You are on page 1of 4

PELANGGARAN ETIKA BISNIS

Sesuai dengan fungsinya baik secara mikro maupun makro, sebuah bisnis yang baik harus
memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Nantinya, jika sebuah perusahaan memiliki etika dan
tanggung jawab sosial yang baik, bukan hanya lingkungan makro dan mikronya saja yang akan
menikmati keuntungan, tetapi juga perusahaan itu sendiri.

Kata ‘etika’ berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas yaitu, tempat
yang biasa ditinggali, kandang, padang rumput, kebiasaan, adapt, akhlak, watak, perasaan, sikap
dan cara berpikir. Bentuk jamak ethos adalah ta etha yang berarti adat kebiasaan. Arti jamak
inilah yang digunakan Aristoteles (384-322 SM) untuk menunjuk pada etika sebagai filsafat
moral. Kata ‘moral’ sendiri berasal dari kata latin mos (jamaknya mores) yang juga berarti
kebiasaan atau adat. Kata ‘moralitas’ dari kata Latin ‘moralis’ dan merupakan abstraksi dari kata
‘moral’ yang menunjuk kepada baik buruknya suatu perbuatan. Dari asal katanya bisa dikatakan
etika sebagai ilmu yang mempelajari tentang apa yang biasa dilakukan. Pendeknya, etika adalah
ilmu yang secara khusus menyoroti perilaku manusia dari segi moral, bukan dari fisik, etnis dan
sebagainya.

Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian yang sama,
yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial,
dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis
(Muslich,1998:4). Ada juga yang mendefinisikan etika bisnis sebagai batasan-batasan sosial,
ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral masyarakat yang harus
dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya (Amirullah & Imam
Hardjanto, 2005).

Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah
timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi
perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:

1. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan
bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan
yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang
berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.

2. Prinsip kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan.
Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika
prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan
kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.

3. Prinsip tidak berniat jahat


Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat
akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
4. Prinsip keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada
konsumen, dan lain-lain.

5. Prinsip hormat pada diri sendiri


Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat
dan prinsip keadilan.

CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS

Manipulasi laporan keuangan PT KAI


Dalam kasus tersebut, terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini
merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya.
Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi.

Skandal Enron, Worldcom dan perusahaan-perusahaan besar di AS


Worldcom terlibat rekayasa laporan keuangan milyaran dollar AS. Dalam pembukuannya
Worldcom mengumumkan laba sebesar USD 3,8 milyar antara Januari 2001 dan Maret 2002.
Hal itu bisa terjadi karena rekayasa akuntansi. Penipuan ini telah menenggelamkan kepercayaan
investor terhadap korporasi AS dan menyebabkan harga saham dunia menurun serentak di akhir
Juni 2002. Dalam perkembangannya, Scott Sullifan (CFO) dituduh telah melakukan tindakan
kriminal di bidang keuangan dengan kemungkinan hukuman 10 tahun penjara. Pada saat itu, para
investor memilih untuk menghentikan atau mengurangi aktivitasnya di bursa saham.

Kasus Tylenol Johnson & Johnson


Kasus penarikan Tylenol oleh Johnson & Johnson dapat dilihat sebagai bagian dari etika
perusahaan yang menjunjung tinggi keselamatan konsumen di atas segalanga, termasuk
keuntungan perusahaan. Johnson & Johnson segera mengambil tindakan intuk mengatasi
masalahnya. Dengan bertindak cepat dan melindungi kepentingan konsumennya, berarti
perusahaan telah menjaga trust- nya.

Kasus obat anti nyamuk Hit


Pada kasus Hit, meskipun perusahaan telah meminta maaf dan berjanji untuk menarik
produknya, ada kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa
menyebabkan kanker tersebut terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu
masih beredar di pasaran.
Kasus Baterai laptop Dell
Dell akhirnya memutuskan untuk menarik dan mengganti baterai laptop yang bermasalah dengan
biaya USD 4,1 juta. Adanya video clip yang menggambarkan bagaimana sebuah note book Dell
meledak yang telah beredar di internet membuat perusahaan harus bergerak cepat mengatasi
masalah tersebut.

Dari ketiga kasus di atas, Hit merupakan contoh yang kurang baik dalam menangani masalahnya.
Paradigma yang benar yaitu seharusnya perusahaan memperhatikan adanya hubungan sinergi
antara etika dan laba. Di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah
competitive advantage yang harus dipertahankan. Dalam jangka panjang, apabila perusahaan
meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan perusahaan maka akan berbuah
keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

Dugaan penggelapan pajak


IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun buku Desember 2001
dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau
ditarik kembali. Karena itu, IM3 melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar.
750 penanam modal asing (PMA) terindikasi tidak membayar pajak dengan cara melaporkan
rugi selama lima tahun terakhir secara berturut-turut. Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak
manajemen berkonspirasi dengan para pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam
melakukan penipuan akuntansi. Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari
kantor akuntan publik dalam melakukan manipulasi laba yang menguntungkan dirinya dan
korporasi, sehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah terjadi
mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut. Pihak pemerintah dan DPR perlu segera
membentuk tim auditor independen yang kompeten dan kredibel untuk melakukan audit
investigatif atau audit forensik untuk membedah laporan keuangan dari 750 PMA yang tidak
membayar pajak. Korporasi multinasional yang secara sengaja terbukti tidak memenuhi
kewajiban ekonomi, hukum, dan sosialnya bisa dicabut izin operasinya dan dilarang beroperasi
di negara berkembang.

Etika terhadap komunitas masyarakat


Tindakan Kejahatan Korporasi PT. Lapindo Brantas (Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Hidup di Sidoarjo, Jawa Timur). Telah satu bulan lebih sejak terjadinya kebocoran gas di areal
eksplorasi gas PT. Lapindo Brantas (Lapindo) di Desa Ronokenongo, Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo. Kebocoran gas tersebut berupa semburan asap putih dari rekahan tanah,
membumbung tinggi sekitar 10 meter. Semburan gas tersebut disertai keluarnya cairan lumpur
dan meluber ke lahan warga. tak kurang 10 pabrik harus tutup, 90 hektar sawah dan pemukiman
penduduk tak bisa digunakan dan ditempati lagi, demikian juga dengan tambak-tambak bandeng,
belum lagi jalan tol Surabaya-Gempol yang harus ditutup karena semua tergenang lumpur panas.
Perusahaan terkesan lebih mengutamakan penyelamatan asset-asetnya daripada mengatasi soal
lingkungan dan social yang ditimbulkan. Namun Lapindo Brantas akhirnya sepakat untuk
membayarkan tuntutan ganti rugi kepada warga korban banjir Lumpur Porong, Sidoarjo.
Lapindo akan membayar Rp2,5 juta per meter persegi untuk tanah pekarangan beserta bangunan
rumah, dan Rp120.000 per meter persegi untuk sawah yang terendam lumpur.
BenQ, Kasus Pailit Dalam Ekonomi Global (Etika terhadap buruh dan pekerja)
Merjer bisnis telepon genggam perusahaan BenQ dan Siemens menjadi BenQ-Mobile awalnya
bagai angin harapan, terutama bagi para pekerja pabrik di Jerman. Namun karena penjualan tidak
menunjang dan banyak produk yang dipulangkan oleh pembelinya karena bermasalah, akibatnya
dua pabrik BenQ, di Meksiko dan Taiwan, terpaksa ditutup. Karena itu BenQ melakukan
restrukturisasi dan mem-PHK sejumlah pekerja.Hal ini sangat merugikan pihak buruh dan
karyawan. Para pekerja merasa hanya dijadikan bahan mainan perusahaan yang tidak serius.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas kita tahu bahwa petilaku etis dan kepercayaan (trust) dapat
mempengaruhi operasi perusahaan. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
1. Berkaca dari beberapa contoh kasus di atas, kita dapat melihat etika dan bisnis sebagai
dua hal yang berbeda. Memang, beretika dalam berbisnis tidak akan memberikan
keuntungan dengan segera, karena itu para pelaku bisnis harus belajar untuk melihat
prospek jangka panjang.
2. Kunci utama kesuksesan bisnis adalah reputasinya sebagai pengusaha yang memegang
teguh integritas dan kepercayaan pihak lain.
3. Kemajuan teknologi informasi khususnya internet telah menambah kompleksitas kegiatan
“public relation” dan “crisis management” perusahaan.
4. Product recall dapat dilihat sebagai bagian dari etika perusahaan yang menjunjung tinggi
keselamatan konsumen. Dalam jangka panjang, etika semacam itu justru akan
menguntungkan perusahaan.
5. Perilaku tidak etis khususnya yang berkaitan dengan skandal keuangan berimbas pada
menurunnya aktivitas dan kepercayaan investor terhadap bursa saham dunia yang
mengakibatkan jatuhnya harga-harga saham.
6. Sanksi hukuman di Indonesia masih lemah jika dibandingkan dengan sanksi hukuman di
AS. Di Amerika, pelaku tindakan criminal di bidang keuangan dikenai sanksi hukuman
10 tahun penjara sedangkan di Indonesia hanya diberi sanksi teguran atau pencabutan izin
praktek.

Saran
Para pelaku bisnis dan profesi akuntansi harus mempertimbangkan standar etika demi kebaikan
dan keberlangsungan usaha dalam jangka panjang.

You might also like