You are on page 1of 12

SOSIOLOGI - FISIP

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

seri publikasi
mata kuliah Teori Sosiologi Modern
analisa konsep : Talcott Parsons
nama/kelompok : Addin Kurnia Putri nim : D0309003
pengampu : Akhmad Ramdhon

Page | 1
Page | 2
BIBIOGRAFI TALCOTT PARSONS (1902 – 1979)

Major work: The structure of social action (1937).

Keywords: Functionalism, functionalist sociology, systems analysis, voluntarism, social


stratification.

Key figures: Weber, Durkheim, Pareto, Marshall, Jeffery Alexander.

Political aspect: Influenced sociology in U.S. in 1950s and 1960s.

Associations: Harvard University.

Talcott Parsons lahir tahun 1902 di Colorado Springs, Colorado. Dia lahir dalam
sebuah keluarga yang memiliki latar belakang yang saleh dan intelek, ayahnya adalah
seorang pendeta gereja Kongregasional dan profesor pada sekolah teologi, karena itu latar
belakang kehidupan Parsons banyak dipengaruhi lingkungan religius protestanisme asketik.
Karier keilmuwan Parsons pertama kali tidak berhubungan langsung dengan sosiologi. Pada
tahun 1920 ia masuk ke Amherst Colege, dengan cita-cita ingin menjadi ahli kedokteran atau
biologi. Tetapi, kemudian ia masuk ke sekolah kelembagaan, yakni kajian ekonomi politik,
studi atas konsekuensi-konsekuensi sosial dari proses-proses ekonomi.
Setelah lulus dari Amherst, Parsons melanjutkan kuliah pascasarjana di London
School of Economics. Di sinilah Parsons banyak belajar tentang antropologi dari Malinowski
dan A. R. Radclife-Brown yang akhirnya menimbulkan beragam keingintahuan Parsons atas
pendekatan-pendekatan fungsionalisme. Bisa dikatakan nantinya bahwa analisis
fungsionalyang dikembangkan Parsons didorong keinginan untuk menggabungkan dua minat
utamanya, yakni sosiologi dan biologi. Dari dua ilmu tersebut, Parsons ingin
mengembangkan model teoritis tunggal. Terbukti gagasan-gagasan tentang fungsionalisme
ini yang selalu diulang-ulang hampir dalam banyak tulisannya. 1
Di tahun berikutnya, dia pindah ke Heidelberg, Jerman. Max Weber menghabiskan
sebagian kariernya di Heidelberg, dan meski dia wafat lima tahun sebelum kedatangan
Parsons, Weber tetap meninggalkan pengaruh mendalam di kampus itu dan jandanya
meneruskan pertemuan-pertemuan di rumahnya yang juga diikuti Parsons. Parsons sangat
dipengaruhi oleh karya Weber dan sebagian disertasi doktoralnya di Heidelberg membahas
karya Weber.
Parsons menjadi pengajar di Hardvard pada tahun 1927 dan meskipun ia berpindah
jurusan beberapa kali, Parsons tetap berada di Hardvard sampai dengan ia wafat tahun 1979.
1
Racmad K. Dwi, 20 Tokoh Teori Sosiologi Modern, hlm. 107-108

Page | 3
Dua tahun sebelumnya, ia memublikasikan buku The Structure of social Action, satu buku
yang tidak hanya memperkenalkan teoretisi-teoretisi sosial utama semisal Weber kepada
sosiolog lain, namun juga menjadi dasar pengembangan teori Parsons sendiri.2
Setelah itu, karier akademik Parsons melaju pesat. Ia menjadi ketua jurusan sosiologi
di Harvard pada tahun 1944 dan dua tahun kemudian menduduki jabatan sebagai ketua
jurusan Hubungan Sosial yang baru saja didirikan, yang tidak hanya memasukkan sosiolog
namun juga berbagai ilmuwan sosial lainnya. Pada tahun 1949 ia dipilih sebagai presiden
Asosiasi Sosiologi Amerika. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, dengan terbitnya buku seperti
The Social System (1951). Parsons menjadi tokoh dominan di sosiologi Amerika.
Namun, pada akhir tahun 1960-an, Parsons diserang sayap radikal sosiologi
Amerika. Parsons dipandang berhaluan politik konservatif dan teorinya dipandang
sangat konservatif dan hanya sekedar skema kategorisasi panjang lebar. Namun, pada
tahun 1980-an, muncul minat baru pada teori Parsonsian bukan hanya di Amerika
Serikat, namun juga di seluruh dunia. Holton dan Turner mungkin adalah teoritisasi
yang melangkah paling jauh, dengan berargumen bahwa “karya-karya
Parsons...mempresentasikan kontribusi yang jauh lebih besar bagi teori sosiologi
ketimbang Marx, Weber, Durkheim, atau para pengikut sezamannya. Terlebih lagi
gagasan Parsons tidak hanya memengaruhi para pemikir konservatif namun juga
teoritisasi neo-Marxian, khususnya Jurgen Habermas.3
FUNGSIONALISME STRUKTURAL
Robert Nisbet pernah berpendapat bahwa fungsionalisme struktural “tak diragukan
lagi, adalah satu-satunya teori paling signifikan dalam ilmu sosial pada abad ini”. Kingsley
Davis (1959) berpendapat bahwa dalam hal maksud dan tujuan, funsionalisme struktural
sinonim dengan sosiologi. Secara tersirat, Alvin Gouldner (1970) berpendapat sama ketika ia
menyerang sosiologi Barat melalui analisis kritis teori funsionalisme struktural Talcott
Parsons.
Dalam fungsionalisme struktural, istilah struktural dan fungsionalisme tidak boleh
digunakan secara bersama-samaan, meskipun pada dasarnya keduanya adalah satu kesatuan.
Kita dapat mempelajari struktur-struktur masyarakat tanpa membahas fungsinya (atau
konsekuensi-konsekuensinya) bagi struktur lain. Senada dengan itu, kita dapat menelaah
fungsi dari berbagai proses sosial yang mungkin saja tidak berbentuk struktural. Jadi,

2
Lihat buku Sosiologi: Sejarah dan Berbagai Pemikirannya dengan judul asli La Sociologie Historie et idees
karya Anthony Giddens, Daniel Bell, Michael Forse, etc. “Talcott Parsons dan Teori Besarnya: Jean-Francois
Dortier.
3
George Ritzer dan Douglass J. Goodman, Teori Sosiologi, hlm. 254

Page | 4
perhatian tehadap kedua elemen ini menjadi ciri dari fungsionalisme struktural. Meskipun
funsionalisme struktural memiliki beragam bentuk (Abrahamson, 1978), fungsionalisme
masyarakat adalah pendekatan dominan di antara para fungsionalis struktural sosiologi
(Sztompka, 1974). Perhatian utama funsionalisme masyarakat adalah struktural sosial skala
besar dan institusi masyarakat, kesalingterkaitan mereka, dan efek menghambat mereka
terhadap aktor.
Teori fungsional tentang stratifikasi seperti yang dikemukakan oleh Kingsley Davis
dan Wibert Moore (1945) bisa jadi merupakan salah satu karya paling terkenal dalam teori
fungsionalisme struktural. Davis dan Moore menjelaskan bahwa mereka memandang
stratifikasi sosial sebagai sesuatu yang universal dan niscaya. Bagi mereka tidak ada
masyarakat yang tidak terstratifikasi, atau sepenuhnya tanpa kelas. Stratifikasi, menurut
pandangan mereka, adalah keniscayaan fungsional. Semua masyarakat membutuhkan sistem
semacam itu, dan kebutuhan ini terwujud dalam sistem stratifikasi. Mereka juga memandang
sistem stratifikasi sebagai struktur, dengan menegaskan bahwa stratifikasi tidak hanya berarti
individu dalam sistem stratifikasi namun juga sistem posisi. Mereka memusatkan perhatian
pada bagaimana posisi-posisi tertentu membawa serta perbedaan derajat prestise, bukan pada
bagaimana individu menguasai posisi-posisi tertentu.4
Sepanjang hidupnya, Talcott Parsons banyak menghasilkan karya teoritis. Ada
beberapa perbedaan penting antara karya awal dengan karya akhirnya. Dalam Fungsionalime
struktural Parsons terdapat empat imperatif fungsional bagi sistem “tindakan”. Yaitu skema
AGIL-nya yang terkenal. AGIL. Fungsi adalah “suatu gugusan aktivis yang diarahkan untuk
memenuhi satu atau beberapa kebutuhan sistem”. Menggunakan definisi ini, Parsons percaya
bahwa ada empat imperatif fungsional yang diperlukan atau menjadi ciri seluruh sistem.
Yang pertama adalah adaptasi (adaptation):sistem harus mengatasi kebutuhan
situasional yang datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan
lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Kedua, pencapaian tujuan (goal attainment):
sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya. Ketiga, integrasi
(integration): sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian komponennya. Ia pun harus
mengatur hubungan antar ketiga imperatif funsional tesebut (A, G, L). Dan yang terakhir
adalah latensi atau pemeliharaan pola (latency): sistem harus melengkapi, memelihara, dan
memperbarui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan
mempertahankan motivasi tersebut. Parsons mendesain skema AGIL agar dapat digunakan
pada semua level sistem teoritisnya.
4
George Ritzer dan Douglass J. Goodman, Teori sosiologi, hlm. 252-253

Page | 5
Organisme behavioral adalah sistem tindakan yang menangani fungsi adaptasi
dengan menyesuaikan dam mengubah dunia luar. Sistem kepribadian menjalankan fungsi
pencapaian tujuan dengan mendefinisikan tujuan sistem dam memobilisasi sumber daya yang
digunakan untuk mencapainya. Sistem sosial menangani fungsi integrasi dengan mengontrol
bagian-bagian yang menjadi komponenya. Akhirnya, sistem kultural menjalankan funsi
latensi dengan membekali aktor dengan norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk
bertindak5
SISTEM SOSIAL

Perhatian Parsons terletak pada saraf fungsional sistem sosial, tetapi terlebih dahulu
kita harus mengingat pengertian sistem itu. Parsons menyatakan bahwa konsep sistem
menunjuk pada dua hal. Pertama, saling ketergantungan antara bagian, komponen, dan
proses-proses yang meliputi keteraturan-keteraturan yang dapat dilihat. Kedua, sebuah tipe
yang sama dari ketergantungan antara beberapa kompleks dan lingkungan-lingkungan yang
mengelilinginya.

Sementara itu, batasan tentang konsep sistem sosial hampir dibuat secara baragam
dalam setiap tulisan Parsons dalam kurun waktu yang berbeda. Tetapi untuk memudahkan
analisis kita, yang patut kita ketahui mengenai pengertian sistem sosial itu adalah seperti yang
dinyatakan Cuff dan Payne. Sistem sosial dapat dilihat sebagai terdiri atas anggota-anggota
individual masyarakat yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berbeda atau memainkan
beragam peran, dalam kerangka umum pembagian kerja masyarakat.

Dengan kata lain, kita juga harus mengerti batasan-batasan dari sistem sosial itu.
Pertama, sistem sosial merupakan jaringan hubungan-hubungan antaraktor atau jaringan
hubungan interaktif. Kedua, sistem sosial menyediakan kerangka konseptual untuk
menghubungkan tindakan individu dalam situasi yang bervariasi. Ketiga, pandangan aktor
tentang alat dan tujuan didapat pada situasi yang dibentuk oleh kepercayaan, norma, dan nilai
yang diorganisasikan dalam harapan peran. Keempat, aktor tidak menghadapi situasi sebagai
individu sendirian, tetapi lebih sebagai posisi dalam peran sosial yang menyediakan perilaku
yang sesuai dan juga berhubungan dengan peran-peran sosial lain.6

Di dalam “The Social System” dia sendiri mencoba menggambarkannya sebagai suatu
“skema konseptual untuk menganalisa struktur dan beberapa proses sistem sosial”, yaitu

5
George Ritzer dan Douglass J. Goodman, Teori Sosiologi, hlm. 256-257
6
Dalam buku 20 Tokoh Teori Sosiologi modern karya Rachmad K. Dwi, hlm. 119-120

Page | 6
suatu pernyataan tentang teori sosiologi secara umum”; dan “seperangkat teori sistem” yang
pada gilirannya, merupakan “suatu bagian integral dari skema konseptual yang lebih luas
yang kita menyebutnya dengan teori tindakan”
Titik berangkat Parsons adalah “interaksi aktor-aktor individu di bawah kondisi yang
mendorong kita menggunakan interaksi mereka sebagai suatu sistem di dalam pengertian
keilmuan dan mengontrol tatanan analisa teoritis yang sama di mana telah berhasil ditetapkan
pada jenis sistem lain di dalam ilmu-ilmu lainnya”. Sistem yang paling sederhana dari
interaksi tersebut adalah yang bersifat “hubungan berpasangan”, yang dalam analisa
terakhirnya menyatakan bahwa organisme-organisme bukanlah tindakan-tindakan yang
secara memadai dapat dimengerti melalui referensi terhadap sistem biologisnya atau
fisiokimiawi. Interaksi sosial harus dipahami pada tingkatnya sendiri dan bukan dikurangi
oleh faktor-faktor yang bukan sosial, walaupun hal seperti ini bisa jadi relevan. Oleh karena
itu, Parsons lebih suka berbicara tentang tindakan seorang aktor dan keadaan tindakannya
daripada perilaku organisme dan lingkungannya. Posisinya makin jelas bila dibedakan dari
kelompok behavioris.
Orang tidak dapat memahami suatu sistem sosial secara memadai jika dia gagal
mengkaji bahwa sistem budaya secara bertahap merupakan suatu sistem budaya yang
mewujudkan drinya ke dalam sistem kepribadian dan motivasi-motivasi para kator individu.
Di dalam ungkapan Parsons, “kita tidak bisa berbicara sama sekali tentang stuktur dari sistem
sosial dalam pengertian teoritis, di mana tanpa berbicara tentang pelembagaan pola-pola
budaya, khususnya pola-pola orientasi nilai. Demikian pula proses-proses motivasi dari
sistem sosial tersebut adalah merupakan proses di dalam kepribadian dari komponen aktor-
aktor individu.
ALIRAN AKSI SOSIAL

Selama tahun-tahun studi dan karir awalnya sebagai seorang instruktur muda, Parsons
sangat tertarik kepada karya empat ilmuwan terkenal yaitu: Sosiolog Emile Durkheim,
Ekonom Alfred Marshall, sosiolog-enginer Vilfredo Pareto, dan Sosiolog-ekonom Max
Weber. Hasil dari minat terhadap karya Marshall, Pareto, dan Weber ini ialah sebuah buku
yang terbit di tahun 1937 dengan judul The Structure of Social Action. Buku yang merupakan
sintesa dari karya empat sarjana tersebut menyangkut masalah tata sosio-ekonomi, dan
menandai apa yang disebut Parsons sebagai “titik balik yang mendasar dalam karir saya”. 7

7
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, hlm. 168-169

Page | 7
Ide-ide memainkan peranan penting dalam menentukan aksi, yang tidak berarti bahwa
pengarangnya terikat dengan semacam metafisika idealistik manusia yang dari situ seringkali
disimpulkan bahwa ide-ide mesti muncul melalui suatu proses “doktrin suci” (immaculate
conseption) yang tanpa cacat oleh kekuatan-kekuatan sosial dan ekonomi atau ide-ide itu
memengaruhi aksi dengan suatu proses otomatis dan misterius kesadaran diri atau “emanasi”
tanpa berhubungan dengan unsur-unsur lain dari sistem sosial. 8
Parsons banyak mencurahkan waktu untuk menganalisis komponen dasar proses
subjektif dari aktor. Tidak seperti kaum fungsionalis lain, ia lebih kepada gagasan makro
yang concern dengan pola-pola penting tindakan kolektif. Seperti dinyatakan Lewis Coser,
sekalipun tidak bisa dimungkiri bahwa cukup kental pengaruh Max Weber atas gagasan
Parsons, seperti yang kita lihat ketika Parsons menjelaskan tentang teori aksi (action theory).
Tetapi, bisa dinyatakan bahwa Parsons cenderung kepada gagasan yang bersifat
Durkheimian.9

TEORI TENTANG SISTEM TINDAKAN

Dalam The Structure of Social Action, Parsons menunjukkan teori aksi (action theory)
di mana ini menuju titik sentral konsep perilaku voluntaristik. Konsep ini mengandung
pengertian kemampuan individu menentukan cara dan alat dari sejumlah alternatif yang
tersedia dalam rangka mencapai tujuan. Bahwa individu yang memiliki tujuan disebutnya
sebagai aktor. Tidak ada individu yang bertindak tanpa memiliki tujuan tertentu. Tujuan
merupakan keseluruhan keadaan konkret di masa depan yang diharapkan, sejauh relevan
dengan kerangka acuan tindakan. Bisa dikatakan bahwa aktor terlibat dalam pengejaran,
realisasi, atau pencapaian tujuan itu. Oleh karena itu, demi memfasilitasi ini, ia memerlukan
seperangkat alat. Alat bisa dipilih secara acak, juga bisa bergantung pada kondisi tindakan.
Alat tersebut bisa muncul satu per satu, bisa muncul secara bebarengan.

Secara analitis, yang dimaksud sarana mengacu kepada semua unsur dan aspek-aspek
benda itu yang bisa sejauh mungkin dikendalikan oleh aktor dalam mengejar tindakannya.
Hanya saja yang perlu diingat bahwa aktor bukanlah pelaku aktif murni. Sebab, ada norma,
nilai, dan ide-ide serta kondisi-kondisi situasional yang mampu memengaruhi baik aktor,
seperngkat alat, maupun tujuan. Parsons memberikan gambaran teori struktur tindakan di atas
tentang mahasiswa yang berkeinginan menulis makalah. Walaupun pada awalnya ia tidak
bisa membayangkan isi makalah tersebut secara terperinci, tetapi ia memiliki gambaran
8
Lihat Buku Esei-Esei Sosiologi karya Talcott Parsons tentang Peranan Ide-Ide dalam Aksi Sosial,
9
Lihat buku 20 Tokoh Teori Sosiologi Modern karya Rachmad K. Dwi, hlm. 113-114

Page | 8
umum. Inilah yang disebut tujuan. Kemudian yang dimaksudkan sebagai sarana adalah
pensil, kertas, dan buku-buku. Sedangkan kondisi-kondisi situasional yang tidak bisa
dikendalikan adalah buku-buku yang digunakan tidak ada.

Dari skema di atas, bisa dikatakan bahwa teori tindakan Parsons tidak sepenuhnya
mengikuti Weber. Bahkan, tujuan teori tindakan ini adalah merevisi kelemahan dalam
tindakan sosial Weber yang kurang memerhatikan pengaruh-pengaruh dari lingkungan
eksternal sekitar terhadap aktor. Demi merumuskan teori tersebut yang tidak menyandarkan
pada satu tokoh saja, rumusan kompleks teori tindakan sosial menunjukkan ambisi awal
Parsons, yaitu menjalinkan (interwove) analisis detail dari teori-teori yang dikembangkan
oleh Emile Durkheim, Max Weber, Pareto, dan Alfred Marshall.

Sesuai penjelasan Parsons, kerangka referensi tindakan mengandung pengertian


bahwa suatu tindakan secara logis menyangkut hal-hal sebagai berikut:

 Tindakan mengisyaratkan pelaku atau yang biasa kita sebut dengan aktor.
Aktor merupakan pemburu tujuan. Ia pun punya alat, cara, dan teknik.
 Guna keperluan, definisi tindakan harus ada tujuannya (suatu keadaan masa
depan yang akan dikejar tindakan itu).
 Tindakan harus dimulai dalam situasi yang kecenderungan-kecenderungannya
berbeda dalam satu atau lebih keadaan yang akan dikejar aktor. Sedangkan
situasi itu ada yang bisa dikendalikan dan ada pula yang tidak bisa
dikendalikan atau dijaga supaya tidak berubah.
 Situasi yang bisa dikendalikan disebut kondisi-kondisi tindakan, sedangkan
situasi yang tidak bisa dikendalikan disebut sebagai sarana.
 Dalam pilihan atas beragam alternatif, terdapat orientasi normatif.

Bisa disimpulkan bahwa fokus teori di atas mengenai orientasi aktor. Dua orientasi
aktor tersebut dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yakni:

a. Orientasi nilai (value orientation), tiga hal yang menjadi dasanya adalah:
1. Kognitif, yakni menyediakan standar-standar validitas untuk menilai fakta.
2. Apresiasif, yakni menyediakan standar perasaan/ cita rasa dan hasrat.
3. Moral, yakni menyediakan standar kesesuaian dari tingakatan tindakan.
b. orientasi motivasional (motivasional orientation)

Page | 9
1. Kognitif  merujuk kepada definisi seorang aktor tentang situasi dalam
terminologi kepentingannya (pengetahuan). Dalam konteks ini, didorong
oleh pengetahuan, apa yang diketahui tentang objek dalam situasi dan
bagaimana meraka dibeda-bedakan dari satu kategori ke kategori lainnya.
2. Katetik  pengujian seorang aktor untuk kepuasannya atau dilakukan
dengan perasaan. Parsons seringkali menyebutnya sebagai afeksi atau
tanggapan-tanggapan atas objek.
3. Evaluatif  merujuk kepada pilihan sang aktor dan tatanan dari
alternatifnya. Dilakukan dengan cara di mana objek dinilai dan diurutkan
satu melawan yang lain.10

Skema di atas melayani latar belakang untuk mengonstruksikan tiga sistem analitis.
Sistem Sosial, yaitu jaringan hubungan antaraktor atau kerangka hubungan interaktif. Ia
menyediakan kerangka konseptual untuk berinteraksi antarmanusia dalam berbagai situasi.
Maka, sistem sosial dibentuk norma, kepercayaan, nilai-nilai yang diorganisasikan dengan
harapan peran (role expectations). Aktor sangat ditentukan oleh peran satu dengan yang lain
dengan menyediakan pola-pola yang sesuai. Jadi, sistem sosial dapat diukur sebagai
kelompok yang terpola dari peranan sosial yang dapat berjalan secara baik.

Sistem Kepribadian (personality system), yaitu seseorang yang bertujuan


memperoleh daya tarik, ini berkaitan dengan saraf-saraf individu bawaan biologis. Sistem
Kebudayaan (cultural system) yang bisa dikatakan sebagai aspek tindakan yang
mengorganisasikan karakteristik simbol dan urgensi-urgensi yang membentuk sistem yang
stabil. Ia distrukturkan dalam pengertian pola makna. Yang ketika stabil berhubungan tidak
langsung dengan proses generalisasi simbolisme yang membentuk suatu bagian. Sekalipun
banyak percabangan dari sistem kebudayaan dalam beberapa wilayah seperti bahasa dan
komunikasi , tetapi bentuk dasar sistem ini adalah keyakinan dan gagasan-gagasan.

KONSEP TENTANG KESEIMBANGAN


Suatu keseimbangan merupakan hal yang problematis dan mekanisme khusus itu
ternyata dibutuhkan untuk memelihara hubungan tersebut. Jika terus melakukan tindakan
secara kaku berkenaan dengan harapan-harapan maka hasil akhirnya akan memperlemah dan
merusak hubungan.11 Misalnya, jika seorang pria secara terus-menerus memberikan hadiah
pada sang pacar pada malam minggu dan itu dilakukan secara rutin. Kemungkinannya adalah
10
Lihat buku Memahami Kembali Sosiologi karya Irving M. Zeitlin, hlm 30
11
Lihat Memahami Kembali Sosiologi dari Irving M. Zeitlin, hlm. 45

Page | 10
pacar si pria akan berkurang kepuasan dan responnya yang wajar terhadap kehadiran dan
hadiah dari pria tersebut sehingga akan terus berkurang karena dalam kondisi yang sama.
Dengan kata lain, jika si pria merujuk pada mekanisme khusus misalnya mengejutkan
pacarnya dengan hadiah dalam suatu kesempatan dan tidak pada malam minggu, di saat sang
pacar kurang mengharapkannya maka hal ini akan dapat memenuhi secara tak terbatas untuk
menguatkan kembali hubungan tersebut. Bahkan contoh ini menunjukkan bahwa sesuatunya
ini lebih dari hukum kepasifannya Parsons, yaitu suatu konsepsi mekanisme tentang
keseimbangan yang dibutuhkan untuk suatu pemahaman hubungan manusia.
Tidak ada sesuatu yang tidak problematis atau otomatis tentang kelangsungan dari
harapan-harapan normatif atau sistem-sistem nilai pandangan Parsons bahwa tatanan sosial
didasarkan atas suatu nilai umum, jelas bertentangan dengan apa yang ditekankan oleh
Weber, suatu masyarakat yang ditandai dengan “keragaman nilai-nilai selalu
mempertarungkan satu dengan yang lainnya. Nilai-nilai tersebut tidak juga jatuh dari langit
maupun mengontrol secara mandiri dari suatu kelompok atau strata sosial secara khusus. Di
saat upaya dibuat untuk melembagakan suatu sistem nilai yang lebih utuh, maka nilai-nilai
tersebut secara khas mendukung kepentingan suatu kekuasaan dan harga diri. Oleh karena itu,
sering upaya-upaya seperti ini menjumpai tekanan dan oposisi. Akhirnya hal ini tidak bisa
diasumsikan bahwa setiap generasi akan menerima nilai-nilai tertentu sebagai suatu hal yang
paling akhir. Ringkasnya, dengan mengucilkann nilai-nilai dari kepentingan, kelas-kelas
sosial, dan negara serta dengan meletakkan kepasifan, maka Parsons telah mengabaikan suatu
fakta bahwa mencangkokkan dan mempertahankan nilai-nilai sering melibatkan “sakit dan
ketakutan besar”, sebagimana dinyatakan oleh Barrington Moore.

Page | 11
DAFTAR PUSTAKA

 Giddens, Anthony, Daniel Bell, Michael Forse, etc. 2004. Sosiologi: Sejarah dan
pemikirannya. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
 Parsons, Talcott. 1985. Esei-Esei Sosiologi Talcott Parsons (terjemah dari Essay
Sociology by Talcott Parsons). Jakarta: Aksara Persada Pers.
 Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
 Rachmad K. Dwi. 2008. 20 Tokoh Teori Sosiologi Modern. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
 Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi
Wacana
 Zeitlin, Irving M. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pers.

Page | 12

You might also like