You are on page 1of 23

TUGAS AKHIR MATA KULIAH

KEPELATIHAN OLAH RAGA


DI SEKOLAH 1

Dosen Pengampu: Agung Wahyudi S.Pd, M.Pd

Oleh :
Frediatmoko Aulia Rahman
NIM. 6101407176
Rombel 03

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010

TUGAS AKHIR MATA KULIAH


KEPELATIHAN OLAH RAGA DI SEKOLAH 1

1. Jelaskan kepeminpinan dalam kepelatihan (dasar, gaya, efektifitas,


dan tanggung jawab ).

Jawaban:

a. Dasar kepemimpinan

Terdapat asumsi bahwa pemimpin dilahirkan pembawaan dengan sifat


pembawaan yang menjadikan mereka seorang pemimpin yang berhasil, sift-
sifat tersebut seperti, bentuk fisik, tingkat energy, nada suara, dan sifat
kepribadian lainnya seperti agresif, dominasi dan ketergantungan seseorang
menjadi pemimpin. Kepemimpinan juga bisa dilihat dari aspek fungsional.
Misalnya, pemimpin dapat dilihat sebagai orang yang dapat mengawasi
secara efektif mengatur, mengawas, dan mengarahkan kerja orang lain.

Definisi kepemimpinan yang lain, berdasarkan teori hubungan manusia,


melibatkan hubungan individu dengan suatu kelompok. Menurut pandangan
ini, pemimpin adalah orang yang bersimpati terhadap masalah pribadi lain.
Maksudnya adalah mendukung bawahannya secara emosional dan mau
mendengarkan serta mengijinkan pengikutnya untuk ikut bersuara dalam
proses penganbilan keputusan.

b. Gaya-gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpina ada 2 yaitu gaya kepemimpinan yang otoriter dan


demokrasi. Secara khusus pelatih yang otoriter yaitu :

1. Mengunakan kekuasaan untuk mengendalikan orang lain.

2. Memerintah yang lain dalam kelompok.

3. Berusaha agar semuanya dikerjakan menurut keyakinannya.

4. Bersikap tidak mengorangkan orang.

5. Meghukum anggota yang mengabaikan atau menyimpang.

6. Memutuskan pembagian pekerjaan.

7. Menentukan bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan.

8. Memutuskan kebenaran ide.

Sebaliknya pememimpin yang demokrasi ;

1. Bersikap ramah dan bersahabat.

2. Membiakan kelompok sebagai keseluruhan membuat rencana.


3. Mengijinkan angotanya untuk berinteraksi dengan yang lain tanpahrus
ijin.

4. Menerima saran.

5. Berbicara sedikit lebih banya dari rata-rata anggota kelompoknya.

c. Efektifitas

Memang sulit untuk menentukan mana yang lebih efektif antara gaya
kepemimpinan yang otoriter dan kepemimpinan demokratis, kerena keduanya
sama-sama memiliki keutungan dan kerugian masing-masing, sehingga
banyak pelatih meperlihatkan kombinasi antara gaya otoriter dan gaya
demokratis

Alasan banya pelatih memilih gaya kepemimpinan otoriter karena :

1. Mereka melihat perannya sebagai orang yang otoriter.

2. Mereka adalah orang yang memiliki keinginan besar untuk


mengatur orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Situasi kepemimpunan yang penuh tekanan yang timbul di


berbagai cabang olahraga menuntut pengawasan pelatih atas para peserta.

4. Olahragwan-olahragawan tertentu menghendaki sikap otoriter dari


pelatihnya untuk memenuhi harapannya.

Gaya kepemimpinan otoriter menguntungkan dalam situasi tertentu.


Misalnya:

1. Gaya ini disukai bilamana kecepatan dan gerakan amat dibutuhkan.

2. Cocok digunakan dalam kelompok besar yang terlibat dengan tugas –tugas
rumit.
3. Waktu jadi lebih efisien dan menjadikan olahragawan merasa was-was
menjadikan lebih merasa lebih aman dan terlindungi dalam situasi yang
menekan.

Alasan banyak pelatih melatih secara demoktratis karena mereka percaya


bahwa :

1. Setiap individu hidup sebagai makluk social.

2. Setiap individu berfungsi sebagai pribadi yang menyeluruh dan utuh,


bukan sebagai rangkaian dan bagian-bagian.

3. Seriap individu memiliki cita-cita, tujuan dan nilai yang membangkitkan


tingkah laku.

Sebagian pelatih yang berhasil dalam olahraga dalam kenyataannya tidak


berada secara penuh dalam satu ujung ataupun ujung yang lainnya.
Mereka mengunakan keuntungan kedua gaya tersebut bila hal tersebut
yang baik untuk menyelasaikan tugas dan meningkatkan semangat serta
perkembangan tim.

d. Tanggung Jawab

Tanggung Jawab merupakan nilai moral yang sangat penting dalam


olahraga. Tanggung jawab adalah pertanggungjawaban perbuatan sendiri.
Seorang peltih harus mempunyai pertanggung jawaban yang besar atas segala
yang dilakukannya.

Dalam tanggung jawab terkandung makna :

1) Harga diri (self respect)

Hormati diri atau harga diri yang mencakup kejujuran. Kedermawanan


dalam perasaan serta kelakuaan penolakan terhadap kemenangan yang
dicapai dengan jalan apapun, kerendahan hati dalam kemenangan dan
ketenangan dalam kekalahan.
2) Penghargaan terhadap lawan.

Menghormati lawan dengan jalan mengadakan perlawanan yang


semaksimal mungkin merupakan penghormatan yang tertinggi bagi lawan.

2. Jelaskan hukum dan prinsip pelatih (komponen kesegaran, tujuan,


hukum, dan prinsip latihan).

Jawaban :

a. Komponen kesegaran

Ada 10 poin yang merupakan komponen kebugaran jasmani, yaitu:

1. Kekuatan
Strength, Kemempuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban
sewaktu bekerja
2. Daya tahan
Endurance, Kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung,
paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk
menjalankan kerja secara terus menerus
3. .Daya Otot
Muscular Power, Kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan
maksimum yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya
4. Kecepatan
Speed, Kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dengan waktu sesingkat-
singkatnya.
5. Daya lentur
Flexibility, Efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala
aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas
6. Kelincahan
Agility, Kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.
7. Koordinasi
Coordination, Kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan
yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.
8. Keseimbangan
Balance, Kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot.
9. Ketepatan
Accuracy, Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak
bebas terhadap suatu sasaran.
10. Reaksi
Reaction, Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam
menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera

b. Hukum dan prinsip latihan.

Banyak sistem yang mempengaruhi perencanaan latihan. Bagaimanapun


seorang pelatih dalam menggunakan program latihan untuk atletnya maka harus
berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Untuk memahami prinsip latihan ini
maka kita coba kaji berdasar pada kajian Ilmu Faal (Fisiologik), Ilmu Jiwa
(Psikologik), dan Ilmu Kependidikan (Pedagogik).

HUKUM FISIOLOGIK
Semua sistem latihan dipengaruhi oleh tiga hukum fisiologik, yaitu : hukum
OVERLOAD, hukum KEKHUSUSAN (Specificity), dan hukum
REVERSIBILITAS (Reversibility). Prinsip-prinsip lainnya disebutkan oleh para
pelatih sebagai aspek-aspek yang terkandung dalam tiga prinsip tersebut.
a. Hukum Overload (Law of Overload)
Hukum ini adalah yang banyak memperbaiki dalam kebugaran seorang
atlet, sehingga membutuhkan suatu peningkatan beban latihan yang akan
menantang keadaan kebugaran atlet.
Bahwa beban latihan berfungsi sebagai suatu stimulus dan
mendatangkan suatu respon dari tubuh atlet. Apabila beban latihan lebih berat
daripada beban normal pada tubuh maka tubuh akan mengalami kelelahan
sehingga tingkat kebugaran akan menjadi lebih rendah dari tingkat kebugaran
normal. Hal ini akan membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama.
Artinya, pembebanan akan menyebabkan kelelahan, dan ketika pembebanan
berakhir, maka pemulihan berlangsung. Jika pembebanan optimal (tidak
terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat) maka setelah pemilihan penuh
tingkat kebugaran akan meningkat lebih tinggi daripada tingkat sebelumnya.
Prinsip Individualisasi
Reaksi masing-masing atlet terhadap suatu rangsangan latihan terjadi dengan
cara yang berbeda. Perbedaan tersebut karena usia dan jenis kelamin.
Perencanaan latihan dibuat berdasarkan perbedaan individu atas kemampuan
(abilities), kebutuhan (needs), dan potensi (potential). Tidak ada program
latihan yang dapat disalin secara utuh dari satu individu untuk individu yang
lain. Program latihan yang efektif hanya cocok untuk individu yang telah
direncanakan.
Pelatih harus mempertimbangkan faktor usia kronologis dan usia biologis
(kematangan fisik) atlet, pengalaman dalam olahraga, tingkat keterampilan
(sklill), kapasitas usaha dan prestasi, status kesehatan, kapasitas beban latihan
(training load) dan pemulihan, tipe antropometrik dan system syaraf, dan
perbedaan seksual (terutama saat pubertas).
Prinsip Pengembangan Multilateral
Pengembangan menyeluruh ini berkaitan dengan keterampilan gerak secara
umum (general motor ability) dan pengembangan kebugaran sebagai tujuan
utama yang terjadi pada bagian awal dari perencanaan latihan tahunan.
Prinsip ini harus menjadi focus utama dalam melatih anak-anak dan atlet
junior. Hal ini adalah merupakan langkah pertama dari rangkaian pendekatan
untuk latihan olahraga (prestasi).
b. Hukum Kekhususan (Law of Specificity)
Hukum kekhususan adalah bahwa beban latihan yang alami menentukan
efek latihan. Latihan harus secara khusus untuk efek yang diinginkan. Metode
latihan yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan latihan. Beban latihan
menjadi spesifik ketika itu memiliki rasio latihan (beban terhadap latihan) dan
struktur pembebanan (intensitas terhadap beban latihan) yang tepat.
Prinsip Spesialisasi
Prinsip ini melatih kapasitas dan teknik yang dibutuhkan untuk aktivitas
khusus atau nomor khusus. Contoh, dalam atletik seorang pelempar
membutuhkan latihan kekuatan khusus dan juga teknik khusus pada masiing-
masing nomor lempar. Seorang perenang membutuhkan kecepatan dan daya
tahan kecepatan serta daya tahan kekuatan sesuai dengan nomornya, begitu
pula teknik yang dibutuhkannya. Semuanya itu harus dilakukan secara khusus
setelah melewati fase latihan yang menyeluruh (multilateral).
Prinsip Model Proses Latihan
Model ini dimanfaatkan untuk mengembangkan pola-pola latihan yang erat
dengan kaitannya dengan kebutuhan kompetisi. Pola yang paling sulit
membutuhkan waktu yang cukup lama (tahunan) agar menjadi sempurna. Hal
ini tentunya harus diawali dengan kemampuan pelatih dalam menganalisa
setiap kompetisi. Contoh dalam olahraga permainan, bagaimana pola-pola
permainan itu harus berjalan sesuai dengan kebutuhan setiap kompetisi (saat
menghadapi lawan berat atau lawan yang lebih ringan), bagaimana pola
pertahanan dan penyerangan yang baik dan harmonis.

c. Hukum Reversibilitas (Law of Reversibility)


Hukum ini adalah bahwa tingkat kebugaran akan menurun jika
pembebanan latihan tidak dilanjutkan (continued).
Prinsip Meningkatkan Tuntutan
Dalam pembebanan latihan, tuntutan ini adalah bahwa beban latihan harus
berkelanjutan jika kebugaran umum dan khusus atlet terus ditingkatkan,
beban latihan harus ditingkatkan secara regular (progressive overload). Rasio
latihan adalah kritis. Seorang pelatih harus menentukan berapa lama
pemulihan dibutuhkan dalam suatu sesi dan antar sesi.
Prinsip Melanjutkan Tuntutan Beban
Prinsip ini mengungkapkan bahwa atlet jangan terlalu lama berhenti berlatih.
ketika pemuncakan sedang berlangsung dan beban latihan dikurangi maka
hasilnya akan menurunkan kondisi.
Prinsip Kemungkinan dapat terjadi dengan mudah (Feasibility)
Prinsip ini menyatakan bahwa beban latihan yang telah direncanakan
haruslah realistic. Tujuan latihan tidak boleh mengakibatkan rusaknya atau
hancurnya prestasi atlet yang disebabkan oleh tujuan yang tidak realistic. Hal
ini bukan saja merusak secara fisik, akan tetapi juga akan berakibat pada
kondisi psikologik. Tujuan latihan haruslah sesuai dengan kemampuan
seseorang (atlet) yang tentunya berdasar pada hasil tes parameter yang
direncanakan dan dilaksanakan secara periodik sesuai kebutuhan setiap
tahapan sehingga prestasi menjadi berkembang, tidak mengecilkan hati atau
gagal.

HUKUM PSIKOLOGIK
a. Prinsip Aktif, Partisipasi Sungguh-sungguh (Active, Conscientious
Participation)
Prinsip ini mengandung makna bahwa untuk menghasilkan prestasi yang
maksimal atlet harus terlibat secara aktif dalam proses latihan yang telah
dipilihnya. Prinsip ini sering luput dari perhatian atlet dan juga pelatih. Atlet
berpartisipasi secara pasif, hanya mengikuti saja apa yang diperintahkan atau
menunggu pemberian motivasi dari pelatih tanpa didasari atas kesungguhan
untuk melakukan latihan bahwa latihan adalah suatu kebutuhan.
Latihan adalah suatu bentuk kerja sama antara atlet dan pelatih yang
mengandung resiko. Atlet
b. Prinsip Kesadaran (Awareness)
Prinsip ini menunjuk pada kebutuhan bahwa pelatih menjelaskan pada atlet
apa yang terlibat dalam program latihan, apa yang menjadi tujuan latihan, dan
bagaimana mencapainya. Dalam hal ni juga atlet harus menyadari akan
posisinya sebagai orang yang juga harus berpartisipasi aktif dalam
perencanaan dan evaluasi latihan.
c. Prinsip Variasi (Variety)
Kompleksnya latihan dan tingginya tingkat pembebanan dalam latihan untuk
sukses membutuhkan variasi bentuk latihan dan metode latihan agar tidak
terjadi kejenuhan / kebosanan (boredom) atau basi (staleness). Faktor
kebosanan ini akan menjadi kritis apabila kurang bervariasi seperti pada
gerakan (hanya) lari saja yang secara teknik tidak begitu kompleks (terbatas)
dan membutuhkan faktor fisiologik.
d. Prinsip Istirahat Psikologik (Psychological Rest)
Saat kelelahan terjadi seorang atlet akan mengalami ketegangan mental atau
ketegangan psikologis (psychological strain), bukan hanya kelelahan fisik
saja. Oleh karena itu, selain harus meningkatkan kemampuan fisik menjadi
istimewa, harus pula mampu mengalihkan situasi yang akan mengakibatkan
munculnya tekanan-tekanan (stress) seperti pada kompetisi atau latihan.
Bagian ini penting untuk membantu proses istirahat psikologis.

HUKUM PEDAGOGIK
Prinsip-prinsip yang ada dalam hukum ini akan membantu atlet dan pelatih
untuk lebih memaknai proses pembelajaran / pelatihan melalui pendidikan.
a. Prinsip Perencanaan dan Pemanfaatan system (Planning and Use of
System)
Prinsip ini membutuhkan apa yang disebut dengan disain program latihan
yang sistematis dan efesien, dari program jangka panjang sampai dengan unit
latihan yang dibutuhkan oleh setiap atlet secara individu. Prinsip ini
membutuhkan ketelitian, kehati-hatian, dan mempertemukan semua
kebutuhan latihan secara efektif. Melalui prinsip ini, atlet dan pelatih
mengalami proses pembelajaran yang selalu sistematis dan terencana.
b. Prinsip Periodisasi (Periodization)
Prinsip periodisasi adalah mengembangkan program latihan melalui seri-seri
dari setiap siklus atau tahapan berdasarkan pada standar prestasi setiap
cabang olahraga. Prinsip ini terkait dengan perencanaan program latihan yang
akan disusun.
Tahapan latihan yang lazim dimanfaatkan adalah Tahap Persiapan (Persiapan
Umum dan Persiapan Khusus), Tahap Kompetisi (Pra Kompetisi dan
Kompetisi Utama), dan Tahap Transisi. Prinsip ini mengajak pelatih untuk
senantiasa manjalani proses melalui tahapan yang jelas dan teratur.
c. Prinsip Presentasi Visual (Visual Presentation)
Prinsip ini mencoba untuk memberikan informasi latihan yang sejelas
mungkin kepada atlet, sewaktu-waktu, audio-visual dapat diimanfaatkan
untuk membantu atlet dalam memahami materi latihan yang telah, sedang,
dan atau akan diberikan dalam proses latihannya.
Proses pembelajaran/pendidikan seperti ini penting bagi atlet untuk bias lebih
memahami apa yang seharusnya dilakukan dan yang cukup penting adalah
bagaimana seorang atlet mampu mengoreksi sendiri (self correction) apa
yang menjadi hal penting dalam meningkatkan prestasinya. Prinsip-prinsip
latihan yang dikaji berdasarkan tiga disiplin ilmu itu penting sekali bagi
pegangan para pelatih untuk lebih memahami tuntutan dan kebutuhan latihan
agar menjadi lebih efektif dan efesien.

Referensi :
William H. Freeman. Peak When It Count. Los Altos : Tafnews Press. 1989.

3. Jelaskan sistematika latihan (pertahapan latihan dan beban latihan).

Jawaban :

Tahap latihan ada 3 :

a. Tahap persiapan: Umum dan khusus.


Peseiapan umum seperti, mengembangkan kerangka umum pebinaan
sikap, fisisk, teknik, taktik dan mental. Persiapan umum terfokos pada
pengembangan derajat kondisi fisik prima, sejalan dengan pembinaan
dorongan semangat berprestasi(ketekunan, kemauan, dll.).

Melalui volume latihan yang besar, terbangun pondasi kemampuan adaptasi


organism yang lebih tinggi terhadap latihan yang lebih spesifi. Tahap latihan
yang lebih spesifik diarahkan untuk :

1. Menguasai dan menyempurnakan persiapan fisik secara umum.

2. Meningkatkan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan olah setian cabor.

3. Menanamkan sifat psikologis yang spesifik.

4. Menembangkan dan meningkatkan serta menyempurnakan teknik.

5. Membiasakan atlet dengan dasar maneuver strategi dan teknik.

6. Meningkatkan pengetahuan teoritis tentang metode berlatih tiap cabang


olahraga.

Tahap persiapan spesifik merupakan transisi menuju tahap kompetisi.


Porsi latihan sebagian besar (70%-80%) tertuju pada penyempurnaan teknik.

b. Tahap Kompetisi (Pra Kompetisi dan Kompetisi)

Tujuan tahap Pra Kompetisi adalah untuk mengevaluasi hasil pembinaan


dalam tahap persiapan, mencakup teknik, fisik, taktik dan mental.
Pertandinga tidak resmi dapat dipakai sebagai tes nyata bagi atlet sebagai tes
nyata bagi kemampuan atlet.

Tujuan utama tahap kompetisi adalah untuk menyempurnakan semua


aspek pelatihan yang memungkinkan atlet untuk meningkatkan
kemampuaanya sehingga dapat bertanding dengan sukses. Tahap kompetisi
utama tertuju pada upaya untuk mengoptimalkan seluruh kemampuan atlet
untuk berprestasi.
c. Tahap Transisi

Tahap transisi berlangsung setelah masa kompetisi berrakhir, sebagai


fase untuk memulihkan tekanan terhadap fisik dan mental yang menimbulkan
kelelahan berat. Tahap ini merupakan masa “istirahat aktif”, masa peralihan
untuk mengikuti kegiatan pembinaan tahap berikutnya. Masa ini juga
merupakan tahap pemulihan cedera, dan potensial bagi bangkitnya masalah
dalam pembinaan seperti ketidak puasan terhadap system penghargaan,
konflik akibat kegagalan mencapai target, sehingga perlu dikelola sebaik
mungkin.

4. Jelaskan stuktur prestasi (faktor ekternal dan faktor internal).

Jawaban :

Untuk meraih prestasi puncak seorang atlet ditentukan dan di pengaruhi


oleh banyak factor yang secara umum dapat digolongkan menjadi factor internal
dan eksternal.

a. Fakto internal adalah factor yang berasal dari diri atlet itu sendiri
dalam bentuk potensi dan kemampuan yang dimilikinya baik secara fisi
maupun psikis(mental).

b. faktor eksternal adalah semua factor yang berasal dari luar potensi
dan kemampuan atlet yang dapat di pengaruhi dan menentukan prestasi atlet
seperti pelatih, fasitas latian dan pertandingan, kompetisi, organisasi,
pendanaan, iklim dan cuaca, gizi dan lain sebagainya.

Dalam menyikapi suatu kegagalan prestasi atlet sebagaimana yang telah


dikemukakan pada pendahuluan, sering kali factor eksternal yang dipersoalkan
sebagai penyebab suatu kegagalan . jarang sekali kita memprdebatkan persoalan-
persoalan yang berabungan dengan factor atlet (Internal). Padahal factor internal
inilah sebagai penentu utama (main faktor) pencapaian prestasi, sedangkan factor
eksternal merupakan factor kedua (second faktor) yang menentukan prestasi atlet.

Sebagai manusia normal atlet mempunyai potensi dan kemampuan yang


secara dikotomis dapat dibedakan atas kemampuan fisik (jasmani) dan psikis
(rohani atau mental) dari kedua kutub kemampuan ini ada yang tidak tidak dapat
dikembangkan melalui pembinaan olahraga seperti usia, jenis kelamin, tinggi
badan dan beberapa sifat kepribadian. Disamping itu ada potensi yang dapat
dibina dan kembangakan melalui pembinaan olahraga untuk mendapatkan
prrestasi tertentu. Ada pun potensi atlet yang dapat dibina dan di kembangkan
melalui olahraga adalah potensi fisik (physical conditioning), potensi teknik,
potensi taktik/strategi dan potensi mental. Potensi inilah menuru para ahli
olahraga yang disebut dengan KOMPONEN PRETASI OLAHRAGA.

Keempat potensi ini merupakan factor utama (main faktor), penentu


prestasi atlet. Dengan kata lain prestasi atlet baik dalam olahraga perorangan
maupun peregu ditentukan ole kemampuan fisik tektik, taktik dan kemampuan
mental. Sebagai factor utama yang harus dimiliki oleh setiap atlet, keempat
potensi ini berada dalam satu kesatuan yang utuh dan saling berpengaruh satu
dengan yang lainnya. Artinya, prestasi yang ditampilkan atlet merupakan
perpaduan keempat potensi yang dimaksud sesuai dengan tuntutan olahraganya.
Ada olahraga yang menuntuk dan membutuhkan keempat komponen tersebut
secara propesional seperti olahraga permainan. Artinya, kemampuan fisik teknik,
taktik, dan mental dibutuh secara berimbang untuk meraih prestasi puncak. Oleh
karena itu pembinaan harus dilakukan secara propesional. Kemudian ada olahraga
yang memprioritaskan potensi dan komponen teknik karna teknik merupakan
objek penilaian dalam pertandingan seperti cabang olahraga loncat indah.
Disamping itu ada olahraga yang memprioritaskan kemampuan fisik seperti
angkat besi/berat, lari jarak jauh. Meskipun terdapat perbedaan tuntutan dan
kebutuhan terhadap potensi yang dimaksud , namun untuk meraih prestasi puncak
diperlukan keterpaduan sesuai dengan kebutuhan olahraganya.
Disamping itu untuk mngoptimalkan proses pembinaan yang dilakukan
terhadap atlet perlu pemahaman secara lebih spesifik terhadap komponen prestos
yang dimaksud. Sebagai contoh misalnya pada olahraga yang lebih mngandalkan
pada kemampuan fisik khusus yang dibutuhkan dalam olahraga tersebut.
Penguasaan setiap factor sangat spesifik sekali dan tergantung dari factor apa
yang ingin dikembangkan dan bagaimana pengaturan pembebanan yang
diberikan. Dari satu sisi diharapkan penguasaan suatu factor secara masimal
dalam latihan, tapi disisi lain mungkin hanya secara optimal misalnya sorang
sprinter (pelari cepat) mutlak membutuhkan kecepatan maksimal. Sebaliknya,
untuk pelari jarak jauh dominan membutuhkan daya tahan aerobic dari pada
kecepatan dan kekuatan otot.

Dengan memahami struktur tuntutan atau kebutuhan suatu cabang


olahraga secara spesifik dapat diketahui fakto-fakto penyebab kegagalan prestasi
atlet secara internal. Selain itu juga dapat mengoptimalkan proses pembinaan
yang dilakukan teradap aaltet. Tanpa pemahaman struktur tuntutan suatu cabang
olahraga sulit dilakukan pembinaan yang efektif untuk menghasilkan prestasi. Ole
kaerna itu pemahaman secara konferhensif terhadap potensi internal yang dimilki
atlet yang dapat dibina dan dikembangkan melalui pembinaan olahraga sangat
diperlukan oleh setiap pelatih/Pembina dalam rangka mengoptimalkan proses
pembinaan yang dilakukan kepada atlet.

5. Uraikan tentang latihan daya tahan (aerobic dan an aerobic).

Jawaban :

Daya tahan merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh mampu untuk
bekerja dalam waktu yang cukup lama. Daya tahan baik, jika tidak mengalami
mudah lelah, dapat terus bergerak dalam keadaan kelelahan, mampu bekerja tanpa
mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelasaikan suatu
pekerjaan/latihan.
Type Daya Tahan ;

1. Daya tahan aerobic

Daya tahan aeronik berarti dengan oksigen. Latihan aerobic menuntun kita
untuk memperkuat system cardio respiratory dan suatu peningkatan
kemampuan dalam mengunakan O2 didalam otot.

Daya tahan aerobic dapat dikembangkan melalui latihan lari aerobic secara
terus menerus atau lari interval. Semakin panjang waktu dari suatu event
kegiatan/lomba, semakin penting daya tahan aerobic. Daya tahan aerobic
harus dikembangkan terlebih dahulu sebelum daya tahan an aerobic.

2. Daya tahan Anaerobic

Daya tahan anaerobic berarti tanpa oksigen, daya tahan ini mengacu pada
system energy yang memungkinkan otot untuk bekerja dengan mengunakan
energy yang telah tersimpan di dalam. Latihan anaerobic mengijinkan atlet
suatu toleransi membentuk asam laktat.

Macam daya tahan anaerobic :

a. Daya tahan kecepatan

b. Daya tahan kekuatan

Mengembangkan daya tahan kecepatan membantu atlet untuk lari dalam


kecepatan tinggi meskipun terjadi pembentukan asam laktat.
Mengembangkan daya tahan kekuatan mengijinkan atlet untuk terus menerus
mengeluarkan daya/tenaga, meskipun berlangsung pembentukan asam laktat.

Salah satu macam latihan untuk mengembangkan daya tahan aerobic dan
anaerobic adalah dengan latihan interval. Variable latihan interval:

- Intensitas

- Lama waktu
- Pemulihan

- Aktivitas pemulihan

- Pengulangan

6. Uraikan tentang latihan kekuatan (cara, bentuk, dan metode latihan)

Jawaban :

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna


membangkitkan ketegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot adalah
komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara
keseluruhan.

Bentuk-Bentuk Latihan Kekuatan, Antara Lain :

a. Latihan Kekuatan Otot Lengan

Tujuannya : Menguatkan otot lengan.

Cara melakukannya :

1. Mula-mula sikap badan jongkok, kedua kaki sedikit rapat, keduatangan


lurus berada diantara kedua paha mendekati lutut, telapak tangan terbuka,
dan menumpu pada lantai.

2. Kemudian sentuhkan paha kebagian dalam dekat dengan tangan.

3. Lalu angkatlah kedua kaki ke atas secara perlahan-lahan hingga lepas dari
lantai, siku dapat berfungsi sebagai penahan pada paha

4. Sikap ini dipertahankan selama 5 sampai 8 detik.

b. Latihan kekuatan otot lengan ( push-up)

Tujuannya : Menguatkan otot lengan.

Cara melakukannya :

1. Mula-mula tidur telungkup, kedua kaki dirapatkan lurus di


belakang, ujung kaki bertumpu pada lantai.

2. Kedua telapak tangan di samping dada, jari-jari tangan menunjuk ke


depan dan kedua siku ditekuk.

3. Kemudian angkatlah badan ke atas hingga kedua tangan lurus, badan


dan kaki merupakan satu garis lurus.

4. Lalu badan diturunkan kembali, dengan jalan membengkokkan kedua


sikut, badan dan kedua kaki tetap lurus dan tidak menyentuh lantai.

5. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang selama 15-30 detik.

c. Latihan Kekuatan Otot Perut ( sit-up )

Tujuannya : Menguatkan otot perut.

Cara melakukannya:

1. Mula-mula tidur terlentang, kedua lutut ditekuk, dan kedua tangan


diletakkan di belakang kepala.

2. Kemudian badan diangkat ke atas, hingga dalam posisi duduk, kedua


tangan tetap berada di belakang kepala.

3. Gerakan ini dilakukan sebanyak-banyaknya (15-30 detik).

7. Uraikan tentang latihan kecepatan (jenis, syarat dan metode latiahan)

Jawaban :

Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan


yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingat-singkatnya atau
kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat,


akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan tergantung dari beberapa faktor
yang mempengaruhinya, yaitu kekuatan (strengh), waktu reaksi (reaction time),
fleksibilitas (flexibility). Jadi, kalau berlatih untuk mengembangkan kecepatan,
atlet harus dilatih kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan reaksinya, tidak hanya
dilatih kecepatannya saja.

Jenis latihannya kecepatan :

1. Lari cepat dalam jarak dekat

2. Lari bolak-balik, jarak enam meter (shuttle run)

3. Tingkatkan kualitas latihan dengan menggunakan beban, rintangan, dan


lain-lain.

4. Jongkok-berdiri dan diikuti lari cepat dalam jarak dekat pula.

Kecepatan (lari) dapat dikembangkan melalui metode latihan-latihan:

1. Interval training

Jarak yang ditempuh telah ditentukan sedemlklan rupa sehingga faktor


daya tahan tidak berpengaruh terhadap kecepatan.

2. Lari akselerasi

a. Lari akselerasi dimulal dengan gerakan lambat, makin lama makin cepat.

b. Lari akselerasl dengan diselingi lari deselerasi.

3. Uphill

Lari naik bukit, untuk mengembangkan dynamic strenght pada otot-otot


tungkai, juga dapat dikembangkan dengan lari di air dangkal, pasir, salju, atau
lapangan yang tanahnya lembek.

4. Downhill
Lari menuruni bukit, untuk melatih kecepatan frekuensi gerak kaki, lebih
balk lagi kalau ada dorongan angin dari belakang.

5. Latihan kecepatan untuk anggota tubuh

Metode latihan ini dapat berbentuk melempar bola softball atau baseball
atau mensmes bola, dengan melakukan gerakan-gerakan tersebut secara berulang-
ulang dengan kecepatan yang makin tinggi.

8. Uraikan tentang latihan kelenturan (ritmis, dinamis dan kontra)

Jawaban :

Kelenturan merupakan kemampuan unuk melakukan gerakan persendian


melalui jangkauan gerak yang luas. Jangkauan gerak dalami sendi pada tubuh
tergantung pada pengaturan tendo-tendo, ligament, jaringan penghubung, dan
otot-otot. Batas jangkauan sebdi disebut posisi akhir. Cidera terjadi bila anggota
badan/otot dipaksa diluar batas kemampuannya. Latihan kelentukan dapat
menolong mengurangi resiko cedera dengan meningkatkan jangkauan gerak
sendi.

Metode pengembangan kelentukan :

1. Peregangan ritmis

2. Peregangan dinamis

Biasanya dilakukan dengan mengerak-gerakan tubuh/anggota tubuh secara


ritmis dengan gerakan memutar, memantul-mantulkan anggota tubuh
sehingga otot-otot terasa teregangkan.

Contoh gerakan dinamls, antara lain:

1) Gerakan push up
2) Tubuh tertelungkup, kemudian mengangkat dada dan punggung
setinggi-tingginya.

3) Duduk dengan tungkai lurus, kemudian mencoba menyentuh ujung


kaki dengan jari tangan.

3. Peregangan statis

Peregangan statis dapat dilakukan dengan cara mengambil sikap


sedemikian rupa sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu.

Contoh peregangan statis antara lain:

1) Sikap berdiri dengan tungkai lurus.

2) Badan dibungkukkan.

3) Mencoba untuk menyentuh tungkai

4. Peregangan kontra

Partner meregangkan otot otertentu (missal hamstring) kemudian pelaku


melakukan kontraksi dengan menekan otot yang diregang selama 6 detik.
Setelah itu dirilekskan kembali. Pada saat rileks, partner meregangkan
kembali sejauh mungkin selama 6 detik. Kemudian pelaku
mengkontraksikan kembali. Kontraksi ini dilakukan beberapa kali.
Peregangan dengan metode ini memberikan hasil yang paling baik,
menurut teory.

9. Deskripsikan sikap dan perilaku anda sebagai pelatih sesuai dengan


karekter individu anda.

Jawaban :

Sebagi seorang pelatih saya lebih suka mengunakan gaya kepelatihan


kombinasi antara kepelatihan otoriter dan demokrasi karena itu sangat
menguntungkan bagi saya saat membina anak didik saya. Saya akan selalu
berusaha dengan baik untuk membina, mendidik anak didik saya agar selalau giat
berlatih dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi tinggi agar
anak didik saya lebih mencintai suatu cabang olahraga yang disenanginya.

Saya juga akan berusaha menjadi panutan bagi anak didik saya denga
selalu berperilaku santun, bermoral tinggi, dan selalu berjiwa optimis tinggi,
menghargai oranglain dan senantiasa selalu menanamkan rasa kekeluargaan yang
tinggi dalam melatih sehingga anak didik saya merasa yaman dan senang dalam
berlatih. Dengan itu saya yakin akan berhasil mencapai kesusksesan dalam
melatih.

You might also like