Professional Documents
Culture Documents
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
B. ANATOMI FISIOLOGI
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui
peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan) → ke bilik kanan dan dari
sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan
menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian
dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan
melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, didalam hidung masih terjadi perjalanan
panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang
berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sedangkan waktu bernapas epiglotis
terbuka begitu seterusnya. Bulu getar silia digunakan untuk menyaring debu-debu,
kotoran dan benda asing sehingga udara yang masuk kedalam alat pernapasan benar-
benar bersih. Tetapi kalau kita bernapas melalui mulut, udara yang masuk ke dalam
paru-paru tidak dapat disaring, dilembapkan/dihangatkan, ini bisa mengakibatkan
gangguan terhadap tubuh.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
dan nasal, dan pada sisi posterior dari tulang sfenoid.Konka (Turbinatum)
Nasalis Superior, tengah dan inferior menonjol pada sisi medial lateral rongga
nasal. Setiap konkaf dilapisi membaran mukosa (Epitel kolumnar bertingkat
dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mucus dan banyak mengandung
pembuluh darah. Meatus Superio, Media dan inferior merupakan jalan udara
rongga masaal yang terletak di bawah konkaf.
4 pasang sinus paranasal (Frontal, Etmoid. Maksilar, dan sfenoid) adalah
kantong tertutup pada bagian frontal, etmoid, maksilar, dan sfenoid. Lapisan
ini dilapisi membaran mukosa. Sinus berfungsi untuk meringankan tulang
cranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal umtuk
menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk, memproduksi mukus
dan memberi efek resonansi dalam produksi wicara. Sinus paranasal
mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui duktus kecil yang
terletak da area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus. Pada posisi
tegak aliran mucus ke dalam rongga nasal mungkin terhambat, terutama
dalam kasus infeksi sinus. Duktus nasolakrimal dari kelenjar air mata
membuka ke arah meatus inferior.
2. Membran Mukosa Nasal
a. Struktur
1) Kulit pada bagian eksternal pada permukaan hidung yang mengandung
folikel ranbut, keringat dan kelenjar sebasea, merentang sampai vestibula
yang terletak dalam nostril. Kulit di bagian dalam ini mengandung rambut
(vibrissae) yang berfungsi untuk menyaring partikel dari udara terhisap.
2) Di bagian rongga nasal yang lebih dalam, epithelium respiratoris
membentuk glukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya. Lpaisan ini terdiri
dari epithelium bersilia dengan sel goblet yang terletak pada lapisan jaringan
ikat tervakularisasi dan terus memanjang untuk melapisi saluran pernapasa
sampai ke bronkus.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
b. Fungsi
1) Penyaringan partikel kecil. Silia pada epithelium respiratorik melambai ke
depan dan belakang dalam suatu lapisan mucus. Gerakan dan mucus
membentuk uatu perangkap untuk partikel yang kemudian akan disapu ke atas
untuk di telan, di batukan atau di bersihkan keluar.
2) Penghangatan dan pelembaban udara yang masuk. Udara kering akan
dilembabkan melalui evaporasi sekresi serosa dan mucus serta dihangatkan
oleh radiasi panas dari pembuluh darah yang terletak di bawahnya.
3) Resepsi odor. Epithelium olfaktori yang terletak di bagian atas rongga
hidung dibawah lempeng kribiform, mengandung sel- sel olfaktori yang
mengalami spesialisasi untuk indra penciuman.
B. Faring
adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar
tulang tengkorak sampai osofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring,
orofaring, dan laringofaring.
1) Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka kearah
melalui dua naris internal atau koana. Dua tuba eustachius (auditorik)
menghubungkan naso faring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk
menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Amandel (
adenoid) faring adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak di dekat
naris internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara.
2) Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muscular, suatu
perpanjangan paltum keras tulang. Uvula(“anggur kecil”) adalah prosesus
kerucut(conical) kecil yang menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah
palatum lunak. Amandel Palatinum terletak pada kedua sisi Orofaring
posterior. Laringofaring mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang
merupakan gerbang untuk sistem respirstorik selanjutnya.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
C. Laring(kotak suara)
Menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah tabung pendek
berbentuk seperti kotak triangular dan di topang oleh Sembilan kartilago; 3
berpasangan dan 3 tidak berpasangan.
1.Kartilago tidak berpasangan
a)Kartilago Tiroid(Jakun) terletak di bagian proksinal kelenjar tiroid.
Biasanya berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat
hormone yang di sekresi saat pubertas.
b) Kartilago Krikoid adalah cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal,
terletak di bawah kartilago tiroid.
c) Epiglotis adalah katup kartilago elastis yang melekat pada tepian anterior
kartilago tiroid. Saat menelan, epiglottis secara otomatis menutupi mulut
laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan.
2. Kartilago berpasangan
a. Kartilago Aritenoid terletak di atas dan di kedua sisi kartilago krikoid.
Kartilago ini melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan berpasangan dari
epithelium skuamosa bertingkat.
b.Kartilago Kornikulata melekat pada bagian ujung kartilagi aritenoid.
c. Kartilago Kuneiform berupa batang=batang kecil yang membantu
menopang jaringan lunak.
3. Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring
a. Pasangan bagian atas adalah lipatan ventricular(pita suara semu)yang tidak
berfungsi saat produksi suara.
b. Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada kartilago
tiroid dan pada kartilago aritenoid serta kartilago krikoid.
Pembuka di antara kedua pita ini adalah glottis.
Saat bernapas, pita suara terabduksi(tertarik membuka)oleh otot laring, dan
glotis berbentuk triangular.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
Saat menelan, pita suara teraduksi(tertarik menutup), dan glottis membentuk
celah sempit.
Dengan demikian, kontraksi otot rangka mengatur ukuran pembukaan glottis
dan derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara.
E. PERCABANGAN BRONKUS
1.Bronkus Primer(Utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan
lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta
membelokkan trakea bawah ke kanan. Objek asing yang masuk ke dalam
trakea kemungkina di tempatkan dalam bronkus kanan.
2. Setiap bronkus primer bercabang senbilan ampai dua belas kali untuk
membentuk bronki sekunder dan tertier dengan diameter yang semakin kecil.
Saat tuba semakin menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti
cincin kartilago.
3.Bronki disebut ekstrapulmonar sampai memasuki paru-paru, setelah itu
disebut intrapulmonar.
4.Struktur mendasar dari kedua paru-paru adalah percabangan brongkial yang
selanjutnya: bronki, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorik,
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
duktus alveolar, dan alveoli. Tidak ada kartilago dalam bronkiolus; silia tetap
ada sampai bronkiolus respiratorik terkecil.
F. Paru-Paru
1. Paru-paru adalah organ berbentuk pramid seperti spons dan berisi udara,
terletak dalam rongga toraks.
a. Paru Kanan memiliki 3 Lobus; paru kiri memiliki 2 lobus.
b. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga pertama,
sebuah permukaan diafragmatik(bagian dasar)terletak di atas diafragma,
sebuah permukaan mediastinal(medial) yang terpisah dari paru lain oleh
mediastinum, dan permukaan kostal teretak diatas kerangka iga.
c. Permukaan mediastinal memiliki Hilus(akar), tempat masuk dan keluarnya
pembuluh darah bronki, pulmonary, dan bronkial dari paru.
2. Pleura adalah membrane penutup yng membungkus setiap paru.
a. Pleura Parietal melapisi rongga toraks(kerangka iga, diafragma,
mediastinum).
b. Pleura Viseral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal
dibagian bawah paru.
c. Rongga Pleura(ruang intrapleural) adalah ruang potensial antara pleura
parietal dan visceral yang mengandung lapisan tipuis cairan pelumas. Cairan
ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa
melakukan friksi. Tekanan cairan(tekanan intrapleural) agak negative
dibandingkan tekanan atmosfer.
d. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan paru.
Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu permukaan ke
permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak keluar, masuk area ini.
Resesus pleural kostomediastinal terletak di tepi anterior kedua sisi pleura,
tempat pleura parietal berbelok dari kerangka iga ke permukaan lateral
midiastinum.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
Resesus pleura kostodiafrgmatik terletak ditepi posterior kedua sisi pleura
diantara diafragma dan permukaan kostal internal toraks.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
Volume residual (VR), yaitu volume udara sisa dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki sekitar 1200 ml dan pada
perempuan sekitar 1000 ml. volume residual penting untuk kelangsungan
aerasi dalam darah saat jeda pernapasan.
2. Kapasitas
Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume residual dan
volume cadangan ekspirasi. Kapasitas ini meruakan jumlah udara sisa dalam
system respiratorik setelah ekspirasi normal, nilai rata-ratanya adalah 2200
ml. jadi nilai (KRF = VR + VCE)
Kapasitas inspirasi (KI), adalah penambahan volume tidal dan volume
cadangan inspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml. jadi nilai (KI =VT +
VCI)
Kapasitas vital (KV), yaitu penambahan volume tidal, volume cadangan
inspirasi dan volume cadangan ekspirasi (KT = VT + VCI + VCE) nilai rata-
rata nya sekitar 4500 ml.
Kapasitas total paru (KTP), adalah jumlah total udara yang dapat ditampung
dalam paru-paru dan sama dengan kapasitas vital + volume residual (KTP =
KV + VR). Nilai rata-ratanya adalah 5700 ml.
6 Responses to 'Anatomi dan Fisiologi Sistem
(http://nursingbegin.com/anatomi-fisiologi-saluran-pernafasan/ )
1. Etiologi
Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus
Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni),
Mycobacterium Tuberculosis. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza,
virus sitomegalik.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices
Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energy protein (MEP), penyakit
menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
2. Fatofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga
terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi
adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa
menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai
pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya
cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis
mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada
klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya
gagal napas.
3. Manifestasi klinis
1) Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas.
2) Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40O C disertai
menggigil, napas sesak dan cepat,
3) batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi” pemeriksaan paru saat perkusi
redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring. Batuk
pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri
otot, anoreksia dan kesulitan menelan.
4. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
E. PENATALAKSANAAN
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
BAB II
(http://www.aqilaputri.rachdian.com/index2.php?option=com_content&do_pdf
=1&id=23 diakses tanggal 4 desember pukul 15.00
B. KONSEP PERKEMBANGAN
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan.
Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
5). Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu
membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri
sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
1. Tahapan perkembangan anak menurut umur 0-3 bulan
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
h) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
c) Dapat berjalan dengan dituntun. Mengulurkan lengan/badan untuk
meraih mainan yang diinginkan. gambar
e. Menumpuk 2 kubus.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
g. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
f) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau
lebih.
h) Mendengarkan cerita.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
l) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju Umur 60 bulan o Berdiri 1
kaki 6 detik.
m) Melompat-lompat 1 kaki.
n) Menari.
p) Menggambar lingkaran.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
a) Berjalan lurus.
j) Mengenal warna-warni
k) Mengungkapkan simpati
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
Reaksi anak pada hospitalisasi :
1. Masa bayi(0-1 th)
Dampak perpisahan
Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang
Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
a) Menangis keras
b) Pergerakan tubuh yang banyak
c) Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 th)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya.
a) Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
b) Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis
c) Pengingkaran/ denial
d) Mulai menerima perpisahan
e) Membina hubungan secara dangkal
f) Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
a) Menolak makan
b) Sering bertanya
c) Menangis perlahan
d) Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Perawatan di rumah sakit :
a) Kehilangan control
b) Pembatasan aktivitas
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada
perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah,
berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai ,
klg, klp sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak
pada perubahan peran dlm klg, kehilangan klp sosial,perasaan takut mati,
kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
Intervensi perawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi
Fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan stressor memaksimalkan
manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
mempersiapkan anak sebelum masuk rumah saki.
Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress
Dapat dilakukan dengan cara :
a) Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
b) Mencegah perasaan kehilangan control
c) Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa
nyeri
Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
2. Modifikasi ruang perawatan
3. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah ( surat menyurat, bertemu teman
sekolah)
Mencegah perasaan kehilangan kontrol:
a) Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
b) Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
c) Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
d) Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua
dalam perencanaan kegiatan
Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
1) Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri
2) Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
3) Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
4) Tunjukkan sikap empati
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
5) Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang
dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang
kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
1) Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk
belajar .
2) Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
3) Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
4) Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
5) Memberi support kepada anggota keluarga.
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
1) Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
2) Mengorientasikan situasi rumah sakit.
Pada hari pertama lakukan tindakan :
1) Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
2) Kenalkan pada pasien yang lain.
3) Berikan identitas pada anak.
4) Jelaskan aturan rumah sakit.
5) laksanakan pengkajian .
6) Lakukan pemeriksaan fisik.
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
BAB III
A. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek,
demam.
2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti
malnutrisi.
4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan
dangkal, gelisah, sianosis
2. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
6) Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan
kurangnya informasi.
7) Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
KH : sekret dapat keluar.
Rencana tindakan :
1. Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan pernapasan dan
bunyi napas abnormal.
2. Lakukan suction sesuai indikasi.
3. Beri terapi oksigen setiap 6 jam
4. Ciptakan lingkungan / nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang
5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien
6. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernapasan
7. Lakukan perkusi dada
8. Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas
Diagnosa 2
Tujuan : pertujaran gas kembali normal.
KH : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal
dan oksigenisasi jaringan secara adekuat
Rencana tindakan :
1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda cianosis
2. Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler
3. Beri oksigen sesuai program
4. Monitor AGD
5. Ciprtakan lingkungan yang nyaman
6. Cegah terjadinya kelelahan
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
Diagnosa 3.
Tujuan : Klien akan mempertahankan cairan tubuh yang
normal
KH : Tanda dehidrasi tidak ada.
Rencana tindakan :
1. Catat intake dan output cairan (balanc cairan)
2. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan cairan peroral
3. Monitor keseimbangan cairan , membran mukosa, turgor kulit, nadi cepat,
kesadaran menurun, tanda-tanda vital.
4. Pertahankan keakuratan tetesan infus
5. Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu, respirasi)
Diagnosa 4.
Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi.
KH : Klien dapat mempertahankan/meningkatkan pemasukan
nutrisi..
Rencana tindakan :
1. Kaji status nutrisi klien
2. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan
inspeksi)
3. Timbang BB klien setiap hari.
4. Kaji adanya mual dan muntah
5. Berikan diet sedikit tapi sering
6. Berikan makanan dalam keadaan hangat
7. kolaborasi dengan tim gizi
Diagnosa 5
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan
proses infeksi hilang
Rencana tindakan :
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Berikandan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan air pada
daerah dahi dan ketiak
3. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
4. Berikan minum per oral
5. Ganti pakaian yang basah oleh keringat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun
panas.
Diagnosa 6
Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit
anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan
keperawatan
KH : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya
2. Kaji tingkat pendidikan orang tua klien
3. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan
dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai
4. Tekankan perlunya melindungi anak.
5. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.
6. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum
dimengertinya
Diagnosa 7
Tujuan : Cemas anak hilang
KH : Klien dapat tenang, cemas hilang, rasa nyaman terpenuhi
setelah dilakukan tindakan keperawatan
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan klien
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
2. Dorong ibu / keluarga klien mensufort anaknya dengan cara ibu selalu didekat
klien.
3. Fasilitasi rasa nyaman dengan cara ibu berperan sertamerawat anaknya
4. Lakukan kunjungan, kontak dengan klien
5. Anjurkan keluarga yang lain mengunjungi klien
6. Berikan mainan sesuai kesukaan klien dirumah
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA
Donna L. Wong Dkk, (2009) Buku Ajar Keperawatan Pediatric, Jakarta : EGC
http://irmanweb.wordpress.com/2008/06/25/asuhan-keperawatan-pada-gangguan-
sistem-pernafasan/ diakses tanggl 5 desember pukul 18.00 wib
http://www.ilmukeperawatan.com/askep.html diakses tanggl 5 desember pukul 18.00
wib
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/tumbuh-kembang-anak-3-
%E2%80%93-5-tahun/ diakses tanggl 5 desember pukul 18.00 wib
http://www.aqilaputri.rachdian.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id
=23 diakses tanggl 5 desember pukul 18.00 wib
http://ratnarespati.com/2008/08/21/tahap-tahap-pertumbuhan-dan-perkembangan-
anak/ diakses tanggl 5 desember pukul 18.00 wib
©2010 MATERI AJAR INI HANYA UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN –
Rosdiana.Ns http://askep-rose.blogspot.com