Professional Documents
Culture Documents
Manajemen adalah pihak yang paling dekat dengan perusahaan dari sudut pandang
sehari-hari yang juga bertanggungjawab untuk prestasi jangka panjang dari perusahaan,baik
apakah mereka manajer professional ataukah pemilik/manajer. Manajer tersebut
bertanggungjawab dan bertanggunggugat atas efisiensi operasi, profitabilitas jangka pendek
dan panjang, dan penggunaan yang efektif atas modal, upaya manusia dan sumber daya
lainnya.
Dalam tulisan ini, kami menganalisis laporan keuangan United Tractors Tbk kurun
waktu lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2005-2009, Adapun analisis laporan keuangan
United Tractors Tbk dipandang dari sudut pandang manajemen adalah sebagai berikut :
1) Analisis operasional
Tahun GPM
2005 19,58%
2006 17,35%
2007 17,88%
2008 19,71%
2009 22,81%
Tabel diatas adalah Gross Profit Margin dari United Tractors Tbk selama lima tahun
terakhir. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, marjin laba bruto united
tractors adalah 22,81%. Ini berarti perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,2281
untuk setiap Rp1 penjualannya.
Marjin laba bruto United Tractors dari tahun 2005-2009 mengalami pasang surut yang
berfariatif. Tahun 2005 ke 2006 United Tractors mengalami penurunan laba kotor sebesar
2,23%. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas manajemen dalam menghasilkan laba atas
penjualan menurun pada tahun 2006. Penurunan ini disebabkan karena peningkatan penjualan
pada tahun 2006, tidak lebih besar daripada peningkatan laba kotornya, dan harga pokok
penjualan yang terlalu besar dibandingkan dengan harga pokok produksinya. Solusinya, pihak
manajemen harus mengeluarkan kebijakan mengenai penetapan harga pokok produksi.
Sebaiknya, harga pokok produksi harus ditetapkan seminimal mungkin, namun tidak sampai
membahayakan perusahaan dengan mengurangi jumlah penjualan.
Dan hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya marjin laba kotor/ GPM united
Tractors Tbk yang mengalami peningkatan antara tahun 2006-2009, yang menunjukkan bahwa
efektifitas manajemen dalam menghasilkan laba atas penjualan meningkat dalam kurun waktu
2006-2009.
GPM
25
20
15 GPM
10
0
2005 2006 2007 2008 2009
2005 12,88%
2006 9,75%
2007 13,20%
2008 14,90%
2009 17,67%
Perbedaan utama dari OPM dan GPM adalah bahwa dalam penghitungan OPM,
melibatkan laba operasi, yaitu laba kotor yang dikurangi dengan beban-beban operasi
perusahaan. Dari tabel diatas,dapat diketahui bahwa pada tahun terakhir, tahun 2009
perusahaan menghasilkan laba operasi sebesar Rp.17,67 untuk setiap Rp.1 penjualannya.
Pada tahun 2005-2006 marjin laba operasi/ OPM United Tractors mengalami
penurunan sebesar 3,13%, yang menunjukkan bahwa efektifitas manajemen United Tractors
dalam menghasilkan laba usaha atas penjualan menurun. Penurunan ini dapat terjadi karena
harga pokok produksi dan beban-beban operasi yang terjadi terlalu tinggi, sehingga laba
operasi tahun 2006 menjadi terlalu kecil, jika dibandingkan dengan tahun 2005. Sebaiknya
pihak manajemen harus meminimalkan harga pokok produksi dan beban-beban operasi,
namun tidak sampai membahayakan perusahaan dengan mengurangi volume penjualan.
Setelah tahun 2006, operating profit margin perusahaan mengalami kenaikan, yaitu
pada tahun 2007 OPM United Tractors tbk sebesar 3,45%, tahun 2008 mengalami kenaikan ,
tetapi tidak sebesar kenaikan pada tahun 2007, yaitu sebesar 1,7%, dan pada tahun 2009
mengalami kenaikan yang cukup, yaitu sebesar 3,1%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah
tahun 2006, perusahaan mengalami kenaikan laba usaha
OPM
20
18
16
14
12 OPM
10
8
6
4
2
0
2005 2006 2007 2008 2009
Perhitungan rasio profit margin yang ketiga dan yang paling efektif untuk menghitung
tingkat profit margin adalah Net Profit Margin (NPM), karena merupakan hubungan antara laba
bersih setelah pajak dan penjualan bersih, yang menunjukkan kemampuan manajemen untuk
mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil tidak hanya untuk memulihkan harga pokok
persediaan atau jasa, beban operasi (termasuk penyusutan) dan biaya bunga pinjaman, tetapi
juga untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah
menyediakan modalnya dengan suatu risiko Rasio Net Profit Margin pada dasarnya
mencerminkan efektifitas biaya / harga dari kegiatan perusahaan.
Tabel berikut adalah NPM United Tractors selama lima tahun terakhir
Tahun NPM
2005 7,91%
2006 6,78%
2007 8,22%
2008 9,54%
2009 13,05%
Dari tabel diatas, diketahui bahwa united tractors mengalami pasang surut dalam
usahanya, yaitu pada tahun 2006 perusahaan tersebut mengalami penurunan laba bersih,
yang dapat dilihat dari menurunnya NPM dari United Tractors, yaitu sebesar 1,13%. Namun
setelah itu mengalami kenaikan laba bersih pada tahun-tahun berikutnya, yang dapat dilihat
dari kenaikan NPMnya, yaitu pada tahun 2007 meningkat sebesar 1,44%, tahun 2008
meningkat sebesar 1,32% (menurun jika dibandingkan kenaikan NPM pada tahun 2007), dan
pada tahun 2009 NPMnya meningkat sebesar 3,51% menjadi 13,05% yang mempunyai arti
bahwa perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar Rp.0,0351 untuk setiap Rp.1
penjualannya.
NPM
14
12
10
8 NPM
6
4
2
0
2005 2006 2007 2008 2009
Analisis beban operasi dari United Tractors selama lima tahun terakhir adalah
Tahun Rasio beban terhadap penjualan
2005 6,70%
2006 7,61%
2007 4,68%
2008 4,80%
2009 5,14%
Disini kita akan membahas kefektifan manajemen dalam menggunakan aktiva yang
dipercayakan kepadanya oleh pemilik perusahaan.
Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali perusahaan dapat menjual tingkat
rata-rata persediaanya dalam setahun. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa trend perputaran
persediaan cenderung naik turun tiap tahun. Dari tahun 2005 ke 2006 perputaran persediaan
mengalami penurunan sebesar 0,15, berarti bahwa peningkatan persediaan tidak diimbangi
dengan peningkatan harga pokok penjualan, yang disebabkan manajemen kurang efektif
dalam mengelola persediaan. Pada tahun 2007 inventory turnover ratio perusahaan naik
sebesar 1,97 menjadi 8,01 kali per tahun, atau dengan kata lain perusahaan menjual
persediaan rata-rata dalam 44,94 hari (360/8,01). Ini berarti manajemen sudah efektif dalam
mengelola persediaannya, dimana peningkatan persediaan sebanding dengan peningkatan
harga pokok penjualan. Namun setelah itu, pada tahun-tahun berikutnya perputaran
persediaan mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2008 turun sebesar 1,93 menjadi 6,08
kali dan pada tahun 2009 turun sebesar 1,19 menjadi 4,89 kali per tahun yang berarti
penjualan persediaan rata-rata turun, dan jika dilihat pada tahun 2009 perusahaan menjual
persediaan rata-rata dalam 73,61 hari (360/4,89). Hal ini berarti selama dua tahun terakhir
manajemen kurang efektif dalam mengelola persediaannya, sehingga banyak persediaan
yang menganggur digudang perusahaan.
Inventory turnover ratio
9
8
7
6
Inventory turnover
5 ratio
4
3
2
1
0
2005 2006 2007 2008 2009
3). Profitabilitas
Tahun ROA
2005 14,72%
2006 12,02%
2007 15,75%
2008 16,86%
2009 22,31%
Tabel tersebut memperlihatkan tingkat pengembalian aktiva dari perusahaan. Dapat
dilihat bahwa pada tahun 2005 ke 2006 perusahaan mengalami penurunan ROA sebesar
2,7% menjadi 12,02%. Hal ini berarti bahwa peningkatan aktiva tidak sebanding dengan
peningkatan laba bersih, dan perusahaan mengalami penurunan pengembalian aktiva.
Namun setelah itu, manajemen menunjukkan kinerja yang baik dalam pengelolaan aktiva
yang dapat dilihat dari tahun 2006 sampai ke tahun 2009, perusahaan menunjukkan trend
ROA yang selalu mengalami peningkatan. Terakhir pada tahun 2009, dengan ROA sebesar
22,31%, yang berarti bahwa perusahaan mendapatkan 22,31% pengembalian atas
aktivamya. Hal ini disebabkan karena meningkatnya laba sebelum pajak perusahaan, akibat
adanya peningkatan penjualan perusahaan. Tentunya hal ini dinilai positif bagi perusahaan.
ROA
25
20
15 ROA
10
5
0
2005 2006 2007 2008 2009