You are on page 1of 26

Industri Beserta Dampaknya

OLEH :

KELOMPOK 4

1. AGUSTINA BUDI ASTUTI H1E108051


2. AGUS HIDAYAT H1E108052
3. EKA SUCI WULANDARI H1E108053
4. ANGGUN PRADITA H1E108054
5. MEVI AYUNINGTYAS H1E108055
6. M.AQLI SATYAWAN H1E108056
7. NURGOHO PRATAMA H1E108058
8. M.SADIQUL IMAN H1E108059
9. ADELIA FAULINA SARI H1E108060
10. RINI WIDYAWATI H1E108061

PROGAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Industri beserta Dampaknya ini.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kimia Lingkungan. Penyusunan laporan ini berdasarkan format yang telah
diberikan. Namun demikian, penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki dalam
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini menjadi lebih baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rima Fitriani, ST selaku
dosen pengajar dan pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Penulis
mengharapkan agar makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan juga
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, April 2009

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
BAB II METODE PENULISAN................................................................ 12
BAB III PEMBAHASAN............................................................................ 13
BAB IV PENUTUP....................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi mayarakat modern
dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan
kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya
pada sebagian besar penduduk dunia, terutama negara-negara maju. Bagi negara
berkembang, seperti negara Indonesia, industri sangat esensial untuk memperluas
landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus
meningkat. Banyak kebutuhan umat manusia hanya dapat dipenuhi oleh barang
dan jasa yang disediakan dari sektor industri.
Industri mengekstraksi material dari basis sumber daya alam, dan
memasukkan baik produk maupun limbah ke lingkungan hidup manusia. Dengan
kata lain, industri mengakibatkan berbagai perubahan dalam pemanfaatan energi
dan sumber-sumber daya alam.
Untuk itu dengan meningkatnya pertumbuhan industri, kita haruslah
waspada sebab pencemaran oleh limbah industri baik limbah padat, cair maupun
gas dapat mengakibatkan menurunnya kesehatan jika tidak diikuti dengan
pengendalian pencemaran.

1.2 Tujuan
Tujuan yang hendak diambil dari pembuatan makalah ini adalah agar kita
dapat mengetahui jenis-jenis industri beserta dampaknya terhadap lingkungan,
yang disebabkan pencemaran oleh limbah industri baik itu limbah padat, cair
maupun gas yang tentunya dapat berakibat pada kesehatan manusia..
BAB II
METODE PENULISAN

Dalam pembuatan makalah ini, metode yang digunakan adalah metode


kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur dan
jurnal penelitian yang bersangkutan dengan pencemaran lingkungan air khususnya
pencemaran oleh logam berat, serta teknologi yang digunakan untuk mengurangi
pencemaran tersebut. Selain itu pengumpulan data juga di dapat dari pencariam
informasi-informasi dari internet.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Industri dan Klasifikasinya


Industri secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Industri dasar atau hulu
Industri hulu memiliki sifat sebagai berikut: padat modal, berskala besar,
menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasi selalu dipilih dekat dengan
bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri, dan pada umumnya
lokasi ini belum tersentuh bangunan. Oleh karena itu industri hulu
membutuhkan perencanaan yang matang beserta tahapan pembangunannya,
mulai dari perencanaan sampai operasional. Di sudut lain juga dibutuhkan
pengaturan tata-ruang, rencana pemukiman, pengembangan kehidupan
perekonomian, pencegahan kerusakan lingkungan dan lain-lain.
2. Industri Hilir
Industri ini merupakan perpanjangan proses industri hulu. Pada umumnya
industri ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasinya
selalu diusahakan dekat pasar, menggunakan teknologi madya dan teruji,
padat karya.
3. Industri Kecil
Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan, memiliki
peralatan sederhana. Walaupun hakikatnya produksinya sama dengan industri
hilir, tetapi sistem pengolahannya lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik
maupun pengolahan limbah belum mendapat perhatian (Kristanto,2002).

Sesuai dengan program pemerintah, untuk lebih memudahkan


pembinaannya, industri dasar dibagi lagi menjadi industri kimia dasar dan industri
mesin dan logam dasar, sedangkan industri hilir sering juga disebut dengan aneka
industri.
Selain pengelompokan di atas, industri juga diklasifikasikan secara
konvensional, sebagai:
• Industri primer yaitu industri yang mengubah bahan mentah menjadi
bahan setengah jadi, misalnya pertanian, pertambangan.
• Industri sekunder yaitu industri yang mengubah barang setengah jadi
menjadi brang jadi.
Industri tersier yaitu industri yang sebagian besar meliputi industri jasa dan
perdagangan atau industri yang mengolah bahan industru sekunder
(Kristanto,2002).

Skema sistem input-output dan kemungkinan pada proses industri

INPUT PROSES PROSES LIMBAH

Di negara-negara maju, pentingnya industri sebagai penyedia lapangan


kerja relatif telah menurun sejak beberapa dekade terakhir ini. Namun demikian
pergeseran lapangan kerja menuju ke sektor industri jasa telah meningkat dengan
sangat tajam sejalan dengan ditemukannya beberapa proses dan teknologi baru.
Para ekonomi terus mempermasalahkan apakah datangnya era ekonomi yang
berlandaskan informasi akan semakin menekan lapangan kerja di sektor industri
atau justru akan memperluas kesempatan kerja secara keseluruhan.
Sebagian besar negara berkembang mengawali kemerdekaannya praktis
tanpa industri modern sama sekali. Selama dekade 1960 dan 1970-an industri
perdagangan, produksi dan lapangan kerja mereka tumbuh lebih cepat daripada
sektor-sektor yang sama di negara-negara pasar industri. Perdagangan
internasional dalam barang-barang manufaktur merupakan salah satu faktor yang
mendasari perubahan peta industrialisasi dunia.
Banyak negara berkembang, terutama negara-negara industri maju, telah
memberikan sumbangan pada pertumbuhan ini dan membuat kemajuan yang
cukup mencengangkan dan industrialisasi.
Secara umum produk industri setiap negara terus berdiversifikasi dan
bergerak menuju ke bidang-bidang yang lebih padat modal, seperti produk-produk
logam, bahan kimia, mesin dan peralatan. Berbagai industri berat, yang banyak
menimbulkan sektor industri yang berhubungan dengan produk pangan (agro-
industri) terus menurun cukup berarti (Kristanto,2002).

3.2 Dampak Industri dan Teknologi


Dalam usahanya dalam meningkatkan kualitas hidup, manusia berupaya
dengan segala daya untuk mengolah dan memanfaatkan kekeyaan alamyang ada
demi tercapainya kualitas hidup yang diinginkan. Kekayaan yang tersembunyi
dalam komponen sosial berupa alat pikiran dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
untuk mendapatkan cara pencapaian sasaran tersebut. Melalui akal pikiran
manusia menciptakan peralatan baru yang berupa mesin-mesin dan alat-alat bantu
lainnya yang berteknologi tinggi, untuk menghasilkan produk yang berlimpah
dalam waktu yang singkat.
Pemakaian mesin dan peralatan baru dalam bidang industri serta
pemanfaatan teknologi untuk mendapatkan produk yang tinggi`diharapkan akan
dapat mencapai sasaran kualitas hidup manusia yang lebih baik. Dengan
menggunakan mesin dan peralatan berteknologi tinggi manusia dapat mengeruk
kekayaan alam secara besar-besaran. Tambang-tambang baru dibuka untuk
mencari mineral-mineral yang sangat dibutuhkan, kemudian dikirim ke industri-
industri untuk diolah sehingga menjadi barang jadi.
Kegiatan tersebut dari hari ke hari makin meningkat, seolah-olah sasaran
yang hendak dicapai, yaitu peningkatan kualitas hidup, sudah makin dekat untuk
tercapai. Namun dalam kenyataannya, kualitas hidup yang hendak dicapai terasa
makin jauh dari jangkauan. Hal ini tak lain disebabkan oleh adanya dampak
industri dan teknologi terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Dampak
terhadap lingkungan dapat mengurangi daya dukung alam yang berarti akan
mengurangi kemampuan alam untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.
Sedangkan dampaknya terhadap manusia, jelas akan mengurangi atau bahkan
mungkin akan menurunkan kualitas hidup manusia itu sendiri.Oleh karena itu
dampak industri dan teknologi perlu kiranya untuk diperhatikan dan dicermati
dengan sebaik-baiknya.
Memperhatikan dan mencermati masalah dampak industri dan teknologi
juga merupakan suatu usaha untuk mencari penyelesaian masalah bagi
tercapainya keinginan untuk mendapatkan kualitas hidup dan kenyamanan hidup
yang lebih baik. Industri dan teknologi memang diperlukan untuk mendapatkan
kulitas hidup yang lebih baik namun kalau dampak yang ditimbulkannya makin
menjauhkan manusia dari pencapaian kualitas hidup yang lebih baik, sudah tentu
hal itu tidak boleh terjadi. Untuk itu ada berapa hal yang perlu diperhatikan dan
dicermati sehubung dengan masalah dampak industri dan teknologi, yaitu:
1. Adanya dampak tak langsung,
2. Adanya dampak langsung,
Uraian lebih lanjut mengenai hal-hal tersebut diatas, dapat diikuti
melalui uraian berikut ini.

3.2.1 Dampak Tak Langsung


Dampak dan teknologi terhadap kehidupan manusia ada yang bersifat tak
langsung. Dampak tak langsung ini pada umumnya berhubungan dengan masalah
sosial masyarakat, atau lebih sering diungkapkan dengan dampak
psikososioekonomi. Dampak tak langsung akibat adanya teknologi dan industri
antara lain dapat dilihat dari:
a. Urbanisasi
Masyarakat pedesaan yang semula bekerja pada bidang pertanian, namun
karena adanya daya tarik industri di daerah perkotaan, berpindah ke daerah
industri. Karena mereka tidak berbekal keahlian, maka mereka berpindah ke
daerah industri untuk sekedar menjadi tenaga kerja (buruh) kasar. Sebagai
tenaga kasar sudah barang tentu penghsilan mereka hanya pas-pasan, sekedar
untuk dapat hidup. Tempat tinggal mereka pun seadanya, di bedeng-bedeng
atau asrama sederhana. Penataan tempat tinggal dan lingkungan yang
seadanya mengakibatkan lingkungan menjadai kumuh, kotor, tidak sedap
dipandang. Akibat atau dampak tak langsung sudah pasti akan mengurangi
kualitas hidup dan kenyamanan hidup.
b. Perilaku
Pada saat masih tinggal di desa, masyarakat hidup dalm suasana tolong-
menolong, bergotong-royong. Hubungan antara individu yang satu dengan
yang lainnya terjalin baik. Suasana tenang dan damai di desa menjadikan
manusia hidup tentram, tidak dibiru-buru oleh waktu. Setelah pindah ke kota,
suasana kota yang selalu dikejar oleh waktu, hiruk-pikuk, bising dan
pemandangan yang tidak hijau, menyebabkan manusia menjadi tegang.
Perilaku mereka yang semula ramah dan bersahabat, karena ada ketegangan
dalam dirinya, berubah menjadi kasar. Perilaku yang semula suka tolong-
menolong berubah menjadi acuh tak acuh dan individualistis.
c. Kriminalitas
Kegiatan industri dan teknologi pada umumnya memerlukan tenaga kerja
yang mempunyai keahlian tertentu. Tenaga kerja yang ada pada umumnya
masih belum mempunyai keahlian yang dimaksud. Para pencari kerja
membutuhkan lapangan pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Padahal
persaingan kerja sangat ketat sehingga untuk mendapatkan pekerjaan menjadi
lebih sulit. Pada sisi lain, masyarakat kota yang kaya dan konsumtif
memberikan gambaran yang seolah-olah hidup itu serba enak. Di antara
mereka ada orang yang tidak mau bekerja keras. Yang diinginkannya
hanyalah hidup mewah dan bersenang-senang. Keadaan yang demikian inilah
yang mendorong sebagian dari mereka untuk mengambil jalan pintas untuk
mendapatkan uang tanpa harus bekerja keras, jalan pintas tindak kriminal,
pncurian, perampokan, penodongan, dan pemerkosaan mewarnai kehidupan
masyarakat industri. Dalam keadaan seperti ini angka kriminalitas akan naik.
d. Sosial Budaya
Orang bekerja dalam bidang industri pada umumnya dibatasi oleh waktu yang
ketat agar produksi yang tinggi dapat dicapai. Bila perlu kerja lembur atau
kerja bergilir (shift) diberlakukan bagi para pekerja. Kesemuanya
diberlakukan untuk memperoleh tingkat produksi yang tinggi. Suasana di
pabrik (industri) pada umumnya bising dan pemandangan yang tampak
hanyalah peralatan dan mesin-mesin yang itu-itu saja (monoton). Keadaan
yang seperti itu pekerjaan di pabrik mudah dihinggapi ketegangan jiwa
(stress). Penyakit ketegangan jiwa (stress) dapat berlanjut menjadi penyakit
hipertensi, penyakit jantung dan penyakit-penyakit lainnya. Penyakit-penyakit
yang disebabkan seperti penyakit tersebut di atas sering disebut sebagai
environmental desease yang pengobatannya memerlukan pendekatan dari
berbagai macam aspek sosial kemasyarakatan. Untuk mengatasai ketegangan
jiwa seperti tersebut diatas, orang berusaha menurunkannya dengan
mengunjungi tempat-tempat hiburan, bioskop, diskotek dan lain sebagainya.
Sering kali pula untuk mengurangi atau melupakan ketegangan tersebut
mereka minum minuman keras yang dapat berlanjut pada tindakan-tindakan
kekerasan. Pertunjukan di tempat hiburan acap kali juga tidak sesuai dengan
budaya kita, bahkan tidak jarang yang menjurus ke arah pornografi yang pada
akhirnya dapat membawa ke arah prostitusi. Berkembangnya tempat-tempat
hiburan dengan segala kelengkapannya seperti tersebut dimuka sudah barang
tentu berdampak pada sosial budaya masyarakat sekitarnya.

3.2.2 Dampak Langsung


Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan
kemajuan teknologi oleh manusia guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih
baik. Industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk mengolah kekayaan
alam yang ada. Udara, air, tanah, dan segala kekayaan alam yang ada di dalamnya
dicari, diaduk dan diolah sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.
Kegiatan suatu industri dan teknologi dapat berjalan baik dan
berkesinambungan apabila unsur-unsur pokok penunjang kegiatan industi dan
teknologi tersedia. Tanpa adanya unsur-unsur pokok penunjang kegiatan tersebut,
industri dan teknologi tidak akan dapat berjalan. Adapun unsur-unsur pokok yang
dimaksud adalah:
1. Sumber Daya Alam, seperti bahan baku, air, energi, dll.
2. Sumber Daya Manusia, meliputi tenaga kerja dan keahlian.
3. Sarana dan Prasarana, seperti lahan dan peralatannya.

Ketiga unsur pokok tersebut saling berinteraksi sehingga kegiatan industri


dan teknologi dapat berlangsung. Semua kegiatan industri dan teknologi yang
pada mulanya dimaksud untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, ternyata
pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan
hidup manusia. Dampak yang menimbulkan kerugian harus dicegah.
Keseimbangan lingkungan dapat tergantung oleh kegiatan industri dan teknologi.
Apabila keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas lingkungan
juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung
alam atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.

3.2.3 Homeostatis
Sebelum sampai pada pembicaraan tentang dampak langsung yang
disebabkan oleh kegiatan industri dan teknologi, perlu kiranya diketahui tentang
pengertian homeostasis.
Pada saat ketiga unsur pokok penunjang kegiatan industri dan teknologi
saling berinteraksi, pada saat itu terjadi pula interaksi antara komponen-komponen
ekosistem, yaitu: tanaman, hewan, manusia dan lingkungannya. Komponen
ekosistem yang saling berinteraksi tersebut ada yang menyesuaikan diri, ada yang
bekerja sama, ada yang bersifat menyerang, ada yang melindungi diri, ada yang
saling bertentangan, ada yang hanya berdiam diri dan ada yang berusaha
menguasai lainnya. Akan tetapi pada suatu saat kekuatan-kekuatan yang ada pada
komponen ekosistem tersebut akan menuju ke arah keseimbangan. Keadaan
seperti ini disebut dengan homeostasis. Kata homeostasis berasal dari bahasa
Yunani, tersusun dari kata homeo atau homo yang berarti sama dan kata stasis
berarti kedudukan.
Secara alami keadaan homeostasis dapat dicapai dengan sendirinya, akan
tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Ekosistem, seperti halnya organisme,
mempunyai kemampuan untuk mengatur dan memulihkan dirinya apabila terjadi
gangguan. Homeostasis dapat dipercepat oleh campur-tangan manusia. Mengingat
kerusakan daya dukung alam karena faktor eksternal disebabkan oleh ulah
manusia maka manusia secara moril berkewajiban untuk mempercepat proses
agar keadaan homeostasis segera tercapai. Apabila dampak langsung kegiatan
industri dan teknologi bisa dikurangi atau dihindari, berarti manusia sudah
berusaha mempercepat terjadinya homeostasis.
Kegiatan industri dan teknologi dapat memberikan dampak langsung, di
samping juga memberikan dampak tak langsung. Dikatakan dampak langsung
apabila akibat kegiatan industri dan teknologi tersebut dapat langsung dirasakan
oleh manusia. Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan. Akan
tetapi dampak langsung yang bersifat negatif, yang mengurangi kualitas hidup
manusia, harus dihindari atau dikurangi.
Adapun dampak langsung (yang bersifat negatif) akibat kegiatan industri
dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah berikut ini :
1. Pencemaran Udara,
2. Pencemaran Air,
3. Pencemaran Daratan.

Ketiga macam pencemaran tersebut di atas akan mengurangi daya dukung


alam. Pencemaran udara, air dan daratan perlu dihindari sebagai bagian usaha
menjaga kelestarian lingkungan (Wardhana,2001).

3.3 Industri dan Pencemarannya


Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input)
menjadi keluaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri
dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya dengan
melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang
ditimbulakan oleh industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik dan
mengandung bahan beracun dan berbahaya (B-3). Bahan pencemar keluar
bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air dan tanah
yang merupakan komponen ekosistem alam. Bahan buangan yang keluar dari
pabrik dan masuk ke lingkungan dapat diidentifkasikan sebagai sumber
pencemaran, dan sebagai sumber pencemaran perlu diketahui jenis bahan
pencemar yang dikeluarkan, kuantitas dan jangkauan pemaparannya
(Kristanto,2002).
Antara satu pabrik dengan pabrik yang lainnya jenis dan jumlah bahan
pencemar yang dikeluarkannya, tergantung pada bahan baku yang digunakan,
proses dan cara kerja karyawan dalam pabrik. Pencemaran terjadi akibat bahan
beracun dan berbahaya dalam limbah lepas masuk ke dalam lingkungan, sehingga
terjadi perubahan terhadap kualitas lingkungan.
Sumber bahan beracun dan berbahya dapat diklasifikasikan menjadi:
 Indistri kimia organik dan anorganik
 Penggunaan B-3 sebagai bahan baku atau bahan penolong
 Proses kimia, fisika dan biologi di dalam pabrik.

Lingkungan, sebagai wadah penerima, akan menyerap bahan limbah


tersebut sesuai dengan kemampuan asimilasinya, di mana wadah penerima ( air,
udara, tanah) masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, misalnya aiar
pada suatu saat dan tempat tertentu akan berbeda karektiristiknya dengan air pada
tempat yang sama tetapi pada saat yang berbeda. Perbedaan karakteristik air
tersebut merupakan akibat peristiwa alami dan juga pengaruh faktor lain.
Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi
pengaruh luar, disebut dengan daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan
anatara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya berbeda. Beberapa
komponen lingkungan dan faktor yang mempengaruhi ikut menetapkan nilai daya
dukung lingkungan.
Bahan pencemar yang masuk kendala mlingkungan akan berinteaksi
dengan satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan
secara fisik, kimia dan biologi sebagai akibat dari adanya bahan pencemar akan
mengakibatkan perubahan nilai lingkungan yang disebut dengan perubahan
kualitas lingkungan. Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah
kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kodisinya
sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena itu, sangat perlu
diketahui sifat limpah dan komponen bahan pencemar yang terkandung di dalam
limbah tersebut. Penggunaan air yang berlebihan, sistem pembuangan yang belum
memenuhi syarat, karyawan yang kurang trampil adalah beberapa faktor yang
haurs dipertimbangkan dalam mengidentifikasikan sumber pencemaran.
Sebagai produk akhir, misalnya kemasan, pengamanan tabung, sistem
pengangkutan, penyimpanan dan penggunaan dengan aturan dan persyaratan yang
tidak memenuhi ketentuan yang ada, juga merupakan sumber pencemar.
Perlu dilakukan penetapan kualitas lignkungan mengingat program
industrialisasi sebagai salah satu sektor yang memberikan andil besar terhadap
perekonomian dan kemakmuran suatu bangsa tidak berbalik menjadi sumber
malapetaka dan bencana bagi negara tersebut (Kristanto,2002).

3.4 Klasifikasi Limbah Industri


Limbah adalah yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang
mengandung bahan polutan yang memiliki sifat beracun dan berbahaya, yang
dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi
untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara kimiawi,
bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.
Pada saat ini terdapat sekitar lima juta jenis bahan kimia yang telah
diidentifikasi dan dikenal, 60.000 jenis diantaranya sudah dipergunakan dan
ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap tahun diperdagangkan secara bebas.
Sebagai limbah, B-3 kehadirannya cukup menkhawatirkan, terutama yang
bersumber dari pabrik atau industri, di mana B-3 banyak digunakan sebagai bahan
baku maupun bahan penolong industri. Tingkat keracunan yang disebabkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan
memberikan pengaruh yang berarti, namun dalm jangka panjang mungkin
berakibat fatal terhadap lingkungan. Oleh karena itu pencegahan dan
penanggulannya haruslah memperhitungkan dampak-dampaknya untuk suatu
jangka waktu yang cukup panjang (Kristanto,2002).
Pada umumnya industri mempunyai 3 jenis limbah buangan yang dapat
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungannya. Ketiga jenis limbah pencemar
akibat industri tersebut adalah :
 Limbah pencemar gas atau limbah gas, yaitu gas-gas buangan proses,
seperti gas CO2, CO, H2S, SOX, NOX, dan jelaga/partikel-partikel.
 Limbah pencemar cair atau limbah cair, yaitu air buangan atau air yang
berbentuk larutan buangan proses.
 Limbah pencemar padat atau limbah padat, yaitu limbah padat buangan
atau yang berbentuk larutan buangan proses, seperti plastik-plastik dan
resin-resin buangan proses, logam-logam berat dan katalis buangan proses
(seperti: Pb, Hg, Cd, Fe, Cu, Ba, Se, Zn, dll.), garam-garaman anorganik
yang terbuang dan Lumpur organik padat buangan proses
(Pandjaitan,2002).

Besarnya pencemaran yang disebabkan suatu industri sulit ditentukan


mengingat proses produksi, bahan baku dan cara pengoperasiannya sangat
beragam. Namun demikian, pengukuran BOD (biological oxygen demand) dan
COD (chemical oxygen demand) dapat menunjukkan besarnya zat pencemar
oragnik dalam air limbah atau sungai pembuang. Cara yang terbaik adalah
mengukur semua jumlah zat pencemar yang ada serta debit air limbah dan sungai
pembuang.
Pemanfaatan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar dalam industri
akan menimbulkan emisi bahan buangan limbah berupa CO2, CO, CH, H2S, SOX,
NOX, dan jelaga/partikel-partikel yang dapat mempengaruhi kualitas udara di
sekitarnya. Tetapi apabila kita perhatikan spesifikasi atau karakteristiknya, maka
minyak dan gas bumi Indonesia termasuk jenis yang cukup rendah kandungan
belerangnya, sehingga pencemaran oleh gas SOX dan H2S tidak perlu
dikhawatirkan.
Selain limbah gas pencemar tersebut, limbah cair pencemar seperti air
buangan atau cairan berbentuk larutan buangan proses dan limbah padat pencemar
sebagai akibat buangan proses sepeti resin-resin/plastik-plastik, logam-logam
berat, garam-garam organik dan sisa-sisa katalis, baik yang dihasilkan dari
industri hulu maupun industri hilir, dapat mempengaruhi/ mencemari kualitas
kehidupan di sekitarnya. Begitu juga ceceran-ceceran minyak dalam pabrik dapat
menaikkan suhu perairan yang dijadikan tempat pembuangan limbah cair tersebut.
Ini semua akan mengakibatkan/mengganggu kehidupan beberapa jenis flora dan
fauna yang ada di sekitarnya (Pandjaitan,2002).

3.4.1 Kualitas Limbah


Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam
limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter ssemakin
kecil konsentrasinya, hal itu menunjukkan semakin kecilnya peluang untuk
terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto,2002).
Beberapa kemungkinan yang terjadi akibat masuknya limbah ke dalam
lingkungan:
 Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti. Hal ifu disebabkan
karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam
limbah sedikit dengan konsentrasi yang kecil.
 Adanya pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakitkan pencemaran.
 Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:


 Volume limbah.
 Kandungan bahan pencemar.
 Frekuensi pembuangan limbah.

Penilaian terhadap kualitas air limbah didasarkan pada Keputusan Menteri


Negara KLH Nomor KEP-2/MEN.KLH/I/1988 mengenai Baku Mutu Air Limbah
dan KEP-3/MEN.KLH/II/1991 mengenai Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Proyek yang Sudah Beroperasi (Pandjaitan,2002).
Untuk mengetahui jumlah limbah pencemaran di dalam air atau di dalam
sungai penampungannya, dapat diukur dengan metode/cara, sebagai berikut:
1. B.O.D = Biological Oxygen Demand (=mg/l)
= Kebutuhan oxigen secara biologi kehidupan.
2. C.O.D = Chemical Oxygen Demand (=mg/l)
= Kebutuhan oxigen secara kimia.
3. T.O.C = Total Organic Carbon.
= Jumlah karbon organik, sebagai berikut:
 Limbah dalam air dikeringkan, kemudian dibakar pada suhu tinggi.
Kadar CO2 yang terbentuk dari hasil pembakaran tersebut dianalisa
dengan sinar infra merah, di dapat harga T.O.C nya.
 Reaksi penguraian senyawa karbon dalam air dapat berlangsung dengan
cara:
a) Aerob (= dengan O2) dan
b) Anaerob (= tanpa O2)
Bakteri Aerob Bakteri Anaerob
Reaksi Hasil Reaksi Hasil
C CO/CO2 C CH4 (bio-gas)
N HNO3 N NH3
P H3PO4 P PH3
S H2SO4 S H2S

 Penguraian secara anaerob dapat menyebabkan/mengeluarkan bau busuk


yang merangsang (= bau busuk H2S, bau NH3), dan apabila air tercemar
sampai bau busuk, maka didalam air tersebut kadar O2-nya sudah tidak
ada lagi/airnya sudah cukup tercemar (Pandjaitan,2002).

3.4.2 Bahan-Bahan Lain yang Berbahaya dalam Pabrik


Di samping polutan (bahan pencemar) yang lepas ke udara, terdapat pula
bahan tertentu yang disimpan ataupun masih dalam proses di pabrik. Bahan ini
sifat fisik dan kimianya masih berbahaya bagi lingkungan apabila sampai terlepas.
Sifat racun suatu bahan belum tentu sama dengan sifat bahaya. Bahan yang
bersifat racun belum tentu menimbulkan bahaya apabila bahan tersebut
dipergunakan secara tepat. Sifat racun menunjukkan efek biologis atau
kemampuan melukai tubuh, sedangkan sifat bahaya menunjukkan kemungkinan
kerugian. Bahan semacam ini banyak digunakan sebagai bahan penolong maupun
bahan utama industri kimia. Juga banyak dihasilkan dari produk jadi atau produk
sampingan. Benzena, siklo-heksanol, asam sulfat, amonium hidroksida,
ammonium sulfat, ammonium nitrat, hidrokarbon, karbondioksida, belerang,
dioksida dan lain-alin yang terdiri dari 90 macam bahan telah diklasifikasikan
sebagai bahan beracun dan berbahaya.
Masalah yang sering dijumpai berkaitan dengan bahan-bahan tersebut
adalah tentang penyimpanan, pengolahan, pengemasan, dan transformasi. Oleh
karena itu pengamanan dan pengawasan terhadap bahan-bahan tersebut harus
ditingkatkan dari waktu ke waktu. Besarnya kerusakan lingkungan akibat bahan-
bahan tersebut telah banyak terbukti, misalnya tragedi Chernobyl di Uni Soviet,
maupun Bophal di India (Kristanto,2002).

3.5 Pengendalian Limbah Industri


Pengendalian pencemaran yang berkaitan dengan limbah industri
mempunyai beberapa motivasi dilihat dari kondisi lingkungan tempat sumber
pencemar berada. Bagaimanapun bila lingkungan sudah terlanjur rusak maka
akan sangat sulit untuk memulihkannya seperti semula. Untuk memulihkannya
membutuhkan biaya yang sangat besar. Kenyataan ini seharusnya dengan
menyadarkan manusia agar segera mulai mengendalikannya sebelum keadaan
menjadi semakin parah.
Usaha pengendalian dapat dilakukan melalui berbagai upaya.
Pembangunan industri di Indonesia selama 2 tahun terakhir yang lebih menitik-
beratkan pada aspek pertumbuhan ekonomi telah merangsang pertumbuhan sektor
lain sehingga menjadi tidak seimbang. Aspek sosial-budaya, aspek lingkungan
dan aspek pencemaran nampak seperti diabaikan. Setelah muncul berbagai
masalah lignkungan barulah disadari bahwa pembangunan berwawasan
lingkungan merupakan suatu keharusan dalam menciptakan masyarakat
seutuhnya. Pemilihan teknologi dalam pembangunan berwawasan lingkungan
tidak semata-mata didasarkan pada kemampuan teknologi yang digunakan untuk
menciptakan produk andalan dari segi kualitas dan kuantitas, melainkan juga
kemampuan dari teknologi yang digunakan untuk memproduk limbah seminimal
mungkin (Kristanto,2002).
Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-zat/kontaminan
yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk
terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdown beberapa
peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar
dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalian
limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution
prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention).
Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume
limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya.
Sedangkan pengendalian setelah produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar
bahan pencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang
sudah ditetapkan (Setiadi,2004)
Cara yang paling baik melakukan pencegahan/pengendalian pencemaran
limbah industri adalah melakukan pengendalian pencemaran pada “sumber-
sumber pencemar” di dalam area pabrik, seperti:
 Penyempurnaan metode proses serta peralatan yang dipakai.
 Menjaga kebersihan dari tumpahan/ceceran bahan kimia serta ceceran
lainnya.
 Menambah unit pemanfaatan hasil samping.
 Penggunaan kembali air buangan proses (daur ulang) serta usaha-usaha
lain yang tidak menimbulkan gangguan terhadap peralatan,
manusia/karyawan serta lingkungannya (Pandjaitan,2002).

Pelaksanaan pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh limbah


industri dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan
untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif.
Optimalisasi semacam ini nampaknya mudah, tetapi pelaksanaannya mengalami
berbagai hambatan, seperti faktor politis dan sosial-budaya. Ada kalanya
beberapa unsur lingkungan harus dikorbankan untuk mengejar tujuan yang lebih
luas, tetapi bagaimana prinsip teknologi serasi lingkungan (clean technology)
harus senantiasa mendapat kesempatan pertama.

3.5.1 Teknologi Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran


Berbagai industri telah melaksanakan pengendalian pencemaran dengan
memasang perangkat pengendali. Pemasangan perangkat ini berarti bertambah
investasi bagi industri yang sedang berproduksi. Hal ini berbeda dengan industri
yang masih dalam tahap perencanaan, di mana biaya penanggulangannya telah
dimasukkan dalam investasi total keseluruhan.
Teknologi pencegahan dan penanggulangan pencemaran adalah sistem
perencanaan dan pengaturan buangan (limbah) dengan bantuan berbagai fasilitas
peralatan. Beberapa hal yang menajdi pertimbangan dalam pemiihan teknologi,
diantaranya adalah:
• Karakteristik limbah dan standar kualitas effluent (limbah buangan)
• Sistem desain peralatan, yang berkaitan dengan kemampuannya untuk
mengubah kualitas influent (limbah masuk) agar memenuhi standar
kualitas effluent.

3.5.2 Teknologi Serasi Lingkungan (Clean Technology)


Pada mulanya orang awam berpendapat bahwa keberhasilan teknologi
tergantung pada sejauh mana produk teknologi tersebut mampu memberikan
kemakmuran bagi masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka. Teknologi yana
terpadu dengan lingkungan membutuhkan ruang, tenaga kerja, bahan baku atau
penolong, dana, metode dan perancangan manajemen. Masukan dan produk
teknologi dalam suatu lingkungan merupakan aktivitas tersendiri dari berbagai
komponen. Setiap aktivitas teknologi dengan berbagai masukan maupun keluaran
akan memberikan dampak terhadap lingkungan. Kehadiran teknologi dengan
aktivitas komponennya, sedikit banyak akan berinteraksi dengan komponen
lingkungan. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah demi kehadiran teknologi,
berapa komponen lingkungan yang menjadi korban? Dalam konteks teknologi
serasi lingkungan, bukan lingkungan yang harus dikorbankan, tetapi teknologi
tersebut yang harus disesuaikan dengan lingkungan. Sejauh mungkin tidak ada
unsur lingkungan yang harus dikorbankan, atau jika terpaksa harus dikorbankan,
maka harus diusahakan penanggulangannya. Ini yang disebut dengan
penanggulangan dan pencegahan kerusakan lingkunga karena adanya teknologi.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk pencegahan dan
penanggulangan pencemaran karena limbah industri adalah:
• Pencegahan pencemaran,
• Penanggulangan pencemaran,
• Biaya pengendalian dan penanggulangannya.
3.5.3 Prinsip Daur-Ulang
Limbah yang dibuang pabrik ditampung terlebih dahulu dan diolah
kembali sehingga mempunyai nilai ekonomi. Pengolahan kembali menghasilkan
nilai tambah, dan pada sisi lain menghemat biaya pengendalian pencemaran.
Sistem ini dikenal asas pencegahan pencemaran yang menguntungkan. Peralatan
yang lebih baik akan menciptakan proses yang lebih baik sehingga zat pencemar
yang terbuang lebih sedikit. Begitu pula penggunaan limbah B-3 yang dapat
disubstitusi dengan bahan lain yang lebih kecil resikonya. Penggunaan teknologi
yang tepat dapat mensubstitusikan bahan baku untuk mengurangi beban
pencemar, tetapi jelas bahwa bahan baku hanya merupakan salah satu komponen.
Pada prosses produksi masih perlu dipertimbangkan bahan buangan, bahan
penolong, reaksi kimia, fisika, dan biologi yang terjadi dalam proses. Oleh sebab
itu dibutuhkan adanya teknologi pengolahan limbah yang mengandung prinsip
murah dan efisien, tersedia secara terus menerus, pengoperasiaannya secara
sederhana, dan biaya pemeliharaannya rendah.

3.5.4 Biaya pengendalian dan Penanggulangan


Biaya meruapakan masalah tersendiri dalam penanggulangan pencemaran
karena industri di Indonesia, terutama industri yang sudah terlanjur beroperasi,
kebanyakan belum memperhatikannya. Penyediaan areal untuk fasilitas
pengendalian dan pencemaran dalam pabrik merupakan faktor utama yang
pertama-tama harus dihadapi oleh industri tersebut. Bila areal sudah tidak lagi
memungkinkan, alternatifnya adalah membeli areal di sekitar lokasi pabrik, yang
tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Biaya investasi ini dibebakan kepada harga pokok, berarti biaya
penanggulangan pencemaran ini menjadi tanggung jawab masyarakat konsumen.
Biaya penanggulangan pencemaran meliputi:
• Biaya pengendalian lokasi (areal)
• Biaya pengadaan peralatan
• Biaya tenaga listrik dan tenag kerja
• Biaya bahan penolong (bahan kimia, bakteri dan lain-lain)
• Biaya pemeliharaan
• Biaya instalasi, bangunan dan transportasi.

3.6 Pengolahan Limbah Industri


Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan
bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi,
mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat
dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen
and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang
sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah proses yang
berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah
neutralization, chemical addition and coagulation, flotation,
sedimentation, dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut
dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa.
Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini
ialah activated ludge, anaerobic lagoon, tricking ilter, aerated lagoon,
stabilization basin, rotating, biological contractor, serta anaerobic
contractor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion
exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan
sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet
combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation,
lagooning or drying bed, incineration, atau landfill (Setiadi,2004).

Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang


dibayangkan karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang
besar dan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus
dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan
pembangunan fasilitas instalansi air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah
(UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat (Setiadi,2004).
BAB IV
PENUTUP

Industri secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut Industri


dasar atau hulu, Industri Hilir, dan Industri Kecil. Secara umum produk industri
setiap negara terus berdiversifikasi dan bergerak menuju ke bidang-bidang yang
lebih padat modal, seperti produk-produk logam, bahan kimia, mesin dan
peralatan. Berbagai industri berat, yang banyak menimbulkan sektor industri
yang berhubungan dengan produk pangan (agro-industri) terus menurun cukup
berarti.
Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input)
menjadi keluaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri
dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya dengan
melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang
ditimbulakan oleh industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik dan
mengandung bahan beracun dan berbahaya (B-3). Bahan pencemar keluar
bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air dan tanah
yang merupakan komponen ekosistem alam. Bahan buangan yang keluar dari
pabrik dan masuk ke lingkungan dapat diidentifkasikan sebagai sumber
pencemaran, dan sebagai sumber pencemaran perlu diketahui jenis bahan
pencemar yang dikeluarkan, kuantitas dan jangkauan pemaparannya.
Pengendalian pencemaran yang berkaitan dengan limbah industri
mempunnyai beberapa motivasi dilihat dari kondisi lingkungan tempat sumber
pencemar berada. Bagaimanapun bila lingkungan sudah terlanjur rusak maka
akan sangat sulit untuk memulihkannya seperti semula. Untuk memulihkannya
membutuhkan biaya yang sangat besar. Kenyataan ini seharusnya dengan
menyadarkan manusia agar segera mulai mengendalikannya sebelum keadaan
menjadi semakin parah.
Untuk itu diperlukan pengolahan limbah industri terlebih dahulu agar
tidak merusak lingkungan sekitar, yang tentunya dapat berdampak pada makhluk
hidup, khususnya kesehatan manusia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi

Pandjaitan, Maraudin. 2002. Industri Petrokimia dan Dampak Lingkungannya.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Setiadi, Tjandra. 2004. Pengolahan Limbah Industri, (online),


(http:www.wikipedia.com, diakses 26 Maret 2009).

Wardhana, Wisnuarya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:


Andi

You might also like