Professional Documents
Culture Documents
di Era Modern
Oleh : Mochamad Ak. Dhoni
Supernaturalisme
1
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry.Kamus Ilmiah Populer.1994.Surabaya : ARKOLA
2
Di unduh dari http://aridlowi.blogspot.com/2008/06/artikel.html pada tanggal 25 April 2010
berkeyakinan. Akibatnya jika tidak bisa menemukan jawaban dari berondongan
pertanyaan tersebut atau meskipun menemukan jawabannya namun tidak sesuai
dan dirasakan adanya pertentangan dengan hatinya, maka akan muncullah apa
yang dinamakan doubt religion atau keraguan beragama.
Untuk intensitasnya, jenis keraguan seseorang terhadap agama bermacam-
macam. Ada yang sifatnya ringan yang dengan cepat dapat diatasi, dan ada pula
yang mengalami keraguan berat sampai kepada pindah agama. Semua itu
dipengaruhi oleh tingkat perkembangannya masing-masing. Semakin cepat
perkembangannya maka ia akan semakin kritis terhadap ajaran agama yang
dianutnya. Dan jika sikap kritis itu tidak ditangani secara tepat dan benar, bukan
hal mustahil jika seseorang dapat berpindah keyakinan. Oleh karena itu
penanganan yang serius terhadap perkembangan seorang remaja terutama
mengenai masalah keyakinan perlu mendapatkan perhatian lebih. Dan itu tidak
hanya menjadi tanggungjawab kyai atau pemuka agama tetapi kita semua yang
memiliki pengetahuan agama.
Hal-hal yang biasanya diragukan atau dikonflikkan yaitu ajaran agama
yang diterima, aplikasi ajaran agama, pemuka agama, dan fungsi serta tugas
lembaga keagamaan. Dalam ajaran agama biasanya terdapat perbedaan pendapat
antara golongan satu dengan golongan lain sehingga hal itu memunculkan adanya
aliran-aliran dalam keagamaan seperti madzhab dalam Islam dan sekte dalam
kristen. Aplikasi ajaran kadang membuat seseorang merasa sangsi dengan
keyakinan yang dianutnya. Terkadang antara teori dengan aplikasi tidak berjalan
dengan semestinya. Artinya terdapat adanya kesenjangan antara teori dengan
praktek. Dan untuk para pemuka agama, mereka harus tahu kedudukan mereka.
Sebagai orang yang menjadi teladan, mereka harus bisa memberikan contoh yang
baik dan sesuai dengan ajaran agama. Jika seandainya saja mereka sampai berbudi
pekerti yang tidak sesuai dengan ajaran agama maka tidak mustahil para
penganutnya akan sangsi dan berpaling kepada agama lain. terakhir adalah fungsi
serta tugas lembaga keagamaan. Dalam hal ini lembaga keagamaan harus
berfungsi dan bekerja sesuai dengan tujuan semula lembaga itu dibentuk. Akan
sangat tidak sesuai jika lembaga keagamaan melakukan sesuatu kegiatan yang
bertentangan dengan ajaran agama.
Menurut Jalaludin, konflik memiliki bentuk bermacam-macam. Pertama
konflik antara percaya dan ragu. Konflik ini sering dialami oleh kebanyakan orang
terutama bagi yang pengetahuan agamanya rendah atau pas-pasan. Orang seperti
ini basanya mudah sekali terpengaruh oleh orang lain karena dirinya tidak
mempunyai pedoman yang kuat serta pendirian yang teguh. Kedua konflik antara
pemilihan satu diantara dua macam keagamaan. Ia menganggap semua agama itu
bagus dan baik sehingga ia mengalami kesulitan dalam memutuskan agama mana
yang akan ia anut. Ketiga konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan
beragama atau sekularisme. Disatu sisi ia percaya dengan kehidupan akhirat dan
ingin selamat dari neraka sedangkan disisi lain ia ingin hidup merdeka dan
terbebas dari peraturan agama yang membatasinya. Keempat konflik yang terjadi
antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan (adat) dengan kehidupan
keagamaan yang didasarkan atas petunjuk Ilahi. Bentuk konflik yang keempat ini
biasanya sangat sulit diselesaikan, apalagi sampai harus melepaskan suatu
kebiasaan yang sudah mendarah daging. Seperti di pulau Jawa misalnya.
Masyarakat Jawa sudah dapat menerima agama Islam, namun mereka tidak bisa
meninggalkan adat atau kebiasaan masa lalunya meskipun hal itu bertentangan
dengan ajaran agama Islam. Sinkretisme antara Islam dengan kebudayaan Jawa
sebenarnya merupakan konflik yang masih terus dcarikan penyelesaiannya karena
tidak dibenarkan disatu sisi menjalankan syariat Islam namun di sisi lain masih
menjalankan hal-hal yang berbau syirik.
Tanpa disadari, sinkretisme (tidak hanya dalam Islam) merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan keragu-raguan dalam beragama. Percampuran
antara dua hal yang berbeda, seperti agama dengan mistik, meskipun bisa berjalan
beriringan namun kadang lebih sering menimbulkan konflik pada para
penganutnya.
Seseorang kadang merasa ragu untuk menentukan antara unsur agama
dengan mistik. Sejalan dengan perkembangan mesyarakat secara tidak disadari
tindak keagamaan yang mereka praktekkan ditopangi oleh praktek kebatinan dan
mistik. Hal ini disebabkan karena kurangnya keseriusan dalam memahami dan
mengamalkan agamanya. Dan akibatnya yaitu mereka mudah tergiur dalam
mengadopsi kepercayaan, ritual, dan tradisi dari agama lain atau yang akhir-akhir
ini bermunculan.
Spiritualitas Modern