You are on page 1of 12

Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi

Kota Surabaya
2004-2008
(Pendekatan Model Basis Ekonomi – Metode Shift Share)

Agung Jatmiko

Abstract
In OTDA era, data and information about allocation effect is very important, because its
became competitive advantage in this region. The other opportunity is investor pulled with
this region. The subject of this paper is City of Surabaya. Assessing data from BPS East
Java., Surabaya. Type of data is secondary. For the analysis this paper used Shift Share
method and the tool using Microsoft Excel from Microsoft Windows XP. The result of this
research is (i) Agriculture, Financing, Ownership and Business Services included sectors
don’t have competitive advantage, specialized (Code 4). (ii) Electricity, Gas, Water Supply,
Construction and Services don’t have competitive advantage, not specialized (Code 3). But
Trade, Hotel, and Restaurant sector have the competitive advantage. It is rare that big city
like Surabaya don’t have the competitive advantage in construction sector or communication
sector.
Pendahuluan

Di dalam proses pembangunan ekonomi tersebut biasanya akan diikuti dengan


terjadinya perubahan dalam struktur permintaan domestik, struktur produksi serta struktur
perdagangan international. Proses perubahan ini seringkali disebut dengan proses alokasi.
Kejadian adanya perubahan struktur ini akibat adanya interaksi antara adanya akumulasi dan
proses perubahan konsumsi masyarakat yang terjadi akibat adanya peningkatan pendapatan
per kapita. Dalam pembangunan ekonomi ini, sektor pertanian masih diharapkan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam peningkatan pendapatan nasional terutama dalam
penyediaan lapangan kerja dan penyediaan bahan pangan. (Winoto, 1995)
Pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila peranan sektor industri manufaktur
senantiasa semakin meningkat dari waktu ke waktu, baik dalam struktur produksi atau dalam
Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam struktur ekspornya. (Winoto, 1996).
Disamping itu suatu proses transformasi perekonomian yang terjadi itu diharapkan akan
terjadi transformasi perekonomian yang matang atau seimbang secara berkelanjutan. Hal ini
berarti bahwa penurunan pangsa relatif sektor pertanian dalam perekonomian harus pula
diiringi atau diimbangi oleh penurunan persentase tenaga kerja di sektor pertanian dan
semakin tingginya pangsa relatif sektor industri dan jasa harus pula diikuti oleh peningkatan
persentase tenaga kerja yang berada di bawah sektor industri dan jasa.
Disamping itu dengan diberlakukannya otonomi daerah, daerah diberi keleluasaan
penuh untuk menggali dan mengolah sumberdaya yang dimiliki di daerah bersangkutan.
Adanya kewenangan dan keleluasaan tersebut daerah mempunyai banyak alternatif dalam
mencapi tujuan pembangunan yang ditetapkan. Konsep ini sesuai dengan apa yang diutarakan
Todaro (2000) yang menyatakan bahwa ada tiga komponen yang menjadi pedoman praktis
dalam memahami pembangunan yaitu kecukupan, jati diri dan kebebasan.
Kota Surabaya yang merupakan Ibu Kota dari Propinsi Jawa Timur secara otomatis
tidak berfokus kepada sektor pertanian. Namun, yang perlu dicermati adalah sektor apakah
yang memacu pertumbuhan ekonomi Surabaya dan bagaimanakah rekam jejak pertumbuhan
ekonomi Surabaya. Dengan menggunakan alat analisis Shift Share akan dapat dilihat
perubahan struktur perekonomian Surabaya dibandingkan dengan perekonomian Jawa Timur.
Kerangka Teoritis

1. Teori Pertumbuhan Wilayah


Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang
terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi
di wilayah tersebut (Robinson Tarigan 2005 : 46).
Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku.
Namun agar dapat melihat pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya,
harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan
wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di
daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar
dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain
ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh
seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar
wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah.
Terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi wilayah seperti Teori Pertumbuhan
Klasik, Teori Pertumbuhan Neo-Klasik namun dalam paper ini yang akan dijelaskan
adalah Teori Basis Ekonomi dan Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori
basis).

2. Teori Basis Ekonomi


Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini
membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas
sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat
exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan
sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan
non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri.
Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian
wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh).
Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan
(Tarigan, 2004:53).
Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis
(Richardson, 1977: 14). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan
menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya
menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya
aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam
suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas
non basis.
Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah
tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk
tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999:300). Asumsi ini memberikan pengertian
bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat
memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat
menghasilkan ekspor.
Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim
digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan
untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan
(leading sectors). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai
indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.

3. Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis)


Model pertumbuhan ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan
menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu model basis ekspor hanya
membahas daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari daerah tetangga. Model
ini memasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model
interregional. Dalam model ini di asumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran
pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu
sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat (Tarigan, 2004:56).
Dalam paper ini digunakan teori basis ekonomi karena teori ini adalah bentuk
model pendapatan yang paling sederhana dan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk
memperjelas struktur daerah yang bersangkutan (Adisasmita, 2005:29). Teori ini juga
memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional dan juga dapat
digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan
wilayah. Salah satu alat analisis yang digunakan untuk menentukan potensi relatif
perekonomian suatu wilayah adalah analisis Shift Share.

4. Analisis Shift Share


Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional.
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
perekonomian daerah dengan membandingannya dengan daerah yang lebih besar
(regional/nasional).
Analisis ini memberikan data tentang kinerja perkonomian dalam 3 bidang yang
berhubungan satu sama lain yaitu:

a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan


pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor
yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
b) Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau
penurunan pada daerah dibandingka dengan perekonomian yang lebih besar yang
dijadikan acuan. Pengukuran ini dapat mengetahui apakah perekonomian daerah
terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang
perekonomian yang dijadikan acuan.
c) Pergeseran diferensial menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah
(lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

Analisis Shift-Share memiliki beberapa keunggulan antara lain:

a) Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau


analisis Shift Share tergolong sederhana.
b) Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan
cepat.
c) Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan
cukup akurat.

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang
berhubungan satu dengan yang lainnya (Arsyad 1999 : 314), yaitu :
a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan
pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor
yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
b) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif,
pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian
yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk
mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri
yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan.
c) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam menentukan
seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang
dijadika acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri
adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada industri
yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Rumus Analisis Shift Share adalah sebagai berikut:


 Dampak nyata pertumbuhan ekonomi daerah atau hasil penjumlahan dari
pengaruh pertumbuhan propinsi:
Dij = Nij + Mij + Cij atau Dij = Eij* - Eij
 Pengaruh Pertumbuhan ekonomi nasional:
Nij = Eij x rn
 Pergeseran proporsional atau pengaruh bauran industri:
Mij = Eij (rin – rn)
 Pengaruh Keunggulan Kompetitif:
Cij = Eij (rij – rin)
 PDRB (output) sektor i Kota Kabupaten/Kota/Propinsi
Eij
 Tingkat pertumbuhan sektor i di Kabupaten/Kota/Propinsi
Rij
 Tingkat pertumbuhan sektor i Propinsi/Nasional
Rin
 Tingkat pertumbuhan PDRB Propinsi/Nasional
Rn
Analisis Shift Share Suarabaya
2004-2008

PDRB Jawa Timur atas Dasar Harga Konstan 2000; 2004-2008 (miliar Rupiah)
Pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Timur, 2004-2008

No 2004 2005 2006 2007 2008 Sekto ’04-‘05 ’05-‘06 ’06-‘07 ’07-‘08 Rata-Rata
r
1 1 0.03160493 0.03993857 0.03133603 0.03116544 0.03351124
43,331.50 44,700.98 46,486.28 47,942.97 49,437.14 4 1 8 9 8
2 2 0.09319569 0.10442107 0.09260900 0.09399836
4,595.92 5,024.24 5,455.16 6,024.79 6,582.74 2 0.08576768 4 3 2
3 3 0.04614061 0.03045341 0.04639492 0.04391867 0.04172690
67,520.43 70,635.87 72,786.97 76,163.92 79,508.94 1 2 1 6 5
4 4 0.06182886 0.04074911 0.03106180 0.06294293
4,171.62 4,429.54 4,610.04 5,154.63 5,314.75 7 6 0.11813195 8 5
5 5 0.03476082 0.01424127 0.02205490
8,604.40 8,903.50 9,030.29 9,139.60 9,387.40 8 1 0.01210438 0.02711313 2
6 6 0.09617091 0.08388386 0.08268883 0.08856707
68,295.97 74,546.74 81,715.96 88,570.61 95,894.42 0.09152469 4 9 6 7
7 7 0.04998934 0.06769990 0.07773490 0.07196982 0.06684849
13,830.44 14,521.81 15,504.94 16,710.21 17,912.85 7 6 7 4 6
8 8 0.07494055 0.07459863 0.08052396 0.07868077
11,783.34 12,666.39 13,611.29 14,763.62 15,952.45 3 9 0.08465994 4 4
9 9 0.04231715 0.05265006 0.05875135 0.06273511 0.05411341
20,095.27 20,945.65 22,048.44 23,343.81 24,808.29 1 5 1 1 9
Tota Total
242,228.8 256,374.7 271,237.6 287,814.1 304,798.9 0.52630267 0.50226957 0.52378580
l 9 3 7 8 7 2 4 0.61741843 2 0.54244412
Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur (diolah)

PDRB Surabaya atas Dasar Harga Konstan 2000; 2004-2008 (miliar Rupiah)
Pertumbuhan PDRB Surabaya, 2004-2008

No 2004 2005 2006 2007 2008 Sektor ’04-‘05 ’05-‘06 ’06-‘07 ’07-‘08 Rata-Rata
1 89.57 88.07 90.9 83.22 73.25 1 -0.016746679 0.03213353 -0.084488449 -0.119802932 -0.047226132
2 8.46 7.2 6.78 6.01 6.1 2 -0.14893617 -0.058333333 -0.113569322 0.014975042 -0.076465946
3 17,294.24 18,063.98 19,054.52 19,920.32 20,702.81 3 0.044508461 0.054835092 0.045438038 0.039280995 0.046015646
4 1,514.85 1,562.91 1,673.10 2,053.05 2,269.86 4 0.031725913 0.0705031 0.0705031 0.105603858 0.069583993
5 4,444.30 4,709.25 4,543.10 4,586.80 4,886.18 5 0.059615688 -0.035281627 -0.035281627 0.065269905 0.013580585
6 19,499.74 21,102.21 23,076.78 24,865.51 26,998.09 6 0.082179044 0.093571716 0.077512114 0.085764579 0.084756863
7 5,586.79 6,037.66 6,437.88 6,798.60 7,514.32 7 0.080702872 0.06628727 0.056030867 0.105274615 0.077073906
8 3,685.48 3,907.43 4,162.78 4,466.21 4,676.17 8 0.06022282 0.065349859 0.072891193 0.047010776 0.061368662
9 4,189.46 4,399.28 4,631.55 4,916.11 4,998.94 9 0.050082827 0.052797276 0.061439475 0.016848687 0.045292066
Tota Total
l 53,125.90 56,312.90 59,877.99 63,677.39 71,765.76 0.243354777 0.341862883 0.15047539 0.360225526 0.273979644
Sumber: BAPPEKO Surabaya (diolah)
Hasil Perhitungan Shift Share Kota Surabaya, 2004-2008
(miliar rupiah)

Sektor Ekonomi Pertumbuhan (R) Komponen (miliar rupiah)


Rn Rin Rij Nij Mij Cij Dij
Pertanian 0.033511248 -0.047226132 46.1088351 -23.466302 -14.81042417 34636.66378
Pertambangan dan Penggalian 0.093998362 -0.076465946 3.74828887 -1.6809042 -1.313571304 34679.02433
Industri Pengolahan 0.041726905 0.046015646 10,310.3298 -5162.5596 -2350.383991 24372.44284
Listrik, Gas dan Air Bersih 0.062942935 0.069583993 984.402637 -472.02223 -201.2076179 33698.36998
Konstruksi 0.022054902 0.013580585 2,513.64591 -1308.0742 -654.5510302 32169.12671
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.088567077 0.084756863 12,535.0515 12535.5054 -2371.9173 22147.72111
Pengangkutan dan Komunikasi 0.066848496 0.077073906 3,512.3528 -1670.4596 -691.6024188 31170.41982
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0.078680774 0.061368662 2,267.20704 -1051.4475 -482.0331142 32415.56558
Jasa-jasa 0.054113419 0.045292066 2,509.92583 135.820668 -573.9888581 32172.84679
Total 0.54244412 0.54244412 0.273979644 34,682.7726 -7341.808326 277462.1809
Kesimpulan

Dari hasil perhitungan analisis Shift-Share tersebut diatas, menunjukkan bahwa semua
sektor di wilayah Kota Surabaya laju pertumbuhannya seiring dengan laju pertumbuhan
nasional secara keseluruhan (ditunjukkan oleh nilai Nij).
Sedangkan pengaruh bauran industrinya menunjukkan nilai positif (rin>rn) pada sektor
perdagangan, hotel, dan restoran yang mengindikasikan bahwa kesempatan kerja
(diasumsikan sebagai variabel wilayah) di sektor tersebut tumbuh lebih cepat daripada
kesempatan kerja pada sektor-sektor secara keseluruhan. Sedangkan untuk kedelapan sektor
lainnya, pengaruh bauran industrinya bertanda negatif (rin<rn) mengindikasikan bahwa
kesempatan kerja di sektor-sektor tersebut tumbuh lebih lambat daripada kesempatan kerja di
sektor secara keseluruhan.
Selanjutnya, untuk keunggulan kompetitif Kota Surabaya menunjukkan angka negatif
pada kesembilan sektor ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kesempatan
kerja (diasumsikan sebagai variabel wilayah) di wilayah Kota Surabaya pada sektor-sektor
tersebut lebih lambat dari pada pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat wilayah Jawa
Timur. Hal ini juga mengimplikasikan bahwa share di Kota Surabaya atas kesempatan kerja
secara luas pada Propinsi Jawa Timur di sektor-sektor tersebut mengalami penurunan pada
kurun waktu 2004 sampai 2008. Sedangkan secara umum, keseluruhan sektor di Kota
Surabaya mengalami pertumbuhan yang meningkat pada kurun waktu 2004 sampai 2008
(ditunjukkan oleh nilai Dij).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis shift-share di Kota Surabaya
memberikan indikator-indikator positif. Yang pertama adalah bahwa Kota Surabaya
mengadakan spesialisasi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini dikarenakan
sektor ini merupakan sektor yang berkembang secara nasional dibandingkan sektor yang
lainnya (industrial-mix effect). Yang menjadi catatan adalah bahwa keunggulan kompetitif
sektor-sektor ekonomi Kota Surabaya cenderung menurun lebih cepat dari pada rata-rata
nasional (di Jawa Timur). Hal ini tergolong aneh mengingat pembangunan di Surabaya
selama tahun 2004-2008 terus bertumbuh. Atau mungkin penurunan ini disebabkan karena
kota-kota di sekitar Surabaya misalnya Gresik, Mojokerto, Malang, Sidoarjo dalam beberapa
sektor (misalnya konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran) tumbuh lebih cepat daripada
Surabaya. Khusus untuk Gresik dan Mojokerto pembangunan bidang konstruksi lebih banyak
diperuntukkan untuk bangunan pabrik.
Daftar Pustaka

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer. Penerbit UPP


STIM YKPN, Yogyakarta.

PDRB Propinsi Jawa Timur. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur .
www.google.com

PDRB Surabaya. Surabaya Dalam Angka. www.surabaya.go.id.

Ropingi. 2003. Aplikasi Shift Share Esteban-Marquillas Pada Sektor Pertanian di Kabupaten
Boyolali. www.google.com

Titik Annisa Nur Kholida. Analisis Shift Share Kabupaten Pamekasan Terhadap
Propinsi Jawa Timur Tahun 2004-2006. www.google.com
TUGAS
ANALISIS PEMBANGUNAN DAERAH
Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi
Kota Surabaya
2004-2008
(Pendekatan Model Basis Ekonomi – Metode Shift Share)

Oleh
Agung Jatmiko
(09/304347/PEK/14975)

Magister Ekonomika Pembangunan


Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
2010

You might also like