalan awal telah lambat.11.Informasi menghilangkan
ansie-tas dapat mengganggu ikatan atau me-ngakibatkan absorbsi diri daripada perhatian
terhadap bayi baru lahir.12.Ketidakadekuatan prilaku ikatan atau interaksi buruk antara
klien/pasa-ngan dengan bayi memerlukan duku-ngan dan evaluasi lanjut.
13.Banyak pasangan mempunyai konflik tidak teratasi mengenai proses pengenalan awal orang
tua-bayi yang memerlukan pemecahan setelah pulang.
Nyeri berhubungan dengan pembedahanKemungkinan dibuktikan oleh :Melaporkan nyeri, kram
(nyeri penyerta), sakit kepala, abdomen kembung, nyeri tekan payudara ; prilaku
melindungi/distraks, wajah menahan nyeri.Hasil yang diharapkan :Mengidentifikasi dan
menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri/ketidaknyamanan dengan tepat. Mengungkapkan
berkurangnyer nyeri, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.Rencana tindakan
:IntervensiRasionalMandiri1.Tentukan karakteristik dan loka-si ketidaknyamanan. Perhatikan
isyarat verbal dan non verbal serta meringis, kaku dan gera-kan melindungi atau terbatas.
2.Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab, ketidaknyamanan dan
intervensi yang tepat.
3.Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi, perhatikan perubahan prilaku.
4.Lakukan latihan nafas dalam dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebatan
dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgesik.
5.Ubah posisi klien, kurangi rang-sangan yang berbahaya dan berikan gosokan punggung. An-
jurkan penggunaan teknik per-nafasan dan relaksasi dan distraksi.6.Pemberian analgetik sesuai
indi-kasi.
1.Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyama-nan secara langsung,
membedakan karakteristik khusus dari nyeri mem-bantu membeda-an nyeri pasca operasi dari
terjadinya komplikasi.2.Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri
berkena-an dengan ansietas dan ketakutan ka-rena ketidaktahuan dan memberikan rasa
kontrol3.Pada banyak klien, nyeri dapat me-nyebabkan gelisah serta TD dan nadi meningkat.
Analgetik dapat menurun-kan TD.4.Nafas dalam meningkatkan upaya per-nafasan. Pembebatan
menurunkan re-gangan dan ketegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyama-nan
berkenaan dengan gerakan otot abdomen. Batuk diindikasikan bila sekresi atau ronkhi
terganggu.5.Relaksasi otot, dan mengalihkan per-hatian dari sensasi nyeri. Meningkat-kan
kenyamanan, dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, me-ningkatkan rasa sejahtera.
6.Meningkatkan kenyamanan, yang memperbaiki status psikologis dan meningkatkan mobilitas.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi.Kemungkinan dibuktikan oleh ketegangan,
keprihatinan, perasaan yang tidak adekuat, stimulasi simpatik, tidak dapat tidur.Hasil yang
diharapkan :Mengungkapkan kesadaran akan perasaan ansietas, mengidentifikasi cara untuk
menurunkan atau menghilangkan ansietas, melaporkan bahwa ansietas sudah menurun pada
tingkat yangdapat diatasi, kelihatan rileks dan dapat tidur/istirahat.Rencana tindakan
:IntervensiRasionalMandiri1.Dorong keberadaan/partisipasi dari pasangan.
2.Tentukan tingkat ansietas klien dan sumber dari masalah. Men-dorong klien untuk mengung-
kapkan kebutuhan dan harapan yang tidak terpenuhi. Memberi-kan informasi sehubungan de-
ngan normalnya perasaan terse-but.3.Bantu klien/pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme
koping yang lazim dan perkem-bangan strategi koping baru jika dibutuhkan.4.Berikan informasi
yang akurat tentang keadaan klien/bayi.
5.Mulai kontak antara klien/pasa-ngan dengan bayi sesegera mungkin. Jika bayi dibawa ke
neonatal intensive care unit (NICU).
1.Memberikan dukungan emosional, dapat mendorong pengungkapan ma-salah.2.Kelahiran
sesaria mungkin dipandang sebagai kegagalan dalam hidup oleh klien/pasangan dan hal tersebut
dapat memiliki dampak negatif dalam proses ikatan/menjadi orang tua.
3.Membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peranan baru; mengurangi perasaan
ansietas.
4.Khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau kesalahpa-haman dapat
meningkatkan tingkat ansietas.5.Mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan
penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, dan/atau menganggap hal yang
buruk berkenaan dengan keadaan bayi.
Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.Kemungkinan
dibuktikan oleh mengungkapkan perasaan negatif diri dalam situasi (misalnya tidak berdaya,
malu/bersalah).Hasil yang diharapkan :Mendiskusikan masalah sehubungan dengan peran dan
persepsi terhadap pengalaman kelahiran dari klien/pasangan.Mengungkapkan pemahaman
mengenai faktor individu yang dapat mencetuskan situasi saat ini.Mengekspresikan harapan diri
yang positifRencana tindakan :IntervensiRasional1.Tentukan respon emosional klien/pasangan
terhadap kelahi-ran sesaria
2.Tinjau ulang partisipasi klien/ pasangan dan peran dalam me-ngalami kelahiran. identifikasi
perilaku positif selama proses pranatal dan antenatal.
3.Tekankan kemiripan antara ke-lahiran sesaria dan vagina. Sam-paikan sikap positif terhadap
kelahiran sesaria dan atur pera-watan pasca partum sedekat mungkin pada perawatan yang
diberikan pada klien setelah ke-lahiran vagina.Kolaborasi :4.Rujuk klien/pasangan untuk
konseling profesional bila reaksi maladaptif.
1.Kedua anggota pasanga mungkin me-ngalami reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesaria.
Kelahiran sesaria yang tidak direncanakan dapat berefek negatif terhadap harga diri klien, mem
buat klien merasa tidak adekuat dan telah gagal sebagai wanita. Ayah atau pasangan, khususnya
bila tidak dapat hadir pada kelahiran sesaria, dapat merasa bahwa ia menolak pasangan-nya dan
tidak memenuhi peran yang diantisipasinya sebagai pendukung emosional selama proses
kelahiran.2.Respon berduka dapat berkurang apa-bila ibu dan ayah mampu saling ber-bagi akan
pengalaman kelahiran. memfokuskan kembali perhatian klien atau pasangan untuk membantu
mere-ka memandang kehamilan dalam tota-litasnya dan melihat bahwa tindakan mereka sudah
bermakna terhadap ha-sil yang optimal. Dapat membantu menghindari rasa bersalah/mempersa-
lahkan.3.Klien dapat mengubah persepsinya tentang pengalaman kelahiran sesarea sebagaimana
persepsinya tentang ke-sehatan atau penyakitnya berdasarkan pada sikap persepsinya tentang ke-
sehatan atau penyakitnya berdasarkan pada sikap profesional. Perawatan se-rupa adalah pilihan
yang dapat diterima disamping kelahiran vagina.4.Klien yang tidak mampu mengatasi rasa
berduka atau perasaan negatif memerlukan bantuan profesional lebih lanjut.
Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi (misalnya
hipotensi ortostatik, adanya HKK atau eklampsia)Kemungkinan dibuktikan oleh adanya
tanda/gejala untuk menegakkan diagnosa aktual.Hasil yang diharapkan :Mendomostrasikan
perilaku untuk menurunkan faktor-faktor risiko dan/atau perlindungan diri.Bebas dari
komplikasiRencana tindakan :IntervensiRasionalMandiri1.Tinjau ulang catatan pranatal dan
intranatal terhadap faktor yang mempredisposisi klien pada komplikasi. Catat kadar Hb dan
kehilangan darah ope-ratif.2.Pantau TD, nadi dan suhu. Catat kulit dingin, basah, nadi lemah.
Perubahan prilaku, per-lambatan pengisian kapiler atau sianosis.
3.Inspeksi balutan terhadap per-darahan berlebihan.
4.Bantu klien pada ambulasi awal. beri supervisi yang ade-kuat dalam hal mandi dan rendam
duduk.
5.Anjurkan latihan kaki/pergela-ngan kaki dan ambulasi dini.
Kolaborasi6.Berikan MgSO4 sesuai indikasi
7.Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastis untuk kaki bila risiko atau gejala plebitis ada.
1.Adanya faktor-faktor resiko seperti kelelahan miometrial, distensi uterus berlebihan, stimulasi
oksitosin lama, tromboflebitis pranatal memungkin-kan klien lebih rentan terhadap kom-plikasi
pasca operasi.2.Tekanan darah yang tinggi dapat me-nandakan terjadinya atau berlanjut-nya
hipertensi, memerlukan magne-sium sulfat (MgSO4) atau pengobat-an antihipertensif lain.
Hipotensi dan takikardia dapat menunjukkan dehid-rasi dan hipovolemia tetapi mungkin tidak
terjadi sampai volume darah sirkulasi telah menurun 35-50%, dimana tanda vasokonstriksi
mung-kin terlihat.3.Luka bedah dengan drain dapat membasahi balutan; namun rembesan
biasanya tidak terlihat dan dapat me-nunjukkan terjadinya komplikasi.4.Hipotensi ortostatik
dapat terjadi pada perubahan dari posisi terlentang ke berdiri, atau mungkin sebagai aki-bat dari
vasodilatasi, karena panas dari rendam duduk tersebut.5.Meningkatkan aliran balik vena,
mencegah statis/penumpukan pada ekstremitas bawah, menurunkan resiko plebitis.6.MEmbantu
menurunkan kepekaan serebral pada adanya HKK atau ek-lapmsia.7.Menurunkan statis vena,
meningkat-kan risiko terhadap pembentukan trombus.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan atau peningkatan
pemajanan lingkungan.Tanda dan gejala tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual.Hasil yang diharapkan :Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk
menurunkan risiko-risiko dan/atau meningkatkan penyembuhan.Menunjukkan luka bebas dari
drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan (misalnya penyatuan tepi-tepi luka), uterus
lunak/tidak nyeri tekan, dengan aliran dan karakter lokhia normal.Bebas dari infeksi, tidak
demam, tidak ada bunyi nafas adventisius, dan urine jernih kuning pucat.Rencana tindakan
:IntervensiRasional1.Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan
pembuangan pengalas ko-toran, pembalut perineal.2.Bersihkan luka dan ganti balut-an bila
basah.
3.Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan ke-merahan, edema, nyeri, eksu-dat
atau gangguan penyatuan.4.Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.
Kolaborasi :5.Berikan antibiotik khusus untuk proses infeksi yang ter-identifikasi.1.Membantu
mencegah atau membata-si penyebaran infeksi.
2.Lingkungan lembab merupakan me-dia paling baik untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri dapat
berpindah me-lalui aliran kapiler melalui balutan basah ke luka.3.Tanda-tanda ini menandakan
infeksi luka, biasanya disebabkan oleh strep-tokokus, stapilokokus atau spesies
pseudomonas.4.Demam setelah pasca operasi hari ketiga, leukositosis dan takikardia
menunjukkan infeksi. Peningkatan suhu sampai 38,30 C dalam 24 jam pertama sangat
mengindikasikan infeksi, peningkatan sampai 380 C pada hari kedua dalam 10 hari pertama
pascapartum.
5.Perlu untuk mematikan mikroorga-nisme.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti, kelebihan analgetik, atau
anastesi).Kemungkinan dibuktikan oleh laporan rasa penuh abdomen/rektal atau tekanan, mual,
defekasi kurang dari biasanya, mengejan saat defekasi, penurunan bising usus.Hasil yang
diharapkan klien akan :Mendemostrasikan kembalinya motilitas usus dibuktikan oleh bising usus
aktif dan keluarnya flatus.Mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya/optimal dalam 4 hari
pasca partum.Rencana tindakanIntervensiRasionalMandiri1.Palpasi abdomen, perhatikan distensi
atau ketidaknyamanan.2.Anjurkan cairan oral yang ade-kuat (misalnya 6 – 8 gelas/hari) bila
masukan oral sudah mulai kembali.
3.Anjurkan latihan kaki dan pe-ngencangan abdominal, ting-katkan ambulasi dini.
4.Berikan analgesik 30 menit sebelum ambulasi.
5.Berikan pelunak faeces.1.Menandakan pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan
ileus paralitik.2.Makanan kasar (misalnya buah dan sayuran, khususnya dengan kulit dan bijinya)
dan meningkatkan cairan yang merangsang eliminasi dan mencegah konstipasi
defekasi.3.Latihan kaki mengencangkan otot-otot abdomen dan memperbaiki mo-tilitas
abdomen. Ambulasi progresif setelah 24 jam meningkatkan pristal-tik dan pengeluaran gas, dan
meng-hilangkan atau mencegah nyeri kare-na gas.4.Memudahkan kemampuan untuk ambulasi,
dapat menurunkan aktivi-tas usus.5.Melunakkan faeces, merangsang pe-ristaltik dan membantu
mengembali-kan fungsi usus.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi.Kemungkinan dibuktikan oleh
mengungkapkan masalah/kesalahan konsep, keragu-raguan dalam atau ketidakadekuatan
melakukan aktivitas-aktivitas, ketidaktepatan perilaku (misalnya; apatis).Hasil yang
diharapkanMengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis, kebutuhan-kebutuhan
individu, hasil yang diharapkan.Melakukan aktivitas-aktivitas/prosedur yang perlu dengan benar
dan penjelasan alasan untuk tindakan.Rencana tindakanIntervensiRasional1.Kaji kesiapan dan
motivasi klien untuk belajar. Bantu klien atau pasangan dalam mengi-dentifikasi kebutuhan-
kebutuh-an.
2.Perhatikan status psikologis dan respons terhadap kelahiran sesaria serta peran menjadi ibu.
3.Berikan informasi yang berhubungan dengan perubah-an fisiologis dan psikologis yang normal
berkenaan dengan kelahiran sesaria dan kebutuh-an-kebutuhan berkenaan de-ngan post partum.
4.Diskusikan program latihan yang tepat sesuai ketentuan.1.Periode pascapartum dapat menjadi
pengalaman positif bila kesempatan penyuluhan diberikan untuk mem-bantu mengembangkan
pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi. Namun, klien membutuhkan waktu untuk bergerak
dari fase “mengam-bil” sampai fase “menahan” yang penerimaan dan kesiapannya diting-katkan
dan ia secara emosi dan fisik siap untuk mempelajari informasi baru untuk memudahkan
penguasaan peran barunya.2.Ansietas yang berhubungan dengan kemampuan untuk merawat diri
sen-diri dan anaknya, kekecewaan pada pengalaman kelahiran atau masalah-masalah berkenaan
dengan perpisa-hannya dari anak dapat mempunyai dampak negatif pada kemampuan belajar dan
kesiapan klien.3.Membantu klien mengenali perubah-an normal dari respons-respons abnormal
yang memerlukan tindakan status emosional klien mungkin ka-dang-kadang labil pada waktu ini
sering dipengaruhi oleh kesejahtera-an fisik. Antisipasi perubahan ini dapat menurunkan stress
berkenaan dengan transisi periode ini yang me-merlukan pembelajaran peran baru dan
pelaksanaan tanggung jawab baru.4.Program latihan progresif biasanya dapat dimulai bila
ketidaknyamanan abdomen telah berkurang (kira-kira 3-4 minggu pasca partum). Memban-tu
tonus-tonus otot, meningkatkan sirkulasi, menghasilkan gambaran keseimbangan tubuh dan
meningkat-kan perasaan kesejahteraan umum.
Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma/diversi mekanisKemungkinan dibuktikan
oleh peningkatan pengisian/distensi kandung kemih, perubahan dalam jumlah/frekuensi
berkemih.Hasil yang diharapkan :Mendapatkan pola berkemih yang biasa/optimal setelah
pengangkatan kateter.Mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih.Rencana
tindakanIntervensiRasional1.Perhatikan dan catat jumlah, warna dan konsentrasi drainase urin.
2.Berikan cairan per-oral. Misal-nya 6 – 8 gelas perhati, bila te-pat.3.Perhatikan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih (ISK) misal warna keruh, bau busuk) setelah pengangkatan
kateter.4.Pertahankan infus intravena selama 24 jam setelah pembe-dahan, sesuai indikasi.
Tingkat-kan jumlah cairan infus bila haluaran 30 ml/jam atau kurang.1.Oliguria (keluaran kurang
dari 30 ml/jam) mungkin disebabkan kele-bihan cairan, atau efek-efek antidiu-retik dan infus
oksitosin.2.Cairan meningkatkan hidrasi dan fungsi ginjal,dan membantu mence-gah spasis
kandung kemih.3.Adanya kateter mempredisposisikan klien pada masuknya bakteri dan ISK
4.Biasanya 3 liter cairan, meliputi larutan RL, adekuat untuk menggan-tikan kehilangan dan
mempertahan-kan aliran ginjal/haluaran urine.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahananKemungkinan
dibuktikan oleh pengungkapan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam tingkat yang
diinginkan.Hasil yang diharapkan :Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan perawatan diri.Mengidentifikasi/menggunakan sumber-sumber yang
tersedia.Rencana tindakanIntervensiRasional1.Pastikan berat/durasi ketidak-nyamanan.
Perhatikan adanya sakit kepala pasca spinal.
2.Kaji status psikologis klien
3.Ubah posisi klien setiap 1-2 jam, bantu dalam latihan paru, ambulasi dan latihan kaki.
4.Kolaborasi dalam pemberian analgesik setiap 3 – 4 jam sesuai kebutuhan.1.Nyeri berat
mempengaruhi respon emosi dan perilaku, sehingga klien mungkin tidak mampu berfokus pada
aktivitas perawatan diri sampai kebu-tuhan fisiknya terhadap kenyamanan terpenuhi. Sakit
kepala berat dihu-bungkan dengan posisi tegak memer-lukan modifikasi aktivitas-aktivitas dan
bantuan tambahan untuk meme-nuhi kebutuhan-kebutuhan individu.2.Pengalaman nyeri fisik
mungkin di-sertai dengan nyeri mental yang mempengaruhi keinginan klien dan motivasi untuk
mendapatkan otonomi.3.Membantu mencegah komplikasi bedah seperti plebitis atau pneumo-nia
yang dapat terjadi bila tingkat ketidaknyamanan mempengaruhi pengubahan/aktivitas normal
klien.4.Menurunkan ketidaknyamanan, yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk
melaksanakan perawatan diri

You might also like