You are on page 1of 13

BAB I

PEMBAHASAN

A. Definisi

Telinga kita mungkin sudah tidak asing lagi mendengar kata

tunadaksa. Istilah tunadaksa bersasal dari kata “tuna yang berarti rugi

atau kurang dan daksa yang berarti tubuh”, jadi seperti yang dikatakan

oleh I.G.A.K Wardani, dkk. (2008) bahwa tunadaksa adalah anak yang

memiliki anggota tubuh tidak sempurna, sedangkan istilah cacat tubuh

dan cacat fisik dimaksudkan untuk menyebut anak cacat pada anggota

tubuhnya, bahkan cacat indranya.

Dari kutipan diatas sangat jelas sekali bahwa tunadaksa lebih

adalah sebuah istilah pada anak yang mempunyai kecacatan pada fisiknya

saja. Selanjutnya ada lagi yang dinamakan cacat ortopedi, sesuai dengan

istilah itu cacat ortopedi digunakan sebagai sebutan bagi orang yang

memiliki cacat persendian ataupun tulang. Seperti halnya yang dikatakan

I.G.A.K Wardani (2008) bahwa istilah ortopedi berasal dari bahasa inggris

yaitu, orthopedically handicapped Orthopedic yang mempunyai arti yang

berhubungan dengan otot, tulang dan persendian.

Anak tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau

kecacatan pada sistem otot, tulang dan persendian yang dapat

menyebabkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan

gangguan perkembangan kebutuhan pribadi.

Pendidikan Anak Tunadaksa 1


Anak tunadaksa dapat dinyatakan sebagai anak penyandang cacat

jasmani yang terlihat pada kelainan bentuk tulang, otot, sendi maupun

saraf-sarafnya.

Samuel A. Kirk (1986) dalam bukunya I.G.A.K Wardani, dkk.

mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak tunadaksa jika kondisi

fidik dan kesehatan mengganggu kemampuan anak berperan aktif dalam

kegiatan sehari-hari, sekolah atau rumah. Melihat ungkapan diatas

bersarti ada sebuah batasan, dimana walaupun seseorang anak tunadaksa

tetapi mampu melakukan aktifitas fisik sebagaimana orang normal tidak

bisa dikatakan anak tunadaksa, karena kecacatannya tidak menggangu

aktifitas ketipannya seperti halnya anak normal.

1. Klasifikasi Anak Tunadaksa

Untuk memudahkan kita dalam memberikan layanan pada

anak tunadaksa, maka perlu sebuah pengklasifikasian, dibawah ini

diantaranya sebuah pengklasifikasian menurut kelainan yang terdiri

dari :

a. Kelainan pada sistem cerebral (cerebral sistem)

Kelainan pada sistem ini terletak pada sistem cerebral yaitu pada

sistem saraf pusat, seperti kelumpuhan otak (cerebral palsy/CP)

biasanya ditandai dengan adanya kelainan gerak, sikap atau

bentuk tubuh, dan gangguan koordinasi.

b. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system)

Pendidikan Anak Tunadaksa 2


Kelainan ini cukup signifikasi karena dapat terlihat dari bntuk fisik

yang berbeda dengan anak normal. Pengelompokan berdasarkan

kelainan ini adalah sebagai berikut :

1) Poliomyelitis

Ini merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang

yang disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan

kelumpuhan dan sifatnya menetap. Kelumpuhan tersebut

dibedakan lagi menurut tipenya yaitu; tipe spinal, tipe bulbair,

tipe bulbispinalis, dan encephalistis.

2) Muscle Dystrophy

Penyakit yang menyebabkan otot tidak berkembang karena

mengalami kelumpuhan dan sifatnya progresif dan simetris,

biasanya bersifat genetis.

3) Spina Bifida

Jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan

terbukanya satu atau 3 ruas tulang belakang dan tidak

tertutupnya kembali selama masa perkembangan akibatnya

dapat menyebabkan kelumpuhan dan bisa juga menyebabkan

ketunagrahitaan

2. Karakteristik Anak Tunadaksa

Berikut ini adalah karakter anak tunadaksa :

a. Karakteristik akademik

Pendidikan Anak Tunadaksa 3


Pada umumnya anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada

sistem otot dan rangka kecerdasaannya normal sehingga dapat

mengikuti pelajaran sama dengan anak normal, sedangkan anak

tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem celebral, tingkat

kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan

gifted (Hardman 1990).

b. Karakteristik sosial/emosional

Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa bermula dari

konsep diri anak yang merasa cacat, tidak berguna, dan menjadi

beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar,

bermain dan perilaku salah suai lainnya. Kehadiran anak cacat

yang tidak diterima oleh orang tua dan masyarakat akan merusak

perkembangan pribadi anak. Oleh sebab itu, tidak jarang dari

mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

c. Karakteristik fisik/kesehatan

Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadksa baisanya selain

mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan mengalami

gangguan lain, seperti sakit giri, berkurangnya daya pendengaran,

penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain

Pendidikan Anak Tunadaksa 4


B. Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa

1. Tujuan pendidikan anak tunadaksa

Tujuan pendidikan anak tunadaksa mengacu pada Peraturan

Pemerintah No. 72 tahun 1991 agar peserta didik mampu

mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilansebagai

pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan

timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta

dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau

mengikuti pendidikan lanjutan.

Musyafak Asyari dalam I.G.A.K. Wardani, dkk. (2008)

mengemukakan bahwa dalam pendidikan anak tunadaksa perlu

dikembangkan 7 aspek yang diadaptasikan sebagai berikut:

a. Pengembangan intelektual dan akademik

b. Membantu perkembangan fisik

c. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak

d. Mematangkan aspek sosial

e. Mematangkan moral dan spiritual

f. Meningkatkan ekspresi diri

g. Mempersiapkan masa depan anak.

2. Tempat pendidikan

Model layanan pendidikan yang sesuai dengan jenis, derajat

kelainan dan jumlah peserta didik diharapakan dapat memperlancar

Pendidikan Anak Tunadaksa 5


proses pendidikan. Anak tuna daksa dapat mengikuti pendidikan pada

tempat-tempat berikut.

a. Sekolah khusus berasrama

b. Sekolah khusus tanpa asrama

c. Kelas khusus penuh (full time special class)

d. Kelas reguler dan penuh (Part-time reguler class and part-time

special clas)

e. Kelas reguler dibantu oleh guru khusus (reguler class with

supportive instructional service)

f. Kelas biasa dengan layanan konsultan untuk guru umum (reguler

class placement withconsulting service for regulerteaches)

g. Kelas biasa (reguler class)

3. Sistem pendidikan

Sesuai dengan pengorganisasian tempat pendidikan maka

sistem pendidikan anak tunadaksa dapat dikemukakan sebagai

berikut.

a. Pendidikan integrasi (terpadu)

Yaitu anak tunadaksa yang mengikuti pendidikan disekolah biasa

dengan harus mengikuti pendidikan sepenuhnya tanpa

memperoleh program khusus sesuai dengan kebutuhannya.

Sehubungan dengan itu maka Kirk dalam I.G.A.K Wardani, dkk.

Pendidikan Anak Tunadaksa 6


(2008) mengemukakan bahwa adaptasi anak tunadaksa apabila

ditempatkan dalam sekolah umum adalah sebagai berikut.

1) Penempatan di kelas reguler

Hal yang perlu diperhatikan:

a) Menyiaapkan leingkungan belajar tambahan

b) Menyiapkan program khusus

c) Gutu harus mengadakan kontak secara intensif dengan

siswa melihat masalah fisiknya secara langsung

d) Mengadakan rujukan ke ahli terkait

2) Penempatan di ruang sumber belajar dan kelas khusus

Murid yang mengalami ketinggalan dari temannya di kelas

reguler maka ia diberi layanan tambahan.

b. Pendidikan segregasi

Penyelenggaraan pendidikan yang ditempatkan di tempat khusus,

seperti sekolah khusus adalah penggunaan kurikulum Pendidilan

Anak Tunadaksa (SK. Mendikbud 1994). Berikut komponen-

komponennya:

1) Landasan, program dan pengembangan kurikulum.

2) Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)

3) Pedoman pelaksanaan kurikulum

Lama pendidikan dan penjenjangan serta isi kurikulum tiap jen

adalah sebagai berikut:

1) (Taman kanak-kanak luar biasa) sekurang-kurangnya 3 tahun,

Pendidikan Anak Tunadaksa 7


2) SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) sekurang-kurangnya 6 tahun,

3) SLTPLB (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa)

sekurang-kurangnya 3 tahun,

4) SMLB (Sekolah Menengah Luar Biasa) berlangsung sekurang-

kurangnya 3 tahun.

4. Pelaksanaan pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran akan dikemukakan hal-hal yang

berkaitan dengan keterlaksanaannya sebagai berikut:

a. Perencanaan kegiatan pembelajaran

Diantaranya dengan merancang metode dan prosedur pencapaian

tujuan, dan menentukan metode dan evaluasi kemajuan.

b. Prinsip pembelajaran

Ada beberapa prinsip utama dalam memberikan pendidikan pada

anak tunadaksa, diantaranya sebagai berikut :

1) Prinsip multisensory (banyak indra)

2) Prinsip individualisasi

c. Penataan lingkungan belajar

Berhubung anak tunadaksa mengalami gangguan motorik maka

dalam mengikuti pendidikan membutuhkan perlengkapan khusus

dalam lingkungan belajarnya. Gedung sekolah sebaiknya

dilengkapi ruangan/sarana tertentu yang memungkinkan dapat

mendukung kelancaran kegiatan anak tunadaksa di sekolah.

Pendidikan Anak Tunadaksa 8


5. Personel

Personel yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan anak

tunadaksa adalah sebagai berikut:

a. Guru yang berlatar pendidikan luar biasa, khsusunya pendidikan

anak tunadaksa,

b. Guru yang memiliki keahlian khusus, misalnya keterampilan dan

kesenian, guru sekolah biasa,

c. Dokter umum,

d. Dokter ahli ortopedi,

e. Neurolog

f. Ahli terapi lainnya, seperti ahli terapi bicara, physiotherapist dan

bimbingan konseling, serta orthotist prosthetist

Pendidikan Anak Tunadaksa 9


BAB II
KESIMPULAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan pembahasan dapat disimpulkan bahwa anak

tunadaksa adalah anak yang menderita kelainan atau kecacatan pada

sistem otot, tulang dan persendian yang dapat menyebabkan gangguan

koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan

perkembangan kebutuhan pribadi.

Klasifikasi menurut kelainannya dapat dikelompokan menjadi

kelainan pada sistem cerebral (cerebral sistem), dan kelainan pada sistem

otot dan rangka (musculus skeletal system). Karakteristik anak tunadaksa

dapat dilihat dari karakteristik akademik, karakteristik sosial/emosional

dan karakteristik fisik/kesehatan.

Anak tunadaksa dididik untuk tujuan tetentu diantaranya

mengembangkan intelektual dan akademik, membantu perkembangan

fisik, meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak,

mematangkan aspek sosial, mematangkan moral dan spiritual,

meningkatkan ekspresi diri, dan mempersiapkan masa depan anak.

Tempat pendidikan anak tunadakasa bisa dilakukan di dua tempat yaitu

bisa integrasi (terpadu) ataupun segregasi (terpisah).

Pendidikan Anak Tunadaksa 10


B. SARAN

Adapun saran yang penulis ajukan adalah, penderita tunadaksa

bukan merupakan keinginannya, jadi sebagai seorang guru hendaklah

memperhatikan mereka secara lebih, terutama jagalah persaan mereka,

karena semangat belajar mereka biasanya sangat tinggi.

Pemerintah lebih memperbanyak wadah dan sarana untuk

memudahkan mereka dalam pencapaian dibidang pendidikan, karena

sudah banyak terbukti bahwa anak tunadaksa juga banyak yang memiliki

talenta dan mampu bersaing dengan anak normal.

Pendidikan Anak Tunadaksa 11


DAFTAR PUSTAKA

Wardani, I.G.A.K. dkk, (2008) Pengantar Pendidikan Anak Luar Biasa, Jakarta;
Universita Terbuka.

Pendidikan Anak Tunadaksa 12


Pendidikan Anak Tunadaksa 13

You might also like