You are on page 1of 5

Manfaat Waktu dalam Kehidupan Seorang Muslim

Files under | Posted by Akbar Muzakki


Bila diajukan satu pertanyaan kepada anda tentang salah satu nikmat yang sangat besar
dan berharga dimana keberadaannya tidak bisa dinilai dengan materi dan kekayaan
manusia, perjalanannya berlalu begitu cepat dan tidak terasa, dan tidak akan pernah
terulang kembali seperti sedia kala ! Maka apakah jawaban anda tentang pertanyaan
tersebut ?

Tentunya sebagai orang yang arif dan cerdas kita akan menjawab, itulah dia yang
dinamakan denganwaktu, karena dia adalah kehidupan, apabila dia habis, maka habislah
kehidupan tersebut. Berikut ini ada beberapa hal yang menjadikan pentingnya kita
sebagai seorang muslim untuk menjaga waktu.

Hal-hal yang menjadikan pentingnya menjaga waktu antara lain:

1. Waktu adalah modal yang lebih berharga dari Harta


Sesungguhnya modal utama seorang muslim dalam hidup ini adalah waktu, karena di
situlah kehidupan manusia. Dia lebih berharga dari harta bahkan lebih mahal nilainya
dari harta. Hal ini dapat kita lihat bersama-sama ketika seseorang yang sedang
menghadapi sakaratul maut, lalu dia meletakkan seluruh kekayaannya supaya dengan
harta tersebut umurnya bisa bertambah satu hari, maka apakah yang dilakukannya
tersebut mampu menambah umurnya ? Jawabannya tentulah tidak, karena ajal telah
ditentukan. Pada saat itu harta tidak lagi berguna, sehingga barulah kita menyadari betapa
pentingnya waktu tersebut ketika sakratul maut telah menjemput.

Semboyan orang-orang barat yang mengatakan waktu adalah uang merupakan sesuatu
yang bertentangan dengan prinsip ajaran Islam, karena waktu adalah ibadah, manusia
diciptakan untuk beribadah kepada-Nya Subhanahu wa Ta'ala, bukan semata-mata
mencari materil.

2. Begitu pentingnya waktu, sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dengan


waktu
Di dalam Al-Qurân kita dapatkan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala sering
bersumpah dengan waktu, seperti Allah ‘Azza wa Jalla bersumpah dengan waktu malam,
waktu Dhuha, waktu Ashar, bahkan di dalam Surat al-‘Ashri Allah Subhanahu wa Ta'ala
menyebutkan sifat-sifat orang yang beruntung, yaitu mereka yang mampu menjaga
waktunya dengan beriman dan beramal shaleh sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala
sebutkan dalam surat tersebut yang artinya:

"Demi masa (waktu ‘ashar). Sesungguhnya manusia berada dalam keadaan merugi.
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dan mereka saling berwasiat
dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran." (QS. al-‘Ashri: 1-3)

Syaikh Abdurrahman Nasir Sa'di rahimahullah di dalam menafsirkan ayat tersebut


berkata; bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan betapa meruginya manusia
dalam hidup ini secara umum kecuali apabila mereka memiliki empat sifat:
Sifat pertama adalah beriman dengan apa-apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala
perintahkan, dan tidaklah Iman itu akan bisa menjadi benar kecuali dengan Ilmu karena
ilmu merupakan cabang dari iman tersebut dan tidak sempurna iman seseorang kecuali
jika dia memiliki ilmu.

Sifat yang kedua adalah amal shaleh yang mencakup semua kebaikan, mulai dari
kebaikan yang bersifat zhohir hingga kebaikan yang bersifat bathin, dimana hal itu
berkaitan dengan hak-hak Allah dan hak-hak hambanya baik hal-hal yang hukumnya
bersifat wajib ataupun yang bersifat anjuran.
Sifat yang ketiga adalah saling menasehati dengan kebenaran tersebut (Iman dan amal
shaleh) artinya saling mendorong sesama mereka untuk saling menasehati.
Sifat yang yang keempat adalah saling menasehati dengan sabar, bersabar dalam
menta'ati Allah ‘Azza wa Jalla, sabar dalam menghadapi maksiat dan sabar dengan
ketentuan Allah ‘Azza wa Jalla atau dalam menghadapi musibah.

3. Karena waktu adalah nikmat Allah ‘Azza wa Jalla yang pasti akan diminta
pertanggungjawabannya di akhirat kelak
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
haditsnya: "Tidak akan beranjak kaki seorang hamba di akhirat kecuali setelah ditanya
tentang empat perkara: ditanyakan tentang umurnya lalu bagaimana ia menggunakannya
dan ditanyakan kepadanya tentang ilmu yang didapatkannya lalu apa yang dilakukannya
dengan ilmu tersebut, ditanyakan kepadanya tentang harta yang ia dapatkan dari mana ia
mendapatkannya dan kemana harta itu dibelanjakan dan ditanyakan kepadanya tentang
jasadnya lalu kemana dipergunakannya. (HR.Tirmidzi yang telah dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam kitabnya Al-Jami')

4.Waktu adalah salah satu ni'mat yang dianggap sepele dan dilalaikan oleh manusia
Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Ada dua ni'mat yang
dilalaikan oleh manusia, manusia tertipu dengan nikmat tersebut: yaitu nikmat sehat dan
waktu kosong." (HR. al-Hakim yang telah dishahihkan Syaikh al-Albani dalam kitab Al-
Jami')

Hal ini dapat dirasakan seseorang ketika dia ditimpa oleh penyakit, terasa baginya ketika
itu betapa nikmatnya sehat, demikian juga ketika waktu sudah sempit barulah teringat
bagi seseorang nilai dari waktu, sehingga ada ungkapan yang menyatakan baik atau
buruknya sesuatu akan bisa diketahui ketika ada lawannya, seperti sakit lawannya sehat,
senang lawannya susah, hidup lawannya mati

Realita kehidupan manusia dengan waktu


Bila dilihat realita keadaan kehidupan manusia dengan waktu dan bila ditanya untuk
apakah mereka diciptakan maka kebanyakan mereka akan menjawab bahwa kami
diciptakan untuk makan, untuk minum, untuk bersenang-senang, untuk membangun
gedung dan memperbanyak keturunan, dan ini adalah kenyataan yang banyak kita
temukan.
Kalau untuk itu manusia diciptakan maka tidak ada bedanya dia dengan binatang ternak
atau hewan, karena yang menjadi harapan dan yang dicari dalam hidup binatang adalah:
makan,minum bersenang-senang dengan kenikmatan dunia tanpa memperhatikan apakah
itu halal atau haram.

Penciptaan manusia untuk tujuan yang mulia.


Tujuan penciptaan manusia berbeda dengan makhluk yang lain. Manusia diciptakan
untuksuatu tujuan yang sangat mulia yaitu untuk beribadah kepadanya, dimana dalam hal
ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia
kecuali untuk menyembah-Ku". (QS. adz-Dzaariyat: 56)
Imam Nawawi rahimahullah dalam menafsirkan ayat tersebut berkata bahwa: ayat ini
secara jelas menerangkan kepada kita bahwa manusia diciptakan untuk beribadah, maka
wajib bagi setiap manusia memperhatikan tujuan tersebut dan berpaling dari kemewahan
dunia yang disertai zuhud, karena dunia adalah negeri fana bukan negeri yang kekal dan
abadi. Dunia adalah tempat persinggahan bukanlah tempat yang kekal untuk dihuni
selama-lamanya.

Didalam Hadits yang Shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


"Jagalah lima perkara sebelum datang yang lima perkara: masa mudamu sebelum datang
masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum
datang masa miskinmu, waktu senggangmu sebelum datang waktu sempitmu, masa
hidupmu sebelum datang waktu kematianmu." (HR. Bukhori)

Hadits di atas memiliki makna yang dalam bagi kita tentang menjaga nikmat-nikmat
Allah Subhanahu wa Ta'ala yang pada intinya nikmat-nikmat tersebut tidak bisa
dipisahkan dengan waktu.

Ketahuilah bahwa umur manusia yang dijalaninya selama hidup di dunia ini adalah
seperti musim bercocok tanam sedangkan hasil panennya akan dia petik di akhirat, maka
boleh jadi apa yang ditanamnya selama di dunia ini tidak membuahkan hasil yang baik
disebabkan mereka tidak bercocok tanam dengan benar, laksana tanaman yang dimakan
hama wereng.

Oleh karena itu tidaklah pantas bagi seorang muslim menyia-nyiakan waktunya dan
mempergunakan harta kekayaannya kepada perkara-perkara yang tidak ada faedahnya.

Situasi dan kondisi yang akan menyebabkan penyesalan bagi diri seseorang yang menyia-
nyiakan waktu
Seseorang yang tidak mengerti dengan nilai dari waktu akan timbul penyesalan dari
dalam dirinya ketika ia berada dalam beberapa keadaan, diantaranya:

1. Ketika manusia menghadapi sakaratul maut


Ketika masa ini telah datang, maka barulah manusia menyadari betapa penting dan
tingginya nilai waktu tersebut, karena tidak lama lagi dia akan meninggalkan dunia yang
fana ini dan akan menuju kampung akhirat, disaat ini terlintas dalam benak/fikiran
manusia alangkah baiknya kalau sekiranya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi tangguh
umurnya beberapa saat saja supaya dia bisa beramal sebanyak-banyaknya dan
memperbaiki amal perbuatannya sebelum ajal menjemputnya.

2. Ketika telah berada di Akhirat.


Semua apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dunia maka di akhirat Allah
akan menetepati janjinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membalas amal-amal yang
dilakukan manusia dan juga pada saat itu Allah ‘Azza wa Jalla akan masukkan orang-
orang yang berhak untuk masuk surga ke dalam surganya Allah Ta'ala, dan orang-orang
yang berhak untuk masuk ke dalam neraka, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla masukkan ke
dalam neraka. Di negeri akhirat ini para penghuni neraka bercita-cita untuk kembali ke
dunia supaya mereka bisa melaksanakan ibadah dan amal sholeh. Namun apalah daya
nasi telah jadi bubur, hidup di dunia hanya sekali dan apabila sudah meninggalkan dunia
mustahil untuk kembali, waktu untuk beramal telah habis.

Penyesalan akan menjadi perkara yang sia-sia ketika kita berada di dalam keadaan di
atas, dimana penyesalan tidak hanya milik orang-orang kafir yang tidak mau untuk
beriman dan beramal sholeh tetapi juga menjadi milik orang-orang yang beriman dan
beramal sholeh yaitu ketika balasan dari amalan perbuatan mereka telah diperlihatkan,
mereka berharap alangkah bagusnya kalau seandainya dahulu di dunia mereka
mengerjakan amal sholeh lebih giat dan lebih banyak lagi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dengan mengkhabarkan kepada kita tentang


penyesalan orang-orang kafir di akhirat nanti: "(Demikianlah keadaan orang-orang kafir),
hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: ya Allah ya
Rabbku: kembalikanlah aku ke dunia". (QS. al-Mu'minun: 99)

Pada ayat berikutnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan alasan kenapa mereka
ingin kembali ke dunia: "agar aku bisa beramal Shaleh untuk memperbaiki apa yang telah
aku tinggalkan." (QS. al-Mu'minun: 100)

Bahkan hal ini diperkuat dalam surat yang lain dimana Allah Ta'ala berfirman: "Dan
(alangkah ngerinya), jikalau sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa
menengadahkan kepalanya di hadapan Robb mereka sambil mengatakan: Duhai Robbku,
telah kami saksikan azab-Mu dan telah kami dengar azab-Mu, maka kembalikanlah kami
ke dunia untuk beramal Sholeh karena sesungguhnya kami benar-benar telah
meyakininya." (QS. as-Sajadah: 12)

Namun semua ungkapan tersebut adalah penyesalan yang tiada gunanya lagi. Karena itu,
apabila kita ingin menyesalinya, maka sesalilah dari sekarang selama waktu masih ada,
selama kesempatan untuk beramal masih ada, selama umur masih ada dan jangan pernah
kita tunda-tunda.

Sesungguhnya zaman itu sama halnya dengan harta, keduanya wajib untuk dijaga secara
hati-hati, mulai dari cara kita dalam menggunakannya, menginfaqkannya hingga
mengaturnya. Adapun harta mungkin saja kita bisa mengumpulkannya, lalu kita
tabungkan bahkan juga bisa kita kembangkan, sementara zaman/masa tidaklah demikian,
setiap detik yang telah berlalu tidak akan pernah kembali lagi walaupun kita
menginfaqkan seluruh harta untuk menebus waktu yang telah berlalu niscaya hal itu tiada
berguna.

Oleh karena itu ketika kita telah mengetahui bahwa zaman itu terbatas, tidak akan bisa
untuk dimajukan ataupun dimundurkan, dan menjadi berharga ketika seseorang
mempergunakan waktu kepada hal yang baik dan benar, maka wajiblah bagi kita untuk
menjaga waktu dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Nasehat untuk generasi muda


Wahai para pemuda dan pemudi, "Ingatlah dirimu dan masa depanmu yang masih
panjang. Jangan kalian menyalahgunakan waktu kalian untuk berleha-leha di dunia.
Ingatlah bahwa hidupmu di dunia hanya satu kali dan tidak akan pernah terulang untuk
kedua kalinya. Janganlah kalian terpedaya dengan ajakan teman kalian untuk
menghabiskan waktu kepada hal-hal yang tidak bermanfaat. Sebaik-baik teman adalah
teman yang mampu mengajakmu untuk ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidakkah
kalian ingat dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang akan dia lakukan untuk hari esok, dan bertakwalah kepada
Allah sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu lakukan". (QS. Al-Hasyar:18 )

Jagalah matamu dari melihat apa-apa yang dilarang oleh Allah, jagalah pendengaranmu
dari mendengar hal-hal yang dilarang oleh Allah, dan jagalah seluruh nikmat Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang engkau dapatkan dengan mensyukurinya dan timbanglah
kebenaran dengan Al-Qurân dan As-Sunnah dan akal sehatmu, janganlah kamu timbang
suatu kebenaran dengan hawa nafsu dan perasaanmu.

Demikianlah tulisan singkat ini. Mudah-mudahan mampu memberikan arti bagi kita
semua dalam menjaga waktu dan memanfaatkannya sehingga kita lagi tidak menjadi
orang yang tertipu dan lalai. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk ke
dalam hamba-hamba yang menjaga waktu.

Referensi:
"Ringkasan terjemahan dari makalah Nilai Waktu dalam Kehidupan Seorang Muslim,
Kitab ad-Durus Ramadhaniyah oleh tim pembahas Ilmu dari Yayasan Haramain."

You might also like