You are on page 1of 34

Kaffiyeh

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diskusi diartikan sebagai suatu pertemuan ilmiah
untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Sebagai metode penyuluhan berkelompok,
diskusi biasanya membahas satu topik yang menjadi perhatian umum di mana masing-masing
anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk bertanya atau memberikan
pendapat. Berdasarkan hal tersebut diskusi dapat dikatakan sebagai metode partisipatif.

Jumlah anggota diskusi kelompok biasanya terdiri dari 5 (lima) sampai 20 (dua puluh)
orang. Jumlah ini memudahkan anggota untuk berinteraksi dan memudahkan penyuluh untuk
mengkoordinasi jalannya diskusi.

Jenis-jenis Pengembangan Metode Diskusi kelompok

Inti dari pelaksanaan diskusi adalah pertukaran ide atau pengalaman yang digali dari
para peserta diskusi. Dalam proses ini, peserta dituntut terlibat langsung dan aktif, dengan
memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya
tanpa ada rasa tertekan (Deptan, 2001).

Agar lebih memberikan keleluasaan bagi peserta diskusi untuk berpartisipasi aktif, perlu
dicari variasi metode diskusi yang menarik. Berikut ini adalah metode-metode yang dapat
dimanfaatkan untuk menghidupkan suasana diskusi:

1. Kelompok Buzz

2. Diskusi Pleno

3. Curah Pendapat

4. Permainan

5. Bermain peran

Kelompok Buzz

Metode kelompok Buzz ini adalah metode diskusi dimana peserta diskusi dibagi dalam
kelompok-kelopmpok kecil terdiri dari 2-3 orang yang membahas suatu topik tertentu secara
cepat untuk memberi masukan dalam diskusi pleno. Setiap kelompok kecil itu menyampaikan
hasil diskusinya kepada pleno. Misalnya dalam membahas topik mengenai pendirian lumbung
bersama, terkumpul suara-suara yang berbeda dari masing-masing kelompok, baik yang
mendukung maupun yang meragukan keberadaannya. Pendapat kelompok-kelompok kecil
tersebut ditampung dalan diskusi pleno.

Diskusi Pleno
Diskusi pleno di antara semua peserta dapat digunakan untuk menjelaskan topik atau
konsep tertentu sehingga pemahaman peserta diskusi diharapkan akan sama. Dalam diskusi
pleno ini dibahas mengenai hasil-hasil diskusi kelompok kecil.

Curah pendapat

Curah pendapat dilakukan untuk mendapatkan sebanyak mungkin masukan dalam


waktu pendek sebagai dasar untuk diskusi selanjutnya, tanpa memperhatikan kualitas materi
yang disampaikan. Pada saat ini diharapkan semua peserta menyampaikan aspirasinya.

Permainan

Permainan dipakai untuk menghidupkan suasana, mengaktifkan peserta dan membuka


diskusi tentang suatu topik tertentu yang direfleksikan pada permainan tersebut. Contoh
permainan misalnya membuat suatu rancangan gedung yang disusun dari sedotan limun oleh
sebuah kelompok. Dari permainan tersebut bisa diperhatikan bagaimana kelompok tersebut
berembuk untuk membuat sebuah bangunan yang kokoh dan bagus.

Bermain peran

Bermain peran dimanfaatkan untuk menggunakan kreativitas peserta serta untuk


memberikan kesempatan kepada peserta dalam mengemukakan pengalamnnya. Contohnya,
satu kelompok diskusi diminta memainkan peran yang biasa dialami dalam kehidupan petani.
Ada yang memainkan peran sebagai petani yang bermasalah dengan ijon, ada yang berperan
sebagai anak petani yang hampir putus sekolah, ada yang berperan sebagai ijon dan ada peran
penyuluh sebagai pemberi motivasi. Kesemuanya itu mengarah pada jalannya diskusi yang
menyenangkan.

Keuntungan dan Kekurangan Metode Diskusi Kelompok

Sebagai metode partisipatif, penggunaan metode diskusi memiliki banyak keuntungan.


Berikut ini adalah kelebihan-kelebihan yang diperoleh dari metode diskusi:

· Aspek yang didiskusikan oleh peserta bisa berkembang bahkan melebihi aspek-aspek yang
dikemukakan oleh penyuluh.

· Peserta adalah pengamat yang lebih baik daripada penyuluh dalam penyelesaian praktis. Hal
ini terjadi karena peserta adalah orang yang merasakan langsung masalah-masalah yang
mereka hadapi.

· Dalam diskusi kelompok ada hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan praktek sehari-
hari, yang biasanya tidak terdapat dalam metode lain seperti ceramah atau media massa.

· Bahasa yang digunakan dalam diskusi lebih akrab bagi peserta, sehingga memungkinkan
peserta tidak malu untuk berbicara.
· Peserta dapat memberikan pertanyaan, menyampaikan gagasan atau memperbaiki
pernyataan yang pernah diungkapkannya terdahulu.

· Diskusi kelompok lebih banyak mendorong kegiatan peserta apabila divariasikan dengan
metode lain seperti bermain peran atau permainan kartu.

· Peserta diskusi berkesempatan untuk menemukan aspek masalah yang tidak diketahuinya.
Hal ini akan memungkinkan peserta untuk mengadopsi pemecahan masalah yang
dibicarakan dalam kelompok.

· Peserta biasanya lebih tertarik karena dapat memberikan kontribusi pada penentuan
masalah yang akan didiskusikannya. .

· Norma kelompok dapat dilihat dan dipertimbangkan oleh penyuluh dan secara perlahan
dapat diubah jika memang diperlukan.

Disamping keuntungan yang beragam, diskusi juga memiliki kelemahan, diantaranya:

· Alih informasi akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan
demonstrasi atau metode ceramah, karena jumlah sasaran yang terlibat dalam diskusi
terbatas.

· Terdapat peserta yang dominan berbicara atau bahkan kurang berbicara sama sekali,
sehingga ketangkasan penyuluh sangat diperlukan untuk menghindarkan masalah seperti ini.

diperoleh dari teknik diskusi bagi penyuluh pertanian, ana lupa sumbernya, tapi bagus
artikelnya. afwan

http://sangmalam.wordpress.com/2008/03/01/metode-diskusi/

suparlan
Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan
agar
siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang
terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Diskusi dapat
dilaksanakan dalam dua bentuk. Pertama, diskusi kelompok kecil (small group
discussion)
dengan kegiatan kelompok kecil. Kedua, diskusi kelas, yang melibatkan semua siswa di
dalam kelas, baik dipimpin langsung oleh gurunya atau dilaksanakan oleh seorang atau
beberapa pemimpin diskusi yang dipilih langsung oleh siswa.

http://www.scribd.com/doc/24281131/diskusi-kelompok
http://www.scribd.com/doc/13065635/Metodemetode-pembelajaran

ekA gunawan
macam2 metodepembelajaran
MetodolOgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk
saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik,
maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada
saat mengajar.

Beberapa metode mengajar

1. Metode Ceramah (Preaching Method)


Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara
pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya
metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam
mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan
paham siswa.

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :

a. Membuat siswa pasif


b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang
lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :

a. Guru mudah menguasai kelas.


b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

2. Metode diskusi ( Discussion method )

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar
yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode
ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (
socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

a. Mendorong siswa berpikir kritis.


b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk


memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.


b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)

3. Metode demontrasi ( Demonstration method )

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,


kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu


proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri
Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .


b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa
(Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu
benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui
pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

4. Metode ceramah plus

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu
metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis
akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).

Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan
pemberian tugas.

Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :


1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu
pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan
akhirnya memberi tugas.

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran
dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume
dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).

Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :


a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih
lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :


a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil
pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)

6. Metode percobaan ( Experimental method )

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan
atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri
Djamarah, (2000)

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan
dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan
baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan


mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana
siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas
dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan
eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang
dipelajarinya.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan,
maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar
eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin
hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang
digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi
dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama,
sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d)
Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk
yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta
ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam
memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti
masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia.
Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias
diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada
siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan
melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-
bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan
ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung
guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang
menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru
harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi
dengan tes atau tanya jawab.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di


mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari.
Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk
mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil,
dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat
terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen :


(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini
memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh
dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d)
Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada
factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen
adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu
memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan
kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-
konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental,
serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses
agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung
dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa
diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar
konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif
dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan
menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-


tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan
percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang
akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan
percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3)
hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil
pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal
yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan
merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan
hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,
hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep
yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk
memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu
mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata
lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,
dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .

Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari
suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada
prinsip metode ilmiah.

7. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh
pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan
peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :


a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan
nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan
dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :


a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama,
sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di
lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan
keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk
meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya
wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya
dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu
di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik
sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.

Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan
sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan
milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka
mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan
umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang
dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu
yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu
memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu
menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik,
menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala
sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan
sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya
wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas
lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas
pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya,
serta memberi petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa
mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau
paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya
wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan
sebagainya.

Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai
berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para
petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa
pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan
tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat
melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan
dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka,
(c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi
yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin
mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam
praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam
pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.

Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan
atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah
sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin
jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan
hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih
panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana
pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka
perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi
keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan
adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki
keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b)
Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau
pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa
yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk
melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.

Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a)
Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang
sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya
transportasi dan akomodasi mahal.

Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar
sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar
rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat
kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar
yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar
sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak
istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour,
dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam
waktu beberapa hari atau waktu panjang.

Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki
prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b)
Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan
di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d)
Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.

Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang
diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan
persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru
bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya
wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada
tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang
banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi
permasalahan.

Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu
perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum
sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan
umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan
wawasan pengalaman tentang dunia luar.

Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-
hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan
sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian
sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar
berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan
kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai
dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan
mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan
karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g)
Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat
kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih
kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk
bahan karya wisata yang akan datang.

8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke
tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana
cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan
keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf,


membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa
kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang
monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.

9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )


Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari
satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik
ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian
digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan
dengan team pendidik tersebut.

10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )

Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh
temannya sendiri

11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )

Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu
diminta pemecahannya.

12. Metode perancangan ( projeck method )

yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan
diteliti sebagai obyek kajian.

Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :

a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan
menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari.

Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :

a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal,
belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan
memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas,
dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang
dibahas.

13. Metode Bagian ( Teileren method )

yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per
ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan
masalahnya.

14. Metode Global (Ganze method )

yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi,
kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi
tersebut.

15. Metode Discovery

Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah
yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery
ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan
lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan
sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau
ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar
menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e)
dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam
kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam
berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.

Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur


mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain,
sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode
mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan
sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research,
penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam
berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar
mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang
secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses
mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental
tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang


mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan
menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities
untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan
minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa
yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga
memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d)
Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e)
menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f)
Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar
dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan
penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan
bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan
jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa
mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga
memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan
pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi
jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan
diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri
melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan
yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang
interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan
hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun
pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa,
pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu
menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat
pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam
proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru
tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari
penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan
ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah
ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa
yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu
situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto


(2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap
prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi
bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan
dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-
alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan
dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh
siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa,
(k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu
siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto


(2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak
persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu
dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari
usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan
diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu
pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan
transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa
merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang
kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri
cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar,
paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat
membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri
sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi
kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi
kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan
yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa
menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan


keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban
mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-
hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu
subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis.
Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan
frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
(c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa
yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar
dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh
pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan
sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai
perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas
yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin
tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang
akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di
bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang
penuh arti.

Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu
pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran.
Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki.

Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat
menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas
pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin
pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan
kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.

Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39)
yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban
sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta,
yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d)
Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau
generalisasidalam situasi baru.

Metode Discovery menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar


mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya
mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan
memberikan instruksi.

Pada metode discovery, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated
learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan
metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri.

Penggunaan metode discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20)
memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk
mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses
kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat
pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.

Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih


menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih
mengutamakan proses daripada hasil belajar.

Cara mengajar dengan metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh


langkah-langkah sebagai berikut: (a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus
ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis
secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur
sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan
data serta informasi yang diperlukan peserta didik.

14. Metode Inquiry

Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari
apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai
subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).

Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap
memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru
berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru
perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran
kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui
penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi
pembelajaran yang bervariasi.

Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry
menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan
intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi
suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini
peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.

Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap


sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat
keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti.
Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru
(Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau
pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta
didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses
pembelajaran yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-
persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan
fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk
rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).

Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang
dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti
suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing
kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka
mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja
mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan
baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara
luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja
kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus
dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.

Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan
aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan
mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu
mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka
diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa
data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur,
hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang
disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang
melakukan inquiry.

Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan
mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang
konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan
transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk berfikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. (d) Mendorong
siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi kepuasan
yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. (g) Dapat
mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h) Memberi kebebasan siswa untuk
belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. (j) Dapat memberikan
waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.

Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery


yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses
mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik
kesimpulan, dan sebagainya.
Kesimpulannya, tidak ada satupun metode pengajaran dan penyampain materi ke anak
didik yang sempurna. Buktinya, tiap-tiap metode memiliki celah dan kelemahan di sana-
sini. Jadi, semuanya tergantung tenaga pendidik dalam mengoptimalisasikan kelebihan
yang tersedia serta meminimalisir berbagai kelemahan yang ada pada tiap-tiap metode.
Saya yakin, dengan adanya keserasian antara metode yang diterapkan dengan
kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pendidik jauh lebih ampuh dalam mencapai hasil
optimal dalam proses belajar mengajar ketimbang "sibuk" menerapakan tradisi
pengajaran lama yang kurang berbobot dan terkadang begitu monoton!!

Model Pembelajaran yang Menyenangkan


“Banyak model yang dapat diterapkan dalam mempelajari fisika, diantaranya dengan
praktek, media TI, fenomena alam, gambar/charta dan lain-lain yang dapat digunakan
untuk meningkatkan prestasi siswa”
Apa yang menyebabkan sulitnya belajar fisika? Siapa yang kesulitan? Kapan
menghadapai kesulitan itu? Dimana letak kesulitan? Bagaimana mengatasi kesulitan
tersebut?
Pada tahun ini pelajaran fisika akan masuk kedalam mata ujian yang di UN-kan oleh
depdiknas. Mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh sebagian besar siswa ini harus
menghadapi tantangan besar untuk diketahui tingkat pencapaian yang dimiliki oleh siswa.
Dari hasil wawancara dengan berbagai siswa di setiap tingkat sekolah, akan didapatkan
bahwa kesulitan siswa terletak pada banyaknya rumus yang harus dihafal. Tetapi ada juga
yang sulit dalam pemahaman materi dan soal, sehingga jika soal diubah dalam bentuk
lain maka siswa tidak akan mampu mengerjakannya. Untuk itu guru harus menggunakan
berbagai media yang ada sehingga siswa dapat memahami fisika dengan baik.
Oleh karena itu jauh-jauh hari sebelum siswa kita menghadapi “perang”, kita harus
mempersiapkan pembelajaran yang baik untuk siswa di sekolah masing-masing. Ada
pepatah dari seorang ahli “jika saya ingin menggunakan pedang dalam perang maka 80
�aya mengasah pedang dan 20 �enggunakannya”. Dari sini jelas bahwa kesiapan siswa
dalam ujian dipengaruhi oleh persiapan yang matang sebelum kita melaksanakan ujian
nasional, khususnya persiapan dalam pembelajarannya.
Cara yang dikembangkan oleh pendidik yang dalam hal ini adalah guru mungkin dapat
digunakan dalam pembelajaran fisika yang baik dan menarik minat siswa adalah sebagai
berikut.
1. Dengan menghubungkan fenomena alam
Cara ini dikembangkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan peristiwa
yang terjadi sehari-hari. Sebagai contoh dalam menerangkan energi gelombang kepada
siswa kita dapat menjelaskan bahwa bangunan yang terkena tsunami dapat roboh. Dalam
menerangkan perpindahan kalor dapat dijelaskan dengan air yang tetap panas jika
dimasukkan dalam termos. Dalam menerangkan angin darat dan angin laut dengan
melihat kapan nelayan mulai melaut dan kapan kembali ke pantai.
Contoh-contoh diatas adalah sebagian kecil dari fenomena alam yang ada di sekitar
lingkungan siswa yang berhubungan dengan materi fisika, dan masih banyak lagi
fenomena alam lain. Karena fisika adalah ilmu yang berasal dari fenomena alam di
sekitar kita, sehingga siswa dapat memikirkannya secara nyata dan tidak abstrak serta
hanya tertuju pada rumusan saja. Jadi dapat memadukan antara fenomena dengan konsep
fisika secara tepat.
2. Dengan menggunakan gambar
Cara dapat dikembangkan dengan cara mencari gambar yang ada di berbagai media dan
lingkungan sekitar. Sebagai contoh dalam menerangkan gaya gesekan kita dapat mencari
gambar macam-macam ban dari pirelli, michellin, bridgestone sampai swallow, GT
radial, IRC dan lain-lain di internet, gambar yang didapatkan di internet atau berbagai
media ditampilkan ke siswa, sehingga kita dapat menjelaskan kepada siswa tentang
lukisan/guratan yang ada pada ban, teruma guratan yang ban racing dengan yang biasa.
Atau menanyakan kepada siswa tentang perbedaan penggunaan ban di balapan F1 pada
cuaca panas dengan hujan .
Selain itu dalam menjelaskan prinsip Bernoulli pada fluida bergerak, kita dapat mencari
gambar macam-macam mobil di internet seperti ferrari. BMW, Mercedes sampai toyota,
daihatsu, suzuki, honda dan lain-lain. Gambar ditampilkan kesiswa dan menjelaskan
mobil mana yang larinya lebih cepat dan mobil mana yang harganya lebih mahal.
Cara ini dikembangkan oleh Bpk. Masno Ginting ketua HFI (Himpunan Fisika Indonesia)
yang sengaja mengambil gambar yang ada di sekitar beliau dan ditampilkan kepada
siswa, serta disertai pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang gambar
yang ditampilkan dan menggabungkannya dengan materi yang ada. Jadi dengan gambar
tersebut diharapakan siswa mengetahui secara detail pemanfaatan teori fisika yang
banyak diterapkan untuk kemajuan teknologi.
3. Dengan memakai software
Pada jaman sekarang ini fasilitas teknologi informasi semakin pesat sehingga penggunaan
berbagai instrumen TI tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika, software atau
model pembelajaran yang dikembangkan dengan program animasi interaktif yang
divisualkan kepada siswa maka siswa dapat memahami konsep yang dipelajari secara
nyata.
Model pembelajaran yang dikembangkan dengan program flash dapat dicari dan di
download dari berbagai situs di internet. Seperti e-dukasi.net, duniaguru.com, dan
berbagai ikon untuk pdf. Di situs tersebut akan mempermudah guru dalam penyampaian
materi pelajaran kepada siswa sehingga siswa dapat mengamati proses fisika secara
faktual, karena selama ini siswa menganggap konsep fisika adalah khayal, dan ini yang
membuat siswa sangat sulit menerima materi.
Penggunaan software yang juga menggunakan program flash adalah software pesona
fisika. Software ini telah digunakan oleh banyak sekolah baik di luar maupun dalam
negeri sendiri. Program ini juga menampilkan materi fisika yang ada untuk dihubungkan
dengan animasi yang visual, audiovisual dan psikomotor. Terlibatnya AVP dalam
pembelajaran akan membuat siswa tidak jenuh, malas, dan hal negatif lain. Sifat negatif
ini akan berubah menjadi hal ang positif sehingga minat siswa untuk belajar semakin
meningkat.
Tetapi walaupun penggunaan sofware ini bisa “berjalan sendiri” peran guru sebagai
motivator dan stabilisator di kelas harus dijalankan dengan baik. Yaitu dengan cara
memberikan penjelasan materi atau pokok bahasan yang tidak dapat diterima secara
langsung oleh siswa.
4. Dengan percobaan
Model pembelajaran dengan percobaan dapat dikembangkan dengan alat-alat yang
tersedia di laboratorium sekolah. Sekolah yang besar akan mempunyai fasilitas
laboratorium yang lengkap sedangkan sekolah yang kecil maka fasilitas alat lab akan
sedikit. Jadi cara ini akan sukses di sekolah besar dan akan menjadi basi jika di sekolah
kecil.
Kalau kita terpaku pada alat lab yang sebenarnya maka pembelajaran yang berbasis
praktek tidak pernah akan terlaksana. Kita dapat menyusun dan merancang alat-alat
praktikum sendiri. Dengan cara mencari benda benda di sekitar kita yang masih
berhubungan dengan materi fisika secara luas. Kemudian alat yang dibuat ditampilkan
kepada siswa dan dianalisi proses fisika apa yang terjadi.
Seperti yang dikembangkan oleh Bpk. Chandra dari SMA N 10 Malang, yang berhasil
membuat alat-alat peraga fisika dari bahan-bahan bekas yang didapat dari penjual barang
bekas dan dirangkai menjadi suatu alat peraga fisika sederhana yang tentunya materi
fisika terutama konsep fisika masuk dalam alat peraga tersebut.
Tentunya model pembelajaran diatas hanya sebagian kecil dari cara belajar yang mebuat
siswa untuk menyenangi pembelajaran fisika . Selain itu kalau kita tidak mencoba model
tersebut maka kita akan merasa kalah dengan siswa yang semakin hari membutuhkan
refresing materi sehingga mampu menangkap apa yang disampaikan oleh semua guru
mata pelajaran.
________________________________________

Student Centered Learning

Your Ad Here

Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru
(teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered)
diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun
pengetahuan, sikap dan perilaku.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan
sepasang perspektif, yaitu fokus pada individu pembelajar (keturunan, pengalaman,
perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dengan fokus pada
pembelajaran (pengetahuan yang paling baik tentang pembelajaran dan bagaimana hal itu
timbul serta tentang praktek pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat
motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar. Fokus ganda ini selanjutnya
memberikan informasi dan dorongan pengambilan keputusan pendidikan.
Melalui proses pembelajaran dengan keterlibatan aktif siswa ini berarti guru tidak
mengambil hak anak untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya.
Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh
kesempatan dan fasilitasi untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka
akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning), dan pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu kualitas siswa.
Tantangan bagi guru sebagai pendamping pembelajaran siswa, untuk dapat menerapkan
pembelajaran yang berpusat pada siswa perlu memahami tentang konsep, pola pikir,
filosofi, komitmen metode, dan strategi pembelajaran. Untuk menunjang kompetensi
guru dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa maka diperlukan peningkatan
pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran berpusat pada siswa.
Peran guru dalam pembelajar berpusat pada siswa bergeser dari semula menjadi pengajar
(teacher) menjadi fasilitator. Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi. Dalam
hal ini adalah memfasilitasi proses pembelajaran siswa. Guru menjadi mitra pembelajaran
yang berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi siswa.
Bekal bagi para guru untuk dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator salah satunya
adalah memahami prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa. Ada lima faktor yang
penting diperhatikan dalam prinsip psikologis pembelajaran berpusat pada siswa, yaitu:
1. Faktor Kognitif yang menggambarkan bagaimana siswa berpikir dan mengingat, serta
penggambaran faktor-faktor yang terlibat dalam proses pembentukan makna informasi
dan pengalaman;
2. Faktor Afektif yang menggambarakan bagaimana keyakinan, emosi, dan motivasi
mempengaruhi cara seseorang menerima situasi pembelajaran, seberapa banyak orang
belajar, dan usaha yang mereka lakukan untuk mengikuti pembelajaran. Kondisi emosi
seseorang, keyakinannya tentang kompetensi pribadinya, harapannya terhadap
kesuksesan, minat pribadi, dan tujuan belajar, semua itu mempengaruhi bagaimana
motivasi siswa untuk belajar;
3. Faktor Perkembangan yang menggambarkan bahwa kondisi fisik, intelektual,
emosional, dan sosial dipengaruhi oleh factor genetik yang unik dan faktor lingkungan;
4. Faktor Sosial yang menggambarkan bagaimana orang lain berperan dalam proses
pembelajaran dan cara-cara orang belajar dalam kelompok. Prinsip ini mencerminkan
bahwa dalam interaksi sosial, orang akan saling belajar dan dapat saling menolong
melalui saling berbagi perspektif individual;
5. Faktor Perbedaan yang menggambarkan bagaimana latar belakang individu yang unik
dan kapasitas masing-masing berpengaruh dalam pembelajaran. Prinsip ini membantu
menjelaskan mengapa individu mempelajari sesuatu yang berbeda, waktu yang berbeda,
dan dengan cara-cara yang berbeda pula.

PRINSIP PEMBELAJARAN (GAGNE, THE CONDITION OF LEARNING)


Perlunya menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan mengemukakan sesuatu yang
baru, aneh kontradiksi atau kompleks. Diharapkan siswa memiliki kepekaan indera untuk
merespon dengan cepat stimulus yang diberikan. Ketika menarik perhatian siswa,
pembimbing atau guru dapat memberikan gerakan isyarat atau merubah mimik muka dan
suara tiba-tiba.
Contoh :
Mengenalkan hutan dengan cara mengajak siswa TKA seolah-olah kemping. Dengan
mendekorasi ruangan kelas seperti hutan (tanaman dengan pot yang ditutup kain atau
kertas, batu batuan, bunga, ranting dll). Hari sebelumnya, Guru meminta siswa membawa
peralatan dan perlengkapan berkemah seperti makanan, pakaian, sepatu, tas ransel,
senter, dll. Ketika kegiatan ini dilaksanakan biarkan siswa memperlihatkan kemampuan
menolong dirinya sendiri serta bersosialisasi dengan temannya. Kenalkan hutan melalui
temuan-temuan siswa/yang dilihat siswa di hutan (ruangan yang sudah disiapkan) dan
cocokkan dengan buku tentang hutan yang dibawa guru. Ajak siswa mendengarkan
bunyi-bunyian yang berkaitan, misalnya rekaman air dan suara binatang. Lampu dapat
dimatikan seolah-olah malam hari di hutan. Untuk siswa TKB, dapat diajak langsung
melihat hutan (misalnya ke hutan di Cibubur), memasang tenda sungguhan dan berkemah
(sekitar 1 jam). Ajak pula siswa menonton film dokumenter tentang hutan.
ϑ Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learners of the objective)
Perlunya mengatakan pada siswa apa yang akan diperoleh atau dikuasai setelah
mengikuti pelajaran, sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan yang dikuasai setelah
mengikuti pelajaran. Menyampaikan tujuan pembelajaran bisa menjadi motivasi siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Contoh :
Kegiatan diawali dengan tanya jawab, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa,
dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Sebelum kegiatan berkemah, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa. Seperti
mengatakan “Siapa yang pernah ke hutan?” “Seperti apa ya hutan itu?” “Apa saja
isinya?” “Siapa yang mau ke hutan?” “Nanti teman-teman akan melihat hutan, juga
mengetahui isi hutan!”
Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (Stimulating recall of prior
ϑ learning)
Merangsang timbulnya ingatan tentang pengetahuan/keterampilan yang telah dipelajari
yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru..
Contoh :
Di pertemuan berikutnya, untuk mengingat kembali pengetahuan tentang hutan, ajak
siswa TKA mengklasifikasikan kepingan gambar yang disediakan. Menklasifikasikan
gambar yang berkaitan dengan hutan dengan yang bukan hutan. Untuk siswa TKB
kegiatan dapat berupa mengklasifikasikan kepingan gambar misalnya ke dalam kelompok
binatang, tanaman, bunga. Atau dapat berupa klasifikasi benda hidup dan benda mati.
Menyampaikan materi ϑ pembelajaran (Presenting the stimulus)
Penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan contoh, penekanan baik secara
verbal maupun “features” tertentu.
Contoh :
Guru menyampaikan materi “hutan” dengan bercerita menggunakan wayang hutan
(dibuat sendiri, berupa gambar-gambar seperti : pohon, binatang, jamur, batu, matahari,
air dll yang diberi tongkat). Guru juga mengajak siswa ikut memainkan wayang yang
disediakan.
Memberikan bimbingan belajaran (Providing ϑ “Learning Guidance”)
Bimbingan diberikan melalui persyaratan-persyaratan yang membimbing proses/alur
berpikir siswa, agar memiliki pemahaman yang lebih baik. Berikan contoh-contoh,
gambar-gambar sehingga siswa siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
Contoh :
Kegiatan berupa membuat peta pikiran di atas sebuah kertas besar atau papan tulis
dengan spidol warna warni. Guru menuliskan kata “hutan” di tengah papan. Ajukan
pertanyaan misalnya “Kalau mendengar kata hutan, apa yang terlintas di pikiranmu?”
Biarkan siswa menjawab dan tuliskan /gambarkan jawaban siswa. Tidak ada jawaban
salah. Arahkan siswa ke pada tema kali ini. Misalnya ketika siswa menjawab “Harimau.”
Guru dapat balik bertanya “Kenapa harimau?” siswa menjawab “Kan adanya di hutan.”
dan seterusnya. Atau siswa lain mengatakan pendapatnya tentang hutan, siswa tersebut
mengatakan “Takut” Guru dapat menayakan “Kenapa takut?” Misalnya siswa menjawab
“Gelap” Guru dapat menanyakan “Kenapa gelap? Misalnya siswa menjawab “banyak
pohon.” dan seterusnya. Dalam kegiatan ini, dapat juga menggunakan potongan-potongan
gambar dari koran atau majalah atau clip-art dan lain-lain.
ϑ Memperoleh unjuk kerja siswa (eliciting performance)
Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap materi.
Contoh :
Di pertemuan berikutnya, untuk siswa TKA kegiatan berupa membuat gambar hutan, dan
guru dapat memancing siswa bercerita tentang hutan melalui gambar yang siswa buat.
Untuk siswa TKB kegiatan dapat berupa membuat maket hutan. Siswa TKB dapat
membuat “hutan” nya sendiri atau berkelompok dengan bahan-bahan yang disediakan
(karton, kertas warna, gunting, lem, dll) dan guru dapat memancing siswa bercerita
tentang hutan malalui maket yang siswa buat.
ϑ Memberikan balikan (Providing feedback)
Siswa diberi tahu sejauh mana ketepatan unjuk kerjanya (performance)
Contoh :
Berkaitan dengan poin sebelumnya yaitu memperoleh unjuk kerja siswa, guru dapat
memberikan balikan atas hasil karya yang siswa buat. Misalnya, ketika siswa
menunjukkan maket hutan buatannya, guru dapat mengajukan pujian atau mengajukan
beberapa pertanyaan yang memancing siswa menceritakan hasil karyanya. Misalnya
ketika siswa membuat gajah berkaki dua guru dapat bertanya “Ini apa?” “Menurutmu
kaki gajah ada berapa?” jika siswa mengalami kesulitan, ajak siswa melihat buku, gambar
atau foto gajah hingga siswa memahami.
Menilai hasil belajar ϑ (Assessing performance)
Memberikan tes atau tugas untuk menilai sejauh mana siswa menguasai tujuan
pembelajaran
Contoh :
Minta siswa memilih sebuah kartu kata atau gambar berkaitan dengan hutan (siapkan kata
atau gambar yang berbeda sejumlah siswa). Misalnya gambar pohon, batu, jamur dll.
Ajak siswa bercerita di depan kelas sekitar 1-2 menit mengenai kata atau gambar
tersebut. Guru dapat merekam cerita siswa tersebut dan memutarnya kembali setelah
siswa selesai bercerita. Ajak siswa mendengarkan suaranya sendiri. Kegiatan ini juga
mengajak siswa lainnya belajar menghargai temannya yang sedang bercerita.
Memperkuat retensi dan transfer belajar (Enhancing retention and ϑ transfer)
Merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan
rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah terjadi. Diharapkan
nantinya siswa dapat mentransfer atau menggunakan pengetahuan, keahlian dan strategi
ketika menghadapi masalah dan situasi baru.
Contoh :
Ajak siswa membaca/melihat gambar/mendengar guru membacakan koran anak
(misalnya dalam lembar anak Koran Kompas edisi Minggu, Desember 2007 tentang
pemanasan global). Ajak siswa kembali mengingat tema hutan dengan mengajak siswa
menanam biji dari buah yang biasa mereka makan dan jadikan ini proyek berkelanjutan
(menanam dan merawat pohon yang nantinya tumbuh).
Sumber : - Gagne, Robert M. The Conditions of Learning and Theory of Instruction.
Fourt Edition. Holt-Saunders International Edition.
http://nilaieka.blogspot.com/2009/04/macam-macam-metode-pembelajaran.html
Macam-Macam Metode Pembelajaran
OPINI
Wijaya Kusumah
| 8 Juni 2009 | 21:45

14335
5
Nihil.

Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.

Metode ceramah.
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya
didominasi dengan cara ceramah.

Dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang
umum digunakan, diantaranya adalah :

a. Metode Tanya jawab


Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa
memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila
materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai
aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan
tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan
pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban),
serta disajikan dengan cara yang menarik.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk
teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai
menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota
diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat
dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus
ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan
menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana
diskusi tanpa tekanan.
c. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi
melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian
tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk
setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.
Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses
pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau
kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan
presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari
kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir
kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
d. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana
siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri
dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan
pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal
ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang
tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang
tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.
e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang
dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik
yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan
penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan
selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk
kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan
berulang-ulang oleh siswa.
f. Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru
kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa.
Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi
Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa
sudah terlibat dalam kerja kelompok.
Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat
dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan
menyelesaikan tugas-tugasnya
Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut
ini:
- Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam
pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk
menjelaskan secara umum tentang teori dan prinsip.
- Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk
membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi
antar kelompok.
- Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-
tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan
teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.
- Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang
bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan
berfikir sendiri.

Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada siswa yang sedang
mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan.

http://umum.kompasiana.com/2009/06/08/macam-macam-metode-pembelajaran/
Posted on Juli 13, 2008 by Pakde sofa

>Metode Diskusi dalam Pembelajaran

Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan
atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam kehidupan modern
ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian kompieksnya
masalah tersebut sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban
saja. tetapi kita harus menggunakan segala pengetahuan kita untuk memberi
pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih-dari satu jawaban yang
benar sehingga harus menemukan jawaban yang paling tepat di antara sekian
banyak jawaban tersebut.
Kecakapan untuk memecahkan masalah dapat dipelajari.-Untuk iru siswa harus
dilatih sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan
bermasyarakat, karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama. Dalam
hal ini diskusi merupakanjalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan
terbaik. Selain
memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah,
juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah,
mencari
keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan
untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat.
A. Penggunaan metode diskusi
Seperti telah disinggung sekilas, bahwa metode tanya jawab dengan diskusi saling
mencakup tetapi berbeda. Ada pertanyaan yang mengandung unsur diskusi, tetapi
ada yang tidak. Dengan diskusi guru berusaha mengajak siswa untuk memecahkan
masalah. Untuk pemecahan suatu masalah diperlukan pendapat-pendapat
berdasarkan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya kemungkinan terdapat
lebih dari satu jawaban, malah mungkin terdapat banyak jawaban yang benar.
agar mendapatkan gambaran yang jelas, marilah kita perhatikan contoh
pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Bilamanakah bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa kesatuan di negara
kita ?
2. Mengapa peserta Sipenraaru maupun PMDK pada tahun ini menurun ?
3. Apakah siaran teievisi sebaiknya d’iurus oleh Pemerintah, atau swasta ataukah
sebagian
pemerintah sebagian swasta ?
4. Mengapa burung hantu tidak berdaya pada waktu siang?
5. Siapakah di antara kalian yang setuju diadakan ulangan secara mendadak ?
6. Beberapa orang guru mengeluh bahwa daya tampung di sekolah mereka sangat
berbatas.
Jalan keluar apakah yang kiranya dapat ditempuh untuk mengatasi keadaan itu ?
7. Bentuk acara yang bagaimanakah yang akan kamu pilih untuk memperingati
hari
kemerdekaan di sekolah kita?
8. Berapakah perbandingan antara angka kelahiran dan kematian penduduk dunia
pada saat
lahirnya bayi yang ke-5 milyar ?
9. Mengapa pada saat ini banyak remaja laki-laki yang memakai perhiasan?
10.Jalan apakah yang dapat ditempuh untuk mengurangi penderitaan rakyat di
Afrika Selatan?
Perhatikanlah sifat-sifat pertanyaan di atas. Pertanyaan no. 1,4 dan 8 memerlukan
jawaban berfakta, jadi pertanyaan tersebut bukan diskusi melainkan tanya-jawab.
Pertanyaan no. 5 hanya memerlukan pemungutan suara, tidak akan menjadi
diskusi bila guru tidak meminta pendirian serta alasan siswa. Nomor 3 dan 9
meminta pertimbangan tentang fakta-fakta, maka diskusi menjadi hidup, karena
akan muncul berbagai pandangan yang dapat dibenarkan. Sedangkan nomor 6, 7
dan 10 membutuhkan rencana bertindak dari pihak siswa, dan mengandung
kemungkinan jawaban lebih dari satu.
Pertanyaan-pertanyaan yang baik untuk metode diskusi :
1) Menguji kemungkinan jawaban yang dapat dipertahankan lebih dari sebuah.
2) Tidak menanyakan “Manakah jawaban yang benar” tetapi lebih menekankan
kepada
“mempertimbangkan dan-membandingkan”. Misalnya : Manakah kiranya yang
paling
baik. pemecahan mana yang mungkin lebih berhasil. manakah yang akan lebih
memberikan manfaat.
3) menarik minat anak dan sesuai dengan taraf kemampuan/umurnya.
B. Peranan Guru atau Pemimpin Diskusi
Kemungkinan-kemungkinan jawaban yang bagajmana yang dapat dirumuskan
oleh kelas terhadap suatu masalah ? Selama diskusi pemimpin atau guru kelas
melihat adanya sejumlah jawaban yang mungkin, kemudian memilih jawaban yang
dianggap merupakan jawaban yang setepat tepatnya. Hal manakah yang telah
diterima oleh suara terbanyak sebagai persetujuan? Tindakan apakah yang sudali
direncanakan ? Siapa yang melaksanakan, dan bilamana ?
Kebaikan Metode Diskusi
1) Siswa belajar bermusyawarah
2) Siswa mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetahuan masing-masing
3) Belajar menghargai pendapat orang lain
.
4) Mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah
Kekurangan/Kelemah an Metode Diskusi
1) Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari poko persoalan.
2) Kesulitan dalam menyimpulkan sering menyebabkan tidak ada penyelesaian.
3) Membutuhkan waktu cukup banyak.

Jenis-jenis Diskusi
1) Buzz Group
Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil 4 atau 5 orang.
Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa saling berhadapan untuk
memudahkan pertukaran pendapat. Diskusi ini dapat diadkan di tengah-tengah
atau akhi
2) Fish Rowt
Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang dipimpin oleh seorang ketua.
Tcmpat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosonu
menghadap peserta, seolah-olah menjaring ikan dalam sebuah mangkuk (fish
boxvli. Kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat duduk di
kursi kosong tersebut. Ketua mempersilahkan berbicara dan setelah selesai kembali
ketempat semula.
3) Whole Group
Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan jurnlah anggota tidak lebih
dari 15
anggota.
4) Syndicate group
Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang.
Guru menjelaskan garis besar masalah dengan aspek-aspeknya. kemudian tiap
kelompok bertugas membahas suatu aspek tertentu dan membuat kesimpuian
untuk diiaporkan dalam sidang pleno serta didiskusikan lebih lanjut.
5) Brainstorming
Merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas menyumbangkan ide-
ide baru terhadap suatu masalah tertentu. di bawah seorang ketua. Semua ide >ang
sudah masuk dicatat. untuk kemudian diklasifikasikan menurut suatu urutan
tertentu. Suatu saat mungkin ada diantara ide baru tersebut yang dirasa menarik
untuk dikembangkan.
6) Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk memperdebatkan
suatu bahan yang problematis, tanpa memperhatikan peraturan diskusi panel.
7) Colloqinin
Merupukan suatu kegiatan dimana siswa’mahasiawa dihadapkan pada nara
sumber untuk
mengajukan pertanyaan. selanjuinya mengandung perianyaan-penanyaan
tambahan dari
sisxva. mahasisxva yang lain. Pelajaran dengan maksdu untuk memperjelas bahan
pelajaran yangtelah diterima
Pemimpin diskusi dapat dipegang oleh guru sendiri, tetapi dapat juga diserahkan
kepada siswa bila guru ingin memberi kesempatan kepada siswa unluk belajar
memimpin. Kecakapan memimpin diskusi memang harus dilatih, bila kita
menginginkan keberhasilan suatu diskusi. Seseorang .yang belum berpengalaman
memimpin diskusi, suatu saat dapat menjadi kebingungan apabila terjadi
pembicaraan yang jauh menyimpang dari pokok persoalan, Dapat pula terjadi.
seseorang yang senang berbicara akan menguasai seluruh pembicaraan sehingga
tidak memberi kesempatan kepada teman yang lain untuk Tnengemukakan
pendapat. Demikian pula diantara peserta diskusi saling bertentangan
pendapatnya, bagi pemimpin yang belum trampil, tidak dapat mencarikan jalan
tengah sehingga seringkali diskusi berakhir lanpa adanya suatu kesimpulan yang
jelas. Bila siswa belum pernah mengenal lata cara diskusi, rnereka akan berbicara
secara serempak atau spontan menanggapi bila ada suatau pendapat yang menarik.
Juga serins terjadi beberapa siswa belum memahami persoalan .sehingga
memberikan komentar yang menyimpang dan berkepanjangan. Akibat suasana
menjemukan dan tidak dapat-melihat kemajuan-kemajuan apa yang telah dicapai.
Pemimpin diskusi yang baik, akan sanggup dengan cepat mengambil tindakan
menghadapi ketimpangan-ketimpangan tersebut diatas. Untuk itulah para siswa
perlu dilatih untuk memperoleh ketrampilan pemimpin yang pada hakikatnya
dapat dipelajari. Prof. DR. Winarno Surakhmad dalam bukunya “Metodologi
Guruan Nasional”
mengemukakan tiga peranan pemimpin diskusi ialah sebagai : 1) pengatur lalu
lintas 2) dinding penangkis. 3)penunjukjalan
Pemimpin sebagai pengatur lalu lintas
Sebagai seorang pemimpin. la berhak untuk :
- Menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kepada anggota
- Menjaga agar tidak semua anggota bicara secara serempak
- Mencegah dikuasai’nya pembicaraan oleh orang-orang tertentu yang gemar
berbicara
- Membuka kesempatan bagi anggota yang pemalu atau pendiam untuk
menyumbangkan ide-ide mereka
- Mengatur sedemikian sehingga setiap pembicaraan dapat ditangkap dengan jelas
oleh pendengar.
Dari peran tersebut, dapat kita lihat bahwa pemimpin akan belajar memahami
sifat-sifat para peserta. la akan belajar bagaimana mendorong si pendiam untuk
ikut serta dan bagaimana mencegah anggota yang senang berbicara dan membuka
kesempatan bagi anggota lain secara merata. Untuk membatasi orang yang senang
berbicara, misalnya dapat dikatakan : “Baik. saya rasa pendapat anda itu telah
dituangkan dengan jelas, coba mari kita lihat beberapa pendapat yang lain”. Atau
kepada si pendiam : “Tina, kami belurn mendapat kesempatan mendengarkan
pemikiranmu tentang hal ini, bagaimana pendapatmu ?”. Di sini pemimpin harus
dapat mengatur pembicaraan dengan bijaksana sehingga tidak menimbulkan rasa
tertekan, marah, dan rendah diri.

Pemimpin sebagai dinding penangkis


Dalam peran ini di ibaratkan seorang pemain tenis yang berlatih memukul bola
pada dinding, selalu memantul kembali. Demikian pula pemimpin diskusi
senantiasa menerima pertanyaan-pertanyaan dari para peserta dan dipantulkan
kembali ke dalarn kelompok. Dia sendiri tidak selalu menjawab langsung setiap
pertanyaan yang penting. Bila ada pertanyaan yang muncul, pemimpin dapat
mengatakan ya, ini pertanyaan yang baik, bagaimana pendapat anda sekalian
mengenai hal ini ?”.
Kepada si pendiam :”Mungkin, Rini akan mengemukakan pendapat atau anggota
yang lain?”. Bila sudah memperoleh jawaban, maka jawaban tersebut dilontarkan
kembali kepada para peserta untuk dimintakan pendapat mereka pada suatu saat
mungkin diskusi mengalami jalan buntu, maka pada kesempatan itu pemimpin
atau Guru dapat bertindak sebagai penasihat dan memberi jawaban sehingga soal-
soal pokok yang sedang didiskusikan dapat dilanjutkan
Dalam diskusi sering terjadi siswaan tidak menyadari struktur pokok diskusi
-mereka, atau tidak memahami pokok masalah yang didiskusikan sehingga mudah
timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang dari garis pembicaraan. Mereka
kehilangan pegangan dan tidak melihat hasil-hasil yang sudah dicapai. Atau tidak
disadari bahwa telah tiba saatnya untuk menarik kesimpulan- dan menetapkan
langkah-langkah. Kewajiban pemimpin diskusilah untuk memahami dengan
seksama struktur diskusi yang baik sehingga ia dapat menunjukkan jalan lurus bila
terjadi penyimpangan. Dengan demikian pemimpin mempunyai kewajiban
menuntun anggota dalam menentukan langkah-langkah pemecahan masalah.
Langkah-langkah yang perm dipahami dan dipakai sebagai pedoman menuntun
diskusi kelas adalah:
- Apakah masalah yang dihadapi?
Pemimpin’periu mengetahui dengan jelas permasalahan yang dihadapi. Bila perlu
ditulis di papan tulis sebelum diskusi dimulai sehingga peserta senantiasa melihat
tujuan diskusi.
- Soal-soal penting mana yang terdapat dalam masalah itu?
Kalau dalam diskusi terdapat pandangan yang berbeda, ada baiknya pandangan-
pandangan tersebut ditulis pula. Faedahnya, siswa dapat melihat kekurangan-
kekurangannya dan mencoba memperbaiki -sebelum diskusi dilanjutkaan. Dapat
terjadi seluruh peserta tidak tahu dengan pasti faktor tertentu yang dapat dipakai
untuk memecahkan masalah. Faktor serupa ini terpaksa dicari dari sumber-
sumber lain atau dari nara sumber yang mengetahui.
Panel
Merupakan suatu diskusi orang-orang yang dianggap ahli, terdiri dari 3-6 orang
dan dipimpin oleh seorang moderator. Para panelis dihadapkan pada para peserta
yang hanya berfungsi sebaeai pendengar. Maksudnya untuk memberikan stimulus
kepada para peseita akan adanya masalah-masalh yang masih dipecahkan lebih
lanjut.
9) Simposium
-Merupakan suatu pembahasan masalah yang bersifat lebih formal. Pembahasan
dilakukan oleh beberapa orang pembicara (sedikitnya 2 orang) yang sebelumnya
telah menyiapakan suatu prasarana dan pembicara yang lain mengemukakan
prasarana banding/sanggahan. Suatu pokok persoalan disoroti dari beberapa
aspek. yang masing-masing dibacakan oleh prasarana kemudian diikuti sanggahan
dan pandangan umiun dari para pendengar. Moderator mengkoordinasi jalannya
pembicaraan. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oieh panitia
perumus.
10) Seminar
Merupakan suatu pembahasan yang bersifat ilmiah. Suatu pokok persoalan
dibahas secara teoritis, bila perlu dibuka suatu pandangan umum. Berdasarkan
kertas kerja yang ada, peserta menjadi beberapa kelompok untuk membahas lebih
lanjut. Pimpinan kelompok sewaktu waktu menyimpulkan kerja keiompoknya dan
dari hasil-hasil kelompok disusun suatu perumusan oleh panitia perumus yang
ditinjau.

http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-diskusi-dalam-pembelajaran/

You might also like