Professional Documents
Culture Documents
SISTEM TRANSMISI
A. Pengenalan Transmisi
B. Transmisi Data
Transmisi data adalah proses pemindahan informasi (bentuk apa saja) dari tempat
yang satu ke tempat lainnya. Pada zaman dahulu, proses ini dilakukan secara manual
dengan mengirmkan seorang kurir. Proses pengiriman data ini selanjutnya mengalami
perkembangan seperti pengiriman informasi dengan asap yang dilakukan oleh suku
Indian, sampai dengan menggunakan kawat tembaga seperti metode kode Morse.
Di dalam istilah komputer, transmisi data bisa diartikan sebagai pengiriman arus
(stream) bits atau atau bytes dari suatu lokasi yang satu ke lokasi lainnya dengan
menggunakan aplikasi teknologi seperti kawat tembaga, serat optik, laser, radio, cahaya
infra merah bahkan sampai ke teknologi Bluetooth. Contoh sederhananya antara lain
perpindahan data dari suatu media penyimpanan (storage device) ke media penyimpanan
yang lainnya, atau pengakasesan website yang meliputi transfer data dari web server ke
browser pengguna.
Konsep yang masih berhubungan dengan transmisi data adalah protocol data
transmission. Protokol ini adalah kumpulan peraturan-peraturan standar mengenai
representasi data, pensinyalan, autentifikasi, dan deteksi error yang dibutuhkan untuk
mengirimkan informasi pada kanal telekomunikasi. Contoh dari protokol komunikasi
yang diadaptasikan pada komunikasi suara ialah ketika sebuah sinyal informasi dari
handphone dikirimkan kepada Base Transceiver Station (BTS). Protokol komunikasi
pada jaringan digital mempunyai kriteria yang ditujukan untuk proses kelancaran
pertukaran data pada kanal komunikasi yang tidak sempurna. Protokol komunikasi pada
dasarnya mengikuti aturan-aturan tertentu sehingga sistem yang dilingkupinya bisa
berjalan dengan baik. Protokol sekarang ini berbasis komunikasi paket (packet based
communication).
C. Sistem Transmisi
Sistem Transmisi adalah sebuah sistem yang menstransmisikan sinyal dari tempat
yang satu ke tempat yang lainnya. Sistem Transmisi terdiri atas jalur yang mempunyai
bandwidth besar, menyusun backbone kepada jaringan. Sistem ini melayani banyak
sekali konsumen atau pelanggan yang mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, sistem transmisi yang baik harus memiliki spesifikasi yang fleksibel, tahan
lama(kuat), dan dapat diandalkan. Salah satu teknologi sistem transmisi yang sering
digunakan pada internet maupun pada PSTN (Public Switched Telephone Network)
adalah SDH (Synchronous Digital Hierarchy).
Sistem transmisi merupakan bagian penting di dalam upaya menyalurkan
informasi jarak jauh. Trafik yang melewati sistem transmisi biasanya merupakan
gabungan dari beberapa sumber, sehingga intensitas trafik yang harus diolah menjadi
sangat besar. Pada awalnya, sistem transmisi yang digunakan berbasis teknologi analog
yang sangat rawan terhadap interferensi. Kemunculan teknologi digital menawarkan
banyak kelebihan dibandingkan teknologi analog, Seiring dengan pendigitalan di sisi
sentral, maka penerapan teknologi digital pada sistem transmisi tidak dapat dihindarkan.
Di sisi lain, informasi yang berasal dari sumber pun semakin memilki kecenderungan
sudah dalam bentuk digital seperti misalnya informasi mutlimedia.
Propagasi radio adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat gelombang
radio ketika mereka ditransmisikan. Dalam area vakum udara, semua geleombang elektro
magnet (radio, sinar –X, cahaya tampak, dan ain-lain) mematuhi ”hukum kuadrat
terbalik” (inverse square law) yang menyatakan bahawa kekuatan gelombang
elektromagnet adalah sebanding dengan 1/(x2), dimana x adalah jarak dari sumbernya.
Jika jarak yang ditempuh adalah dua kali lipat dari sebelumnya, maka kekuatan
gelombang elektromagnet tersebut hanya tinggal sisa seperemmpatnya saja. Perambatan
frkeuensi tinggi pada bumi tidak hanya dipengaruhi oleh hukum kuadrat terbalik tadi, tapi
dengan faktro-faktor lainnya yang selama perjalnannya dari satu titik ke titik yang lain.
Jalan yang ditempuh (path) ini bisa merupakan line of sight path atau over the horizon
path yang memanfaatkan proses refraksi pada bagian ionosfer.
Line of sight (LOS) bisa dianalogikan sebagi garis lurus antara pengamat dan
objek yang diamati. Istilah LOS sering dipakai di dunia telekomunikasi, adalah garsis
lurus yang ditarik dari antena pentransmit dengan antena penerima. Kemampuan ini
sangat dibutuhkan utnuk hubungan geolmbang mikro (microwave) yang menawarkan
lebar pita yang tinggi untuk mengirimkan sinyal. Operasi gelomang ini sudah mencapai
jangkauan frekuensi gigahertz diammana path radio tahan terhadap peristiwa refleksi
maupun refraksi dari medium yang dilaluinya. Sering kali istilah LOS ini disebut line-of-
site.
Panjang jarak transmisi umumnya berada pada orde 40 mil atau 60 km. Jarak
yang ditempuh ini sangat dipengaruhi oleh tinggi antena dan bentuk permukaan daratan
yang dilaluinya. Line of sight sangat dibutuhkan untuk sistem transmisi optik, yang
dibutuhkan untuk jarak dekat antara dua objek yang tinggi, dimana kabel fisik yang jika
digunakan akan sangat tidak efisien.
Laser communication systems
Masalah transmisi dalam telekomunikasi tidak hanya terjadi antara telepon seluler
dengan BTS, tetapi juga terjadi antara BTS yang satu dengan BTS yang lainnya. Oleh
karena itu antena BTS juga harus dimodifikasi sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil
sinyal yang baik. Diversity reception adalah salah satu metode yang digunakan pada
antena BTS untuk memperbaiki penerimaan sinyal yang ditransmisikan dari fenomena
fading dan interferensi, dengan menerima dan memproses berbagai versi sinyal yang
ditransmisikan, (namun sinyal tersebut memiliki informasi yang sama satu sama lainnya).
Ada beberapa metode untuk melakukkannya, antara lain:
1. Space diversity (SD):
Antena ini menerima berbagai versi sinyal yang ditransmisikan, yang telah
melewati jalan rambatan yang berbeda. Pada transmisi sinyal BTS, metode SD ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa antena penerima dan/atau
menggunakan beberapa antena pemancar.
Sebuah antena dengan space diversity
Oleh karena itu, biasanya sebuah BTS menggunakan 3 macam antena, yaitu 1
buah untuk pengirim sinyal dan 2 buah untuk melakukan SD. BTS akan men-
switch ke satu antena dari dua antena, penerima tergantung dari antena mana yang
menerima sinyal yang labih kuat.
2. Polarisation diversity:
Antena ini menerima sinyal-sinyal yang mempunyai pola radiasi yang berbeda-
beda namun memiliki data informasi yang sama.
3. Time diversity:
Antena ini menerima sinyal-sinyal dengan timing yang ditransmisikan dalam
waktu yang berbeda-beda.
4. Frequency diversity (FD):
Antena ini menerima sinyal-sinyal yang menunggangi frekuensi gelombang
pembawa yang berbeda-beda.
Setelah antena ini menerima berbagai macam versi sinyal, teknik diversity
combing dilakukan sebelum pemrosesan sinyal informasinya lebih lanjut. Diversity
combining adalah teknik yang diaplikasikan untuk mengombinasikan berbagai
macam sinyal yang diterima antena diversity ke dalam sebuah sinyal informasi yang
aslinya. Teknik ini ada empat macam, yaitu:
1. Selection combining
Dari beberapa sinyal yang diterima, sinyal yang terkuat akan dipilih.
2. Switched combining
Penerima akan mengalihkan ke sinyal yang lain ketika sinyal saat ini sedang
menurun di bawah ambang batas yang diperlukan. Teknik ini agak kurang efisien
jika dibandingkan dengan selection combining.
3. Equal gain combining
Semua sinyal yang diterima di tambahkan satu sama lainnya secara koheren.
4. Maximal-ratio combining
Sinyal-sinyal yang diterima diberikan bobot tertentu tergantung dari SNR-nya
masing-masing, lalu dijumlahkan satu sama lainnya.
Kabel serat optik adalah salah satu prasana transmisi yang cukup populer untuk
beberapa tahun terakhir ini, karena bisa mentransmmisikan sinyal dengan lebar pita yang
tak terhingga dan memiliki kemampuan yang lebih unik dibandingkan media transmisi
terdahulu. Metode point-to-point sistem transmisi terdiri dari tiga elemen dasar, yaitu
transmiter optik, kabel serat optik, dan penerima optik.
Serat optik adalah tipe kanal yang sering dipakai pada komunikasi optik.
Transmiter pada serat optik biasanya adalah LED (light-emitting diode) atau dioda laser.
Cahaya inframerah lebih sering digunakan daripada cahaya tampak, karena serat optik
dapat mengirimkan beberapa panjang gelombang cahaya inframerah dengan sedikit
atenuasi dan dispersi. Dahulu pengkodean sinyal serat optik umumnya dilakukan dengan
mengatur modulasi fasa dan frekuensinya. Namun, sekarang ini pengkodean sinyal serat
optik dilakukan dengan cara mengatur modulasi intensitasnya.
Pengguna LED umumnya terbatas hanya untuk data-data di bawah 100 Megabit
per detik. Untuk kebutuhan transfer data yang lebih cepat, biasanya digunakan laser.
Sistem laser ini diaplikasi secara ”modulasi langsung”, yang mana cahaya keluaran diatur
secara ”langsung” oleh arus yang dialirkan ke sistem tersebut.
Untuk memperpanjang jangkauan transmisi sinyal, jalur serat optik dahulu
terdapat repeater, yang merupakan penerima dan pengirim back-to-back yang
mengubah sinyal dari cahaya ke sinyal listrik dan diubah menjadi sinyal cahaya lagi,
sehingga membuat jalur yang panjang menjadi beberpa jalur-jalur pendek serat optik.
Namun, teknologi serat optik semakin berkembang sehingga menggantikan fungsi
repeater tersebut dengan teknologi EDFA (erbium-doped fiber amplifier).
Dengan menggunakan panjang gelombang yang berbeda-beda, beberapa jalur
komunikasi bisa dikirim secara optik, sering disebut dengan metode WDM (wavelength
division multiplexing). Metode ini membutuhkan multiplekser panjang gelombang pada
alat pengirimnya, dan membutuhkan demultiplekser panjang gelombang pada peralatan
penerimanya. Alat yang bernama AWG (arrayed waveguide granting) sering digunakan
untuk melakukan multipleks dan demultipleks pada WDM.
Skema multipeks dari AWG dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut:
Cahaya datang pada (1) merambat pada ruang bebas (2) dan memasuki sebuah
gulungan dari berbagai serat-serat optik (3). Serat-serat ini masing-masing memunyai
panjang yang berbeda sehingga akan ada pergeseran fasa. Pada keluaran dari serat
optik tersebut (3), cahaya kembali merambat dalam ruang bebas (4) dan
berinterferensi pada masukkan serat-serat optik (5) yang masing-masing kanal serat
optik menerima cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Arah cahaya dari (1) ke
(5) adalah proses demultipleks dan arah cahaya dari (5) ke (1) adalah proses
multipleks.
Pemilihan antara transmisi serat optik dengan trasnmisi kawat elektrik (kawat
tembaga) untuk suatu sistem dilakukan atas dasar kebutuhannya. Serat optik umumnya
dipih untuk sistem yang membutuhkan lebar pita yang lebih besar atau jarak yang lebih
jauh. Keuntungan utama serat optik adalah kemampuannya untuk menimalisasi loss,
memungkinkan untuk transfer sinyal jarak yang sangat jauh dengan bantuan amplifier
maupun repeater, dan kemampuannya untuk membawa kapasitas data yang besar.
Kemampuan mengangkut data dari satu kabel serat optik sebanding dengan kemampuan
dari ribuan kabel elektrik. Keuntungan dari serat optik dalam proses mentransmisikan
sinyal jarak jauh adalah tidak adanya fenomena cross-talk sebagaimana yang kadang
terjadi pada transmisi kabel elektrik.
Untuk aplikasi jarak dekat dan lebar pita yang ditangani relatif kecil, trasnmisi
elektrik lebih dipilih dari pada transmisi serat optik. Ada beberapa kasus yang
menyebabkan mengapa kabel elektrik lebih dipilih, yaitu:
1. Ketika tidak dibutuhkan sistem pengkabelan yang kompleks.
2. Bahan material yang murah.
3. Biaya alat untuk mengirim dan menerima sinyalnya murah.
4. Kemudahan untuk menyambungkan hubungan kabel (splicing).
5. Kemampuannya untuk membawa daya listrik maupun sinyal.
Dari keuntungan-keuntungan kabel elektrik di atas, maka serat optik tidak digunakan
untuk keperluan transmisi jarak singkat (seperti pada aplikasi chip, motherboard).
Namun, untuk beberapa kasus transmisi jarak pendek, kabel serat optik juga kadang
dipakai. Contoh kasusnya adalah sebagai berikut:
1. Kebal terhadap interferansi elektromagnet (walau serat optik bisa rusak oleh
radiasi sinar alfa dan beta).
2. Resistansi elektrik yang tinggi, membuatnya aman untuk digunakan dekat dengan
peralatan bertegangan tinggi.
3. Bobot fisiknya yang ringan.
4. Tidak ada percikan api, sehingga sering dipakai pada lingkungan yang
mengandung gas yang dapat terbakar atau meledak.
5. Tidak meradiasikan gelombang elektromagnet.
6. Ukuran kabel yang lebih kecil, penting pada jalur sirkuit yang sempit.
Sistem domestik antarkota yang berbasiskan serat optik telah banyak diimplementasikan
secara luas. Sistem ini menggunakan transmisi digital dengan kecepatan mulai dari
beberapa ratus Mbit/s sampai 2 Gbit/s. Denga penggunaan mode serat tunggal sejak
1984, repeater dengan jarak spasi per 40 km atau lebih sudah mulai digunakan. Sehingga,
dengan peningkatan teknologi yang cepat, perbedaan antara jaringan lokal, dalam kota,
maupun antarkota menjadi tidak lagi bermasalah.
Digital Signal 0 (DS0) adalah kecepatan sinyal digital 64 kbit/s, yang ekivalen
dengan kapasitas dari satu kanal frekuensi suara. Kecepatan DS0 membentuk pijakan
pada hirarki transmisi multipleks digital untuk Eropa dan Amerika Utara, untuk sistem
plesiochronous yang lama seperti sistem T-Carrier, dan untuk sistem synchronous yang
modern seperti sistem SDH/SONET.
Kecepatan DS0 bisa menyokong dua puluh buah kanal 2,4 kbit/s, sepuluh buah
kanal 4,8 kbit/s, lima buah kanal 9,67 kbits/s, satu buah kanal 56kbit/s atau satu buah
kanal 64 kbit/s. Untuk panggilan telepon biasa, suara audio di-digitalisasi pada 8 kHz
sample rate dengan menggunakan 8-bit pulse-code modulation (PCM) sehingga
kecepatan transmisi datanya adalah 64 kbit/s. Beberapa DS0 lalu di-multipleks bersama
pada sirkuit yang mempunyai kapasitas yang lebih tinggi. Dua puluh empat buah DS0
membentuk satu sinyal DS1. Ketika dibawa pada kawat tembaga, sistem ini dikenal
menjadi T-carrier system, T1 (atau E1 untuk yang standar Eropa, dimana terdapat 32
buah 64 kbit/s kanal).
D.2. T-Carrier
Sebuah penjelasan yang lebih umum mengenai bagaimana kecepatan 1.544 Mbit/s
dihasilkan adalah sebagai berikut. Misalkan besar frekeuensi tertinggi yang dihasilkan
pada proses komunikasi suara manusia adalah 4000Hz, maka sampling rate digital yang
dibutuhkan akan sebesar 8000 Hz (menurut teorema Nyquist) dan jumlah kanal suara
yang disokong adalah 24 buah. Karena masing-masing T1 frame mengandung 1 byte data
suara untuk masing-masing 24 kanal, sistem tersebut membutuhkan 8000 frame per detik
untuk menyokong masing-masing 24 kanal. Karena masing-masing frame T1 adalah 193
bit panjangnya (24 kanal x 8 bit per kanal + 1 bit kontrol = 193 bit), 8000 frame per detik
lalu dikalikan dengan 193 sehingga didapatkan kecepatan transfer sebesar 1.544 Mbit/s
(8000 x 193 = 1544000).
Bentuk frame T1
D.3. E-Carrier
Hirarki Amerika Utara dan Japan didasarkan pada sistem multipleks 24 kanal
frekuensi suara dan selanjutnya adalah perkaliannya. Sedangkan untuk hirarki Eropa
didasrkan pada sistem multipleks 32 kanal frekuensi dan selanjutnya adalah perkaliannya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini:
Sistem T-Carrier Amerika Utara Jepang Eropa (CEPT)
Tingkat ke-0 (kecepatan
64 kbit/s (DS0) 64 kbit/s 64 kbit/s
data kanal)
1.544 Mbit/s (DS1) 2.048 Mbit/s (32
1.544 Mbit/s (24
Tingkat ke-1 (24 pengguna pengguna kanal)
pengguna kanal)
kanal) (T1) (E1)
(Tingkat Menengah, 3.152 Mbit/s
- -
hanya hirarki Amerika) (DS1C) (48 kanal)
6.312 Mbit/s (96
6.312 Mbit/s (DS2) 8.448 Mbit/s (128
Tingkat ke-2 kanal.), or 7.786
(96 kanal) kanal) (E2)
Mbit/s (120 kanal)
44.736 Mbit/s
32.064 Mbit/s (480 34.368 Mbit/s (512
Tingkat ke-3 (DS3) (672 kanal)
kanal) kanal) (E3)
(T3)
274.176 Mbit/s 97.728 Mbit/s (1440 139.264 Mbit/s
Tingkat ke-4
(DS4) (4032 kanal) kanal) (2048 kanal) (E4)
400.352 Mbit/s 565.148 Mbit/s (8192 565.148 Mbit/s
Tingkat ke-5
(DS5) (5760 kanal) kanal) (8192 kanal) (E5)
Desain DS digunakan pada hubungan hirarki Amerika Utara saja. Secara teknis,
DS1 adalah data yang dibawa pada sirkuit T1, dan begitu juga antara DS3 dengan T3,
sehingga istilah-istilah tersebut bisa dipakai secara bergantian. Untuk sistem yang
dioperasikan untuk bidang militer biasanya menggunakan kecepatan 6 kali atau 8 kali
kecepatan DS1. Sistem baru yang menggunakan keunggulan dari kecepatan data yang
sangat cepat, menggunakan link komunikasi optik, yang sudah banyak diaplikasikan
secara meluas serta masih terus dikembangkan. Kecepatan data tinggi sering
diaplikasikan dengan menggunakan jaringan optik sinkron atau Synchronous Digital
Hierarchy, SDH.
E. Sistem Transmisi PDH
Untuk memperoleh kanal 64 kbit/s dari 140 Mbit/s sinyal PDH, maka sinyal perlu
di-demultipleks sampai 2 Mbit/s sebelum lokasi dari kanal 64 kbit/s dapat diidentifikasi.
PDH memerlukan langkah-langkah (140-34, 34-8, 8-2 demultipleks ; 2-8. 8-34, 34-140
multipleks) untuk mengeluarkan atau menambah data suara/data kanal.
140-34 Demux 140-34 Mux
Drop Add
2 Mbit/s
Skema multiplexing
Kecepatan dasar transfer data adalah 2,048 Mbit/s. Untuk transmisi suara, dipecah
menjadi 30 x 64 kbit/s channel ditambah 2 x 64 kbit/s channel yang digunakan untuk
sinyalisasi dan sinkronisasi. Kadang, seluruh sinyal dengan kecepatan 2 Mbit/s tersebut
digunakan bukan untuk transmisi suara, melainkan untuk melakukan transmisi data.
Kecepatan data 2 Mbit/s tersebut dikontrol oleh suatu clock yang terdapat pada
peralatan yang digunakan untuk membuat data. Di mana kecepatan ini diijinkan
bervariasi (+/- 50 ppm) dari 2,048 Mbit/s. Hal ini menunjukkan bisa terjadi perbedaan
pada kecepatan data 2 Mbit/s dengan yang lainnya..
Untuk memindahkan beberapa data sebesar 2 Mbit/s dari satu tempat ke tempat
lain, data-data tersebut dikombinasikan atau di-multipleks dalam 4 grup. Hal ini
dilakukan dengan mengambil 1 bit dari stream#1, dikuti dengan 1 bit dari stream#2, lalu
#3, dan #4. Proses ini dinamakan proses interleaving. Multiplexer juga menambahkan
bit-bit yang diperlukan agar data sebesar 2 Mbit/s tersebut bisa diterima pada multiplexer
penerima. Bit-bit yang diperlukan ini dikenal dengan justification atau stuffing bit.
Karena masing-masing dari data 2 Mbit/s tersebut tidak perlu berrjalan pada
kecepatan yang sama, maka suatu kompensasi perlu dilakukan. Multiplexer yang
melakukan transmisi tersebut dengan menggabungkan keempat data yang dianggap
bekerja pada keccepatan maksimum. Hal ini menunjukkan kalau kadang-kadang (jika
data 2 Mbit/s tidak ditransmisikan dengan kecepatan maksimum) multiplexer akan
mencari bit berrikutnya yang belum tiba. Dalam kasus ini multiplexer memberi sinyal
kepada multiplexer penerima kalau ada bit yang hilang. Bit yang hilang ini akan
digantikan oleh dummy bit sebagai kompensasi. Sehingga hal ini memperbolehkan
multiplexer penerima untuk merekonstruksi data dari masing-masing data 2 Mbit/s
tersebut dengan benar pada kecepatan plesiochronous yang berbeda.
Hasil dari penggabungan ini adalah data yang berjalan dengan kecepatan 8,448
Mbit/s (sekitar 8 Mbit/s). Teknik yang sama digunakan untuk menggabungkan 4 data 8
Mbit/s, sehingga diperoleh 34 Mbit/s. 4 x 34 Mbit/s menghasilkan 140. 4 x 140
menghasilkan 565.Kecepatan sebesar 565 Mbit/s ini biasanya digunakan untuk
mentransmisikan data untuk tujuan jarak jauh. Namun, sistem PDH memilki beberapa
keterbatasan yang anatar lain adalah:
- Ketidakmampuan untuk mengenali kanal-kanal secara individu pada sistem yang
memiliki kecepatan tinggi.
- Kapasitas yang tidak memadai untuk sistem jaringan
- Kebanyakan manajemen sistem PDH adalah milik orang tertentu (proprietary)
- Tidak ada definisi yang terstandardisasi untuk PDH dengan kecepatan di atas 140
Mbit/s
- Terdapat berbagai hirarki berebda yang digunakan di dunia. Suatu peralatan
dengan antarmuka khusus diperlukan agar dapat berhubungan dengan peralatan yang
berbeda.
Oleh karena itu, sistem PDH sekarang ini mulai digantikan dengan sistem yang lebih baik
yaitu SDH (Synchronous Digital Hierarchy).
Jaringan SDH telah dibagi menjadi berbagai lapisan berkaitan dengang topologi
dari jaringan itu sendiri. Layer terendah mereprensentasikan medium transmisi. Biasanya
glass fiber atau jaringan radio atau jaringan satelit. Bagian regenerator adalah yang
menghubungkan antar-regenerator. Sebagai bagian dari overhead yaitu RSOH
(Regenerator Section Overhead) digunakan untuk memberi sinyal di dalam layer.
Sisa bagian dari overhead (MSOH, Multiplex Section Overhead) biasanya
digunakan untuk bagian multipleks. Bagian ini mengatur hubungan SDH dengan
beberapa multiplexer. Pembawa seperti VC(Virtual Container) bisa digunakan sebagai
payload di antara dua bagian akhir ini. Dua layer VC menggambarkan bagian dari proses
pemetaan(mapping) Pemetaan adalah prosedur dimana kanal sinyal seperti sinyal SDH
dan sinyal ATM digabungkan dalam STM. VC-4 mapping digunakan untuk 140 Mbit/s
dan VC-12 mapping diggunakan untuk 2 Mbit/s. Lapisan paling atas menggambarkan
aplikasi dari SDH.
SDH layer
Gambar di atas adalah diagram skematik dari struktur cincin SDH dengan
berbagai kanal. Penggabungan dari aplikasi berbeda adalah jenis data yang dikirim oleh
SDH. Jaringan SDH harus bisa mentransmisikan layanan seperti ATM. Layanan ini
membutuhkan penggunaan berbagai jenis elemen jaringan, yang akan dibahas berikut ini.
Jaringan SDH secara dasar dibangun dari empat elemen jaringan yang berbeda.
Topologi yang dipakai tergantung kebutuhan penyedia jaringan. Diantaranya adalah :
a. Regenerator
Regenerator mempunyai tugas untuk mengatur kembali clock dan
menguatkan sinyal data yang telah teratenuasi dan terdistorsi. Regeneratrt
mengambil sinyal clock dari data yang diterima. Pesan yang diterima dengan
mengekstrak berbagai kanal 64 kbit/s (contohnya kanal E1, F1). Pesan juga
bisa keluaran dari kanal ini.
b. Terminal multiplexers
Terminal multiplexers digunakan untuk menggabungkan sinyal
plesiochronous dan sinyal masukan sinkron menjadi sinyal STM-N yang
berkecepatan tinggi.
POH dari VC-3/4 untuk mentransmisikan sinyal 140 Mbit/s & 34 Mbit/s.
Pada teknologi transmisi modern SDH ini, kita masih bisa menangani
transportasi untuk teknologi transmisi lama, yaitu PDH. Agar sinyal PDH bisa
cocok dengan sistem SDH, maka dilakukan proses mapping. Di dalam VC,
terdapat istilah container yang merupakan satuan paket dasar untuk menampung
kanal-kanal data yang akan ditransmisikan. Pada setiap masing-masing sinyal
PDH akan diberikan container. Ukuran dari container ini sendiri mempunyai
kapasitas yang lebih besar dari data sinyal PDH itu sendiri. Maka, akan ada sisa
bit kosong yang tak digunakan untuk menaruh data sinyal PDH pada container.
Sisa bit ini digunakan untuk stuffing yang bertujuan untuk menyesuaikan timing
yang tidak sama antara sistem PDH dengan sitem SDH. Dari sini, ketika beberapa
container digabungkan (dengan POH-nya masing-masing) maka terbentuklah VC.
Langkah selanjutnya dalam menuju pembentukan sinyal STM yang lengkap
adalah penambahan pointer yang merunjuk ke POH pada masing-masing VC
sehingga terciptalah administrative unit (AU) atau tributary unit (TU). Beberapa
TU tadi bersama-sama membentuk tributary unit group (TUG), dan masing TUG
bergambung membentuk sebuah VC dengan tingkat hirarki yang lebih tinggi dan
lalu terbentuk menjadi AU. Satu atau lebih dari AU membentuk administrative
unti group (AUG). Akhirnya, AUG ditambah dengan SOH membentuk STM. Hal
yang perlu diperhatikan adalah bahwa proses pembentukkan STM tertentu dari
jenis VC yang berbeda kadang tidak seragam prosesnya agar lebih efisien. Berikut
ini adalah skema dari pembentukkan STM:
Skema memasukkan data 140 Mbit/s kedalam sebuah STM-1
Skema pemetaan pada SDH
F.4. Penutup
Selama tiga tahun terakhir ini, sudah banyak terjadi perkembangan teknologi
SDH dalam industri telekomunikasi. Banyak sekali peningkatan permintaan dari berbagai
belahan dunia akan kubutuhan transfer data yang cepat dalam mengembangkan
infrastruktur telekomunikasi generasi mendatangnya. SDH adalah merupakan jembatan
besar dalam revolusi teknologi telekomunikasi dan setidaknya dalam satu dekade
mendatang, sistem ini diharapkan sudah merepresentasikan masa depan dari sistem
telekomunikasi yang semakin memudahkan dan dapat diandalkan untuk siapa saja.
BAB III
Global Sistem for Mobile Communications (GSM)
A. Pengenalan GSM
Logo GSM
Dari sisi kaca mata konsumen, kunci sukses keberhaslikan berkembangnya
teknologi GSM adalah kemampuannya untuk menerima kualitas suara yang sangat baik
dan juga adanya layanan SMS (short message service) yang mempunyai tarif yang
murah. Keuntungan yang didapat dari operator jaringan adalah kemudahannya untuk
memesan peralatan dari berbagai macam vendor karena sudah adanya sistem standar
peralatan GSM yang berlaku. Penggunan jasa GSM bisa menggunakan teleponnya dari
berbagai wilayah di dunia, karena sudah adanya layanan roaming dari berbagai macam
operator GSM. Tarif yang dikenakan untuk layanan roaming
B. Antarmuka Radio
Sistem telepon seluler membagi suatu wilayah menjadi beberapa sel-sel kecil.
GSM adalah jaringan seluler, yang artinya bahwa mobile phone bisa terkoneksi dengan
mencari sel-sel disekitarnya yang berdekatan. Berikut ini adalah beberapa keuntungan
dari penggunann jaringan seluler, yaitu:
• Peningkatan kapasitas
• Penurunan penggunaan daya listrik
• Jangkauan area yang lebih baik
Sistem seluler ini memungkinkan penggunaan frekuensi ulang pada wilayah yang
lain, sehingga jutaan orang bisa menggunakan telepon seluler secara bersamaan.
Kebayakan jaringan GSM beroperasi pada frekuensi 900 MHz atau 1800 Mhz, termasuk
Indonesia.
Penggunaan frekuensi ulang pada jaringan GSM
Pada frekuensi 900 MHz, frekuensi uplink (pengiriman sinyal dari telepon seluler
ke BTS) berkisar antara 890-915 MHz, dan frekuensi downlink (pengirian sinyal dari
BTS ke telepon seluler) adalah berkisar 935-960 Mhz, Lebar pita 25 Mhz ini dibagi lagi
ke dalam 124 kanal frekuensi carrier, masing-masing mempunyai bersela 200 kHz.
Metode Time Division Multiplexing digunakan melewatkan 8 kanal suara pada setiap
kanal frekuensi radio. Sehingga, ada delapan timeslot yang dikelompokkan ke dalam
sebuah frame TDMA. Kecepatan kanal data adalah 270,833 kbit/s dan durasi frame-nya
adalah 4,615 ms.
Ada beberapa macam ukuran sel pada jaringan GSM network – sel macro, micro,
pico dan umbrella. Area cakupan masing-masing sel bervariasi tergantung dari
implementasi terhadap daerah yang dicakupinya masing-masing. Sel macro bisa ditemui
ketika antena BTS di pasang pada bangunan atau atap gedung yang tinggi. Sel micro
adalah sel yang tinggi antenanya di bawah atap gedung. Biasanya digunakan pada daerah
perumahan. Picocells adalah sel yang berukuran kecil dimana luasnya hanya beberapa
m2. Antenanya biasa digunakan untuk indoor. Di lain pihak, Sel umbrella biasanya
digunakan untuk menjangkau sel yang kecil dan mengisi kekosongan di antara sel yang
kecil.
Jangkauan sel bervarisi tergantung pada tinggi antena, gain antena, propagasi dari
beberapa ratus meter sampai puluhan kilometer. Jangkauan terjauh dari GSM dalam
praktiknya adalah 35 km atau 22 miles. Terdapat beberapa cara yang digunakan untuk
memperluas jangkauan sel, dimana radius sel bisa digandakan atau bahkan lebih,
tergantung dari sistem antena, tipe dari wilayah dan waktu yang dibutuhkan untuk
pengiriman sinyal ke BTS dari mobile phone.
Jangkauan GSM dalam ruangan (indoor) dapat dilakukan dengan menggunakan
indoor picocell base station atau indoor repeater yang mempunyai beberapa indoor,
untuk mengirimkan sinyal radio dari antena outdoor menuju antena indoor lainnya. Hal
ini dilakukan ketika dibutuhkan banyak kapasitas panggilan pada indoor, sebagai contoh
di pusat pertokoan atau bandara udara. Akan tetapi ini tidak selalu dibutuhkan, karena
jangkauan dalam ruangan (indoor) juga disediakan melalui penetrasi sinyal radio ke
dalam gedung dari sel yang berdekatan.
Modulasi yang digunakan pada GSM adalah gaussian minimum shift keying
(GMSK), suatu frequency shift keying yang memiliki perualangan fasa. Pada GMSK,
sinyal yang akan dimodulasi ke pembawa, pertama kali disaring dengan Gaussian low-
pass filter sebelum dikombinasikan ke frequency modulator, yang akan mengurangi
interferensi dari kanal yang berdekatan.
C. Struktur Jaringan
Struktuk jaringan GSM
Pada kenyataannya, struktur jaringan sistem GSM tampak sangat besar dan
rumit, karena jaringan ini harus menyediakan bermacam-macam layanan yang
diperlukan. Sebuah jaringan GSM terdiri atas beberapa entitas fungsi dan antarmuka yang
ditentukan. Gambar di atas menunjukkan tampilan jaringan GSM. Jaringan GSM bisa
dibagi menjadi tiga bagian utama. Mobile Station adalah telepon seluler yang dibawa
oleh pelanggan. Base Station mengontrol hubungan radio dengan mobile station.
Network Subsistem, yang bagian utamanya adalah MSC (Mobile service Switching
Center), melakukan switching panggilan antara pengguna-penggunan telepon, dan antara
pengguna telepon seluler dengan pengguna telepon tetap. MSC juga menangani moblitas
operasi manajemen itu sendiri. Bagian yang tidak ditampakkan pada gambar di atas
adalah Operation and Maintenance Center, yang menangani kinerja operasi dan proses
instalasi jaringan. Mobile Station dan Base Station Subsistem berkomunikasi dengan Um
interface. Um interface adalah antarmuka jaringan GSM/GPRS untuk menyediakan
layanan data sirkuit dan paket dengan sinyal radio. Base station subsistem berkomunikasi
dengan MSC menggunakan A interface. A interface mendukung kanal 64 Kbps standar
untuk pensinyalan dan trafik.
Telepon seluler)
Kartu SIM
Setiap telepon seluler adalah unik karena mempunyai kode Internatioal Mobile
Equipment Identity (IMEI) masing-masing yang berbeda. Kartu SIM berisi International
Mobile Subscriber Identity (IMSI). IMSI digunakan oleh sistem untuk mengidentifikasi
pelanggan GSM. IMEI dan IMSI saling terlepas antara satu sama lainnya, dengan begitu
sang pelanggan bisa berleluasa untuk mengganti perangkat teleponnya tanpa harus
mengganti nomor lamanya. Kartu SIM dapat diproteksi dangan menggunakan password
atau personal identity number (PIN).
C.2. Base Station Subsistem
Base Sation Subsistem tersusun atas dua bagian, Base Transceiver Station (BTS)
dan Base Station Controller (BSC). Mereka berkonunikasi dengan menggunakan standar
antarmuka Abis, memungkinkan pengoperasian dengan komponen berbagai macam
merek yang berbeda.
BSC, bisa dibilang sebagai ”orang pintar” di belakang BTS. Secara umum
BSC memiliki 10 atau bahkan 100 BTS yang dikontrol. BSC menangani alokasi
dari kanal radio, frequency hopping, handover dari BTS ke BTS (kecuali pada
inter-MSC-handover di mana pengontrolan berada pada tangung jawab MSC).
Fungsi penting BSC adalah sebagai konsentrator dimana berbagai koneksi
berkecepatan rendah yang terhubung ke BTS akan berkurang sampai sejumlah
kecil koneksi yang menuju MSC.
BSC tidak diragukan lagi adalah elemen terpenting dalam BSS yang
dimana bukan hanya sebagai pengontrol BTS tetapi untuk beberapa vendor,
sebagai pusat switching. BSC juga menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
Network Management Subsystems (NMS).
Database untuk semua tempat, termasuk informasi seperti frekuensi
pembawa, daftar frekuensi hopping, level pengurangan daya, penerimaan sinyal
untuk perhitungan batas sel, semuanya disimpan di BSC. Data ini diperoleh
langsung dari bagian perencanaan radio yang mengikutsertakan pemodelan dari
propagasi sinyal begitu pula dengan proyeksi trafik.
C.2.3. Transcoder
D. Sektorisasi
Sektor BTS
Hal ini memungkinkan operator untuk mengantisipasi efek dari fading yang
disebabkan fenomena fisik seperti penerimaan bercabang. Beberapa penguatan sinyal
yang diterima ketika sinyal tersebut meninggalkan antena biasa digunakan untuk
menyeimbangkan kekuatan sinyal saat uplink dan downlink.
F. Penutup