You are on page 1of 13

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI SERTA SISTEM GERAK PADA BURUNG HANTU

BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang Masalah
        Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Pada hewan tingkat tinggi gerak
merupakan aktivitas dari adanya elemen kontraktil, yaitu suatu protein yang disebut aktin atau
filamen halus dan miosin atau filamen kasar. Kedua filamen ini membentuk struktur dari
miofibril dari suatu serabut otot dengan posisi overlapping. 
        Pergerakan adalah ciri khas hewan, gerakan tersebut disebabkan oleh adanya kerjasama
yang kompak antara tulang dan otot. Tulang tidak dapat bergerak jika tidak digerakan oleh otot.
Otot dapat menggerakan tulang karena mempunyai gaya berkontraksi. Otot dikatakan sebagai
alat gerak aktif dan tulang sebagai alat gerak pasif. Otot menempel dan menghubungkan tulang
yang satu dengan tulang yang lainnya. Untuk memperoleh makanan hewan harus bergerak dalam
lingkungannya.
Tiga kebutuhan hewan untuk dapat melakukan suatu gerak diantaranya :
Rangsangan
Dorongan
Keseimbangan
B. Rumusan Masalah
               Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai
       berikut :   
      1. Apa saja yang mempengaruhi sistem gerak pada burung hantu ?
      2. Bagaimana sistem gerak pada burung hantu ?
C.  Sistematika Penulisan
           Penulisan makalah ini terdiri dari 4 Bab, Bab 1 Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka,
Bab III Pembahasan, Bab IV Kesimpulan.
D. Tujuan Penulisan
     Tujuan dari makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Anatomi dan Fisiologi
Hewan serta untuk mengetahui dan lebih memperdalam khazanah ilmu pendidikan.
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
A.  Hewan Terbang ( Burung )
Gerak pada hewan yang hidup di dalam air berbeda dengan gerak hewan yang  hidup di darat
dan di udara. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan di uraikan gerak hewan yang hidup di udara.
 Supaya hewan tetap terbang di udara sayapnya harus mengembangkan cukup daya angkat untuk
mengatasi gaya tarik gravitasi ke bawah. Kunci terbang adalah bentuk sayap. Semua jenis sayap
adalah airfoil struktur yang bentuknya mengubah aliran udara dengan cara menciptakan daya
angkat
Gerak hewan terbang terletak pada :
Kerja antagonis otot pektoralis mayor dengan otot pektoralis minor
Tonjolan tulang dada berbentuk perahu
Tulang-tulang berisi udara, beberapa tulang direduksi atau di gabungkan
Bentuk bulu-bulu sangat ringan
Posisi perubahan ekor
Pengatur pernapasan saat terbang yang baik
Sistem respirasi sangat efisien
Gerak alat pernapasan sesuai dengan gerak kepakan sayap
Jantung ukuranya besar dan sirkulasi darah cepat.
 
B.  Jenis Gaya Dalam Atraksi Udara Pada Burung Hantu
Ada 5 jenis gaya yang terlibat dalam atraksi udara antara lain :
1. Drag Force
        Yaitu gaya hambat udara. Gaya ini berasal dari tumbukan
molekul-molekul udara dengan tubuh burung. Arah gaya ini selalu
berlawanan dengan arah gerak burung. Seekor burung hantu sedang beratraksi di udara
tergantung pada luas permukaan burung dan kecepatan burung.
Semakin luas permukaan burung semakin besar gaya hambatnya.
Semakin cepat burung bergerak semakin besar pula gaya hambatnya ini.
Suatu ilustrasi yang dapat menggambarkan drag force (hambatan) udara
ini adalah hambatan yang dirasakan saat kita berjalan melawan arah
angin yang kencang. Hambatan ini semakin terasa besar ketika kita
membuka lengan kita lebar-lebar (memperluas permukaan tubuh kita)
atau ketika kita bergerak lebih cepat.
 
      2. Lift Force (gaya angkat)
                Merupakan gaya yang mengangkat burung ke atas. Ada 2 hal yang dapat menimbulkan
gaya angkat ini: kepakan sayap dan aliran udara yang lewat sayap. Ketika burung mengepakkan
sayap ke bawah, burung menekan udara ke bawah, akibatnya udara akan menekan balik dan
mendorong burung ke atas (hukum aksi reaksi). Semakin cepat kepakan sayap, semakin besar
gaya keatasnya. Itu sebabnya burung hantu yang hendak terbang akan mengepakan sayapnya
secara cepat. Aliran udara pada sayap burung ketika melewati sayap. Udara yang mengalir lewat
bagian atas sayap akan bergerak lebih cepat karena udara ini harus menempuh lintasan yang
lebih jauh. Akibatnya tekanan dibagian ini lebih kecil dibandingkan dengan tekanan udara
dibawah sayap. Perbedaan tekanan ini memberikan gaya angkat pada burung. Semakin
melengkung sayap semakin besar gaya angkatnya.
 
3. Thrust (gaya dorong)
          Yaitu gaya yang mendorong burung bergerak maju. Gaya ini dihasilkan melalui kepakan
sayap yang bergerak seperti angka 8 rebah (dilihat dari samping). Kepakan sayap
menghasilkansuatupusaran udara (vorteks) yang dapat memberikan suatu dorongan bagi burung
untuk bergerak maju di udara.

4. Weight (gaya berat)


          Yaitu gaya tarik gravitasi bumi.Besarnya sangat tergantung pada massa burung. Arahnya
vertikal ke bawah. Gaya-gaya pada burung yang sedang terbang. Kombinasi ke 4 gaya ini
dimanfaatkan burung untuk melakukan berbagai atraksi seperti parachutting (gerak parasut),
gliding (meluncur), flight (terbang ke depan), dan soaring (membubung) Parachuting (gerak
parasut) Gerak parasut merupakan gerak jatuh di udara (bisa miring bisa pula vertikal). Sudut
miringnya lebih besar dari 450 terhadap garis mendatar. Untuk melakukan gerak parasut, burung
hantu harus memperbesar gaya hambatnya (dragforce) caranya adalah dengan memperbesar luas
permukaannya (misalnya dengan melebarkan sayapnya). Gliding (meluncur) yaitu gerak jatuh
yang membentuk sudut lebih kecildari 45° dengan garis mendatar. Fokus utama adalam gliding
adalah meluncur mendatar.

5.Flight(terbang)
          Gerakan flight (terbang) dilakukan dengan mengepakkan sayap. Kepakan
sayap digunakan untuk menghasilkan gaya dorong ke depan (thrust) dan gaya
angkat (lift). Gaya dorong dan gaya angkat ini dapat diatur oleh burung untuk
mengendalikan arah, kecepatan, dan ketinggiannya Ketika burung hantu turun dengan kecepatan
tinggi untuk menangkap tikus, burung hantu mengecilkan drag force dengan merampingkan
tubuhnya atau menekuk sayapnya. Ketika sudah dekat dengan mangsanya (akan mendarat),
burung hantu memperlambat gerakannya dengan memperbesar drag force yaitu dengan
mengembangkan sayapnya. Soaring (gerak membubung) Gerak membubung merupakan gerak
naik tanpa mengepakkan sayap. Gerakan ini dapat di lakukan dengan memanfaatkan arus udara.
Akibat pemanasan
matahari suhu udara yang dekat permukaan bumi menjadi lebih panas, udara
panas ini akan naik ke atas dan menimbulkan arus udara ke atas.
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
PEMBAHASAN
 
A.  Aves (Burung)
          Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves (burung) memiliki ciri
umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves adalah satu-
satunya kelompok hewan yang memiliki bulu. Hal ini merupakan keunikan tersendiri dari
kelompok hewan tersebut.
Berdasarkan susunan anatomi bulu dibagi menjadi:
          Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-
cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang
ramping dan beberapa barbulae di puncak.
          Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
Plumae, bulu yang sempurna. Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen
kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
           Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah bulu-
bulu luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu luar, ditemukan
pada kepala burung Caprimulgids dan burung penangkap serangga flycatchers. Bristle pada
burung hantu dan caprimulgids membantu mendeteksi posisi sarang, tempat bertengger dan
benda yang menghalangi. Fungsi bristle didukung oleh adanya getaran dan tekanan reseptor di
dekat folikel bulu.
          Bentuk bulu ekor burung pada saat tidak terbang bermacam-macam, antara lain berbentuk
persegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah
panjang, bundar, berbentuk cakram, berbentuk tingkatan, dan berujung runcing.
B.  Sifat-sifat Terbang
          Tubuhnya telah diciptakan dengan kantung udara dan tulang berongga untuk mengurangi
massa tubuh dan berat keseluruhan. Sifat cairan kotoran mereka memastikan agar kelebihan air
dalam tubuhnya di buang. Bulu-bulu mereka berbobot sangat ringan bila di bandingkan dengan
volumenya.
C.  Bentuk-bentuk Khusus Pada Burung Hantu
      Kerangka
          Kekuatan kerangka seekor burung lebih dari layak, meskipun tulangnya memiliki rongga.
Sebagai contoh, seekor burung kutilang berparuh besar dan berleher pendek (Coccothraustes
coccothraustes) sepanjang 7 inci (18 cm) melakukan tekanan sekitar 151 lbs (68,5 kg) untuk
memecahkan suatu biji zaitun. Karena lebih "teratur" dibandingkan hewan menyusui, tulang
bahu, panggul, dan dada pada burung bergabung bersama. Rancangan ini memperbaiki kekuatan
bentuk burung. Sifat lain dari kerangka burung, sebagaimana telah disebutkan, adalah lebih
ringan daripada rangka hewan menyusui.
<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->
 
Sifat dan fungsi otot
Otot, sebagai jaringan yang berfungsi dalam gerak mempunyai sifat-sifat khusus yang
mendukung fungsi tersebut yaitu :
a. Kontraktilitas, yaitu kemampuan otot untuk menegang dan memendek
b. Ekstensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk dapat memanjang bila otot tersebut mendapat
gaya tarik, contoh otot polos uterus, saat uterus berisi janin otot polosnya akan memanjang
c. Elastisitas (kekenyalan), adalah kemampuan otot untuk kembali kepada bentuk dan ukuran
semula setelah mengalami pemanjangan maupun pemendekan
d. Iritabilitas (eksitabilitas), adalah kemampuan otot untuk memberi tanggapan atau respon bila
otot diberi rangsangan.
 
D.  Cara Terbang Yang Sempurna
1). Teknik Pengaturan Waktu
         Burung mengatur jadwal perburuannya untuk efisiensi optimal. Burung alap-alap suka
memangsa tikus. Tikus biasanya berada di bawah dan permukaan tanah setiap 2 jam untuk
makan.
2). Membubung dalam Angin
          Burung makin mengurangi energi yang digunakannya dengan memanfaatkan angin.
Mereka membubung dengan meningkatkan aliran udara pada sayap-sayap mereka dan mereka
bisa tetap "tertahan" dalam aliran udara yang cukup kuat. Udara yang berhembus ke atas
merupakan nilai tambah bagi mereka.
          Memanfaatkan aliran udara untuk menghemat energi terbang disebut "membubung."
3). Tenaga dari Aliran Udara
          Burung memanfaatkan aliran udara dengan cara-cara berbeda: Seekor burung hantu
meluncur menuruni sisi bukit atau seekor camar laut menukik sepanjang karang di pesisir
memanfaatkan arus udara, dan ini disebut "membubung di kecuraman."
          Ketika angin yang kuat melewati puncak bukit, angin itu membentuk gelombang udara
yang tak bergerak. Burung-burung pun bisa membubung di atas gelombang ini.          
Gelombang udara umumnya menghasilkan arus yang memiliki daya angkat untuk burung.
Gelombang udara merupakan pertemuan antara massa udara yang berbeda suhu atau kepadatan.
Membubungnya burung di tempat pertemuan ini disebut "meluncur dalam hembusan.". Dua jenis
cara membubung lain yang diketahui adalah membubung dengan pengaruh panas (thermal
soaring) dan membubung terus bergerak (dynamic soaring).
             Thermal soaring merupakan suatu gejala yang diamati khususnya pada daerah
pedalaman hangat di bumi. Begitu matahari menghangatkan daratan, daratan pun segera
menghangatkan udara di atasnya. Begitu udara makin menghangat, udara pun makin ringan dan
mulai naik. Kejadian ini dapat juga diamati pada badai debu atau jenis badai angin lainnya. 
<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if ! <!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !
vml]--> vml]-->
<!--[endif]--> <!--[endif]-->
Terbang membubung dengan
Terbang membubung miring tergantung menggunakan panas udara, dalam gerak
pada gerakan udara yang naik ke puncak berbentuk cincin pusaran udara terjadi di
bukit. bawah dasar gumpalan awan
menggunung yang besar.
<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if ! <!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !
vml]--> vml]-->

<!--[endif]--> <!--[endif]-->
Terbang membubung ke atas karena Terbang membubung dengan hembusan
aliran udara panas hanya mungkin pada angin dimungkinkan ketika dua
wilayah hangat. hembusan angin bertemu.
 
 
 
 
 
E.  Rancangan Sempurna Untuk Terbang dan Berlari
          Rangka burung di rancang untuk memungkinkannya terbang, berjalan, bahkan dengan
efektif dalam cara yang paling cepat dan paling efisien.
Seluruh burung yang terbang dilengkapi dengan tulang dada yang sangat kuat (sternum) yang
memiliki lempengan datar yang lebar, yang disebut lunas, sebagai sambungan otot-otot terbang.
Otot-otot yang membungkus tulang ini mendukung penerbangan.
          Bagian rangka yang yang disebut lempeng dada terdiri dari penyokong tulang sayap yang
kokoh, dan meliputi tulang dada dan tulang garpu yang khas pada burung. Tulang yang
menopang sayap ini sangat kuat dan bergabung bersama. Bulu ujung sayap menempel ke tulang-
tulang "tangan" gabungan ini. Korset panggul menyambung bagian bawah maupun belakang
untuk memungkinkan otot-otot kaki bekerja lebih tepat.
Seekor burung hantu Di samping itu, burung hantu
malam, dengan <!--[if gte vml 1]> <! dapat memutar kepalanya tiga
<!--[if gte vml 1]> <!
rentang sayap 21,7 [endif]--><!--[if ! perempat putaran, di samping
[endif]--><!--[if !vml]-->
inci (55 sentimeter), vml]--> kelebihan wilayah
merupakan sosok pandangnya. Telinga burung
ini juga sangat peka. Ia dapat
pemburu malam yang
mendengar dari tempat di
sempurna. Mata
cabang pohon suara ribut
besarnya terletak di
yang dibuat oleh seekor tikus
depan kepalanya.
dalam semak. Burung hantu
Tempat ini sangat
mencengkeram pohon atau
menguntungkan
mangsanya dengan cakarnya
untuk menemukan
yang besar dan kuat. Kita bisa
mangsanya. Ciri lain
dengan mudah melihat bahwa
matanya adalah
makhluk ini diciptakan
kemampuan melihat
sebagai pemburu malam yang
di malam hari.
sempurna.

<!--[endif]--> <!--[endif]-->
<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !
<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]-->
vml]-->

<!--[endif]-->
<!--[endif]-->
Manusia membuat lompatan mengagumkan dalam teknologi di abad ke-20. Salah satu
bentuk kemajuan ini adalah penelitian ilmuwan tentang rancangan yang ditemukan dalam
tubuh burung. Dalam rancangan pesawat, banyak prinsip gerak aliran udara yang
ditemukan pada burung diterapkan, dan menghasilkan wujud yang amat memuaskan.
BAB IV
KESIMPULAN
 
          Pergerakan adalah ciri khas hewan, gerakan tersebut disebabkan oleh adanya kerjasama
yang kompak antara tulang dan otot. Tulang tidak dapat bergerak jika tidak digerakan oleh otot.
Otot dapat menggerakan tulang karena mempunyai gaya berkontraksi. Otot dikatakan sebagai
alat gerak aktif dan tulang sebagai alat gerak pasif.
          Supaya hewan tetap terbang di udara sayapnya harus mengembangkan cukup daya angkat
untuk mengatasi gaya tarik gravitasi ke bawah. Kunci terbang adalah bentuk sayap.
          Ada 5 jenis gaya yang terlibat dalam atraksi udara antara lain : Drag Force, Lift force
(gaya angkat), Thrust (gaya dorong), Weight (gaya berat) dan Flight (terbang)
          Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves (burung) memiliki ciri
umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves adalah satu-
satunya kelompok hewan yang memiliki bulu. Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak
dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves di tutupi oleh bulu, yang secara
filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara
embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.
                    Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah
bulu-bulu luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu luar.
         Gelombang udara merupakan pertemuan antara massa udara yang berbeda suhu atau
kepadatan. Membubungnya burung di tempat pertemuan ini disebut "meluncur dalam
hembusan.". Dua jenis cara membubung lain yang diketahui adalah membubung dengan
pengaruh panas (thermal soaring) dan membubung terus bergerak (dynamic soaring).

                                                              BAB V
                                                   DAFTAR PUSTAKA
 
 
 
http://en.wikipedia.org
http://www.biology-resources.com/drawing-bird-chaffinch.html
http://mochammadiqbal.files.wordpress.com/2008/10/
Mitchell, Lawrence G. Campbell biologi jilid 3. Jakarta : Erlangga, 2004
Hanum Latifah Eva. Dra. 2005. Biologi 2. Bandung : Remaja Rosdakarya

ATRAKSI FISIKA DI UDARA

Sekumpulan burung Pelikan, Camar dan Angsa terbang indah di udara. Suatu atraksi udara yang sangat
menakjubkan! Ada rasa iri yang dapat dimengerti saat manusia menyaksikan pertunjukan ini. Ternyata
semua akal budi dan kepandaian manusia belum dapat menyaingi kemampuan burung yang dapat
terbang dengan mulus dan sempurna tanpa menggunakan alat bantu mesin‐mesin besar yang
mengeluarkan suara bising yang memekakkan telinga seperti pesawat‐pesawat ciptaan manusia. Apa
rahasianya? Bagaimana burung bisa terbang, mengalahkan semua keterbatasan akibat berat tubuh
mereka dan gravitasi bumi?

 
Mereka bahkan selalu terbang sebagai kawanan burung yang dengan kompak menjelajahi udara dengan
gerak‐gerik yang indah. Kalah kompakkah manusia?

Atraksi terbang burung‐burung di udara ini ternyata melibatkan ilmu fisika. Ada 4 jenis gaya yang terlibat
dalam atraksi udara tertua ini.

1. Drag Force, yaitu gaya hambat udara. Gaya ini berasal dari tumbukan molekul‐molekul udara
dengan tubuh burung. Arah gaya ini selalu berlawanan dengan arah gerak burung. Sedangkan
besar gaya ini sangat tergantung pada luas permukaan burung dan kecepatan burung. Semakin
luas permukaan burung semakin besar gaya hambatnya. Semakin cepat burung bergerak
semakin besar pula gaya hambatnya ini. Suatu ilustrasi yang dapat menggambarkan drag‐force
(hambatan) udara ini adalah hambatan yang dirasakan saat kita berjalan melawan arah angin
yang kencang. Hambatan ini semakin terasa besar ketika kita membuka lengan kita lebar‐lebar
(memperluas permukaan tubuh kita) atau ketika kita bergerak lebih cepat.
2. Lift Force (gaya angkat) merupakan gaya yang mengangkat burung ke atas. Ada 2 hal yang dapat
menimbulkan gaya angkat ini: kepakan sayap dan aliran udara yang lewat sayap. Ketika burung
mengepakkan sayap ke bawah, burung menekan udara ke bawah, akibatnya udara akan
menekan balik dan mendorong burung ke atas (hukum aksi‐reaksi). Semakin cepat kepakan
sayap, semakin besar gaya keatasnya. Itu sebabnya burung merpati yang hendak terbang akan
mengepakan sayapnya secara cepat. Burung yang berat seperti Kori Bustard dari Afrika tentu
harus mempunyai otot dada yang kuat sehingga mampu mengepakan sayap (Karena ototnya
keras, daging Kori Bustard keras....kurang enak dimakan). lebih cepat untuk mengangkat
tubuhnya yang gembrot itu (19 kg).
Pada Gb. 2 digambarkan aliran udara ketika melewati sayap. Udara yang mengalir lewat bagian
atas sayap akan bergerak lebih cepat karena udara ini harus menempuh lintasan yang lebih jauh.
Akibatnya tekanan dibagian ini lebih kecil dibandingkan dengan tekanan udara dibawah sayap.
Perbedaan tekanan ini memberikan gaya angkat pada burung. Semakin melengkung (semakin
aerodinamis) sayap semakin besar gaya angkatnya.

3. Thrust (gaya dorong) yaitu gaya yang mendorong burung bergerak maju. Gaya ini dihasilkan
melalui kepakan sayap yang bergerak seperti angka 8 rebah (dilihat dari samping). Kepakan
sayap menghasilkan suatu pusaran udara (vorteks) yang dapat memberikan suatu dorongan bagi
burung untuk bergerak maju di udara. Besar‐kecilnya gaya dorong ini sangat tergantung pada
kekuatan otot terbang.
4. Weight (gaya berat) yaitu gaya tarik gravitasi bumi. Besarnya sangat tergantung pada massa
burung. Arahnya vertikal ke bawah. 

 
Kombinasi ke 4 gaya ini dimanfaatkan burung untuk melakukan berbagai atraksi seperti parachutting
(gerak parasut), gliding (meluncur), flight (terbang ke depan), dan soaring (membubung) (pintar yach
burung‐burung ini....)

Parachuting (gerak parasut)


Gerak parasut merupakan gerak jatuh di udara (bisa miring bisa pula vertikal). Sudut miringnya lebih
besar dari 450 terhadap garis mendatar. Untuk melakukan gerak parasut, burung rajawali harus
memperbesar gaya hambatnya (drag force) caranya adalah dengan memperbesar luas permukaannya
(misalnya dengan melebarkan sayapnya).

Gliding (meluncur)
Gliding (meluncur) yaitu gerak jatuh yang membentuk sudut lebih kecil dari 45° dengan garis mendatar.
Fokus utama dalam gliding adalah meluncur semendatar mungkin. Ini dilakukan dengan memperkecil
gaya hambat udara. Dalam melakukan gliding burung Fulmar dapat menempuh jarak mendatar 8,5
meter tetapi hanya turun 1 meter saja. Burung pemakan bangkai (Vultures) lebih bagus lagi, burung ini
dapat menempuh jarak mendatar 22 jarak meter dengan turun hanya 1 meter.

Flight (terbang)
Gerakan flight (terbang) dilakukan dengan mengepakkan sayap. Kepakan sayap digunakan untuk
menghasilkan gaya dorong ke depan (thrust) dan gaya angkat (lift). Gaya dorong dan gaya angkat ini
dapat diatur oleh burung untuk mengendalikan arah, kecepatan, dan ketinggiannya (ternyata otak
burung cukup cerdas untuk menghitung fisika he...he..he.....).

Ketika burung hantu turun dengan kecepatan tinggi untuk menangkap tikus, burung hantu mengecilkan
drag force dengan merampingkan tubuhnya atau menekuk sayapnya. Ketika sudah dekat dengan
mangsanya (akan mendarat), burung hantu memperlambat gerakannya dengan memperbesar drag
force yaitu dengan mengembangkan sayapnya (wuiii ...hebat sekali ilmu fisika burung hantu ini...)

Soaring (gerak membubung)


Gerak membubung merupakan gerak naik tanpa mengepakkan sayap. Gerakan ini dapat dilakukan
dengan memanfaatkan arus udara. Akibat pemanasan matahari suhu udara yang dekat permukaan bumi
menjadi lebih panas, udara panas ini akan naik ke atas dan menimbulkan arus udara ke atas. Arus udara
inilah yang dimanfaatkan oleh burung rajawali untuk membubung tinggi tanpa perlu mengepakan
sayapnya yang besar (hemat energi lho...).

Burung camar atau burung albatros, lain lagi. Untuk membubung, burung camar memanfaatkan arus
udara yang dipantulkan oleh permukaan air laut. Itu sebabnya burung camar selalu berada dekat‐dekat
dengan permukaan laut.

Parade Burung Terbang


Pernah lihat angsa atau burung terbang bermigrasi (berpindah tempat)?
Angsa ini umumnya terbang berkelompok membentuk suatu parade yang sangat indah, jarang
ditemukan angsa terbang jauh sendirian. Selain untuk meningkatkan keamanan terhadap serangan
predator, kebersamaan itu juga mengurangi resiko tersesat di jalan saat melakukan migrasi jarak jauh.
Dalam melakukan migrasi dari satu tempat ke tempat lain angsa‐angsa ini memanfaatkan medan
magnetik bumi sebagai penunjuk arah.

Dalam melakukan parade, angsa‐angsa ini seringkali membentuk formasi seperti huruf V (gambar 4).
Angsa yang paling depan (pemimpin) merupakan pembuka jalan yang harus bekerja keras “memecah”
hambatan udara, sehingga angsa dibelakangnya dapat bergerak lebih mudah. Ketika pemimpin ini lelah,
temannya segera menggantikan posisinya (wah ternyata angsa tidak
egois ...nggak mau enak sendiri).

Dalam formasi huruf V ini gerakan angsa‐angsa dalam kawanan ini sangat sinergi sehingga mereka tidak
perlu keluar tenaga terlalu besar (pemakaian energi lebih efisien) untuk melakukan perjalanan yang jauh
(wah tampaknya kita harus belajar dari angsa dalam bekerja sama...).

Angsa‐angsa ini tampak kompak sekali, seakan‐akan tidak pernah ada yang salah arah. Sebenarnya
berbagai kesalahan arah terbang tetap terjadi, hanya saja kesalahan itu dapat dengan cepat dileburkan
sehingga tidak terlihat mempengaruhi arah terbang kawanan. Pada gambar 4, sekumpulan angsa sedang
bergerak ke arah utara.

Jika satu angsa menyimpang dari posisi (1) ke posisi (2) lalu ke posisi (3) dan (4), maka angsa‐angsa lain
akan berusaha menyesuaikan diri (dengan memperhatikan aliran udara dan kondisi udara di sekitarnya)
sedemikian sehingga terjadi perubahan posisi tetapi arah gerak kawanan tetap tidak berubah yaitu tetap
ke arah utara.
Eh tahu nggak... konsep perubahan posisi ini dapat diterapkan dalam ilmu manajemen modern lho.
Menurut konsep ini jika ada seorang mempunyai ide yang dapat menyimpangkan arah perusahaan
tetapi menguntungkan perusahaan itu, orang ini tidak akan dikucilkan. Teman‐temannyalah yang akan
menyesuaikan diri sedemikian sehingga misi dan visi perusahaan tetap tidak berubah, walaupun
mungkin posisi teman‐temannya itu bisa berubah (wah keren... belajar dari angsa).

Memang asyik mengamati gerakan‐gerakan burung. Ternyata dalam ilmu fisika kita harus banyak belajar
dari burung. Begitu indah dan mempesonanya atraksi fisika yang mereka pertontonkan di udara selama
jutaan tahun sehingga rasanya kita ini tidak ada apa‐apanya.

You might also like