You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu “hubungan”,
baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara
seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga
seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya
hubungan pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh
lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan hukum.
Ketentuan mengenai hukum perdata ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) atau lebih dikenal dengan BW (Burgelijke Wetboek).
Hukum perdata merupakan hukum yang meliputi semua hukum “Privat materil”, yaitu
segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
Apa itu Hukum Orang (Persoonrecht )
Apa itu Hukum keluarga ( Familierecht )
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hukum Orang
A. Pengertian Hukum Orang
• Dalam arti sempit
Hukum orang hanya ketentuan orang sebagai subjek hukum
• Dalam arti luas
Hukum orang tidak hanya ketentuan orang sebagai subjek hukum tetapi juga termasuk
aturan hukum keluarga

B. Tempat Pengaturan Hukum Orang


Hukum orang sebagian besar terdapat didalam Buku 1 KUH Perdata dan Buku 1 NBW Baru
Belanda. Buku 1 KUH Perdata tidak hanya mengatur Hukum Orang, tetapi juga mengatur
tentang Hukum Keluarga. Buku 1 KUH Perdata terdiri atas 495 pasal dan 18 Bab, dan
masing-masing bab dibagi dalam beberapa bagian.

C. Subjek Hukum
Subjek hukum adalah pembawa hak dan kewajiban.
Kategori Subjek Hukum :
1. Manusia (Natuurlijk Persoon)
2. Badan Hukum (Rechts persoon)

- Manusia / Natuurlijk Persoon


Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, mulai dari saat dia lahir dan berakhir pada saat ia
meninggal.
Terdapat pengecualian :
Dapat dihitung surut, apabila memang untuk kepentingannya, dimulai ketika orang tersebut
masih berada di dalam kandungan ibunya. (Teori Fiksi Hukum)
Hal ini terdapat pada Pasal 2 KUHPer, bahwa bayi yang masih ada di dalam kandungan ibunya
dianggap telah lahir dan menjadi subjek hukum jika kepentingannya mengehendaki seperti
dalam hal kewarisan. Namun, apabila lahir dalam keadaan meninggal dunia, maka menurut
hukum ia dianggap tidak pernah ada, sehingga ia bukan termasuk subjek hokum.

Jadi, syarat – syarat terjadinya teori fiksi hukum adalah :


1. Telah dibenihkan
2. Lahir dalam keadaan hidup
3. Ada kepentingan yang menghendaki

a. Kecakapan Bertindak Hukum


Golongan manusia yang tidak cakap menurut hukum diatur di dalam Pasal 1330 KUHP :
1. Anak dibawah umur, belum dewasa dan belum menikah
2. Orang yang berada di bawah pengampuan (Curatele) yaitu orang yang sakit ingatan,
pemabuk, pemboros
3. Wanita bersuami
Namun, dengan adanya Pasal 31 UU No.1/1974 dan SEMA No.3/1963, maka Pasal
yang mengatur ini dihapuskan, dan kedudukan istri seimbang dengan suami.
b. Kedewasaan
Kedewasaan seseorang berbeda menurut UU :
• KUHPerdata / BW
Kedewasaan seseorang adalah usia 21 tahun atau telah menikah
Pasal 330 KUHPer
• UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 47, menyatakan anak yang sudah berumur 18 tahun
Pasal 50, menyatakan seseorang dianggap dewasa apabila sudah mencapai umur 18
tahun, tidak berada di bawah kekuasaan orangtua
• Menurut Prof. Wahyono, usia dewasa adalah usia 21 tahun atau sudah pernah menikah.
Karena :
1. UU perkawinan tidak mengatur masalah kedewasaan dan tidak menyebutkan
batas usia dewasa adalah 18 tahun
2. Usia menikah adalah 19 tahun dan 16 tahun menuru UU no.1
c. Pendewasaan / Handlichting
Suatu lembaga hukum agar semua orang yang belum dewasa tetapi telah menempuh syarat –
syarat tertentu dalam hal tertentu dan sampai batas – batas tertentu menurut ketentuan UU
memiliki kedudukan hukum yang sama dengan orang dewasa.

Macam – macam Handlichting


• Pendewasaan penuh ( Venia Aetatis, Pasal 420 – 425 KUHPer)
Syarat, berusia 20 tahun dan telah mengajukan permohonan kepada Presiden
1. Pendewasaan Terbatas (Pasal 426 – 431 KUHPer)
Syarat, berusia 18 tahun, diajukan kepada Pengadilan Negeri, dan dapat ditarik kembali.
Pendewasaan ini hanya untuk hal – hal tertentu sifat kedewasaannya, misalkan hanya
untuk hal waris saja)

- Badan Hukum / Rechts Persoon


Suatu perkumpulan atau lembaga yang dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu
a. Ciri – ciri Badan Hukum
1. Kekayaan terpisah
2. Organisasi teratur
3. Ada tujuan tertentu
4. Ada pengurus
5.
b. Pembagian Badan Hukum
Pembagian badan hukum menurut :
• Sifat :
1. Mengejar keuntungan ekonomi : Koperasi dan PT
2. Bersifat ideal : Yayasan dan partai politik
• Pendiriannya :
1. Berdasarkan UU : Lembaga Negara dan Perusahaan Umum
2. Diakui pemerintah berdasarkan UU melalui proses pendaftaran : PT (UU No.
1/1995 digantikan dengan UU No. 40/2007), Koperasi (UU No.26/1992),
Yayasan (UU No.16/ 2001)
• Cirinya:
1. Ada harta kekayaan
2. Ada tujuan tertentu
3. Ada kepentingan
4. Ada organisasi teratur

c. LAHIRNYA BADAN HUKUM


Syarat sahnya badan hukum adalah :
1. Akte pendirian di depan Notaris
2. Disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM
3. Didaftarkan (Dept. Perindustrian dan Perdaganga)
4. Diumumkan di berita negara
Teori Badan Hukum
1. Teori Fiksi ( Karl von Savigny)
2. Badan hukum pengaturannya oleh negara. Oleh karena itu badan hukum sebenarnya tidak
ada. Badan hukum adalah orang buatan hukum
3. Teori Kekayaan / Harta (Holder dan Binder)
Badan hukum adalah suatu badan yang mempunyai harta dan berdiri sendiri yang tidak
dimiliki oleh badan hukum itu tetapi oleh pengurusnya diserahi tugas untuk mengurus
Teori Organ
Badan hukum bukan merupakan suatu fiksi melainkan makhluk yang sungguh – sungguh
ada dan mempunyai organ – organ yang dapat berpikir dan bertindak sebagai subjek
hokum

D. Hubungan antara Hukum, Hak dan Kewajiban


Hukum mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat karena hukum itu berfungsi untuk melindungi
kepentingan manusia ( law as tool of social enginering ) dan membagi hak dan kewajiban
( Sudikno Mertokusumo, 1991:1-2; Satjipto Raharjo, 1986:83;Roscou Pound, dalam Lili
Rasyidi, 1988:288 ).
Hak itu memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada individu dalam
melaksanakannya, sedangkan kewajiban merupakan pembatasan dan beban.

2. Hukum Keluarga
a. Pengertian Hukum Keluarga
Hukum keluarga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan yang mengenai hubungan
hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan karena
perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian, pengampunan, keadaan tak hadir).

Kekeluargaan sedarah adalah pertalian keluarga yang terdapat antara beberapa orang
yang mempunyai keluhuran yang sama. Kekeluargaan karena perkawinan adalah pertalian
keluarga yang terdapat karena perkawinan antara seorang dengan keluarga sedarah dari istri
(suaminya).

b. Sumber Hukum Keluarga


Hukum Keluarga dapat dibedakan menjadi dua macam sumbernya yaitu sumber
hukum keluarga tertulis dan tidak tertulis.
- Hukum Keluarga tertulis adalah kaidah-kaidah hokum yang bersumber dari UU,
yurisprudensi dan traktat.
- Hukum Keluarga tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hokum keluarga yang timbul,
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat ( kebiasaan ).

c. Esensi Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan YME
(UU No. 1 Thn. 1974)

2. Tujuan Perkawinan
Yang menjadi tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Ini berarti bahwa perkawinan itu :
- Berlangsung seumur hidup
- Cerai diperlukan syarat-syarat yang ketat dan merupakan jalan terakhir
- Suami – istri membantu untuk mengembangkan diri.

3. Syarat-syarat dan Momentum Sahnya Perkawinan

Syarat-Syarat intern Perkawinan

Menurut UU No. 1 Thn. 1974 adalah sebagaimana disebutkan dalam pasal 6 s.d 12 adalah
sebagai berikut :

2. 1) adanya persetujuan kedua calon mempelai


3. 2) adanya izin kedua orang tua (wali bagi calon mempelai yang belum berusia 21 tahun
4. 3) usia calon mempelai pria sudah mencapai 19 Thn dan wanita mencapai 16 Thn.
5. 4) Antara calon mempelai pria dan wanita tidak ada hubungan darah
6. 5) Tidak ada dalam ikatan perkawinan
7. 6) Tidak melarang ke3 kalinya untuk menikah
8. 7) Tidak dalam masa idah bagi calon mempelai wanita

syarat-syarat perkawinan dalah KUH Peradata beberapa yang harus diindahkan. Syarat-
syarat ini dibeda-bedakan antara :
a. Syarat materiil (syarat inti)
Syarat ini masih dapat diperinci lagi antara syarat materiil absolut dan syarat materil relatif.
Syarat materiil absolut adalah syarat yang mengenai pribadi seorang yang harus diindahkan
untuk perkawinan pada umumnya.
Syarat ini adalah sebagai berikut :
1. Monogamy
2. Persetujuan antara kedua calom suami istri
3. Orang yang hendak kawin harus memenuhi batas umur minimal (pasal 29)
4. Seoang perempuan yang pernah kawin dan hendak kawin lagi harus mengindahkan waktu
300 hari setelah perkawinan yang dahulu dibubarkan (pasal 34)
5. Untuk kawin diperlukan ijin dari sementara orang (pasal 35-49)
Syarat materiil relatif adalah mengenai ketentuan-ketentuan yang merupakan larangan bagi
seorang untuk kawin dengan orang tertentu.
Ketentuan-ketentuan ini ada 2 macam :
1. Larangan untuk kawin dengan orang yang sangat dekat di dalam kekeluargaan sedarah
atau karena perkawinan.
2. Larangan untuk kawin dengan orang, dengan siapa orang itu pernah melakukan perbuatan
zinah.
3. Larangan untuk memperbaharui perkawinan setelah adanya perceraian jika belum lewat
waktu 1 tahun.

b. Syarat Formal
Ini dapat dibagi dalam syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum dilangsungkan
perkawinan, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi berbarengan dengan dilangsungkannya
perkawinan itu sendiri.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum perkawinan dilangsungkan perkawinan adalah :

1. Pemberitahuan tentang maksud untuk kawin


2. Pengumuman tentang maksud untuk kawin

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi berbarengan dengan dilangsungkannya


perkawinan diatur dalam pasal 71-82 yang antara lain menentukan :
1. Calon suami istri harus memperlihatkan akta kelahirannya masing-masing.
2. Akta yang memuat izin untuk perkawinan dari mereka yang harus memberi izin, atau
akta dimana ternyata telah ada perantara dari pengadilan.
3. Jika perkawinan itu untuk kedua kalinya, harus diperlihatkan akta perceraian, akta
kematian atau di dalam hal ketidak hadiran suami (istri) yang dahulu, turunan izin hakim
untuk kawin.
4. Bukti bahwa pengumuman kawin telah berlangsung, tanpa pencegahan.
5. Dispensasi untuk kawin, di dalam hal dispensasi itu diperlukan
6. Jika ada perselisihan pendapat antara Pegawai Catatan Sipil dan calon suami istri tentang
soal lengkap atau tidaknya surat-surat yang diperlukan untuk kawin, maka hal ini dapat
diajukan kepada pengadilan yang akan memberi keputusan tanpa banding.
BAB III
PENUTUP

Demikian penjelasan pembahasan dari makalah ini. Maka dapat kami simpulkan
1. Hukum orang hanya ketentuan orang sebagai subjek hokum
2. Kategori Subjek Hukum : Manusia (Natuurlijk Persoon),Badan Hukum (Rechts persoon)
3. Hukum keluarga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan yang mengenai hubungan hukum
yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan karena perkawinan
(perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian, pengampunan, keadaan tak hadir).
4. Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan YME
(UU No. 1 Thn. 1974)
Daftar Pustaka

http://akta-online.com/main/index.php?option=com_content&view=article&id=188%3Ahukum-
perorangan-dan-kekeluargaan-perdata-barat-2&Itemid=58
http://pengantarhukumindonesia.blogspot.com/2008/11/bab-iv-hukum-keluarga-bag1.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/hukum-keluarga-adalah-bagian-dari-hukum.html
http://excellent-lawyer.blogspot.com/search/label/Perdata
MAKALAH HUKUM PERDATA
HUKUM ORANG DAN HUKUM KELUARGA

OLEH :

RUSDIN
INDRA EFENDI
NURWAHIDAH
NENI ROSMAWATI

DOSEN PENGAMPU : TITIN TRIANA, SH


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2010

You might also like