You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan


kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari
kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan
oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena
pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.

Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian
seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering
disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia
per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian
dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %).
Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah
penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari
rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan
bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan.

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan
tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan
anak balita yang disebabkan oleh ISPA.

B. TUJUAN

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFENISI

Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA mempunyai 3 unsur, yaitu infeksi, saluran
pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut :

Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke


dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung
hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan
(respiratory tract).

Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan
14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari
(DepKes. RI, 1998 : 3 dan 4).

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau
disertai radang parenkim paru. ISPA adalah suatu kelompok penyakit sebagai penyebab
angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit yang lain.

Lebih 50% dari absensi atau dari semua angka tidak masuk kerja/sekolah disebabkan
penyakit ini. Angka kekerapan kejadian ISPA, tertinggi pada kelompok-kelompok tertutup di
masyarakat, misalnya penghuni asrama, kesatrian, sekolah atau sekolah yang juga
menyelenggarakan pemondokan (boarding school). Di negara barat, kasus ini banyak
dijumpai pada recuitment dan murid sekolah pada musim dingin, awal musim gugur, atau
pada masa-masa pergantian musim.

ISPA yang mengenai saluran napas bawah, misalnya bronkitis, bila menyerang
kelompok tertentu, khususnya bayi, anak-anak dan orang tua, akan memberikan gambaran

2
klinik yang berat dan jelek dan sering kali berakhir dengan kematian. ISPA yang disebabkan
oleh virus, wanita lebih rentan bila dibandingkan dengan pria, namun waktu mentruasi
mereka lebih tahan.

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu suatu penyakit yang terbanyak diderita
oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu dan
banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-
penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan
sampai pada masa dewasa.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang
tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan
infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan
cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.

2. PENYEBAB PENYAKIT ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan
heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan
akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis
bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium
Diffteria (Achmadi dkk., 2004). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel
pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut
menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas
ke musim hujan (PD PERSI, 2002).

Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di
dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus

3
para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan
penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar
terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada
bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak
penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah (Siregar dan
Maulany, 95).

Faktor Risiko

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat ISPA adalah umur di bawah dua
bulan, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, rendahnya tingkat
pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan, lingkungan rumah imunisasi yang tidak
memadai dan menderita penyakit kronis (Indah, 2005).

Faktor Pendukung Penyebab ISPA:

1. Kondisi Ekonomi

Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan
lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan
terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan
mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.

2. Kependudukan

Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang
besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan
menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.

3. Geografi

Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit
infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh
geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat
ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan
mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

4. Perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS)

PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan
sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan
makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif
terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit
ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.

4
5. Lingkungan dan iklim global

Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana
transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit
ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan,
merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.

3. TANDA DAN GEJALA ISPA

Sebagian besar anak dengan ISPA memberikan gejala yang sangat penting yaitu
batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas
yang cepat dan retraksi dada. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak
mengenal tanda-tanda lainnya dengan mudah (Harsono dkk., 1994). Selain batuk gejala ISPA
pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari
38,5 0 Celcius dan disertai sesak nafas (PD PERSI, 2002).
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi,
2002):

1. ISPA ringan bukan pneumonia

2. ISPA sedang, pneumonia

3. ISPA berat, pneumonia berat

Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan
(tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan adalah bila
frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau adanya tarikan dinding dada yang
kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA berat
jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapatkan perawatan atau daya tahan
tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam
sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana.

1) Gejala ISPA ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut:

a. Batuk.

5
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada
waktu berbicara atau menangis ).

c. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan
punggung tangan terasa panas.

Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak
perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang
dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak
harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.

Pengobatan dan Perawatan ISPA Ringan

Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dilakukan di rumah. Jika anak menderita
ISPA ringan maka yang harus dilakukan adalah hal-hal sebagai berikut (DepKes.RI, 1985 : 6
dan 7) :

a. Demam

1) Bila demam dilakukan kompres.

Cara mengompres adalah sebagai berikut :

Ambillah secarik kain yang bersih (saputangan atau handuk kecil).

Basahi atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau rendam kain tersebut
dalam air dingin yang bersih atau air es, kemudian peras.

Letakkan kain di atas kepada atau dahi anak tapi jangan menutupi muka.

Jika kain sudah tidak dingin lagi basahi lagi dengan air, kemudian peras lalu letakkan lagi di
atas dahi anak.

Demikian seterusnya sampai demam berkurang.

2) Berikan obat penurun panas dari golongan parasetamol.

b. Pilek

6
Jika anak tersumbat hidungnya oleh ingus maka usahakanlah membersihkan hidung yang
tersumbat tersebut agar anak dapat bernafas dengan lancar. Membersihkan ingus harus hati-
hati agar tidak melukai hidung.

c. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan

Suruhlah anak beristirahat atau barbaring di tempat tidur.

Berikan cukup minum tapi jangan berikan air es atau minuman yang mengandung es. Dapat
diberikan teh manis, air buah atau pada bayi dapat diberikan air susu ibu.

Berikan makanan yang cukup dan bergizi.

Anak jangan dibiarkan terkena hawa dingin atau hawa panas. Pakaian yang ringan hendaknya
dikenakan pada anak tersebut.

Hindarkanlah orang merokok dekat anak yang sakit dan hindarkan asap dapur atau asap
lainnya mengenai anak yang sakit.

Perhatikan apakah ada tanda-tanda ISPA sedang atau ISPA berat yang memerlukan bantuan
khusus petugas kesehatan.

2) Gejala ISPA sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan
dengandisertaigejalasebagaiberikut:

a. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih
dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih

b. Suhu lebih dari 390C.

c. Tenggorokan berwarna merah.

d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak

e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.

7
g. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.

Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita ISPA
ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang, umurnya empat
bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat
pertolongan petugas kesehatan.

3) Gejala ispa sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau
sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:

a. Bibir atau kulit membiru

b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas

c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun

d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah

e. Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah

f. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas

g. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba

h. Tenggorokan berwarna merah

Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena perlu
mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus.

4. PATOFISIOLOGI ISPA

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

8
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat
pneumonia (Setiowulan, 2001).

5. MANIFESTASI DAN DIAGNOSIS

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan
meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah
dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya
penyulit.

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,
diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan
dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

6. PENGOBATAN ISPA

Pengobatan pada ISPA

1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di
beri oksigen.

2. Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika
terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.

3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,


untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan.

Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala
batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai

9
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.

Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

2. Immunisasi.

3. Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan ISPA yang dilakukan adalah :

1. Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.

2. Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

3. Immunisasi

Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan adalah diharapkan dapat
membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari kasus-
kasus bukan pneumonia sehingga dapat :

1. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan
pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang
perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.

2. Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia)


dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.

3. Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.

4. Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang


terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut)
dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan
antibiotik kontrimoksasol.

10
5. Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk

7. PENCEGAHAN PENYAKIT ISPA

Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi
pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:

1. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik

• Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang
paling baik untuk bayi.

• Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.

• Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung
cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

• Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya
dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak
dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-
buahan.

• Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah
beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang
menghambat pertumbuhan (Dinkes DKI (2005)).

2. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi

Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan


imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan
untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran
nafas (Gloria Cyber Ministries, (2001)).

11
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan
penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan
menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya
memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).

4. Pengobatan segera

Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak
memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya
minuman dingin, makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna,
pengawet dan makanan yang terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera
dibawa ke dokter (PD PERSI, 2002)

8. PROGRAM PENCEGAHAN

9. STRATEGI

10. PERAN

a. PERAN AKTIF

b. PERAN PASIF

12
13

You might also like