You are on page 1of 20

KONSEP DASAR

A. Definisi
Menurut Sjamsuhidrajat R, IW (2004) neprolitiasis adalah batu di dalam saluran kemih
(kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih
dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003) nefrolitiasis suatu penyakit yang salah satunya
gejalanya adalah pembentukan batu dalam ginjal.

B. Etiologi
Menurut Suyono, S., et.al (2001) menyebutkan beberapa penyebab nefrolitiasis adalah
1. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu
2. Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu
terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan
mineral struvit.
3. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi
karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi.
Smeltzer, S., et.al.ed (2000), ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar
disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises
renalis.
Darlan (1999) menyebutkan beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada
saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya.
1. Faktor intrinsik antara lain :
a) Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
b) Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c) Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan.
2. Faktor ekstrinsik antara lain :
a. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.
b. Iklim dan temperatur
c. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi/.
d. Diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
e. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktifitas atau sedentary life.

C. Patofisiologi
Batu ginjal selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR stadium. Batu ginjal didasarkan
pada tingkat GFR (Glomarular Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :
1. Penurunan fungsi ginjal dan cadangan ginjal
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada
akumulasi sisa metabolik. Nefron yang sehat mengkonpensasi nefron yang sudah rusak dan
penurunan kemampuan mengkonsentrasi urine, menyebkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan
CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi ginjal.
2. Trisufisiensi ginjal
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat
rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi
akumulasi sisa metabolik dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi
mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic menyebabkan oligurasi edema. Derajat
insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu
pengobatan medis. (Corwin, 2001)

D. Gambaran Klinis
Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan beberapa gambaran klinis nefrolitiasis :
1. Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala.
2. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang
menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang
hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke
perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.
3. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan
darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu
melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri
akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke
saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (Corwin, 2001)
Menurut Purnomo BB (2003), batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan
gejala berat. Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda
yang dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain :
1. Tidak ada gejala atau tanda
2. Nyeri pinggang
3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
4. Pielonefritis dan/ atau sistitis
5. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing
6. Nyeri tekan kostovetebral
7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan
8. Gangguan faal ginjal

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit nefrolitiasis terdiri dari :
1. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu ginjal sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan.
2. Ultrasonografi (USG) dilakukan pada pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan.
3. IVP, yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun
dan pada wanita yang sedang hamil.
4. Batu yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui secara tidak sengaja pada
pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis).
5. Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal batu
yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika nyeri menetap
lebih dari beberapa jam atau diagnosisnya belum pasti.
6. Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah pengumpulan
air kemih 24 jam
7. Pengambilan contoh darah untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan bahan
lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya batu.
8. Rontgen perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit.
Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena dan urografi
retrograd.

F. Penatalaksanaan
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :
1. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang
baru.
2. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
3. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
4. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air
kemih, diberikan kalium sitrat.
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium,
merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat,
kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut
dikurangi.
6. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme,
sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini
sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
7. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut
menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
9. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
10. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasi adalah :
1. Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Tetapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/
banyak dan pemberian diuretik.

2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa
tranduser melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu
alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adaah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan bedah lain adalah
niprolithomy adalah pengangkatan batu ginjal dengan adanya sayatan di abdomen dan
pemasangan alat, alat gelombang kejut, atau bila cara non bedah tidak berhasil.

G. Nursing Care Plan


1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Niprolitrotomy
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan jaringan terhadap tindakan pembedahan
b. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap bedah.
c. Kurang perawatan diri mandi yang berhubungan dengan nyeri
d. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Fokus intervensi
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan terhadap tindakan pembedakan
1) Tujuan: Klien mampu melaporkan level nyeri berkurang secara bertahap setelah dilakukan
tindakan.
2) Kriteria hasil
Indikator 1 2 3 4 5
Melaporkan nyeri
Frekuensi nyeri
Mengatakan nyeri
Ekspresi wajah terhadap nyero
Otot tegang
Perubahan RR
Perubahan TD
Protective body position

Ket : 1. Hebat
2. Kuat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
3) Intervensi
Manajemen nyeri
a) Laksanakan pemberian analgetik
b) Manajemen lingkungan nyaman
c) Manajemen nyeri
d) Berikan posisi nyaman
e) Monitor tanda-tanda vital
b. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap tindakan pembedahan.
1) Tujuan : Klien mampu mendapatkan status imun adekuat selama dilakukan tindakan
keperawatan
2) Kriteria hasil
Indikator 1 2 3 4 5
Tidak tahu resiko
Monitor faktor resiko lingkungan
Monitor perilaku dan faktor resiko personal
Peningkatan strategi efektivitas untuk kontrol resiko
Monitor daerah jahitan dari tanda-tanda infeksi
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Penggunaan perawatan kesehatan sesuai kebutuhan
Mencegah pemajanan terhadap sesuatu yng mengancam kesehatan
Ket : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
3) Intervensi
a) Manajemen lingkungan
b) Kontrol infeksi
c) Lakukan medikasi
d) Perawatan kulit
e) Proteksi infeksi
1) Monitor tanda-tanda infeksi
2) Pertahankan teknik afektif
3) Ajarkan pasien untuk menghindari infeksi
f) Laksanakan pemberian antibiotik sesuai advice dokter
c. Kurang perawatan diri mandi yang berhubungan dengan nyeri
1) Tujuan : Klien mampu melakukan perawatan diri mandi secara mandiri setelah dilakukan
tindakan keperawatan p
2) Kriteria hasil
Indikator 1 2 3 4 5
Masuk dan pergi ke kamar mandi
Membasahi tubuh
Menggosok tubuh
Mandi secara mandiri

Ket : 1. Tergantung
2. Memerlukan bantuan orang lain
3. Memerlukan pengawasan
4. Mandiri dengan menggunakan alat
5. Mandiri
3) Intervensi
a) Bantu klien saat mandi
b) Bantu klien membersihkan perineal
c) Monitor kondisi kulit saat mandi
d) Membasuh tangan setelah toeliting dan sebelum makan
e) Bantu klien menggunakan deodorant/ parvum
d. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
1) Tujuan : Klien mampu merespon tubuh sesuai dengan kebutuhan energi dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
2) Kriteria hasil
Indikator 1 2 3 4 5
HR DBN saat dan setelah aktivitas
RR DBN saat dan setelah aktifitas
Diastolik DBN setelah aktivitas
Sistolik DBN setelah aktivitas
Kekuatan
Kemampuan melakukan ADL
Kemampuan berbicara selama latihan
Ket : 1. Sering tidak sesuai
2. Sering tidak sesuai
3. Keadaan tidak sesuai
4. Jarang tidak sesuai
5. Sesuai
3) Intervensi
Manajemen nyeri :
a) Identifikasi keterbasan fisik pasien
b) Identifikasi persepsi klien atau keluarga tentang penyebab kelelahan
c) Dorong klien untuk mampu mengungkapkan keterbatasan fisiknya
d) Identifikasi penyebab kelelahan misal karena program perawatan, nyeri atau pengobatan.
e) Identifikasi apa dan berapa banyak aktivitas yang masih bisa dilakukan oleh klien.

0 komentar:

A.Pengertian
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan urolitiasis adalah
adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli)
ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
B.Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat,
kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi
subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain
yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu
cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).
C.Patofisiologi
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran bervariasi dari
defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang
berwarna oranye. Factor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis
urine, periode immobilitas. Factor-faktor yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium dalam
darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium.

D.Manifestasi klinik
Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika
betu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan
distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan
disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan
sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain
menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan. Batu di piala ginjal
mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea konstovertebral. Hematuria
dan piuria dapat dijumpai. Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar
biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun
hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang
terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuria.
E.Evaluasi diagnostic
Diagnosis ditegakkan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih (GUK), uregrafi intravena, atau
pielografi retrograde. Uji kimia darahdan urine 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, pH, dan volume total merupkan bagian dari upaya diagnostic. Riwayat diet dan
medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi factor
yang mencetuskan terbentuknya batu pada pasien.
F.Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah
kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.

PROSES KEPERAWATAN

A.Pengkajian
Aktivitas istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada lingkungan bersuhu tinggi.
Keterbatasan aktivitas/immobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal jantung). Kulit hangat dan kemerahan, pucat.
Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus), penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih.
Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau fosfat,
ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal, penurunan atau takadanya bising usus, dan muntah.
B.Diagnosa keperawatan
1)Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.
2)Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
atau ureteral.
3)Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairanberhubungan dengan mual/muntah
4)Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi.
C.Intervensi dan perencanaan
1)Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral.
a)Catat lokasi lamanya intensitas, dan penyebarannya
R/ membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus
b)Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kestaff terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri
R/ memberikan kesempatan terhadap pemberian analgesi sesuai waktu
c)Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan istirahat.
R/ Meningkatkan relaksasi, menurungkan tegangan otot dan meningkatkan koping.
d)Berikan obat anti nyeri
R/ untuk menurungkan rasa nyeri
2)Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
atau ureteral.
a)Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
R/ memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b)Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi
R/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih
segera.
c)Dorong meningkatkan pemmasukan cairan
R/ peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya
batu
d)Awasi pemeriksaan laboratorium
R/ peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
3)Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairanberhubungan dengan mual/muntah
a)Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan
R/ membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membanu dalam evaluasi adanya
kerusakan ginjal
b)Catat insiden muntah
R/ Mual/muntah secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena sartaf ganglion seliaka pada
kedua ginjal dan lambung
c)Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung
R/ Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis
d)Awasi tanda vital
R/ indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi
e)Berikan cairan IV
R/ mempertahankan volume sirkulasi meningkatkan fungsi ginjal
4)Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi.
a)Kaji ulang proses pemnyakit dan harapan masa depan
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
b)Tekankan pentingnya pemasukan cairan
R/ pembilasan sistem ginjal menurungkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu
c)Diaskusikan program pengobatan
R/ obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau mengalkalikan urine
D.Evaluasi
Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang kitaharapkan adalah sebagai berikut :
1)Nyeri hilang/terkontrol
2)Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
3)Mencegah Komplikasi
4)Proses penyekit/prognosis dan program terapi dipahami

Di Indonesia, kasus penyakit batu saluran kemih banyak dijumpai. Di negara-negara Asia
seperti Indonesia, Timur Tengah, Cina dan India disebutkan dalam kepustakaan sebagai
negara-negara dengan jumlah kasus batu saluran kemih yang tinggi.1
Batu saluran kemih sering terjadi dalam urine yang steril. Diperkirakan bahwa peningkatan
insidensi batu berkaitan dengan diet rendah protein nabati dan fosfat. Adanya perubahan pola
hidup ke gaya modern, yang antara lain ditandai dengan meningkatnya komsumsi protein
hewani, insidensi batu saluran kemih cenderung meningkat. Makanan yang mempengaruhi
pembentukan batu adalah berbagai makanan yang mengandung kalsium, tetapi sedikit
mengandung serat.1

Batu saluran kemih sebenarnya tidak lebih dari mineral-mineral di dalam air yang mengalami
pengendapan dan memadat. Dehidrasi akibat cuaca, iklim tropis panas dan diare bisa
mempersulit keadaaan batu ginjal atau batu saluran kemih yang sebelumnya telah terjadi.
Disamping itu, batu saluran kemih mempunyai sifat sering kambuh sehingga merupakan
ancaman seumur hidup bagi penderitanya.1

Di negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli, sedangkan di negara


maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas, karena adanya
pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.2 Batu ginjal atau nefrolithiasis
menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria : wanita adalah 4 : 1, dan
penyakit nefrolithiasis disertai dengan morbiditas yang besar karena rasa nyeri. 3

II. 1. Definisi Nefrolithiasis

Nefrolithiasis atau batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam ginjal yang
terbentuk melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air kemih. Batu
ginjal terbentuk secara endogen yaitu dari unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat
tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat
mengalami pembatuan ( kalsifikasi )4

II. 2. Etiologi Nefrolithiasis

Terbentuknya batu pada ginjal diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap ( idiopatik )2

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada
ginjal. Faktor-faktor itu adalah 2:

1. Faktor intrinsik

Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik
umumnya sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh5.

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

a. Hereditair dan Ras

Penyakit nefrolithiasis diduga diturunkan dari orang tuanya2 dan ternyata anggota keluarga
nefrolithiasis lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit yang sama dari
pada orang lain. Misalnya faktor genetik familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer
dan hiperoksaluria primer5. Batu saluran kemih juga lebih banyak ditemukan di Afrika dan
Asia sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang ditemukan.5
b. Umur.

Penyakit nefrolithiasis paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun

c. Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan2 dan
pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih
sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.5

2. Faktor ekstrinsik

Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila
penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan
atau kebiasaaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah5 . Beberapa faktor
ekstrinsik, diantaranya adalah :

a. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada daerah
lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt

b. Iklim dan temperatur

Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan
banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya
asupan air pada masyarakatnya.

c. Asupan air

Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat dan
akan mempermudah pembentukan batu5 dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu2.

d. Diet

Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu2. Pada golongan
masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu berkurang
sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah lebih sering
morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu buli-buli dan uretra dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal
atau batu piala ginjal5

e. Pekerjaan

Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas atau sedentary life2

f. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism ) dan
membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan
garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.5

g. Obstruksi dan stasis urin

Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat, akan
menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri adalah substansi yang banyak mengandung
kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu. 5

Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi, misal gangguan
metabolisme. Gangguan metabolisme yang dimaksud adalah yang dapat mengakibatkan
peningkatan kadar produk yang dapat mengendap dan menjadi batu. Misalnya hiperkalsemia
yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, sindroma susu alkali, mieloma multiple, metastase
Ca dan sarkoidosis. Hiperurikemia dan terapi dengan sitostatika atau diuretika yang lama,
serta hipersistinemia yang disebabkan oleh renal tubular acidosis

II. 3. Patofisiologi Nefrolithiasis

Secara teoritis, batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih, terutama pada tempat-tempat
yang sering mengalami hambatan aliran urine ( stasis urine ), yaitu pada sistem kalises ginjal
atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretero pelvis ),
divertikulum, obstruksi intravesika kronis seperti pada hiperplasi prostat benigna, striktura
dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu.2

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu
yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehinggga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem
pelvikalises ginjal ( penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik ) akan
mempermudah timbulnya batu ginjal. 2

Batu yang berasal dari ginjal dan berjalan menuruni ureter, paling mungkin tersangkut pada
satu dari tiga lokasi, yaitu pada sambungan uteropelvik, pada titik ureter menyilang pembuluh
darah iliaka, atau pada sambungan ureterovesika6. Batu yang tidak terlalu besar, didorong
oleh peristaltik sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik
ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya
kecil ( < 5 mm ) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan batu yang lebih besar
seringkali tetap berada di sistem pelvikalises dan ureter, dan mampu menimbulkan obstruksi
dan kelainan struktur saluran kemih bagian atas.2

A. Teori Proses Pembentukan Batu

Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam sistem
saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara lokal,
yaitu bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering
mengandung kalsium, tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak
mengandung kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris
nekrotik dalam saluran, sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur
sekresi tertentu sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya
larut.7

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik
yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan tetap terlarut
( metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan
terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk
inti batu ( nukleasi ) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan
lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat
kristal masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu, agregat
kristal menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-
bahan lain diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih.2

Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya
korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu2 . Kemih yang terus
menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia,
sedangkan kemih yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran
kemih, keadaan asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi.7

Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya
keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu
mencegah timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu
di saluran kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses
pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion
magnesium dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan
oksalat, akan membentuk garam magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan
berikatan dengan kalsium untuk membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula
dengan sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat,
sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Hal
ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa
protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara
menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi
kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan, protein Tamm Horsfall atau
uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai inhibitor
batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih.2

B. Komposisi Batu

1. Batu Kalsium

Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran kemih.
Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari
kedua unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya terbentuk pada suasana urine asam. Batu
kalsium bentuknya bergerigi sehingga jarang keluar spontan. Faktor terjadinya batu kalsium
adalah 2:

a. Hiperkalsiuri
Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab
terjadinya hiperkalsiuria, antara lain :

 Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena adanya


peningkatan absorbsi kalsium melalui usus
 Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena adanya
gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal
 Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena adanya
peningkatan resorpsi kalsium tulang. Banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer
atau pada tumor paratiroid.

b. Hiperoksaluri

Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan hiperoksaluria banyak
dijumpai pada pasien dengan gangguan pada usus setelah menjalani pembedahan usus dan
pada pasien yang banyak mengkomsumsi makanan kaya akan oksalat seperti teh, kopi
instant, soft drink, kokoa, arbei, jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.

c. Hiperurikosuria

Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan
dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.
Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan mengandung banyak purin seperti
daging, ikan, unggas maupun berasal dari metabolisme endogen.

d. Hipositraturia

Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian diuretik
golongan thiazide dalam jangka waktu lama

e. Hipomagnesiuria

Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus

( inflammatory bowel disease ) yang diikuti gangguan malabsorbsi.

2. Batu struvit

Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah kuman golongan pemecah urea yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui
hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium,
amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat dan karbonat
apatit. Karena terdiri atas 3 kation, dikenal sebagai batu triple phosphate. Kuman-kuman
yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus 2

3. Batu Asam Urat


Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri atas batu asam urat
murni, sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak
diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, mieloproliferatif, pasien dengan terapi antikanker,
dan banyak menggunakan obet urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide, dan salisilat.
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein berpeluang besar mendapat penyakit
ini. Batu asam urat berbentuk bulat dan halus sehingga seringkali keluar spontan.2

Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme endogen di dalam
tubuh. Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat, dirubah menjadi hipoxanthin,.
Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya
dirubah menjadi asam urat. Pada manusia, karena tidak memiliki enzim urikase, maka asam
urat diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat. Garam urat
lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang lebih mudah larut di
dalam air dibandingkan asam urat bebas. Asam urat bebas relatif tidak larut di dalam urine,
sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat dan selanjutnya
membentuk batu asam urat. Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam
urat adalah2 :

 Urine yang terlalu asam ( pH urine < 6 )


 Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi
 Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi

II. 4. Gambaran Klinis Nefrolithiasis

Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan penyulit
yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang,
baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik disebabkan oleh adanya aktivitas
peristaltik otot polos sistem kalises meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih. Peningkatan peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan
nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
infeksi pada ginjal akibat stasis urine.2

Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih karena
batu. Kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria
mikroskopik. Jika didapatkan demam, harus dicurigai suatu urosepsis.2

Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba
ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya
retensi urine.2

Pada pemeriksaan sedimen urine, menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan dijumpai
kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.2

II. 5. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu
ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan pencitraan untuk
menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.
Pemeriksaan Penunjang yang dapat menegakan diagnosis Nefrolithiasis antara lain :

Laboratorium :

1. Urin

· pH urin

- Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang rendah (pH<7).

- Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7)

· Sedimen

- Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.

- Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat

- Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih

2. Darah

- Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia

- Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis

- Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal

- Kalsium, dan asam urat.

Radiologik :

1. Foto Polos Abdomen

Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu jenis
kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai, sedangkan
batu asam urat bersifat radiolusen.2

2. Pielografi Intra Vena

Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi
adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut.
Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograde.2

3. Ultrasonografi

Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan alergi
terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli ( yang
ditunjukkan sebagai echoic shadow ), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan
ginjal.2

II. 6. Penatalaksanaan Nefrolithiasis

Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati
infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi
kemungkinan terjadinya rekurensi3. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang
dapat diambil adalah sebagai berikut 5:

 Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu
 Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan
pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal
 Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri
 Analisis batu
 Mencari latar belakang terjadinya batu
 Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah 2:

1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar

2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )

Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan.
Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri
kolik dan menyebabkan hematuria.

3. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan
tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal
adalah :

a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )

Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Uretero atau Uretero-renoskopi

Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau sistem
pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.

4. Bedah Terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan


endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan
nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya
sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan
infeksi yang menahun

II. 7. Pencegahan Nefrolithiasis

Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya
menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas
kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu3. Pada umumnya
pencegahan itu berupa 5:

 Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak
2-3 L/hari
 Aktivitas harian yang cukup
 Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu

Jenis Batu Faktor predisposisi Pengobatan pencegahan


untuk mencapai pH
kemih ynag dibutuhkan
  Kemih asam ( pH < 6 ) Kemih basa ( pH > 6 )
Kalsium oksalat Hiperkalsiuria Sayuran, susu, buah
( kecuali plum, plum
Kristal asam urat Kemoterapi gout kering, cranberry )

Natrium bikarbonat atau


sitrat
Triple fosfat Kemih basa Kemih asam

Kalsium fosfat Infeksi saluran kemih Daging, roti, makanan


berprotein, jus cranberry,
Hiperkalsiuria, imobilitas plum, plum kering
lama
mandelanin

II. 8. Prognosis Nefrolithiasis


Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung dari faktor-faktor ukuran
batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin
jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi
akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.5

II. 9. Komplikasi Nefrolithiasis

Obstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis. Batu di pielum dapat
menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks
yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder, dapat menimbulkan pionefrosis,
urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan lanjut, dapat
terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal
permanen.2

NEFROSTOMI

Introduksi

a. Definisi

Suatu tindakan pembedahan untuk menyalirkan urin atau nanah dari sistem pelvikaliseal
melalui insisi di kulit.

b. Ruang lingkup

Penderita yang datang dengan keluhan nyeri pinggang belakang, pada pemeriksaan fisik
teraba massa pada pinggang disertai nyeri ketok pinggang disertai  demam atau menggigil,
dan anuria. Pada pemeriksaan USG didapatkan adanya hidronefrosis atau pyonefrosis.

c. Indikasi operasi

 uropati obstruktif
 pionefrosis

e. Diagnosis Banding untuk uropati obstruktif

 anuria pre renal


 anuria intra renal

f. Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap, tes faal ginjal, sedimen urin, kultur urin dan tes kepekaan antibiotika, foto
polos abdomen, pyelografi intravena, USG.

Teknik Operasi

Nefostomi untuk uropati obstruktif dapat dilakukan dengan 2 cara:


1. Terbuka, ada 2 macam teknik:

 Bila korteks masih tebal


 Bila korteks sudah sangat tipis

2. Perkutan

Nefrostomi Terbuka

 Dengan pembiusan umum, regional atau lokal.


 Posisi lumbotomi.
 Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
 Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
 Insisi kulit dimulai dari tepi bawah arkus kosta XI sampai ke arah umbilikus sepanjang 10-15
cm, diperdalam  lapis  demi  lapis  dengan memotong fascia eksterna, muskulus interkostalis
di belakang  dan muskulus oblikus abdominis  di depan sampai didapatkan fascia abdominis
internus. Fasia abdominis internus dibuka, kemudian peritoneum disisihkan dari fascia.
 Fascia gerota dibuka sepanjang tepi ginjal.
 Bila korteks masih tebal: ginjal harus dibebaskan sampai terlihat pelvis renalis. Pelvis renalis
dibuka dengan sayatan kecil 1-1,5 cm. Klem bengkok dimasukkan melalui sayatan tersebut
ke arah kaliks inferior atau medius menembus korteks sampai keluar ginjal, kemudian
dimasukkan kateter Foley Ch 20 ke dalam pelvis dengan cara dijepitkan pada klem tersebut.
Isi balon kateter dengan air 3-5 cc.
 Jahit pelvis renalis dengan jahitan satu-satu dengan benang yang dapat diserap.
 Bila korteks sudah sangat tipis: korteks langsung dibuka dengan sayatan 1-1,5 cm dan
langsung dimasukkan kateter Foley Ch 20 atau 22. Sedapat mungkin ujung kateter berada di
dalam pyelum. Isi balon kateter dengan air 3-5 cc.
 Buat jahitan fiksasi matras atau kantong tembakau pada tempat keluar kateter (pada dinding
ginjal) dengan benang yang dapat diserap.
 Keluarkan pangkal kateter melalui insisi pada kulit, terpisah dari luka operasi, dan difiksasi.
 Pasang drain vakum perirenal.
 Tutup  lapangan operasi lapis demi lapis dengan jahitan situasi.

Nefrostomi Perkutan

 Dilakukan dengan alat fluoroskopi.


 Dengan pembiusan umum, regional atau lokal.
 Posisi pronasi, perut sisi yang sakit diganjal bantal tipis.
 Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
 Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
 Dilakukan pungsi ke arah ginjal, bila yang keluar urin, masukkan kontras secukupnya
sehingga tampak gambaran sistem kolekting di monitor. Bila perlu lakukan pungsi kedua ke
arah yang lebih tepat (biasanya kaliks inferior atau medius).
 Mandrin (isi jarum pungsi bagian dalam) dikeluarkan, masukkan kawat penuntun (guide
wire) ke dalam bungkus (sheath) jarum pungsi.
 Lakukan dilatasi dengan dilator khusus, masukkan kateter Foley Ch 20 dengan tuntunan
kanula khusus. Kembangkan balon kateter dengan air 5-10 cc.
 Fiksasi kateter dengan kulit.

g.  Komplikasi operasi


Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan, ekstravasasi urin.

h.  Perawatan Pascabedah

 Ukur jumlah urin dan produksi drain sebagai pedomen terapi cairan dan elektrolit.
 Kateter jangan sampai tertekuk, terjepit atau tertarik sehingga mengganggu kelancaran
aliran urin.
 Pelepasan kateter sesuai indikasi.
 Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah pelepasan kateter produksinya < 20
cc/24 jam.
 Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi.

i. Follow-up

 Pyelografi antegrad dilakukan setelah keadaan penderita stabil


 Nefrostomi pada uropati obstruktif bersifat sementara. Segera setelah keadaan umum
penderita membaik, lakukan tindakan definitif untuk mengatasi penyebab uropati obstruktif.

19 Mei 2010

You might also like